Anda di halaman 1dari 18

NAMA KELOMPOK

1. MUHAMMAD DZAKA R. (201910110311007)


2. DARA KARTIKA S. (201910110311033)
3. DIAN PRASTIYOWATI. (201910110311042)
4. ANDREAN JULIANTO. (201910110311043)
5. NOVIA SILVANIA. (201910110311044)
6. YOGA AFRI ANANTA. (201910110311051)
7. M. RYAN RAMA P. (201910110311054)

HUKUM EKONOMIS DAN BISNIS / A

TINJAUAN PERLINDUNGAN
NASABAH PERBANKAN,
MELALUI
OTORITAS JASA KEUANGAN
PENDAHULUAN
APA ITU OJK?
Lembaga negara yang di bentuk berdasarkan UU Nomor 21 tahun 2011 yang
bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyelidikan terhadap
keseluruhan kegiatan sektor jasa keuangan.

TUGAS
TUJUAN

FUNGSI
ALASAN
DIDIRIKAN OJK
Pertumbuhan Ekonomi & Penyerapan Tenaga Kerja…

Pertumbuhan ekonomi
dipacu lebih tinggi
Peningkatan
Infrastruktur
Dasar

Kebijakan terkait
Subsidi BBM Reformasi
Struktural yang
Komprehensif

Kebijakan &
Inisiatif Lainnya
• DALAM KETENTUAN UU NO.21 TAHUN 2011 TENTANG
OTORITAS JASA KEUANGAN MENGATAKAN BAHWA:

• PROSES GLOBALISASI DALAM


KEUANGAN YANG BERKEMBANG
SEMAKIN PESAT DAN ATAS
KEMAJUAN TEKNOLOGI INFORMASI
SERTA INOVASI FINANSIAL
MENYEBABKAN SISTEM
KEUANGAN YANG SEMAKIN
KOMPLEKS,DINAMIS,DAN SALING
TERKAIT ANTAR SUBSEKTOR
KEUANGAN BAIK DALAM HAL
PRODUK MAUPU KELEMBAGAAN.
RUMUSAN MASALAH
• KEBIJAKAN PERLINDUNGAN KONSUMEN OLEH OJK

Kebijakan perlindungan nasabah perbankan diberikan kepada OJK mengingat adanya


bank yang tidak sehat ataupun bank gagal, yang dianggap sebagai suatu bentuk
kurangnya keberhasilan Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mewujudkan
sistem perekonomian yang stabil, transparan, dan akuntabel; kurangnya
pengawasan perbankan yang efektif, pengawasan sistem keuangan Indonesia yang
tidak stabil sehingga Bank Indonesia perlu berkosentrasi untuk menata ulang
kestabilan nilai rupiah dan mengatur serta menjaga kelancaran sistem pembayaran
sebagaimana yang diamanatkan oleh Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia (selanjutnya disebut UU Bank Indonesia). Oleh
karena banyaknya permasalahan di sektor keuangan (termasuk perbankan) dan
perlindungan nasabah yang belum maksimal serta koordinasi yang belum baik pada
lembaga perbankan maka perlindungan nasabah perbankan dialihkan dari Bank
Indonesia kepada OJK.
 Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, OJK berlandaskan asas-asas sebagai berikut:

• Asas independensi, yakni independen dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsi, tugas,
dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

 Asas kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundangundangan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan OJK;

 Asas kepentingan umum, yakni asas yang membela dan melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat serta memajukan kesejahteraan umum;

 Asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan OJK, dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi dan golongan, serta rahasia negara, termasuk
rahasia sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

 Asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam pelaksanaan tugas dan wewenang
OJK, dengan tetap berlandaskan pada kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

 Asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam setiap tindakan dan
keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan OJK; dan
• Asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari setiap
kegiatan penyelenggaraan OJK harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik
OJK Memberikan perlindungan hukum kepada konsumen
perbankan

• Peranan OJK dalam memberikan perlindungan konsumen menurut ketentuan Pasal 28 sampai
dengan Pasal 31 UU OJK dapat ditempuh langkah pencegahan dan pemberantasan. Dalam rangka
untuk perlindungan konsumen dan masyarakat menurut Pasal 28 UUOJK diberikan kewenangan bagi
OJK melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat. Dalam hal ini OJK
berwenang untuk melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen pengguna jasa perbankan.
Tindakan lain dalam perlindungan kepada konsumen dilakukan upaya-upaya menampung aspirasi
dari para konsumen khususnya pengguna jasa perbankan. OJK melakukan pelayanan pengaduan
konsumen dengan menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan konsumen yang
dirugikan oleh bank termasuk membuat mekanisme pengaduan konsumen yang dirugikan.
•OJK dan BI sama-sama memiliki pengaturan mengenai perlindungan konsumen dalam sektor
jasa keuangan. Prinsip perlindungan konsumen yang tertera di dalam masing-masing peraturan BI dan
OJK pun memiliki kesamaan. Di dalam POJKPKSJK dan PBI terdapat sembilan aspek yang
mengatur hal yang sama hanya saja terletak pada nomor pasal yang berbeda pada masing-masing
peraturan.
Tindakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Apabila Terjadi Pelanggaran Yang
Dilakukan oleh Lembaga Perbankan

Berdasarkan Pasal 53 POJKPKSJK mengatur mengenai sanksi yang diberikan kepada pelaku
usaha jasa keuangan yang dalam hal ini adalah lembaga perbankan, apabila melanggar
ketentuan yang diatur di dalam POJKPKSJK, maka dikenakan sanksi, antara lain:
•a. Peringatan tertulis;

•b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;

•c. Pembatasan kegiatan usaha;

•d. Pembekuan kegiatan usaha; dan

•e. Pencabutan izin kegiatan usaha

Kewenangan OJK untuk melakukan penegakan hukum dapat dilihat dalam pasal 49 UU
OJK. OJK dapat merekrut penyidik dari kepolisian dan PPNS (Penyidik Pegawai Negeri
Sipil) dari instansi lain karena secara kelembagaan, pegawai OJK tidak ada yang berstatus
PNS karena berada di luar pemerintah maka tidak ada PPNS di lingkungan OJK yang
melakukan penyidikan
Di dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan disebutkan
bahwa :
•1. Untuk perlindungan konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan pembelaan hukum, yang
meliputi:

a.Memerintahkan atau melakukan tindakan tertentu kepada Lembaga Jasa Keuangan untuk menyelesaikan
pengaduan Konsumen yang dirugikan Lembaga Jasa Keuangan dimaksud;

b.Mengajukan gugatan:
•1) untuk memperoleh kembali harta kekayaan milik pihak yang dirugikan dari pihak yang menyebabkan
kerugian, baik yang berada di bawah penguasaan pihak yang menyebabkan kerugian dimaksud maupun di
bawah penguasaan pihak lain dengan itikad tidak baik; dan/atau
•2) untuk memperoleh ganti kerugian dari pihak yang menyebabkan kerugian pada Konsumen dan/atau
Lembaga Jasa Keuangan sebagai akibat dari pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
•2. Ganti kerugian sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b angka 2 hanya digunakan untuk pembayaran
ganti kerugian kepada pihak yang dirugikan.
Bentuk Perlindungan Nasabah Perbankan oleh Otoritas Jasa
Keuangan
•OJK melalui peraturannya diharapkan dapat memberikan perlindungan
hukum secara mendalam bahkan jelas terhadap posisi nasabah yang telah
dirugikan oleh pelaku usaha jasa keuangan khususnya Perlindungan OJK
terhadap nasabah bank dilakukan dalam bentuk perlindungan langsung dan
bentuk perlindungan tidak langsung. Bentuk perlindungan langsung berupa :

Transparansi informasI produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah;

Penyelesaian pengaduan nasabah oleh pihak bank;

Penyelesaian pengaduan nasabah oleh OJK; dan


•Edukasi masyarakat, sedangkan bentuk perlindungan tidak langsung
dilakukan oleh OJK melalui pengawasan terhadap kegiatan perbankan
Perlindungan Konsumen Perbankan oleh Otoritas
Jasa Keuangan Menurut Hukum Positif
• Undang-Undang Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen merupakan payung hukum dari semua peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan perlindungan konsumen. Pada penjelas umum Undang-
Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan :
“Di samping itu, Undang-Undang tentang perlindungan konsumen pada
dasarnya bukan merupakan awal dan akhir dari hukum yang mengatur
tentang perlindungan konsumen, sebab sampai pada terbentuknya Undang-
Undang tentang Perlindungan Konsumen ini telah ada beberapa undang-
undang yang materinya melindungi kepentingan konsumen.” Undang-
Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengakui
undang-undang lain yang akan muncul kemudian sebagai bagian dari hukum
perlindungan konsumen.
• Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, bukan
merupakan undang-undang tentang perlindungan konsumen. Akan tetapi
perlindungan konsumen tersebut merupakan salah satu tujuan dari Undang-
Undang Otoritas Jasa Keuangan
KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan penelitian, maka dapat disimpulkan kebijakan perlindungan
nasabah perbankan diberikan kepada OJK mengingat adanya bank yang tidak sehat ataupun bank gagal, yang
dianggap sebagai suatu bentuk kurangnya keberhasilan Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam
mewujudkan sistem perekonomian yang stabil, transparan, dan akuntabel; kurangnya pengawasan perbankan
yang efektif, pengawasan sistem keuangan Indonesia yang tidak stabil sehingga Bank Indonesia perlu
berkosentrasi untuk menata ulang kestabilan nilai rupiah dan mengatur serta menjaga kelancaran sistem
pembayaran sebagaimana yang diamanatkan dalam UU Bank Indonesia. Oleh karena banyaknya permasalahan
di sektor keuangan (termasuk perbankan) dan perlindungan nasabah yang belum maksimal serta koordinasi
yang belum baik pada lembaga perbankan maka perlindungan nasabah perbankan dialihkan dari Bank
Indonesia kepada OJK. Bentuk perlindungan nasabah perbankan oleh OJK dilakukan secara langsung dan
secara tidak langsung. Bentuk perlindungan secara langsung berupa (1) transparansi informasi produk bank
dan penggunaan data pribadi nasabah; (2) penyelesaian pengaduan nasabah oleh pihak bank; (3) penyelesaian
pengaduan nasabah oleh OJK; dan (4) edukasi masyarakat. Sedangkan bentuk perlindungan tidak langsung
dilakukan oleh OJK melalui pengawasan terhadap kegiatan perbankan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai