Dokumen Tips Kode Etik Fisioterapipdf
Dokumen Tips Kode Etik Fisioterapipdf
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengatahuan dan teknologi yang dari hari ke
hari semakin cepat sehubungan dengan era globalisasi dan derasnya arus informasi yang kita
peroleh.
Kemajuan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai pemasalahan-permasalahan di
anataranya dalam pelayanan medik. Terjadinya perubahan tata nilai dalam masyarakat yaitu
masyarakat semakin kritis dan mengkritisi dengan memandang masalah yang ada termasuk
nilai pelayanan medik yang diperolehnya.
Saat ini masyarakat acap kali merasakan ketidak puasan terhadap pelayanan bahkan
tidak menutup kemungkinan mengajukan tuntutan di muka peradilan, apabila seorang
Fisioterapi dalam menjalankan terapi merugikan pasien/klein. Hal tersebut akan dijadikan
berita yang menarik yang dapat tersebar luas di masyarakat melalui media massa maupun
elektronik lainnya menjadi perhatian dan perlu diperhatikan. Untuk itu dibutuhkan suatu
pedoman yang menyeluruh dan integratif tentang sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh
seorang Fisioterapi. Pedoman ini sudah ada yaitu “ Kode Etik Fisioterapi “. Selanjutnya akan
di jelaskan pada pembahasan.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Fisioterapi,
2. Untuk mengetahui pengertian kode etik,
3. Untuk mengetahui pengertian kode etik profesi,
4. Untuk mengetahui kode etik fisioterapi Indonesia.
5. Untuk mengetahui sanksi-sanksi pelanggar kode etik fisioterapi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fisioterapi
Fisioterapi secara etimologi terbagi atas dua unsur, yaitu : Fisio yang berarti alam dan
terapi yang berarti pengobatan. Menurut WCPT Fisioterapi adalah suatu ilmu atau kiat untuk
melakukan suatu pengobatan dengan memanfatkan khasiat alam seperti cahaya, air, listrik,
latihan-latihan dan manual.
Menurut Departemen Kesehatan Indonesia, fisioterapi adalah suatu pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk individu dan atau kelompok dalam upaya mengembangkan,
memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan modalitas fisik, agen fisik, mekanis, gerak, dan komunikasi. Fisioterapi dapat
melatih pasien dengan olahraga khusus, penguluran dan bermacam-macam teknik dan
menggunakan beberapa alat khusus untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien yang
tidak dapat diatasi dengan latihan–latihan fisioterapi.
Menurut Joic I William Fisioterapi adalah suatu proses yang secara sistemik untuk mengatasi
gangguan fungsi muskuloskeletal dan psikosomatos.
Fisioterapi menurut WCPT 1995 dan 1999 dapat diuraikan dan dijabarkan sebagai berikut
:
1. Fisioterapi profesi yang mandiri
2. Sejajar dengan profesi kesehatan lainnya
3. Lingkup pelayanannya dari individu sampai masyarakat menyangkut promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
d. Evaluasi/re-evaluasi/re-assesment
Dilakukan setiap penerapan proses fisioterapi agar dapat memaksimalkan tujuan yang
akan dicapai.
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan
gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutik dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi
Fisioterapi dalam segala aktifitas profesional dan pelayanan kepada individu dan
masyarakat harus selalu menjaga citra profesi berdasarkan kode etik yang telah ditetapkan
oleh organisasi profesi fisioterapi, menjunjung tinggi kehormatan profesi dalam setiap
perbuatan dan dalam keadaan apapun, mematuhi peraturan dan dalam keadaan apapun.
Mematuhi peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi fisioterapi.
1. Ikatan Fisioterapi Indonesia berhak atas loyalitas anggota dan memberikan perlindungan dari
pelecehan akibat pelayanan yang inkopeten, ilegal dan bertentangan dengan kode etik profesi
2. Ikatan Fisioterapi Indonesia berhak atas nama baik dan menolak pelecehan dari siapapun.
3. Ikatan Fisioterapi Indonesia berhak atas pengajaran fisioterapi yang berkualitas, kompeten
dan berpengalaman dibidangnya.
4. Ikatan Fisioterapi Indonesia berhak atas praktek fisioterapi yang profesisonal dan menolak
diajarkan secara semena-mena kepada individu atau kelompok lain.
-Apabila fisioterapi menerima pasien/kelin yang dirujuk kepadanya untuk konsultasi maka
dia tidak melakukan intervensi atau mengkonsulkan kepada profesi atau profesi lain tanpa
persetujuan pasien/klein yang merujuk.
Pasal 23
Ayat (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menjatuhkan sanksi administratif
kepada fisioterapis yang melakukan pelanggaran tehadap ketentuan keputusan ini.
Ayat (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 23 diatas dilakukan
melalui:
a. peringatan lisan; atau
b. peringatan tertulis; dan
c. pencabutan Surat Izin Praktik Fisioterapi,
Ayat (3) Organisasi profesi dapat mengusulkan sanksi administratif kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota terhadap fisioterapis yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan keputusan ini.
Pasal 24
Ayat (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam mengambil tindakan administratif
sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (2) butir c terlebih dahulu mendengar
pertimbangan dari Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK) tingkat Propinsi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku;.
Ayat (2) Dalam hal MDTK tingkat Propinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 24
diatas belum terbentuk, pertimbangan diberikan oleh Majelis Pembinaan dan Pengawasan
Etika Pelayanan Medis Propinsi.
Pasal 25
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memberikan tembusan kepada organisasi profesi
setempat untuk setiap pencabutan SIPF.
Pasal 26
Pimpinan sarana kesehatan yang tidak melaporkan fisioterapis yang melakukan praktik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 { yang berbunyi Pimpinan sarana pelayanan
kesehatan wajib melaporkan fisioterapis yang melakukan praktik pada sarana pelayanan
kesehatannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada
organisasi profesi } dan/atau mempekerjakan fisioterapis tanpa izin dikenakan sanksi
administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 27
Terhadap tenaga fisioterapis yang sengaja :
a) Melakukan praktik fisioterapi tanpa mendapat pengakuan/adaptasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 { yang berbunyi :
Ayat (1) Fisioterapis lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk melengkapi
persyaratan mendapatkan SIF.
Ayat (2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 6 dilakukan pada sarana
pendidikan milik Pemerintah.
Ayat (3) Untuk melakukan adaptasi fisioterapis mengajukan permohonan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi.
Ayat (4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan melampirkan : a.
Fotokopi ijazah yang telah dilegalisir oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi; b.
Transkrip nilai ujian yang bersangkutan.
Ayat (5) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) menerbitkan rekomendasi untuk melaksanakan adaptasi.
Ayat (6) Fisioterapis yang telah melaksanakan adaptasi, berlaku ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam :
Pasal 2, ayat (1) Pimpinan penyelenggara pendidikan fisioterapi wajib menyampaikan
laporan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat mengenai peserta
didik yang baru lulus, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah dinyatakan lulus pendidikan
fisioterapi. Ayat (2) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 2
tercantum dalam formulir I terlampir,
Pasal 3, yang berbunyi ayat (1) Fisioterapi yang baru lulus mengajukan permohonan dan
mengirimkan kelangkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi di mana
sekolah berada guna memperoleh SIF, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah menerima
ijasah pendidikan fisioterapi. Ayat (2) Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud ayat (1)
meliputi :
a. Fotokopi ijasah pendidikan fisioterapi;
b. Surat keterangan sehat dari dokter;
c. Pasfoto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
Ayat (3) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal 3 tercantum dalam
formulir II terlampir., dan Pasal 4 { yang berbunyi (1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas
nama Menteri Kesehatan melakukan registrasi berdasarkan permohonan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 dan menerbitkan SIF. Ayat (2) SIF sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)pasal 4diterbitkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan
dalam waktu selambat lambatnya 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima. Ayat (3) Bentuk
dan isi SIF sebagaimana tercantum dalam formulir III terlampir. }
b) Melakukan praktik fisioterapi tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) {
yang berbunyi (2) Fisioterapis yang melaksanakan praktik fisioterapi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memiliki SIPF ( yang berbunyi Fisioterapis dapat melaksanakan praktik
fisioterapi pada sarana pelayanan kesehatan, praktik perorangan dan/atau berkelompok.}
c) Melakukan praktik yang melanggar ketentuan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (1) diatas;
d) Melakukan praktik fisioterapi yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (1) diatas;
e) Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (1) { yang berbunyi
(1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi harus membuat pembukuan registrasi mengenai SIF
yang telah diterbitkan. } dipidana sesuai ketentuan Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara garis besar kode etik fisioterapi Indonesia, yaitu
1. Menghargai hak dan martabat individu,
2. Tidak bersikap diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada siapapun yang
membutuhkan.
3. Memberikan pelayanan profesional yang jujur, berkompeten dan bertanggungjawab.
4. Mengakui batasan dan kewenangan profesi dan hanya memberikan pelayanan dalam lingkup
profesi fisioterapi.
5. Menjaga rahasia pasien/klein yang dipercayakan kepadanya kecuali untuk kepentingan
pengadilan/hukum.
6. Selalu memelihara standar kompetnsi profesi fisioterapi dan selalu meningkatlan
pengatahuan/ketrampilan.
7. Memberikan kontribusi dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan untuk
meningkatkan derajat kesehatan individu dan masyarakat.
3.2 Saran
Dalam melaksanakan intervensi profesi fisioterapi, tenaga fisioterapi Indonesia diharapkan
dapat menjalankan profesinya sesuai dengan standar profesi fisioterapi yang telah ditetapkan.
Standar profesi fisioterapi tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
menjalankan profesi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang
berwenang.
DAFTAR PUSTAKA
http://bppt.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/Kepmenkes_376-MENKES-SK-III-
2007_STANDAR_PROFESI_FISIOTERAPIS.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Fisioterapi
http://www.infofisioterapi.com/tag/kode-etik
http://id.wikipedia.org/wiki/Kode_etik_profesi