Anda di halaman 1dari 6

Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah

1. Makna Ukhuwah Islamiyah


Kata Ukhuwah berarti persaudaraan. Maksudnya perasaan simpati atau empati antara dua orang
atau lebih. Masing-masing pihak memiliki perasaan yang sama baik suka maupun duka, baik
senang maupun sedih. Jalinan perasaan itu menimbulkan sikap timbale balik untuk saling
membantu bila pihak lain mengalami kesulitan. Dan sikap untuk membagi kesenangan kepada
pihak lain. Ukhuwah dan persaudaraan yang berlaku bagi sesame muslim disebut ukhuwah
islamiyah.

Persaudaraan sesama muslim adalah persaudaraan yang tidak dilandasi oleh keluarga, suku,
bangsa, dan warna kulit, namun karena perasaan seaqidah dan sekeyakinan. Nabi mengibaratkan
antara satu muslim dengan muslim lainnya ibaratkan satu tubuh. Apabila ada satu bagian yang
sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya. Rasulullah SAW juga bersabda : ” tidak
sempurna iman salah seorang kamu, sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai
dirinya sendiri “.

Hadis di atas berarti, seorang mulim harus dapat merasakan penderitaan dan kesusahan saudara
yang lainnya. Ia harus selalu menempatkan dirinya pada posisi saudaranya.

Antara sesama muslim tidak ada sikap saling permusuhan,dilarang mengolok-olok saudaranya
yang muslim. Tidak boleh berburuk sangka dan mencari kesalahan orang lain ( Q.S al-Hujurat:
11-12)

Sejarah telah membuktikan bagaimana keintiman persahabatan dan lezatnya persaudaraan antara
kaum muhajirin dan kaum anshar. Kaum muhajirin rela meninggalkan segala harta dna
kekayaann dan keluarganya di kampong halaman. Demikian juga kaum anshar dengan penuh
keikhlasan menyambut dan menjadikan kaum Muhajirin sebagai saudara. Peristiwa inilah awal
bersatunya dua hati dalam bentuk yang teorisentrik dan universal sebagai hasil dari sebuah
persaudaraan yang dibangun Nabi atas dasar kesamaan aqidah.

2. Makna ukhuwah insaniyah

Persaudaraan sesama manusia disebut ukhuwah insaniyah. Persaudaraan ini dilandasi oleh ajaran
bahwa semua umat manusia adalah makhluk Allah. Perbedaan keyakinan dan agama juga
merupakan kebebasan pilihan yang
yan g diberikan Allah. Hal ini harus dihargai dan dihormati.
d ihormati.

Dalam praktek, ketegangan yang sering timbul intern umat beragama dan antar umat beragama
disebabkan oleh:

1. Sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah atau missi

2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama lain. Arti
keberagamannya lebih keoada sikap fanatisme dan kepicikan ( sekedar ikut-ikutan).

3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan
memandang rendah agama lain.
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam
kehidupan bermasyarakat.

5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat beragama maupun
antar umat beragama.

6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalh perbedaan pendapat.

Dalam pergaulan antar agama, semakin hari kita merasakan intensnya pertemuan agama-agama
itu. Walaupun kita juga semakin menyadari bahwa pertemuan itu kurang diisi segi-segi dialogis
antar imannya.

Dalam pembinaan umat Bergama, para pemimpin dan tokoh agama mempunyai peranan yang
besar, yaitu:

1. Menterjemahkan nilai-nilai dan norma-norma agama ke dalam kehidupan bermasyarakat

2. Menerjemahkan gagasan-gagasan pembangunan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh


masyarakat.

3. Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-cara yang
dilakukan untuk suksesnya pembangunan.

4. Mendorong dan membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta dalam usaha
pembangunan

5. Meredamkan api-api konflik yang ada dan berusaha mencari titk temu dan solusi

Orang-orang mukmin sesungguhnya bersaudara; maka rukunkanlah kedua saudaramu yang


berselisih dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat (Q.s. Al-Hujurat [49]:
10).
Manusia beriman mempunyai dua dimensi hubungan yang harus selalu dipelihara dan
dilaksanakan, yakni hubungan vertikal dengan Allah SwT melalui shalat dan ibadah-ibadah
lainnya, dan hubungan horizontal dengan sesama manusia di masyarakat dalam bentuk perbuatan

baik. Mukmin niscaya


nisca ya menjaga harmoni, keseimbangan,
k eseimbangan, equilibrium
eq uilibrium antara intensitas hubungan
hubun gan
vertikal dan hubungan horizontal. Orientasi hubungan vertikal disimbolkan oleh pencarian
keselamatan dan kebaikan hidup di akhirat, sedangkan hubungan horizontal diorientasikan pada
perolehan kebaikan dan keselamatan hidup di dunia.

Mereka selalu diliputi kehinaan dimana pun mereka berada, kecuali bila mereka berpegang pada
tali (janji) dari Allah dan tali (janji) dari manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan selalu
diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan
membunuh para nabi tanpa sebab; soalnya, karena mereka durhaka dan melanggar batas (Q.s. Ali
Imran [3]: 112).

Interaksi manusia dengan sesamanya harus didasari keyakinan bahwa, semua manusia adalah
bersaudara, dan bahwa anggota masyarakat Muslim juga saling bersaudara. Ukhuwah
mengandung arti persamaan dan keserasian dalam banyak hal. Karenanya persamaan dalam
Faktor penunjang lahirnya persaudaraan adalah persamaan. Semakin banyak persamaan, semakin
kokoh pula persaudaraan. Persamaan dalam cita dan rasa merupakan faktor yang sangat dominan
yang menjadikan seorang saudara merasakan derita saudaranya. Keberadaan manusia sebagai
makhluk sosial, perasaan tenang dan nyaman berada bersama jenisnya dan dorongan kebutuhan
ekonomi bersama juga menjadi faktor penunjang rasa persaudaraan itu. Islam menganjurkan
untuk mencari titik singgung dan titik temu, baik terhadap sesama Muslim, maupun terhadap
non-Muslim.

Katakanlah, “Wahai Ahli Kitab! Marilah menggunakan istilah yang sama antara kami dengan
kamu: bahwa kita takkan mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Dia; bahwa kita takkan
saling mempertuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling, katakanlah, “Saksikanlah
“ Saksikanlah bahwa kami
orang-orang Muslim [tunduk bersujud pada kehendak
kehend ak Allah] (Q.s. Ali Imran [3]: 64).

keturunan mengakibatkan persaudaraan, dan persamaan dalam sifat-sifat juga membuahkan


persaudaraan.

Islam yang Rahmatan lil Alamin

Sikap seorang muslim terhadap nonmuslim telah gamblang digariskan dalam syariat. Sebagai agama pertengahan
(seimbang), sikap Islam terhadap nonmuslim pun proporsional, bersikap lembut tapi pada tempatnya dan bersikap
keras atau tegas juga pada tempatnya. Masing-masingny
Masing-masingnya
a tidak dilakukan secara berlebihan. Lembut tapi tidak
berarti berkasih sayang kepada mereka hingga menerabas batas-batas akidah, bersikap keras pun tidak berarti
bermudah-mudah dalam menumpahkan darah mereka. Semua itu terangkum dalam apa yang disebut dengan
akidah al-wala’
al-wala’ wal bara’.
Memang tak bisa dimungkiri, ada kalangan Islam yang kebenciannya terhadap nonmuslim acap kebablasan. Setiap
ada permasalahan sekecil apa pun yang muncul dengan tetangganya yang nonmuslim—
nonmuslim—misalnya
misalnya—
—aksi fisik atau
senjata tajamlah yang kemudian berbicara. Di pihak lain, ada yang merepresentasikan orang kafir dengan Amerika
Serikat (AS) dan sekutunya. Maka setiap kepentingan
ke pentingan atau aset yang ”berbau” negara tersebut, bahkan setiap orang
yang dianggap antek AS—
AS—baik muslim maupun nonmuslim—
nonmuslim— di mana pun, diyakini harus dilibas habis. Muncullah
kemudian aksi-aksi teror yang mengatasnamakan jihad.
Walaupun tindakan AS dan sekutunya selama ini memang benar-benar menzalimi kaum muslimin atau menerapkan
standar ganda terhadap Islam—
Islam —dan demikianlah sunnatullah berbicara tentang orang-orang kafir —, namun
semestinya sikap kita tetap mendasarkan pada tuntunan syariat. Lebih-lebih aksi-aksi teror yang maksud hati
mengangkat kemuliaan Islam namun pada kenyataannya justru menjatuhkan kemuliaan dan citra Islam. Kebencian
terhadap Islam justru kian menyala di dada-dada
dada -dada musuh Islam. Sementara bagi muslim yang imannya lemah, justru
kian agamanya. Islam, bagi mereka, dianggap agama yang tidak memberikan kedamaian, namun justru keresahan.
Dampak lebih jauh, ajaran-ajaran pluralisme kian mendapat angin segar dan tumbuh subur di negeri ini. Kalangan
liberal—
liberal —yang rajin mengampanyekan paham tersebut—
tersebut—kian gemar melontarkan pernyataan-pernyataan:
pernyataan-pernyataan: “semua
agama baik”, ”semua agama tidak mengajarkan kekerasan”, ”semua agama mengajarkan kedamaian”, dan
semacamnya. Inti dari pernyataan-pernyataan tersebut tak lain; semua agama adalah benar, hilangkan istilah kafir di
antara pemeluk agama, karena yang dinamakan kafir adalah orang-orang yang tidak mengakui adanya Tuhan.
Tak hanya itu, dalam praktiknya kemudian, dengan mengusung jargon kerukunan atau toleransi antarumat
beragama, doa lintas agama atau lintas keyakinan pun marak digelar di daerah-daerah.
Di sisi lain, ada sebuah partai yang mengaku Islam justru membuka diri terhadap orang -orang kafir, memberikan
peluang bagi mereka untuk menduduki jabatan sebagai anggota legislatif ataupun jabatan lainnya. Sudah terjerat
dalam sistem demokrasi yang bertentangan dengan Islam, lantas tercebur dalam lumpur politik kotor yang acap
membenamkan syariat di bawah kepentingan-kepentingan politik praktis. Lebih lucu lagi, mereka dengan bodohnya
membanggakan diri sebagai orang-orang terdepan yang memperbaiki umat. Orang-orang di luar partai dianggap
tidak berbuat apa-apa. Aktivitas dakwah
dakwah—
—tentunya yang di luar garis partai—
partai —dianggap tidak mampu membuahkan
hasil nyata. Na’udzubillah!
Sudah keblingerkah mereka dengan partai dan
d an sudah teracunikah mereka dengan demokrasi, sehingga kebijakan
partai yang merangkul orang-orang kafir diamini dan ditaklidi dengan bangga? Di manakah akal sehat mereka
sebagai orang-orang muslim? Dibuang kemana ayat-ayat Al-Qur’an
Al- Qur’an yang melarang menjadikan
menjadik an mereka sebagai
pemimpin, penolong/pembela, atau orang-orang kepercayaan?
Di sinilah pentingnya kita memahami akidah al-wala’
al- wala’ wal bara’ sehingga kita bisa bertindak secara tepat sesuai
syariat. Lebih dari itu, kita pun bisa mendudukkan Islam sebagai agama
agama yang rahmatan lil ’alamin secara benar.

Dialog Antar Agama

Mencari titik temu antara agama yang satu dengan lainnya adalah hal yang mustahil.
Setiap agama memiliki tafsiran tersendiri. Misalnya, kata Allah dalam agama Islam

adalah Allah SWT yang sifatnya tunggal. Sementara dalam agama Kristen, konsep
ketuhanan itu adalah trinitas dan bukan tunggal. Dalam hal konsep ketuhanan saja
telah berbeda, maka dapat dipastikan bahwa konsep seperti keimanan, akhlaq, dan
ibadah pun akan berbeda. Sehingga motif agar terjadi keseragaman dan titik temu antar
agama-agama adalah hal yang tidak mungkin. Sebagaimana yang dinyatakan oleh
Samuel P. Huntington bahwa agama telah membedakan manusia dengan sangat jelas.
Seseorang bisa saja setengah Perancis atau setengah Arab, tetapi tidak mungkin
menjadi setengah Katolik atau setengah Islam. Olehnya itu, mencari titik temu di antara
setiap agama, sama halnya membunuh semua agama yang ada lalu menghidupkan
agama baru.
Dialog antar agama hanyalah manuver politik Barat untuk menghancurkan Islam. Pihak
Barat yang menyerukan dialog antar agama dengan umat Islam, pada hakikatnya
memandang umat Islam dengan pandangan permusuhan. Simak saja pernyataan Paus
Benedictus XVI saat berpidato di Universitas Regensburg yang mengatakan bahwa
tidak ada yang baru dari ajaran Nabi Muhammad selain hanya ajaran yang berbau iblis
dan tidak manusiawi. Dia juga menyebutkan bahwa Nabi Muhammad memerintahkan
umat Islam untuk menyebarkan agama dengan pedang dan kekerasan. Keyakinan
serupa yang mengilhami Geert Wilders untuk membuat film fitnah dan Terry Jones yang
ingin membakar Al-Quran.
Sesungguhnya target mendasar yang hendak diwujudkan oleh kaum kapitalis Barat dari
dialog antar agama adalah untuk menghalang-halangi terwujudnya kembali Islam
sebagai suatu sistem kehidupan yang menyeluruh. Kaum kapitalis Barat menyadari
bahwa bangkitnya sistem Islam akan mengancam eksistensi ideologi dan peradaban
mereka sekaligus akan menggeser kepemimpinan dan pengaruh mereka atas negara-
negara di dunia. Oleh karena itu, satu-satunya jalan untuk meredam kebangkitan Islam
adalah dengan mengaburkan nilai-nilai Islam melalui dialog antar agama. Kekaburan
nilai Islam akan berdampak pada lahirnya generasi Islam yang tidak Islami. Umat Islam
diarahkan agar semakin jauh dari kemurnian Islam.
Dialog antar agama yang diprakarsai oleh Barat untuk mencari titik temu di antara
agama dan peradaban hanyalah sebuah ilusi dan konspirasi. Dialog yang sifatnya
sepihak dalam rangka mengaburkan nilai Islam. Sebaliknya umat Islam justru diarahkan
untuk memperjuangkan nilai-nilai humanisme, rasionalisme, relativisme, liberalisme,
dan sekularisme. Wallahu a’lam bishawab.
Soal keragaman dalam hidup tidak bisa dihindari namun perlu untuk melakukan mencegahan
supaya tidak terjadi kerusuhan dengan dengan meningkatkan dialog antara tokoh agama dan tokoh
agama dengan Pemerintah.

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Agama Islam merupakan Rahmat bagi Semesta Alam


Kata Islam berarti
Damai, Selamat, Sejahtera, Penyerahan diri, Taat, Tunduk danPatuh
kepada Tuhan. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa Islam adalahagama
yang mengandung ajaran agar penganutnya mewujudkan dan menjagaperdamaian, keselamatan
dan kesejahteraan dalam kehidupan manusia dan semuamakhluk Tuhan sebagai bukti ketaatan
dan ketundukannya kepada ketentuan-ketentuan Tuhan.Menurut ajaran Islam manusia diserahi
amanat untuk menjadi khalifah (wakilTuhan) dalam mengelola bumi harus bisa menciptakan
kemaslahatan bagi sesamamakhluk Tuhan. Artinya bahwa, setiap perbuatan yang dilakukan
manusia harusmemberikan kebaikan dan tidak bolehmerugikan atau menyakiti pihak lain
dengancara menegakkan aturan Tuhan. Itulah wujud kasih sayang dari agama Islamsebagaimana
dinyatakan dalam Q.S:21: 107 ketika menjelaskan misi Rasulullahuntuk menyampaikan agama
Islam bagi umat manusia, yang artinya: “Dantiadalah kami mengutus mu (Muhammad)

melainkan untuk menjadi rahmat bagisemesta alam”.

Konsep Persaudaraan
Persaudaraan Islam perasaan
memiliki makna dan Persaudaraan
simpati dansesama Manusia
empati antara dua orang ataulebih. Masing-
masing pihak meiliki satu kondisi atau perasaan yang sama, baik suka maupun duka, senang
maupun sedih dan seterusnya. Jalinan perasaan itumenimbulkan
itu menimbulkan sikap timbal balik untuk saling
membantu bila pihak lainmengalami kesulitan, dan sikap untuk saling berbagi kesenangan
kepada pihak lain bila salah satu pihak mendapatkan sesenangan. Persaudaraan ini berlakuantara
sesama umat Islam dan juga pada sesama manusia secara universal tanpamembedakan agama,
suku bangsa, pangkat, harta
ha rta dan strata sosial lainnya.

Konsep persaudaraan sesama manusia dilandasi ajaran, bahwa semua umatmanusia adalah
makhluk Tuhan. Walaupun Tuhan telahtelah memberikan petunjuk jalan yang benar melalui
melalui agama
Islam, tetapi Tuhan juga memberikan kebebasankepada setiap manusia untuk memilih jalan
hidupnya, disitulah kita dapatikeadilan Tuhan.
Kebersamaan Umat Beragama dalam Kehidupan Sosial
Seluruh manusia memiliki tanggung jawab yang sama untuk menciptakankeharmonisan dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan. Masing-masing elemenmasyarakat berkewajiban untuk
melaksanakan peran sosial sesuai dengan bidangtugas dan kemampuannya. Kontribusi yang
ditekankan oleh Islam adalah berbuatdan mengajak kepada kebaikan serta mencegah kerusakan
yang ditimbulkan olehkerakusan, ketamakan dan ulah tangan manusia-manusia yang jahil (Q.S:
al-Qoshosh ayat 77).Prinsip agar saling tolong menolong dengan sesama manusia memberikan
makna
universalisme
nilai-nilai kebaikan yang diinginkan oleh setiap manusia. Nilai-nilaitersebut didalam al-
al-Qur’an
Qur’an
diformulasikan dalam
“amar ma’ruf nahi munkar”

Anda mungkin juga menyukai