Undang Berpikir Rakyat Berjuang
Undang Berpikir Rakyat Berjuang
ISI RISALAH
5. Feodalisme
7. Kapitalisme
9. Sosialisme
-----------------------------------------------
a. Jepang-Filipina-Surabaya.
b. Hawai-Irian-Australia.
Perhatikan:
Suara dan bahan tertera dalam risalah ini bukanlah suara dan bahan
baru. Lama sebelumnya sudah banyak kawan yang mencoba ke jurusan
ini. Kurang-lebih tiga tahun yang lalu saya merasa beroleh giliran
menghimpun bahan lama dalam bentuk sekarang ini. Sudahlah menjadi
kewajiban saya untuk “mengeraskan” dan “menjelaskan” seruan lama itu.
Suara dan bahan lama, tetapi masih dibutuhkan, sebagai daya penggerak,
laju menuju pantai yang dituju.
Tiada obahnya dengan seruan dalam kitab ini. Lama... tetapi tetap
baru, karena masih dibutuhkan... masih perlu diperiksa kembali... perlu
dikoreksi... perlu dicapai. Memang justru dalam tingkatan sekarang ini
dimana kaum rakyat terbanyak tidak mungkin dipuaskan dengan
demagogi selalu, maka sudahlah tiba saatnya bagi rakyat terbanyak untuk
memeriksa kembali dan menukar semboyannya “rakyat minta bukti”
dengan “rakyat bikin bukti”.
IBNU PARNA
---------------------------------------------------
PENDAHULUAN
Semoga dengan kisah Tuhan Yang Maha Kuasa itu tuntutan kaum
buruh dapat diterima.
Yang tadinya rahasia kemudian bukan rahasia lagi, yang tadinya gaib
terbukti bukan gaib lagi, yang tadinya benar kemudian tidak menjadi
benar lagi. Demikianlah logica mystica (gaib) dijatuhkan oleh logika
bukti (kenyataan) dan selanjutnya bukti-bukti berdasarkan kenyataan
bertarung dan saling membatalkan adanya.
IBNU PARNA.
------------------------------------------------------------------
Di tengah alam yang kaya raya, lagi murah, manusia sederhana yang
belum banyak kebutuhan kecuali makan-minum dan tidur, maka
bahagialah ia beserta kawan-kawannya hidup damai dalam beberapa
gerombolan. Demikianlah hidup manusia dalam masyarakatnya dalam
tingkatan pertama. Masyarakat manusia sederhana itu merupakan
masyarakat bahagia dan persaudaraan yang sederhana pula. Masyarakat
tersebut adalah masyarakat Bapak Adam dan Ibu Hawa yang hidup
senang dalam surganya sebagai terlukis dalam cerita warisan kuno dari
kakek moyang. Dikatakan surga, karena manusia tahu beres, alamlah
yang menghasilkan, manusia tinggal memetik dan memungutnya buah
alam yang dimiliki bersama. Masyarakat dalam tingkatan pertama itu
lazim disebut masyarakat oer-communisme atau komunisme kuno.
Dalam perhubungan antara suku yang kuat dan suku yang lemah di
dalam perebutan kemakmuran lahirlah perbudakan dalam bentuk yang
pertama. Sebaliknya, antara suku yang kuat dengan lain suku
yang kuat pula dalam perebutan kemakmuran terjadilah saling mengerti
dan di sanalah lahir pertukaran hasil pekerjaan sebagai bentuk pertama
dari pada perdagangan. Dalam tingkatan pertama, baik perbudakan
maupun perdagangan terjadi tidak di antara orang dan orang dalam suku,
melainkan antara suku dan suku.
FEODALISME
Ada lagi anak rakyat yang bangun. Ia jauh lebih maju dari pada
pemberontak-pemberontak yang sudah. Ia membawa
semboyan “hancurkan bukti-bukti hutan dan bagilah tanah”. Semboyan
pemberontak muda ini sungguh amat menakutkan tuan-tuan tanah dan
para pengikutnya. Pemberontakan langsung mengenai sasarannya. Di
sana-sini rakyat berhasil merebut kekuasaan untuk menghancurkan
semua bukti-bukti hutan dan segera membagi tanah. Tetapi organisasi
rakyat belum cukup tersusun untuk dapat mempertahankan
kekuasaannya. Menghancurkan bukti-bukti hutang dan membagi tanah
saja ternyata belum cukup untuk menjamin kemakmuran rakyat.
Organisasi dari tuan-tuan tanah dan para pengikutnya beserta
pengaruhnya harus pula disapu, dihancurkan, dibinasakan. Lagi pula
tidak cukup rakyat bergembira berkuasa dalam satu daerah karena
selamanya tuan tanah masih berkuasa di lain-lain daerah maka kekuasaan
mereka tetap akan merupakan ancaman dan bahaya bagi daerah itu.
Bekas tuan tanah dan pengikutnya beserta pengaruhnya tidak akan segan-
segan untuk minta pertolongan, tuan-tuan tanah dari lain daerah dengan
perjanjian seribu satu untuk berkhianat, mengacaukan dan merobohkan
kekuasaan rakyat pekerja tanah. Rakyat tidak cukup belajar merebut
kekuasaan, tetapi ia pun harus belajar membertahankan kekuasaan.
Rakyat tidak cukup berkuasa di satu daerah, melainkan rakyat harus
berkuasa di atas satu daerah yang cukup luas dan cukup kuat (ekonomis,
politis, dan sosial).
Beberapa raja sebagai boneka borjuis (yang sudah tahu betapa royal
dan sedapnya suapan borjuis) melawan reaksi penghulu agama berhasil
memutuskan oposisi penghulu agama dengan membatasi kekuasaan
penghulu-penghulu agama hanya kepada gereja dan akhirat yang tidak
berhak sedikit pun ikut campur dalam urusan negara (dunia) (Jerman).
KAPITALISME
Muslihat main hancur dan main buang itu pun terbatas. Harga barang
yang dihancurkan/dibuang itu dilemparkan kepada pembeli dengan
menaikkan harga barang yang dijual. Akhirnya, kekuatan pembeli pun
sampai pada batasnya, hingga “permainan hancur dan buang” itu tak
dapat dilanjutkan.
Patut dicatat sekali lagi bahwa segala ajaran Marx itu bukanlah
karangan otak kepalanya di waktu ngelamun, melainkan MARX
mengajukan pelajarannya satu demi satu melalui penyelidikannya
bertahun-tahun selama hidupnya. Sejarah dijadikan bahan, sekalian itu
terjadi di masyarakat. Marx hanya berlaku sebagai penghimpunan segala
getaran masyarakat itu. Tidak boleh dilupakan Marx pun
mempergunakan buku-buku pujangga-pujangga kuno dan pujangga-
pujangga jamannya, baik mereka itu kawan atau lawan. Nyatalah bukan
kitab yang membikin masyarakat, melainkan masyarakat itulah yang
melahirkan kitab sekali pun kitab pada tingkatannya terakhir pun
mempengaruhi masyarakat.
SOSIALISME
----------------------------------------------------
Mr. Moh. Yamin: “Irian lebih mudah kita rebut dengan RIS dari pada
sonder RIS” Teori Yamin ini lalu diolor orang menjadi: “Kemerdekaan
lebih mudah diisi dengan RIS dari sonder RIS”.
10. Menghadapi tentara penjajah yang kian hari kian dalam dan
mendalam masuk di daerah kepulauan kita maka Sjahrir, kini ketua
Partai Sosialis Indonesia (sosialis kanan) memajukan teori: “Biarlah
tentara penjajah merajalela di tanah-air kita, asalkan kekuasaan tetap di
tangan kita”.
Cara berpikir yang nista ini akhirnya menjadi sumber sebab alasan
yang memberi kebebasan kepada tentara penjajah untuk bergerak di
daerah kepulauan Indonesia yang sudah mempermaklumkan
kemerdekaan itu. Begitulah penjajah berkesempatan mengatur persiapan
untuk membikin Indonesia sebagai benteng penjajah. Anggapan bahwa
kekuasaan dan alat kekuasaan dapat dipisahkan itu adalah anggapan yang
salah.
Bagi orang yang cukup kritis tentulah tidak akan memandang teori
perimbangan antara subjectiviteit dan objectiviteit itu sebagai teori,
melainkan akan melihat teori tersebut dalam hubungannya dengan
pembentukan benteng anti-kemerdekaan seperti sudah tersebut di atas.
Teori tersebut tidak diajukan oleh Sjahrir berdasarkan kekuatan massa
tempat kaki Republik berdiri, melainkan diajukan dengan bersandar
kepada kekuatan tentara penjajah hingga menjadi ilham perlucutan
rakyat berjuang. Kekuatan akhirnya bukanlah untuk menambah yang ada
dengan melemahkan kekuatan penjajah, melainkan kekuatan
dipersatukan dengan kekuatan penjajah untuk mengurangi kalau tidak
menghancurkan tenaga yang ada pada kita.
12. Pada tanggal 28 Desember ’49 Indonesia menerima “kedaulatan”
dari tangan mahkota Belanda dalam lingkaran mahkota Belanda. Bendera
Belanda diturunkan, Sang Dwi-warna dinaikkan. Berangsur-angsur
Belanda meninggalkan daerah-daerah untuk menyerahkan keamanan
daerah-daerah tersebut kepada TNI... dll. Mr. Moh. Yamin menamakan
hasil-hasil KMB ini sebagai kemenangan diplomasi.
g. Ada lagi yang mengeluh, jalan pertama terlalu lambat dan amat
sukar ditempuh. Justru keluh tersebut ialah saringan yang kaprah
(natuurlijk) untuk mengetahui siapa kawan, siapa lawan rakyat. Barang
siapa semata-mata mempertahankan kedudukan sekali pun dengan
menambah beban rakyat dan memberi pukulan moril kepada rakyat
sudah terang tidak dapat terhitung kawan rakyat.
----------------------------------------------
2. Bila Manai Sophiaan anggota Dewan Partai PNI lebih suka menaruh
PNI dalam golongan sosialis dari pada golongan nasionalis maka
dapatlah golongan nasionalis, hanya saja bila PNI dimasukkan dalam
golongan sosialis maka PNI ialah sosialis yang paling kanan, tetapi bila
Partai Murba dimasukkan golongan nasionalis maka partai Murba masuk
golongan nasionalis revolusioner yang menolak KMB.
3. Alhasil juga sampai sekarang masih ada kaum nasionalis yang tidak
setuju dengan gerak-gerik PNI alias Amerika belum berhasil menarik
semua nasionalis Indonesia dalam lingkungan siasatnya. Sepanjang
proses sejarah lambat-laun PNI bagian bawahan, terutama dari buruh
rendahan dan tani melaratnya pasti akan mengadakan oposisi terhadap
kaum priayi yang menjadi kemudi PNI itu.
TAMAT