Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

IDENTITAS NASIONAL

4.1 Hakikat Bangsa


Sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, manusia pada hakikatnya memiliki kodrat
sebagai mahluk individu dan sekaligus sebagai mahluk sosial. Sedangkan bangsa pada
hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia tersebut dalam
merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaannya. Hal ini berdasarkan ungkapan
bahwa manusia tidak mungkin hidup menyendiri, sehingga manusia akan senantiasa
memerlukan orang lain (homo socius).

Suatu bangsa bukan merupakan perwujudan kehendak atau kepentingan individu yang
diikat dengan perintah berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagaimana
dilakukan oleh negara-negara Liberal. Demikian juga, suatu bangsa bukanlah suatu
totalitas kelompok masyarakat yang meniadakan hak-hak individu sebagaimana yang
terjadi pada bangsa Sosialis Komunis. Oleh karena itu, pernyataan bangsa Indonesia
tidak mendasarkan pada pernyataan kemerdekaan individu sebagaimana negara liberal
dan bukan pula merupakan suatu pernyataan bangsa komunal sebagaimana dilakukan
oleh kalangan Sosialis Komunis.

Dalam Pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa “... Kemerdekaan adalah hak
segala bangsa …”. Pernyataan tersebut merupakan penyataan universal tentang hak
kodrat manusia sebagai bangsa dan sebagai manusia yang merealisasikan sebagai
mahluk individu sekaligus sebagai mahluk sosial.

4.2 Teori Tentang Bangsa


Ada tiga teori utama yang membahas tentang bangsa. Ketiga teori tersebut adalah
Teori Hans Kuhn, Teori Kebangsaan, dan Teori Ernest Renan. Berikut ini ulasan
secara singkat dari masing-masing teori tersebut :
a. Teori Hans Kuhn
Sebagai seorang antropolog, Hans Kuhn mengemukakan teorinya tentang bangsa.
Bahwa bangsa terbentuk karena adanya persamaan bahasa, ras, agama, peradaban
34
atau budaya, wilayah, negara dan kewarganegaraan. Suatu bangsa tumbuh dan
berkembang dari unsur-unsur serta akar budaya yang terbentuk melalui suatu proses
sejarah.

b. Teori Kebangsaan
Teori Kebangsaan mendasarkan pada ras, bahasa serta agama. Teori Kebangsaan
saat ini sudah tidak berlaku lagi, dan tidak mendapat tempat di kalangan bangsa-
bangsa di dunia. Contoh, Yugoslavia semula adalah sebuah negara besar pada saat
dipimpin oleh Yosef Broz Tito yang menganut faham sosialis. Namun ketika Tito
meninggal dunia, negara ini terpecah belah menjadi beberapa negara kecil seperti
Serbia, Kroasia, Herzegovina yang berupaya membangun bangsa berdasarkan
kesamaan ras, bahasa dan agama. Banyak tantangan dari negara-negara lainnya.
Montenegro, Slavia, sebagai pecahan dari Yugoslavia mencoba membuat negara
sendiri dengan landasan dasar ras, bahasa dan agama, tetapi tidak berhasil.
Demikian juga Israel, yang ingin membangun negara Zionis Raya berdasarkan ras
Yahudi, mendapat tantangan keras dari negara-negara lain kecuali Amerika Serikat.
Sebaliknya, seperti Amerika Serikat yang terdiri atas berbagai ras, agama, bahasa
serta warna kulit yang berbeda ternyata masih tetap berdiri kokoh sampai saat ini.
Dengan demikian teori ini sudah tidak relevan.

c. Teori Ernest Renan


Harkat bangsa atau “nation” ditinjau secara ilmiah oleh Ernest Renan, seorang ahli
Perancis. Tahun 1982, Renan melakukan kajian ilmiah tentang bangsa berdasarkan
Psikologi Etnis. Setelah mengadakan tinjauan historis tentang pertumbuhan
masyarakat manusia zaman purba, zaman pertengahan sampai abad XIX tentang
bentuk pergaulan hidup serta timbul tenggelamnya berbagai bangsa, sampailah pada
suatu kesimpulan tentang prinsip-prinsip bangsa sebagai berikut :
1) Bangsa adalah suatu jiwa, suatu asas kerohanian,
2) Memberikan ruang dimana bangsa itu hidup. Sedangkan manusia
membentuk jiwanya,
3) Bangsa adalah suatu solidaritas yang besar, dan

35
4) Bangsa adalah suatu hasil sejarah. Namun karena sejarah berkembang terus,
maka kemudian menurut Renan, bahwa bangsa bukan sesuatu yang abadi, dan
wilayah serta ras bukanlah suatu penyebab timbulnya bangsa.

Selanjutnya Ernest Renan menegaskan bahwa ada tiga faktor yang membentuk
jiwa bangsa yaitu 1) Kejayaan dan kemuliaan masa lampau, 2) Suatu keinginan
hidup bersama baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang, dan 3)
Penderitaan bersama. Ketiga faktor tersebut secara bersama-sama mencakup lima
aspek, yang diuraikan sebagai berikut :

a) Le Capital Social atau suatu modal sosial bagi pembentukan dan pembinaan
faham kebangsaan. Akan tetapi yang terpenting adalah bukan apa yang
berakar di masa silam, akan tetapi apa yang harus dikembangkan di masa
yang akan datang.
b) Persetujuan bersama pada saat sekarang, yaitu suatu musyawarah untuk
mencapai suatu kesepakatan bersama.
c) Keinginan untuk hidup bersama pada saat sekarang, yaitu suatu musyawarah
untuk mencapai suatu kesepakatan bersama.
d) Keinginan untuk hidup bersama dengan kesediaan untuk berani memberikan
suatu pengorbanan. Oleh karena itu, apabila suatu bangsa ingin hidup terus,
maka kesediaan untuk berkorban harus terus dikembangkan.
e) Pemungutan suara menjadi suatu syarat mutlak bagi hidupnya suatu bangsa
dan pembinaan bangsa.

4.3 Pengertian Negara


Ada dua pengertian dari negara. Pertama Negara adalah suatu organisasi dari
sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami suatu
wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib
dan keselamatan mereka. Negara dalam arti suatu organisasi bersifat statis. Kedua
Negara adalah suatu perserikatan yang melaksanakan pemerintahan melalui hukum
yang mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa dalam upaya penertiban
sosial. Negara dalam arti suatu perserikatan bersifat dinamis.

36
4.4 Teori Terbentuknya Negara
Ada dua macam teori yang mengungkap terbentuknya sebuah Negara. Kedua teori
tersebut adalah Teori Kuno dan Teori Modern.
a. Teori Kuno
Teori Kuno dapat dibedakan menjadi tiga teori, yaitu :
1) Teori Hukum Alam, pemikiran pada masa Plato dan Aristoteles :
Kondisi alam, dimana manusia bertempat tinggal adalah di bumi, bukan di
planet lain. Kondisi alam ini sangat memungkinkan manusia berkembang biak.
Karena makin besar jumlahnya, saling berkelompok dan bekerjasama maka
terbentuk negara.
2) Teori Ketuhanan (Islam, Kristen dan segala agama) bahwa segala sesuatu
adalah ciptaan Tuhan. Termasuk negara, adalah juga ciptaan Tuhan.
3) Teori Perjanjian (Thomas Hobbes), manusia menghadapi kondisi alam dan
menghadapi hukum alam. Barang siapa yang kuat maka dia yang menang, dan
barang siapa yang lemah akan musnah. Cenderung ada kelompok yang
musnah apabila tidak mengubah pola hidupnya. Untuk itu mereka yang lemah
melakukan pendekatan dan berupaya melakukan perjanjian dengan mereka
yang kuat. Dengan demikian terbentuk kelompok besar, yang akan semakin
berkembang dan menjadi bangsa serta tinggal di suatu negara.

b. Teori Modern:
Proses terbentuknya negara di zaman modern dapat dibedakan menjadi empat
sebab. Keempat sebab tersebut adalah sebagai berikut.
1) Penaklukan
Dalam hal ini tentunya ada negara yang berkuasa dan ada negara yang
dikuasai baik dijajah maupun ditaklukkan. Sebagai contoh Malaysia ada
dibawah jajahan Inggris (Commonwealth). Australia juga ada dalam jajahan
Inggris. Untuk diketahui, Inggris adalah Penjajah yang paling santun dan
manusiawi (Daliman, 2001).

2) Peleburan
Ada negara yang awalnya terpisah, kemudian ada kebijakan melebur menjadi
satu negara. Misal awalnya ada Jerman Barat dan Jerman Timur kemudian

37
lebur menjadi satu yaitu Negara Jerman. Vietnam Utara dan Vietnam Selatan,
lebur menjadi Vietnam.

3) Pemisahan Diri
Ada negara yang awalnya merupakan negara besar, kemudian karena konflik
atau permasalahan internal yang muncul dilakukan kebijakan pemisahan diri.
Sebagai contoh Uni Soviet , yang awalnya sebagai negara Adi Kuasa dan
pesaing Amerika Serikat, kemudian pecah menjadi lima belas negara-negara
kecil, yaitu 1) Armenia, 2) Azerbaijan, 3) Belarus, 4) Estonia, 5) Georgia, 6)
Kazakhtan, 7) Kirgizstan, 8) Latvia, 9) Lituania, 10) Moldova, 11) Rusia, 12)
Tajikistan, 13) Turkmenistan, 14) Ukraina, dan 15) Uzbekistan.

4) Pendudukan atas negara yang belum ada pemerintahan sebelumnya.


Contohnya, diawali adanya Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri
adalah perubahan yang sangat cepat terkait industri yang awalnya dilakukan
secara manual menjadi menggunakan mesin. Tidak semua warga Inggris
dapat mengikuti perubahan teknologi yang sangat cepat tersebut. Namun
Inggris adalah contoh satu negara yang sangat santun. Warga tidak melakukan
demonstrasi atau kemarahan yang berlebihan. Mereka mencari solusi damai.
Mereka yang merasa tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi
berkumpul dengan damai dan meninggalkan Inggris dengan Kapal untuk
mencari suatu lokasi yang belum ada pemerintahan resmi. Sebagai nakhoda
adalah Columbus dan Amerigo Vespucci. Kapal merapat di suatu daratan
yang ditemukan oleh Amerigo Vespucci yang selanjutnya disebut Amerika
dan ternyata kelak menjadi suatu Benua. Penduduk asli Amerika saat itu
adalah Bangsa Indian, belum memiliki pemerintahan yang sah dan diakui
dunia. Bangsa Indian memiliki banyak suku bangsa, antara lain suku Astec,
Maya, Sioux, Apache dan lain-lain. Suku yang paling berkuasa adalah Suku
Apache dengan Pemimpinnya Winnetou. Winnetou mati-matian melawan
pendudukan Inggris, namun berakhir kalah. Riwayat perjuangan heroik
dimuat dalam cerita berjudul Winnetou yang diterbitkan secara berseri. Itu
adalah contoh pendudukan atas negara yang belum ada pemerintahan
sebelumnya.

38
4.5 Unsur Negara
Secara umum, unsur negara ada empat, meliputi adanya wilayah, penduduk,
pemerintahan yang berdaulat serta pengakuan negara lain. Keempat unsur tersebut
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Bersifat konstitutif
Dalam negara tersebut terdapat 1) wilayah yang meliputi udara, darat dan perairan
(dalam hal ini unsur perairan tidak mutlak karena ada negara yang bersifat
kontinental atau negara daratan, yaitu negara yang tidak memiliki lautan), 2)
rakyat, penduduk atau masyarakat dan 3) pemerintahan yang berdaulat.
b. Bersifat deklaratif
Sifat ini ditunjukkan oleh adanya tujuan negara, undang undang dasar, utamanya
adalah 4) pengakuan dari negara lain, baik secara de facto maupun de jure.

4.6 Bentuk Negara dan Proses Bangsa yang Menegara


a. Bentuk Negara
Suatu negara dapat berbentuk Negara Kesatuan (Unitary State). Sebagai contoh
adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Suatu negara dapat berbentuk
Negara Serikat (Federation State). Sebagai contoh adalah Amerika Serikat.

b. Proses Bangsa yang Menegara


Proses bangsa yang menegara memberikan gambaran tentang bagaimana
semangat terbentuknya suatu bangsa, dimana sekelompok manusia yang berada di
dalamnya merasa sebagai bagian dari bangsa tersebut. Negara merupakan
organisasi yang mewadahi bangsa. Merasakan pentingnya keberadaan negara
sehingga timbul kesadaran dan semangat untuk mempertahankan tetap tegak dan
utuhnya negara melalui bela negara. Upaya ini akan dapat dilaksanakan dengan
baik, apabila tercipta pola pikir, sikap dan tindakan atau perilaku bangsa yang
bersemangat, yang berbudaya serta memotivasi keinginan seluruh bangsa untuk
membela negaranya.

39
4.7 Asal-Usul Bangsa Indonesia
Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Asia Tengah. Prosesnya terjadi sejak
tahun 2000 SM sampai dengan tahun 500 SM (dari zaman Neolithicum sampai zaman
Perunggu) (Von Heine G, dalam Purwanti, 2016). Pada masa itu terjadi migrasi
penduduk purba dari wilayah Yunan (Cina Selatan) ke daerah-daerah di Asia bagian
selatan termasuk wilayah kepulauan Indonesia. Hal tersebut terjadi karena adanya
bencana alam hebat atau adanya perang antar suku bangsa yang dahsyat. Daerah
kepulauan di Asia bagian selatan ini oleh Sejarawan Belanda Von Heine Geldern
disebut Austronesia yang berarti Nesos (atau pulau) yang terletak di Austro (diselatan
Australia). Austronesia mencakup wilayah yang sangat luas, meliputi pulau-pulau di
Malagasi/Madagaskar (sebelah barat) sampai pulau Paskah (sebelah Timur) dan dari
Taiwan (sebelah utara) sampai Selandia Baru (sebelah selatan).

Pendapat Von Heine Geldern, dalam Purwanti (2016), dilatarbelakangi penemuan


banyak peralatan manusia purba berupa batu beliung berbentuk persegi di seluruh
wilayah Indonesia, meliputi Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Peralatan
manusia purba yang ditemukan di Indonesia ini sama persis dengan peralatan manusia
purba di wilayah Asia lainnya, seperti Myanmar, Vietnam, Malaysia dan Kamboja
terutama sekitar wilayah Yunan.

Menurut Von Heine Geldern, dalam Purwanti (2016), manusia purba dari Yunan
tersebut bermigrasi dengan membawa pula bentuk-bentuk kebudayaan perunggu
seperti kapak perunggu, kapak sepatu dan lain-lain dari daratan Dong Son. Pendapat
Von Heine Geldern ini didukung oleh hasil penelitian Johan Hendrik Caspar Kern
pada tahun 1899, dalam Purwanti (2016), yang membahas 113 bahasa daerah di
Indonesia. Dari penelitian Johan Hendrik Caspar Kern ini disimpulkan bahwa kesemua
bahasa daerah tersebut awalnya bersumber pada satu rumpun bahasa yang dinamai
Bahasa Austronesia.

Berdasarkan bukti sejarah diketahui bahwa untuk menyeberangi lautan, nenek moyang
bangsa Indonesia sudah menggunakan perahu bercadik yaitu perahu yang terbuat dari
kayu dengan penyeimbang di kiri dan kanannya. Mereka adalah pelaut tangguh dan
pemberani, karena berhasil mengarungi lautan yang bergelombang tinggi hanya

40
dengan menggunakan perahu bercadik. Nenek moyang bangsa Indonesia diberi nama
dengan sebutan Melayu Indonesia.

4.8 Asal-Usul Nama Indonesia


Istilah Indonesia berasal dari kata Indus (Bahasa Latin) yang berarti Hindia dan Nesos
(Bahasa Yunani) yang berarti pulau. Sedangkan Nesia adalah bentuk jamak dari
Nesos yang berarti pulau-pulau. Dengan demikian Indonesos berarti pulau-pulau di
(Lautan) Hindia.

Indonesia dikenal juga dengan istilah Nusantara. Nusa adalah pulau atau kepulauan.
Antara adalah di tengah atau diapit dua benda yaitu Benua Asia di sebelah utara dan
Benua Australia di sebelah selatan. Selain itu juga diapit Samudera Hindia di sebelah
barat dan Samudera Pasifik di sebelah timur. Posisi ini dikenal dengan Posisi Silang.
Masih banyak lagi nama nama yang diberikan bagi Indonesia pada zaman dahulu
seperti Dwipantara (kepulauan tanah seberang), Suwarnadwipa (pulau emas yaitu
Sumatera sekarang) dan lain-lain.

Istilah Indonesia untuk pertama kali ditemukan oleh seorang etnolog Inggris bernama
James Richardson Logan pada tahun 1850 dengan penelitiannya yang berjudul The
Ethnology of India Archipelago. Logan akan meneliti India namun yang ditemui
adalah bangsa yang Archipelago. Archi berarti penting Pelagos berarti lautan. Jadi,
yang ditemui ternyata bukan bangsa India yang cenderung memiliki banyak daratan
namun suatu bangsa yang menganggap lautan itu penting atau suatu negara kepulauan
yang disebut Indonesos atau Indonesia.

Pada tahun 1862 istilah Indonesia digunakan oleh orang Inggris bernama Maxwell
dalam karangannya berjudul The Island of Indonesia dan sejak saat itulah nama
Indonesia seringkali digunakan untuk menyebut pulau-pulau yang berada dibawah
khatulistiwa ini. Selanjutnya Adolf Bastian dari Jerman (1884) memperkenalkan nama
Indonesia lebih menyolok dengan judul buku “Indonesien, Oder die Insel Des
Malayischen Archipels” yang diterbitkan di Leipzig.

41
Para Pemuda Persatuan Mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda yang
tidak hanya belajar tetapi juga memperjuangkan persatuan dan kesatuan penduduk di
kepulauan ini segera mengambil alih nama Indonesia dan memberikan makna politik.
Dengan demikian, Indonesia tidak hanya sekedar nama yang di gunakan para Ilmuan
atau para peneliti saja, melainkan menjadi nama suatu kesatuan sosial, kesatuan politik
dan suatu bangsa yang baru. Organisasi yang pertama menggunakan kata Indonesia
adalah Perhimpunan Indonesia yang didirikan oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia di
negeri Belanda pada tahun 1908. Selanjutnya semakin populer pada tahun 1928 saat
Kongres Pemuda di Jakarta dan selanjutnya tetap digunakan nama Indonesia untuk
tanah air tercinta ini.

4.9 Identitas Nasional


a. Hakikat dan Pengertian Identitas Nasional
Identitas adalah sebuah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat
khas dan yang membedakannya dengan bangsa bangsa lain. Kekhasan yang
melekat pada sebuah bangsa banyak dikaitkan dengan sebutan Identitas Nasional.
Istilah identitas nasional atau identitas bangsa melahirkan tindakan kelompok
yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau gerakan yang diberi atribut
tambahan yaitu nasional, berarti seluruh bangsa.

Menurut Chamim (2019) identitas nasional dapat juga diartikan sebagai jati
diri nasional atau jati diri bangsa atau kepribadian nasional. Selain itu menurut
Kaelan (2010), istilah identitas nasional secara teminologis adalah suatu ciri yang
dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut
dengan bangsa lain. Selanjutnya Kaelan (2010) menyatakan bahwa identitas
nasional pada hakikatnya adalah manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri khas dan dengan
ciri khas itu suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.
Namun demikian proses pembentukan identitas nasional bukan sesuatu yang
sudah selesai, akan tetapi sesuatu yang terus berkembang dan kontekstual
mengikuti perkembangan zaman.

42
Sifat identitas nasional yang relatif dan kontekstual, mengharuskan setiap
bangsa untuk selalu kritis terhadap identitas nasionalnya, untuk selalu
menyegarkan pemahaman dan pemaknaan terhadap jati dirinya. Identitas nasional
merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru agar tetap relevan dan
fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Artinya, identitas nasional yang sudah disepakati tidak bersifat kaku, akan tetapi
bersifat fleksibel atau bisa menyesuaikan diri dengan perubahan. Suatu pertanyaan
reflektif sebaiknya ditujukan kepada identitas nasional khas yang selama ini
melekat pada bangsa Indonesia, seperti : benarkah kita bangsa yang ramah atau
benarkah kita bangsa yang santun dan agamis ? Hal ini perlu terus dilakukan
dalam rangka menggali, menemukan identitas nasional Indonesia baru sesuai
dengan perkembangan yang ada saat ini antara lain indentitas baru yang
demokratis, toleran dan anti kekerasan.

b. Hakikat dan Pengertian Identitas Nasional


1) Identitas Cultural Unity atau identitas kesukubangsaan, merujuk pada bangsa
dalam pengertian kebudayaan . Cultural unity disatukan oleh adanya kesamaan
ras, suku, agama, adat dan budaya, keturunan dan daerah asal. Unsur-unsur ini
menjadi identitas kelompok bangsa yang bersangkutan sehingga bisa dibedakan
dari bangsa lainnya. Setiap anggota cultural unity memiliki kesetiaan atau
loyalitas tinggi kepada identitasnya. Identitas seperti ini biasa disebut identitas
kelompok atau identitas primordial yang memiliki ikatan emosional yang kuat
dan dapat melahirkan solidaritas yang erat.
2) Identitas Political Unity atau identitas kebangsaan, merujuk pada bangsa
dalam pengertian politik, yaitu bangsa dan negara. Identitas kebangsaan
bersifat buatan, sekunder, etis dan nasional. Beberapa bentuk identitas nasional
adalah bahasa nasional, lambang negara, semboyan nasional, ideologi, bendera
dan sebagainya.

c. Identitas Nasional
Secara umum ada beberapa unsur yang terkandung dalam Identitas Nasional,
Unsur-unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut :

43
1) Pola Perilaku adalah gambaran perilaku yang terwujud dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya adat istiadat, budaya dan kebiasaan seperti ramah-
tamah, hormat kepada orang yang lebih tua, gotong-royong merupakan salah
satu identitas nasional yang bersumber dari adat istiadat dan budaya.
2) Lambang-lambang adalah sesuatu yang menggambarkan tujuan dan fungsi
negara. Lambang-lambang ini biasanya dinyatakan dalam undang-undang,
misalnya : bendera, lambing negara, bahasa dan lagu kebangsaan.
3) Alat-alat Perlengkapan adalah sejumlah perangkat atau alat-alat
perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan, berupa : bangunan
(seperti bangunan candi, masjid, gereja dan rumah), peralatan teknologi misal
teknologi bercocok tanam (seperti subak, cangkul, parang, celurit), pakaian
adat, dan lain-lain.
4) Tujuan yang ingin dicapai. Bersumber dari tujuan yang bersifat dinamis dan
tidak tetap. Seperti budaya unggul, prestasi di bidang tertentu sebagai bangsa
yang mendiami sebuah negara, tujuan bersama bangsa Indonesia, seperti yang
tertuang dalam pembukaan UUD 1945, yaitu kecerdasan dan kesejahteraan.

4.10 Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional


Ada lima unsur Pembentuk Identitas Nasional. Kelima unsur yang dimaksud diuraikan
sebagai berikut :
a. Sejarah
Menurut catatan sejarah sebelum menjadi sebuah negara bangsa Indonesia pernah
mengalami masa kejayaan yang gemilang, Dua kerajaan Nusantara, yaitu kerajaan
Majapahit dan Sriwijaya, dikenal sebagai pusat kerajaan Nusantara yang
pengaruhnya menembus batas teritorial dimana dua kerajaan tersebut berdiri.
Kebesaran kedua kerajaan Nusantara tersebut sangat membekas pada semangat
perjuangan bangsa Indonesia di abad berikutnya saat bangsa asing menjajah
Indonesia. Semangat juang bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah telah
menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang kemudian menjadi salah satu unsur
pembentuk Identitas Nasional Indonesia.

44
b. Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk Indentitas Nasional meliputi 3
(tiga) unsur, yaitu : akal budi, peradaban dan pengetahuan.
1) Akal budi bangsa Indonesia dapat dilihat pada sikap ramah tamah dan sopan
santun kepada sesama.
2) Unsur peradaban, tercermin dari keberadaan negara Pancasila sebagai nilai
bangsa Indonesia yang majemuk.
3) Sebagai bangsa maritim, keandalan bangsa Indonesia dalam membuat kapal
pinisi merupakan identitas pengetahuan bangsa Indonesia yang tidak dimiliki
bangsa lain di dunia.

c. Suku Bangsa
Suku Bangsa merupakan identitas bangsa Indonesia. Namun demikian lebih dari
sekedar kemajemukan yang bersifat alamiah, tradisi bangsa Indonesia untuk hidup
bersama dalam kemajemukan merupakan unsur lain yang harus terus
dikembangkan dan dibudayakan. Kemajemukan alamiah bangsa Indonesia dapat
dilihat pada keberadaan lebih dari ribuan kelompok suku yang mendiami pulau
besar dan kecil, beragam bahasa, agama, budaya.

d. Agama
Agama merupakan identitas lain dari kemajemukan alamiah Indonesia, Dengan
kata lain, keberagaman agama dan keyakinan di Indonesia tidak hanya dijamin
oleh konstitusi negara, tetapi juga merupakan suatu rahmat Tuhan Yang Maha Esa
yang harus tetap dipelihara dan disyukuri. Mensyukuri nikmat kemajemukan
dapat dilakukan dengan sikap dan tindakan toleransi, tidak memaksakan
keyakinan dan tradisi kelompok mayoritas maupun minoritas kepada kelompok
lain. Toleransi harus terus dipelihara dan dikembangkan.

e. Bahasa
Bahasa Indonesia adalah salah satu Identitas Nasional Indonesia yang penting,
karena Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah. Kedudukan Bahasa Indonesia
sebagai Bahasa Penghubung (Lingua Franca) dari kelompok etnis yang mendiami
Nusantara, memberikan nilai indentitas tersendiri bagi bangsa Indonesia.

45
Peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928 yang menyatakan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan bangsa Indonesia, telah memberikan nilai tersendiri bagi
pembentukan identitas nasional, sebagai pemersatu dan pembangkit semangat
nasionalisme Indonesia. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah perbedaan
dalam kebhinekaan yang ada di masyarakat Indonesia, tidak menjadi penghalang
bagi terwujudnya bangsa yang bersatu padu dan bersama-sama dalam upaya
mencapai cita-cita nasional.

4.11 Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional


Dalam sejarah berdirinya negara-negara di dunia, Bangsa Indonesia memiliki ciri khas
yaitu mengangkat nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum membentuk negara
modern. Nilai-nilai tersebut berupa adat istiadat, kebudayaan dan nilai nilai religius
yang kemudian dikristalisasi menjadi suatu sistem nilai yang disebut Pancasila yang
telah memenuhi syarat sebagai Identitas Nasional.

Dalam upaya membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut negara, bangsa
Indonesia mendasarkan pada pandangan hidupnya yaitu Pancasila. Berdasarkan ciri
khas proses dalam membentuk suatu negara, bangsa Indonesia mendirikan negara yang
memiliki karakteristik, ciri khas tertentu, yaitu keanekaragaman sifat dan karakternya
yaitu negara persatuan, suatu negara kebangsaan serta suatu negara yang bersifat
integralistik.

a. Faham Negara Persatuan


Bangsa dan negara Indonesia terdiri atas berbagai macam unsur yang
membentuknya, yaitu : suku bangsa, kepulauan, kebudayaan, adat-istiadat,
golongan serta agama yang secara keseluruhannya merupakan suatu kesatuan. Oleh
karena itu negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila sebagai suatu
negara persatuan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu Negara
Persatuan, Republik yang berkedaulatan Rakyat.

46
Hal ini ditegaskan dalam pokok pikiran pertama : “… Bahwa Negara Indonesia
adalah Negara Persatuan yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia”.

Hakikat Negara Persatuan dalam pengertian ini adalah negara yang merupakan
suatu kesatuan dari unsur-unsur yang membentuknya, yaitu rakyat (terdiri atas
berbagai macam etnis, suku bangsa, golongan, kebudayaan serta agama), wilayah
yang terdiri atas beribu-ribu pulau yang sekaligus memiliki sifat dan karakter yang
berbeda-beda pula. Oleh karena itu negara persatuan merupakan satu negara, satu
rakyat, satu wilayah dan tidak terbagi-bagi seperti halnya Negara Serikat. Satu
pemerintahan, satu tertib hukum nasional, satu bahasa serta satu bangsa yaitu
Indonesia.

Pengertian Negara Persatuan Indonesia lebih lanjut dijelaskan secara resmi dalam
Pembukaan UUD 1945 yang termuat dalam Berita Republik Indonesia tahun II
No.7 bahwa Bangsa Indonesia mendirikan negara Indonesia yaitu negara yang
mengatasi segala macam golongan dan paham perseorangan. Jadi negara persatuan
bukanlah negara yang berdasarkan individualisme sebagaimana diterapkan di
negara-negara Liberal, yang hanya merupakan ikatan individu saja. Demikian juga
bukan negara yang berdasarkan kelas atau Komunisme yang hanya mendasarkan
pada satu golongan saja.

Negara persatuan adalah negara yang melindungi seluruh warganya yang terdiri
atas berbagai macam golongan serta faham yang berbeda-beda. Negara persatuan
pada hakikatnya mendasarkan pada sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus
sebagai mahluk sosial. Oleh karena itu negara persatuan adalah negara yang
memiliki sifat persatuan, sifat kebersamaan, negara yang berdasarkan kekeluargaan,
tolong menolong, gotongroyong atas dasar keadilan sosial dan kemanusiaan yang
adil dan beradab.

b. Faham Negara Kebangsaan


Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia, adalah mahluk Tuhan
Yang Maha Esa yang memiliki sifat kodrat sebagai mahluk individu (yang memiliki

47
kebebasan) dan juga sebagai mahluk sosial (yang senantiasa membutuhkan orang
lain). Oleh karena itu dalam upaya merealisasikan harkat dan martabatnya secara
sempurna maka manusia membentuk suatu persekutuan yang disebut bangsa yang
hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan tertentu.

Menurut Moh.Yamin, dalam Kaelan (2010), untuk merintis terbentuknya bangsa


Indonesia yang modern, yang memiliki kemerdekaan dan kebebasan, dilakukan
melalui tiga fase, yaitu :
Pertama : Negara Kebangsaan Zaman Sriwijaya
Kedua : Negara Kebangsaan zaman Majapahit
Kedua zaman negara kebangsaan tersebut disebut sebagai negara
kebangsaan lama.

Ketiga : Negara Kebangsaan Modern menurut susunan kekeluargaan berdasar


atas KeTuhanan Yang Maha Esa serta Kemanusiaan yang adil dan
beradab.

c. Faham Negara Integralistik


Pancasila sebagai asas kerohanian bangsa dan negara Indonesia, pada hakikatnya
merupakan suatu asas kebersamaan, asas kekeluargaan, serta asas religius. Dalam
pengertian inilah maka bangsa Indonesia dengan keanekaragamannya membentuk
suatu kesatuan integral sebagai suatu bangsa merdeka. Bangsa Indonesia
membentuk persekutuan hidup dengan mempersatukan keanekaragaman yang
dimilikinya dalam satu kesatuan integral yang disebut negara Indonesia.

Mr. Soepomo pada Sidang Pertama BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha


Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tanggal 31 Mei 1945 mengusulkan faham
integralistik, karena dalam kenyataan obyektifnya, faham negara Indonesia berakar
pada budaya bangsa yang berbeda dengan faham integralistik bangsa-bangsa lain,
seperti yang dikembangkan oleh Spinoza, Adam Muller dan Hegel. Bangsa
Indonesia terdiri atas manusia-manusia sebagai individu, keluarga-keluarga,
kelompok-kelompok, golongan, suku bangsa yang hidup dalam suatu wilayah yang
terdiri atas beribu-ribu pulau yang memiliki kekayaan budaya beraneka ragam.
Keseluruhannya merupakan satu kesatuan integral baik lahir maupun batin.

48
Kesatuan integral bangsa dan negara Indonesia ini dipertegas kembali dalam pokok
pikiran pertama yaitu “… negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tanah
tumpah darah Indonesia…”.

Bangsa Indonesia merupakan jelmaan dari sifat kodrat manusia sebagai individu
dan mahluk sosial, yang saling tergantung satu dengan lainnya, bukan secara total
sebagai mahluk individu atau secara total sebagai mahluk sosial. Hubungan yang
terjalin tersebut menunjukkan bahwa manusia Indonesia merupakan suatu totalitas
mahluk individu dan mahluk sosial. Dalam pengertian ini faham integralistik
memberikan suatu prinsip bahwa negara adalah suatu kesatuan integral dari
unsur- unsur yang membentuknya. Negara mengatasi semua golongan, semua
bagian-bagian yang membentuk negara. Negara tidak memihak pada satu golongan
tertentu sebagai golongan terbesar. Negara dan bangsa Indonesia melindungi semua
unsur yang membentuk menjadi negara kesatuan.

Eksistensi setiap unsur hanya berarti dalam hubungannya dengan keseluruhan.


Setiap anggota, bagian, lapisan, kelompok dan golongan dalam masyarakat
memiliki tempat, fungsi dan kedudukan masing-masing yang diakui, dihormati,
dihargai. Faham ini beranggapan bahwa setiap unsur merasa berkewajiban terhadap
terciptanya keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.

Faham integralistik yang terkandung dalam Pancasila meletakkan asas kebersamaan


hidup, keselarasan dan hubungan antar individu maupun masyarakat, tidak
memihak yang kuat, tidak mengenal dominasi mayoritas maupun minoritas.
Didalamnya terkandung nilai kebersamaan, kekeluargaan, kebhinekaan, nilai
religius dan keselarasan.

Dengan demikian, rincian yang terkandung dalam faham integralistik adalah :


1) Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral,
2) Semua golongan, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan
lainnya,
3) Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat
yang organis,

49
4) Paling penting dalam kehidupan bersama adalah persatuan bangsa secara utuh,
5) Negara tidak memihak pada suatu golongan tertentu,
6) Negara tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat,
7) Negara tidak hanya menjamin kepentingan seseorang atau golongan tertentu
saja,
8) Negara menjamin kepentingan manusia Indonesia seluruhnya sebagai satu
kesatuan integral, dan
9) Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan.

4.12 Bhineka Tunggal Ika


Meskipun bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang memiliki
karakter, kebudayaan, adat istiadat, bahasa serta agama yang beraneka ragam, namun
keseluruhannya merupakan suatu kesatuan serta persatuan negara dan bangsa
Indonesia. Penjelmaan persatuan bangsa dan wilayah negara Indonesia dikukuhkan
dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.66 tahun 1951, tanggal 17 Oktober 1951 dan
dimuat dalam Lembaran Negara No.II tahun 1951 yang juga memuat Lambang
Negara, Bangsa, Burung Garuda, Pancasila lengkap dengan seloka Bhineka Tunggal
Ika.

Hakikat makna Bhineka Tunggal Ika memberikan pengertian bahwa meskipun bangsa
dan negara Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa yang memiliki adat
istiadat, kebudayaan dan karakter yang berbeda-beda, memiliki agama yang berbeda-
beda dan terdiri dari beribu-ribu pulau, namun keseluruhannya merupakan suatu
persatuan bangsa dan negara Indonesia. Perbedaan bukan sesuatu yang harus
dihilangkan, karena perbedaan yang ada itu merupakan bawaan kodrat manusia
sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Namun demikian perbedaan itu untuk
dipersatukan dalam suatu negara kebersamaan, negara kekeluargaan yaitu Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

50
4.13 Integrasi Nasional
Integrasi Nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan
pemerintah dan wilayahnya. Mengintegrasikan berarti membuat atau
menyempurnakan dengan jalan menyatukan unsur-unsur yang semula terpisah-pisah
atau tercerai-berai menjadi satu kesatuan.

Menurut Howard Wriggins, dalam Jimmy Hasoloan (2016), integrasi berarti penyatuan
bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu unsur masyarakat dan dipadukan menjadi suatu
keseluruhan yang lebih utuh. Atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang
banyak menjadi satu bangsa. Jadi menurutnya, integrasi bangsa adalah peralihan dari
banyak masyarakat kecil menjadi satu masyarakat besar.

Myron Weiner (1971) merangkum integrasi dalam lima definisi, yaitu :


a. Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial,
membangun rasa kebangsaan dengan cara menghapus kesetiaan pada ikatan yang
lebih sempit.
b. Integrasi menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional
pusat di atas unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok
kelompok sosial budaya masyarakat tertentu.
c. Integrasi menunjuk pada masalah yang menghubungkan antara pemerintah dengan
yang diperintah. Mendekatkan perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada
kelompok elit dengan massa.
d. Integrasi menunjuk adanya konsensus terhadap nilai yang minimum yang
diperlukan demi mencapai tujuan bersama.
e. Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yang
diterima demi mencapai tujuan bersama.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa integrasi merupakan proses


penyatuan dengan menghubungkan berbagai kelompok budaya dan sosial yang
beragam dalam satu wilayah, kemudian dibentuk suatu wewenang, kekuasaan
nasional pusat yang selanjutnya bertujuan membangun rasa kebangsaan dengan cara
menghapus kesetiaan pada ikatan-ikatan yang lebih sempit menjadi bersifat nasional.

51
Menurut Sunyoto Usman (1998), suatu kelompok dapat terintegrasi apabila :
1) Masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamental yang
dapat dijadikan rujukan bersama.
2) Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus memiliki anggota dari
berbagai kesatuan sosial lain, sehingga menghasilkan loyalitas ganda dari
anggota masyarakat kecil terhadap berbagai kesatuan sosial lainnya termasuk
kesatuan nasional.
3) Masyarakat akan saling ketergantungan diantara unit-unit sosial yang terhimpun
di dalamnya dalam pemenuhan kebutuhan ekonominya.

4.14 Pentingnya Integrasi Nasional dalam Negara yang Plural


Seperti diketahui Negara Indonesia adalah sebuah negara yang plural atau majemuk.
Masyarakat pluralistis artinya kondisi geografis dan sosial budaya lebih banyak
mewarnai corak kehidupan bangsa Indonesia. Pada prinsipnya, setiap ada masyarakat
yang pluralistis harus diterapkan juga konsep pluralisme. Konsep plurarisme yaitu
konsep yang timbul setelah adanya konsep toleransi. Jadi ketika setiap individu
mengaplikasikan konsep toleransi terhadap individu lainnya, maka lahirlah konsep
pluralisme.

Dalam konsep pluralisme itulah bangsa Indonesia yang beraneka ragam mulai dari
suku, agama, ras, dan golongan dapat menjadi bangsa yang satu dan utuh. Bukti
pluralisme Indonesia dapat dilihat dari adanya berbagai macam suku bangsa, seperti
Jawa, Sunda, Batak, Minangkabau, Dayak, dan masih banyak lainnya. Adapun
jumlahnya lebih dari 300 suku bangsa dengan bahasa dan identitas budayanya masing-
masing.

Selain itu masing-masing suku bangsa memiliki wilayah kediaman sendiri yang
mulanya merupakan daerah tempat kediaman nenek moyang mereka (pada umumnya
dinyatakan melalui mitos yang meriwayatkan asal-usul suku bangsa tersebut).
Anggota masing masing suku bangsa cenderung memiliki identitas tersendiri sebagai
anggota suku bangsa tersebut, sehingga dalam keadaan tertentu mereka mewujudkan
rasa solidaritas atau kesetiakawanan diantara anggota suku bangsa tersebut.
Keberagaman suku seperti diuraikan di atas adalah keberagaman adat istiadat, budaya

52
dan bahasa daerah. Suku-suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki adat istiadat,
budaya dan bahasanya masing-masing, yang berbeda satu dengan lainnya dan yang
sekarang dikenal dengan sebutan adat istiadat, budaya dan bahasa daerah. Kebudayaan
suku bangsa selain terdiri atas nilai-nilai dan norma-norma tertentu, juga terdiri atas
kepercayaan-kepercayaan tertentu, pengetahuan tertentu, serta sastra dan seni yang
diwariskan dari generasi ke generasi yang bebeda antara satu suku bangsa dengan
suku bangsa lainnya.

Disamping keberagaman suku-suku bangsa, di Indonesia juga terdapat kelompok


warga masyarakat yang biasa disebut “ warga peranakan “ seperti peranakan Cina,
Arab, India dan lain-lain. Kelompok-kelompok ini pun memiliki kebudayaannya
sendiri yang tidak sama dengan budaya suku-suku bangsa asli di Indonesia. Biasanya
mereka hidup berkelompok di satu wilayah tertentu yang biasa disebut dengan
Kampung Cina, Kampung Arab, dan sebagainya. Keberagaman suku-suku bangsa di
Indonesia terutama disebabkan oleh keadaan geografis Indonesia yang merupakan
negara kepulauan atau negara maritim (sekitar 17.000 pulau besar dan kecil tersebar
di daerah khatulistiwa) yang dikenal sebagai zamrud khatulistiwa.

Keberagaman lainnya adalah keberagaman dalam agama. Agama yang diakui


pemerintah adalah Agama Islam (sebagai agama dengan penganut terbanyak), Kristen
(Protestan dan Katholik), Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Keberagaman Agama di
Indonesia terutama merupakan hasil pengaruh letak geografis Indonesia yaitu diantara
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia serta diantara dua benua (benua Asia dan
Benua Australia). Dengan keberagaman atau kemajemukan yang dimiliki bangsa
Indonesia, di waspadai bahwa bangsa Indonesia juga menyimpan konflik yang cukup
besar. Fanatisme terhadap apa yang dimiliki suku bangsanya seperti fanatisme
terhadap suku, agama, ras, golongan ataupun daerah tempat tinggal mereka akan dapat
memicu timbulnya konflik yang berkepanjangan. Konflik yang disebabkan oleh hal-
hal tersebut akan mengganggu ketenteraman, kestabilan di bidang politik, ekonomi,
sosial dan budaya yang berdampak memburuknya suasana dalam proses persatuan dan
kesatuan bangsa.

53
Sepanjang sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, sering terjadi
adanya gejolak kedaerahan berupa tuntutan untuk memisahkan diri seperti kasus di
Aceh (Gerakan Aceh Merdeka), Papua (Gerakan Papua Merdeka) dan Ambon
(Konflik Antar Agama) dan lain-lain. Konflik tersebut dapat memicu disintegrasi
bangsa yang bertujuan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Konflik-konflik yang terjadi sebenarnya adalah konflik antara masyarakat dengan
pemerintah yang merupakan ekspresi ketidak puasan terhadap kebijakan pemerintah
pusat yang diberlakukan di daerah.

Selain konflik seperti di atas, seringkali terjadi konflik yang berlatar belakang
keagamaan, kesukuan, antar kelompok atau golongan yang timbul dalam bentuk
kerusuhan, perang antar suku (seperti di Papua), pembakaran rumah rumah ibadah dan
lain-lain. seperti halnya kasus Poso, Sampit, Ambon, Lombok dan lain-lain. Juga
terjadi konflik horizontal baik faktor kesukuan atau etnis, biasanya merupakan
akumulasi ketidak puasan atau ketersinggunggan antar suku, etnis, agama, ekonomi
dan sebagainya. Sebenarnya kalau ditelaah dengan lebih mendalam, pluralisme
seharusnya tidak perlu untuk dipertentangkan, akan tetapi dijadikan kekuatan yang
bisa menjelma menjadi identitas nasional bangsa yang kuat, karena semua bentuk
perbedaan atau kemajemukan itu sudah dipersatukan ke dalam suatu wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Masyarakat yang terintegrasi merupakan kondisi yang diperlukan bagi sebuah negara
untuk membangun dan mencapai tujuan nasionalnya. Pertentangan atau konflik akan
banyak menimbulkan kerugian (madharat) dibandingkan dengan maslahatnya Banyak
kerugian yang akan diderita, baik fisik, moril dan materiil, seperti kerusakan sarana
dan prasarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, maupun kerugian mental
spiritual seperti timbulnya perasaan cemas, takut, bahkan mungkin juga tekanan
mental yang berkepanjangan yang sangat merugikan sampai pada kerugian jiwa. Disisi
lain banyak pula potensi sumberdaya yang dimiliki negara seperti sumber pendapatan
Pajak, yang seharusnya digunakan untuk pembangunan harus dikorbankan untuk
membiayai dan menyelesaikan konflik. Dengan demikian, negara yang senantiasa
diwarnai konflik akan sangat sulit untuk bisa mewujudkan kemajuan yang di cita-cita
kan.

54
Salah satu tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
IV, yaitu .. memajukan kesejahteraan umum … Kesejahteraan umum akan dapat
dicapai apabila keuangan negara sehat atau negara memiliki cukup dana untuk
membiayaai seluruh kegiatan yang diperlukan guna mencapai tujuan negara tersebut.
Salah satu sumber keuangan negara yang sehat adalah dari sumber-sumber penerimaan
pajak Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi negara untuk dapat membiayaai
pembangunan yang di cita-citakan.

Satu hal yang perlu disadari bahwa integrasi masyarakat di satu sisi membawa potensi
integrasi, tetapi di sisi lain masyarakat pun membawa potensi konflik atau
pertentangan. Solusi yang terbaik adalah masyarakatlah yang harus bisa menyikapi
dengan arif dan bijaksana, dan masyarakat harus mampu meredam dan meminimalkan
konflik yang mungkin timbul.

55

Anda mungkin juga menyukai