Anda di halaman 1dari 32

O Perumusan Pancasita sebagai Dasar Negara

1. Pokok-pokok Pikiran datam BPUPK


a. Nilai-nilai Pancasita datam perJatanan sejarah bangsa Indonesia
Keberadaan Negara Indonesia berlangsung melalui proses
sejarah yang panjang. Sejarahnya diawali dengan sejarah
nenek moyang bangsa Indonesia. Terdapat sejumlah teori
yang berbicara tentang asal-usul manusia praaksara di
Indonesia. Ada Teori Nusantara, Teori Yunan, dan Teori Afrika.
Nenek moyang Indonesia pada masa praaksara mengalami proses
perkembangan kehidupan sosial. Perkembangan ini dapat kita Iihat
dari masa berburu dan mengumpulkan makanan (meramu), masa
bercocok tanam, dan masa perundagian. Melalui perkembangan
ini, kita juga dapat melihat bagaimana nenek moyang bangsa
Indonesia telah menghayati nilai religius, nilai kemanusiaan, nilai
persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Hal ini dapat kita
Iihat dari bukti-bukti peninggalan prasejarah, seperti sarkofagus,
dolmen, dan menhir.
Nilai-nilai tersebut juga dihayati pada masa kerajaan-kerajaan di
Nusantara. Pada masa itu, ada banyak kerajaan Hindu-Buddha,
seperti
Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Pajajaran (Sunda), Melayu, Kalingga,
Sriwijaya, Mataram Kuno, Medang Kamulan, Kediri, Singasari, Bali,
dan Kerajaan Majapahit. Ada pula kerajaan-kerajaan Islam, seperti
Kerajaan Samudra Pasai, istilah Pancasila ditemukan pada
Aceh, Demak, Pajang, kitab Negarakertagama dan kitab
Mataram, Banten, Gowa-Tallo Sutasoma. Contoh Iain adalah
serta Ternate dan Tidore. Samudra Pasai. Berdasarkan
Kerajaan-kerajaan tersebut berita Ibnu Batutah, kita
pernah mengalami masa mengetahui bahwa Samudra
kejayaan. Contohnya, Pasai merupakan kerajaan Islam
Majapahit, pada puncak pertama di Nusantara dan
kejayaannya di bawah pernah menjadi pusat studi Islam
pemerintahan Hayam Wuruk di Asia Tenggara.
dengan Gajah Mada sebagai Kejayaan kerajaan-kerajaan
mahapatih hamengkubumi, ini tentu saja tidak terlepas dari
berhasil mempersatukan kekayaan sumber daya alam
Nusantara. Pada masa ini, yang ada di bumi Indonesia.
Sumber: shutterstock.com

Gambar 1.1 Gapura Bajang Ratu


atau Candi Bajang Ratu adalah
salah satu bangunan peninggalan
Kerajaan Majapahit di Mojokerto,
Jawa Timur. Pada masa
kejayaannya, Kerajaan Majapahit
berhasil mempersatukan wilayah
Nusantara.
Kekayaan alam ini pulalah yang menarik bangsa-bangsa asing
untuk menjajah Indonesia. Bangsa-bangsa itu, antara tain bangsa
Belanda dan Jepang. Penjajahan ini tentu saja membuat rakyat
Indonesia menderita. Penderitaan tersebut menimbulkan
pertawanan dari bangsa Indonesia Awalnya, perlawanan yang
dilakukan bersifat fisik dan kedaerahan. Sesudah tahun 1908,
dimulai era kebangkitan nasional. Para pelajar Indonesia mulai
melakukan perlawanan melalui berbagai kegiatan organisasi yang
bersifat nasional. Pada era ini, mutai bermuncutan tokoh-tokoh
pejuang dan pendiri Negara Indonesia, seperti Soekarno dan
Mohammad Hatta.
Pada tahun 1942, Jepang datang ke Indonesia dengan
propaganda "Nippon Cahaya Asia", "Nippon Pelindung Asia", dan
"Nippon Pemimpin Asia". Propaganda ini dilakukan untuk menarik
simpati rakyat Indonesia. Namun, nyatanya, kedatangan Jepang
justru membuat rakyat Indonesia semakin menderita. Kondisi ini
tentu saja mendorong para tokoh pergerakan Indonesia yang
berupaya agar Indonesia segera merdeka Berbagai strategi mereka
lakukan. Ada yang menjalin kerja sama dengan Jepang untuk
mencapai kemerdekaan Indonesia, ada juga yang melakukan gerakan
bawah tanah.
b. Pembentukan BPUPK
Keberadaan Jepang di Indonesia berawal dari keterlibatan
Jepang dalam Perang Pasifik dengan menyerang pangkalan Angkatan
Laut Amerika Serikat (AS) di Pearl Harbour, Hawaii, pada tanggal 8
Desember 1941. Akhir keberadaan penjajahan Jepang ditandai
dengan pengeboman Kota Hiroshima dan Kota Nagasaki pada awal
bulan Agustus 1945.
Peristiwa tersebut didahului oleh berbagai peristiwa yang membuat
Jepang merasa posisinya dalam Perang Pasifik mulai terancarn
Dalam posisi sulit dan tertekan inilah, Jepang kembali menjanji kan
kemerdekaan Indonesia. Pada 7 September 1944, dalam sidang
istimewa Parlemen Jepang (Teikoku Gikai) yang ke-85 di Tokyo,
Perdana Menteri Kuniaki Koiso mengumumkan sikap pemerintah
Jepang, yaitu daerah di Hindia Timur (Indonesia) akan diperkenankan
merdeka. Untuk membuktikan kesungguhannya, pada 27 April 1945,
Letnan Jenderal Kumakici Harada sebagai panglima tentara Jepang di
Jawa mengumumkan dibentuknya Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, disingkat
BPUPK). BPUPK bertugas menyelidiki berbagai hal terkait aspek
politik, ekonomi, pemerintahan, dan hal-hal lain yang menyangkut
pembentukan Negara Indonesia merdeka• Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK)
diresmikan pada tanggal 28 Mei 1945. Peresmian badan ini
dilakukan di Gedung Chuo Sangi ln, Jalan Pejambon, Jakarta
(sekarang
Gedung

Kementerian Luar Negeri). Pada peresmian itu, Jenderal


Itagaki
(Panglima Tentara Wilayah Ketujuh yang bermarkas di
Singapura) dan

Letnan Jenderal Nagano (Panglima Tentara Keenambelas di


Jawa)

Pancasila untu
pada peresmian ini, dilakukan upacara pengibaran bendera Hinomaru
dan pengibaran bendera Sang Merah Putih.
BPUPK diketuai oleh dr. Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil
R.P. Suroso (saat itu menjabat sebagai residen di Kedu, Jawa
Tengah). Anggota BPUPK berjumlah 60 orang, di antaranya
terdapat juga wakil dari golongan masyarakat Tionghoa, Arab,
peranakan Belanda, serta 7 orang lainnya sebagai anggota istimewa
dari Jepang. Susunan kepengurusan selengkapnya, antara lain
sebagai berikut.
1) Badan Perundingan
Anggota Badan Perundingan, sebagai berikut.
a) Seorang kaicõ (ketua), yakni dr. Radjiman Wedyodiningrat.
b) Dua orang fuku kaicõ (ketua muda), yakni Ichibangase Yosio dan
R. P. Suroso.
c) Enam puluh orang lin (anggota).
d) Tujuh orang Jepang sebagai pengurus istimewa yang akan menghadiri setiap
sidang, tetapi tidak mempunyai hak suara.
2) Kantor Tata Usaha atau Sekretariat
Kantor ini yang dipimpin oleh R. P. Suroso dan dibantu oleh Toyohito
Masuda dan Mr. A. G. Pringgodigdo.
c. Pokok-pokok pikiran dalam BPUPK
Pada tanggal 29 Mei 1945, sidang pertama BPUPK dimulai. Pada
sidang pertama ini, dr. Radjiman Wediodiningrat meminta
pandangan para anggota mengenai dasar Negara Indonesia
merdeka yang akan dibentuk. Permintaan tersebut dijawab oleh
para anggota sidang dengan berbagai gagasan. Di antara mereka
ada Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr. Supomo, dan Ir. Soekarno.
1) Pandangan Muhammad Yamin Sumber: dokumen penerbit

Muhammad Yamin memulai pernyataan mengenai dasar Negara


Indonesia pada hari pertama persidangan. la memulai pidato
dengan kata-kata berikut (Poesponegoro, 2010).
kewajiban yang terpikul di atas kepala dan kedua bahu
kita, ialah suatu kewajiban yang sangat teristimewa.
Kewajiban untuk ikut menyelidiki bahan-bahan yang akan
menjadi dasar dan susunan negara yang akan terbentuk
dalam suasana kemerdekaan . . ,
Selanjutnya, Muhammad Yamin menyatakan lima "asas dasar
Negara Kebangsaan Republik Indonesia", sebagai berikut. Gambar 1.2
a) Perikebangsaan Muhammad Yamin
Muhammad Yamin menjelaskan bahwa:
"Negara baru yang akan kita bentuk adalah negara kebangsaan Indonesia atau nationale
staat atau suatu etat national yang sewajar dengan peradaban kita dan menurut susunan

dunia sekeluarga di atas dasar kebangsaan dan Ketuhanan".


Yamin menjelaskan dasar kebangsaan ini dengan
membedakannya dengan dua kerajaan besar yang pernah ada di
Nusantara. Kerajaan Sriwijaya, ia sebut sebagai Negara Indonesia
pertama, dilandaskan pada dasar kedatuan. Sementara itu,
Kerajaan Majapahit sebagai Negara Indonesia kedua dilandaskan
pada dasar keprabuan. Menurutnya prinsip yang digunakan
masing-masing kerajaan tersebut tidak bisa digunakan Iagi untuk
Negara Indonesia ketiga yang akan dibentuk. Alasannya karena
"dunia pikiran sudah berbeda dan susunan dunia sudah
berubah". Oleh karena itu, Yamin menegaskan bahwa, "Negara
Republik Indonesia yang diingini oleh bangsa Indonesia sebagai
negara ketiga dalam perjalanan sejarah ialah suatu negara
kebangsaan Indonesia, suatu etat national".
b) Perikemanusiaan
Prinsip ini diusulkan Muhammad Yamin agar
penyelenggaraan Negara Indonesia merdeka didasarkan pada
nilai-nilai kemanusiaan universal. Menurut Yamin, pergerakan
Indonesia merdeka tidak hanya untuk melepaskan diri dari
kolonialisme dan imperialisme, tetapi juga untuk menyusun
suatu masyarakat baru yang merdeka. Kemerdekaan ita sama
artinya dengan dasar kemanusiaan yang berupa dasar kedaulatan
rakyat dan kedaulatan negara, baik kedaulatan ke dalam maupun
kedaulatan keluar. Berdaulat ke dalam artinya negara melindungi
masyarakat dan segala hak miliknya. Sementara itu, berdaulat
keluar artinya bangsa Indonesia membuka diri untuk berhubungan
dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dengan demikian, bagi
Yamin:
"Kedaulatan rakyat Indonesia dan Indonesia merdeka adalah
berdasat perikemanusiaan yang universal, berisi humanisme dan
internasionalisme bagi segala bangsa. Dasar perikemanusiaan
ialah dasar universalismedalam hukum internasional dan
peraturan kesusilaan segala bangsa dan negara merdeka".
c) Peri ketuhanan
Menurut Yamin, prinsip ketuhanan sangat penting bagi
Negara Indonesia merdeka karena "bangsa Indonesia yang akan
bernegara merdeka itu ialah bangsa yang berperadaban luhur,
dan peradabannya itu mempunyai Tuhan Yang Maha Esa. Oleh
sebab
itu, maka dengan sendirinya kita insaf bahwa Negara
Indonesia merdeka itu akan berketuhanan. Tuhan akan
melindungi Negara Indonesia merdeka itu",
d) Peri kerakyatan
Prinsip kerakyatan ini dijelaskan Muh. Yamin sebagai
prinsiP yang berhubungan dengan pemeliharaan negara.
Menurutnyat prinsip kerakyatan didasarkan pada
permusyawaratan, perwakilam dan kebijaksanaan. Negara
Indonesia perlu didasarkan pada permusyawaratan karena:

- ncasila
Kepentingan yang berkaitan dengan satu kesatuan atau
persatuan masyarakat menjadi hal yang diutamakan.
Gambar 1.3 Pada tanggal 31 Mei 1945, Supomo menyampaikan lima asas
Prot. Dr. Suponno
yang mendasari Negara Indonesia yang integralistik, sebagai
berikut.
a) Persatuan
Supomo mengusulkan prinsip persatuan, yaitu persatuan
antara pemimpin dan rakyat dan persatuan dalam negara. Artinya,
datam Negara Indonesia merdeka harus tercipta kerja sama untuk
mewujudkan cita-cita bersama. Menurutnya, prinsip persatuan
sangat penting karena sesuai dengan corak masyarakat Indonesia
dan sesuai dengan pikiran ketimuran.
b) Keketuargaan
- Negara tidak memihak golongan tertentu. Negara tidak
mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan
masyarakat. Negara mengutamakan keselamatan dan
kehidupan bangsa sebagai bentuk satu kesatuan yang harus
diutamakan.
- Negara dan rakyat saling bersatu membentuk persatuan.
- Negara mengatasi (memiliki posisi lebih tinggi)
dibandingkan dengan seluruh golongan datam berbagai bidang.

Asas kekeluaragaan ini dijelaskan Supomo sebagai kekeluargaan


dalam lingkup Asia Timur Raya. Artinya, Negara Indonesia merdeka
yang diinginkan Supomo adalah negara yang menjalin kerja sama
dengan
negara-negara yang saat itu dikuasai Jepang sebagai satu keluarga
besar.
c) Keseimbangan (ahir dan batin
Prinsip persatuan harus ditarik lebih luas sehingga meliputi persatuan
dengan jagat raya dan menegaskan hakikat manusia yang selalu hidup secara
sosial, yaitu dengan manusia lain dan segala makhluk.
Sumber: acuumen penetblt d) Musyawarah

Prinsip musyawarah diusulkan Supomo dengan maksud agar


dalam penyelenggaraan Negara Indonesia, ada persatuan antara
pemimpin dan rakyat sehingga tercipta kehidupan yang aman dan
damai.
e) Keadilan rakyat
Keadilan rakyat yang dimaksudkan Supomo masih dalam
persatuan yang diajukan, yaitu agar Negara Indonesia merdeka itu
menyelenggarakan rasa keadilan rakyat dan menuntun rakyat
kepada cita-cita yang luhur.
3) Pandangan Soekarno

Pada tanggal 1 Juni 1945, berlangsung rapat terakhir


persidangan pertama BPUPK. Pada kesempatan itu, Soekarno
memberi masukan mengenai dasar Negara Indonesia. Pidato
Soekarno kemudian dikenal
sebagai "lahirnya Pancasila". Oleh karena itu, saat ini, setiap tanggal
1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila.
Di awal pidatonya, Soekarno menegaskan dasar negara adalah
philosofische grondslag atau fondasi, filsafat, atau pikiran yang
sedalamdalamnya yang menjadi dasar untuk mendirikan Negara
Indonesia. Menurutnya, fondasi atau dasar mendirikan Negara
Indonesia adalah sebagai berikut.
a) Kebangsaan Indonesia
Soekarno menjelaskan, "Negara Indonesia yang akan didirikan
bukanlah satu golongan orang yang hidup dengan le desir d'etre
ensemble (kehendak bersatu) di atas daerah yang kecil, seperti
Minangkabau, atau Madura, atau Yogyakarta, atau Sunda, atau Bugis,
melainkan bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang
tinggal di kesatuannya semua pulau-pulau Indonesia dari ujung utara
Gambar 1.4
Sumatra sampai Irian (Papua)." Dengan demikian, bangsa Indonesia Ir.
merujuk pada seluruh rakyat yang ada di seluruh wilayah Indonesia Soekarno
sebagai satu kesatuan dengan identitas yang sama, yaitu bangsa
Indonesia.
b) Internasionalisme atau perikemanusiaan
Internasionalisme dimaksudkan Soekarno berbeda dengan sikap sauvinisme, yaitu
anggapan bahwa bangsa Indonesia lebih unggul daripada bangsa-bangsa lain.
Menurut Soekarno, "Kita bukan saja harus mendirikan Negara Indonesia merdeka,
tetapi harus menuju pula kepada kekeluargaan bangsa-bangsa". Kekeluargaan
bangsa-bangsa yang dimaksud Soekarno adalah kerja sama yang adil dengan seluruh
bangsa di dunia.
c) Mufakat atau demokrasi
Soekarno mengusulkan asas mufakat karena baginya, "Negara Indonesia bukan
satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan, walaupun
golongan kaya. Tetapi kita mendirikan Sumber: dokumen penerbit negara 'semua
buat semua', 'satu buat semua', semua buat satu'. Saya yakin, bahwa syarat yang
mutlak untuk kuatnya Negara Indonesia ialah permusyawaratan, perwakilan."
d) Kesejahteraan sosiat
Soekarno menegaskan bahwa Negara Indonesia merdeka
adalah negara demokrasi, tetapi bukan negara demokrasi
seperti di Barat, di mana demokrasi cenderung pada
liberalisme dan individualisme. Demokrasi Barat tidak
mengandung kerja sama demi kesejahteraan
bersama. Soekarno menyatakan bahwa Negara Indonesia
sebagai negara demokrasi nantinya adalah negara yang
mengupayakan kesetaraan, tidak hanya kesetaraan politik,
tetapi juga kesetaraan ekonomi, yaitu kesejahteraan bersama.
e) Ketuhanan Yang Maha Esa
Prinsip ketuhanan yang diungkapkan Soekarno adalah
ketuhanan yang berkebudayaan. Artinya, setiap orang
menjalankan kewajiban agamanya tanpa ada egoisme agama.
Berikut kutipan kata-kata Soekarno.
"Hendaknya Negara Indonesia adalah negara yang tiap-tiap
orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang
letuasa. Segenap rakyat hendaknya bertuhan secara
berkebudayaan, yakni dengan tiadanya egoisme agama. Marilah
kita amalkan, jalankan, baik Islam, maupun Kristen, dengan cara
yang berkeadaban. Apakah cara berkeadaban itu? lalah hormat-
menghormati satu sama lain. Marilah kita di dalam Indonesia
merdeka yang kita susun ini menyatakan bahwa prinsip kelima
daripada negara kita ialah Ketuhanan yang berkebudayaan,
ketuhanan yang berbudi pekerti luhur, ketuhanan yang hormat-
menghormati satu sama lain."
Setelah menyampaikan gagasannya mengenai dasar Negara
Indorzia merdeka, Soekarno mengatakan, "Saudara-saudara!
Dasar-dasar negara telah saya usulkan. Lima bilangannya... tetapi
saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli
bahasa, namanya ialah Pancasíla. Sila artinya asas, atau dasar dan
di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal
dan abadí."
Dengan menyebut lima dasar yang diusulkan sebagai Panca*
tanggal pidatonya kemudian ditetapkan sebagai Hari Kelahiran
Pancasla

2. Piagam Jakarta dan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945


a. Panitia delapan
Di akhir masa persidangan pertama, Ketua BPUPK
membentuk panitia kecil yang berjumlah delapan orang. Panitia
kecil ini disebut juga dengan Panitia Delapan. Anggota Panitia
Delapan ini terdiri dari golongan kebangsaan dan golongan
keagamaan. Tokoh yang termasuk golongan kebangsaan, yaitu
Soekarno (Ketua), Mohammad Hatti Muhammad Yamin, A. A.
Maramis, M. Sutardjo Kartohadikoesoemo, dan Oto Iskandar di
Nata. Sementara itu, golongan keagamaan mencakuP Ki Bagoes
Hadikoesoemo dan K. H. Wahid Hasyim, Tugas Panitia Delapan
adalah memeriksa dan mengklasifikasikan usul-usul, baik lisan
maupun tulisan, untuk dibahas pada masa sidang BPUPK yang
kedua (10-17 Juli 1945).
Dari usulan yang diperoleh, Panitia Delapan membuat
klasifikó usulan. Dari klasifikasi yang dilakukan, ada sembilan
kategori usulan, yaitU sebagai berikut.
1) Usulan terkait Indonesia merdeka selekas-lekasnya.
2) Usulan terkait dasar negara.
3) Usulan terkait masalah unifikasi atau federasi.
4) Usulan terkait bentuk negara dan kepala negara.

Pendidikan Pancasila untuk SMK/MAK Kelas X


5) Usulan terkait warga negara.
6) Usulan terkait daerah.
7) Usulan terkait agama dan negara.
8) Usulan terkait pembelaan. 9) Usulan terkait keuangan.
Panitia Sembitan dan Piagam Jakarta
Pada akhir pertemuan, 38 orang anggota BPUPK yang hadir
membentuk Panitia Sembilan. Panitia Sembilan bertugas menyusun
rancangan pembukaan undang-undang dasar Negara Republik
Indonesia yang memuat dasar negara.
Ketika melaksanakan tugasnya, Panitia Sembilan berikhtiar
mempertemukan pandangan antara golongan kebangsaan dan
golongan keagamaan terkait dengan dasar negara. Pada awalnya,
menurut Soekarno, pandangan golongan kebangsaan dan golongan
keagamaan sukar dipertemukan. Namun pada akhirnya, titik temu
pandangan kedua golongan tersebut berhasil didapatkan. Hal ini
terjadi ketika Panitia Sembilan mengadakan rapat di rumah
Soekarno pada malam hari tanggal 22 Juni 1945. Pada rapat ini,
mereka berhasil merumuskan rancangan pembukaan undang-
undang dasar. Rancangan ini diberi nama "Mukadimah" oleh
Soekarno, "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter" oleh
Muhammad Yamin, dan "Gentlemen's Agreement" oleh Sukiman
Wirjosandjojo.
Adapun isi dari Piagam Jakarta, yaitu sebagai berikut.
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hasil rumusan Piagam Jakarta kemudian dísampaikan
datam sidang BPUPK yang kedua. Sidang ini berlangsung
pada tanggat 10-17 Juli 1945.
Agenda sidang kedua BPUPK, di antaranya rancangan
undang. undang dasar; bentuk negara, wilayah negara, dan
serta susunan pemerintahan, unitarisme, dan
federalisme. Untuk membahas agenda dari sidang kedua
BPUPK tersebut, dibentuk tiga panitia, yakni Panitia Perancang
UIJD yang diketuai Soekarnoy Panitia Pembelaan Tanah Air
dipimpin Abikusno Tjokrosoejoso, dan Panitia Ekonomi dan
Keuangan dipimpin Mohammad Hatta.
Setelah dibentuk, panitia mulai melaksanakan sidang pada 10
1945. Secara umum, tiga hal yang dikerjakan oleh panitia tersebl.Ñ
adalah pernyataan kemerdekaan, preambule atau pembukaan,
dan undang-undang dasar.
Dalam sidang kedua tersebut, Ketua BPUPK, Radjiman
Wedyodiningrat, juga meminta para anggota untuk kembali
mempertimbangkan rumusan Piagam Jakarta yang
sebelumnya disepakati oleh Panitia Sembilan pada 22 Juni
1945. Pada 11 Juli 1945, anggota BPUPK yang berasal dari
Maluku, Johannes Latuharhary keberatan dengan isi piagam
yang berbunyi "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknyat Menurut
Latuharhary, kalimat itu dapat memberikan dampak besar
terhadap umat beragama lain.
Terhadap keberatan Latuharhary, Soekarno mengatakan
bahwa Piagam Jakarta sudah dibuat berdasarkan kompromi
antara golongan Islam dan nasionalis sehingga tidak dapat
diubah. Kendati demikian, tokoh-tokoh dari Indonesia bagian
timur, yang diwakili oleh Latuharhary, tetap keberatan dengan
bunyi piagam tersebut Untuk sementara, para tokoh
memusatkan perhatian pada agendaagenda yang lain. Pada 16
Juli 1945, BPUPK menyetujui undang-undang
dasar negara, dengan isi: sebagai berikut,
1. Pernyataan Indonesia merdeka.
2. Pembukaan yang memuat Pancasila secara lengkap.

3. Batang tubuh IJUD negara yang tersusun atas pasal-pasal,


Dengan disepakatinya RUIJ, tugas BPUPK dinyatakan selesai'
Sidang kedua BPUPK berakhir tanggal 17 Juli 1945 yang sekaligu5
menandai berakhirnya BPUPK, Hasil-hasil sidang diserahkan kepada
pemerintah Jepang. Pemerintah Jepang kemudian membentuk
panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) untuk
melanjutkan kerja BPUPK. (Catatan: Kelak, dalam sidang pertama
PPKI pada 18 Agustus 1945 (sehari setelah kemerdekaan, Piagam
Jakarta yang direvisi berasal untUkdari mengakomodasi aspirasi
kalngan Kristiani, terutama Indonesia bagian timur.)
Sumber: id.wikimedia.org
Gambar Suasana sidang kedua BPUPK pada 10-17 Juli 1945.

c. PPKI dan Pembukaan NRI Tahun 1945


Pada 7 Agustus 1945, Komando Tertinggi Jepang, Marsekal
Terauchi mengumumkan pembentukan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai sebagai
penerus BPUPK. Satu hari sesudahnya, Soekarno, Mohammad
Hatta, dan dr. Radjiman Wedyodiningrat berangkat ke Dalat,
Vietnam, untuk bertemu Marsekal Terauchi. Dari pertemuan
dengan Terauchi yang berlangsung pada tanggal 12 Agustus
1945 ini, mereka mendengar bahwa pemerintahan Jepang telah
memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia. Untuk itu, dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Pembentukan panitia ini bertujuan
"mempercepat semua upaya persiapan terakhir bagi
pembentukan sebuah pemerintahan Indonesia merdeka". Pada
hari yang sama, Soekarno dan Hatta dilantik sebagai ketua dan
wakil ketua PPKI. Sesudah itu, diberitahu pula bahwa ada 21
orang anggota PPKI yang berasal dari berbagai wilayah.
Pembentukan PPKI terjadi pada saat posisi Jepang dalam
Perang Pasifik semakin terpuruk dengan dijatuhkannya bom atom Pindailah
di Hiroshima pada tanggal 6 Agustus dan di Nagasaki pada tanggal berikul
menyim 8 Agustus 1945. Pada 15 Agustus 1945, Jepang akhirnya menyerah
kepada Sekutu. Kesempatan emas ini kemudian digunakan bangsa
Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI melakukan sidang yang pertama.
Pada sidang tersebut, Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta per prok dipilih
sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. kenne Pada
sidang pertama itu pula PPKI menyetujui naskah "Piagam Indi Jakarta"
sebagai Pembukaan UIJD NRI Tahun 1945 dengan diikuti Sumber: do
perubahan sebagai berikut.
a. Kata "Mukadimah" diubah menjadi "Pembukaan".
b. Alinea keempat Pembukaan UIJD NRI Tahun 1945 pada
anak kalimat yang berbunyi "Ketuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya"
diubah menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa".
c. Alinea keempat Pembukaan UIJD NRI Tahun 1945 pada
anak kalimat yang berbunyi "Menurut kemanusiaan yang
adil dan beradab" diubah menjadi "Kemanusiaan yang adil
dan beradab'.
Tokoh penting di balik perubahan ini adalah Mohammad
Hatta Setelah mendengar keberatan tokoh-tokoh Kristen dari
wilayah Indonesia Timur atas kalimat "Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya" pada Piagam Jakarta, Mohammad Hatta segera
mendekati tokoh-tokoh Islam untuk bersedia mengubah
rumusan kalimat tersebut, Kebesaran hati tokoh-tokoh Islam
untuk menjaga keutuhan bangsa menghasilkan kesepakatan
untuk menghapus tujuh kata dalam Piagam Jakarta tersebut dan
menggantikannya dengan kalimat "Ketuhanan Yang Maha Esa"
sebagaimana yang dapat kita temukan dalam Pembukaan IJlJD
NRI Tahun 1945.

Anda mungkin juga menyukai