1) Badan Perundingan
Anggota Badan Perundingan, sebagai berikut
a) Seorang knico (katua), yakni dr Rajiman Wedyodiningrat
b) Dua orang fuku koko (ketua mua), yakni ichibangase Vosi dan R. P.
Suroso
c) Enam puluh orang fin (anggota)
d) Tujuh orang Jepang sebagai pengurus istimewa yang akan menghadiri
setiap sidang, tetapi tidak mempunyai hak suara
2. Pandangan Supemo
Prof. Dr. Soepomo mengemukakan teori integralistik yang
menyatakan bahwa masyarakat dan penguasa negara merupakan
satu kesatuan utuh yang didukung oleh rasa kekeluargaan serta
kebersamaan. Sebelum mengemukakan teori integralistik. Soepomo
menjelaskan dua teori lainnya tentang pengertian negara, yakni teor
individualistik atau teori perseorangan serta teori kelas atau teori
golongan.
i. Persatuan
Supomo mengusulkan prinsip persatuan, yaitu persatuan
antara pemimpin dan rakyat dan persatuan dalam negara.
Artinya, dalam Negara Indonesia merdeka harus tercipta kerja
sama untuk mewujudkan cita-cita bersama. Menurutnya,
prinsip persatuan sangat penting karena sesuai dengan corak
masyarakat Indonesia dan sesuai dengan pikiran ketimuran
ii. Kekeluargaan
Asas kekeluargaan ini dijelaskan Supoma sebagai kekeluargaan
dalam lingkup Asia Timur Raya. Artinya, Negara Indonesia
merdeka yang diinginkan Supomo adalah negara yang menjalin
kerja sama dengan negara-negara yang saat itu dikuasai Jepang
sebagai satu keluarga besar.
iii. Keseimbangan lahir dan batin
Prinsip persatuan harus ditarik lebih luas sehingga melipu
persatuan dengan jagat raya dan menegaskan hakikat manusia
yang selalu hidup secara sosial, yaitu dengan manusia lain dan
segala makhluk.
iv. Musyawarah
Prinsip musyawarah diusulkan Supomo dengan maksud agar
dalam penyelenggaraan Negara Indonesia, ada persatuan
antara pemimpin dan rakyat sehingga tercipta kehidupan yang
aman dan damai.
v. Keadilan rakyat
Keadilan rakyat yang dimaksudkan Supomo masih dalam
persatuan yang diajukan, yaitu agar Negara Indonesia merdeka
t menyelenggarakan rasa keadilan rakyat dan menuntun rakyat
kepada cita-cita yang luhur.
3. Pandangan Soekarno
Pada tanggal 1 Juni 1945, berlangsung rapat terakhir persidangan
nega pertama BPUPK. Pada kesempatan itu, Soekarno memberi
masukan kese mengenai dasar Negara Indonesia. Pidato Soekarno
kemudian dikenal sebagai "lahirnya Pancasila Oleh karena itu, saat ini
sio tane 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila
Di awal pidatonya Soekarno menegaskan dasar negara adalah
philosofische grondslog atau fondas filsafat atau pikiran yang sedalam
dalamnya yang menjadi dasar untuk mendirikan Negara Indonesia
Menurutnya, fondasi atau dasar mendirikan Negara Indonesia adalah
sebagai berikut
a. Kebangsaan Indonesia
Soekarno menjelaskan Negara Indonesia yang akan didirikan
bukanlah satu golongan orang yang hidup dengan te desir
d'etre ensemble (kehendak bersatu) di atas daerah yang
kecil, seperti Minangkabau, atau Madura atau Yogyakarta,
atau Sunda, atau Bugis melainkan bangsa Indonesia ialah
seluruh manusia-manusia yang unggal di kesatuannya
semua pulau-pulau Indonesia dari ujung utara Sumatra
sampai irian (Papua) Dengan demikian, bangsa Indonesia
merujuk pada seluruh rakyat yang ada di seluruh wilayah
Indonesia sebagai satu kesatuan dengan identitas yang
sama, yaitu bangsa Indonesia
b. Internasionalisme atau perikemanusiaan
Internasionalisme dimaksudkan Soekarno berbeda dengan
sikap sauvinisme, yaitu anggapan bahwa bangsa indonesia
lebih unggul daripada bangsa-bangsa lain Menurut
Soekarno. "Kita bukan saja harus mendirikan Negara
Indonesia merdeka, tetapi harus menuju puta kepada
kekeluargaan bangsa-bangsa Kekeluargaan bangsa-bangsa
yang dimaksud Soekarno adalah kerja sama yang adil
dengan seluruh bangsa di dunia
c. Mufakat atau demokrasi
Soekarno mengusulkan asas mufakat karena baginya.
"Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang
bukan satu negara untuk satu golongan, walaupun golongan
kaya. Tetapi kita mendirikan negara semua buat semua satu
buat semua, semua buat satu. Saya yakin, bahwa syarat
yang mutlak untuk kuatnya Negara Indonesia ialah
permusyawaratan, perwakilan"
d. Kesejahteraan sosial
Soekarno menegaskan bahwa Negara indonesia merdeka
adalah negara demokrasi, tetapi bukan negara demokrasi
seperti di Barat, di mana demokrasi cenderung pada
liberalisme dan individualisme. Demokrasi Barat tidak
mengandung kerja sama demi kesejahteraan bersama
Soekarno menyatakan bahwa Negara Indonesia sebagai
negara demokrasi nantinya adalah negara yang
mengupayakan kesetaraan, tidak hanya kesetaraan politik,
tetapi juga kesetaraan ekonomi, yaitu kesejahteraan
bersama.
e. Ketuhanan Yang Maha Esa
Prinsip ketuhanan yang diungkapkan Soekarno adalah k
yang berkebudayaan Artinya, setiap orang menjalankan ke
agamanya tanpa ada egoisme agama Berikut kutipan kata-
Soekamo
"Hendaknya Negara Indonesia adalah negara yang tiap-tiap
o dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa
Segenap hendaknya bertuhan secara berkebudayaan yakni
dengan tiadan egoisme agama Manilah kita amaikan
jalankan, baik Islam, ma Kristen, dengan cara yang
berkeadaban. Apakah cara berkeadaban lalah hormat-
menghormati satu sama lain, Marilah kita di da Indonesia
merdeka yang kita susun ini menyatakan bahwa prinsip
daripada negara kita ialah Ketuhanan yang berkebudayaan
ketuhan yang berbudi pekerti luhur, ketuhanan yang
hormat-menghormati s sama lain."
a. Panitia delapan
Di akhir masa persidangan pertama, Ketua BPUPK
membentuk panitia kecil yang berjumlah delapan orang.
Panitia kecil ini disebut juga dengan Panitia Delapan.
Anggota Panitia Delapan ini terdiri dari golongan
kebangsaan dan golongan keagamaan. Tokoh yang
termasuk golongan kebangsaan yaitu Soekarno (Ketua).
Mohammad Hatta. Muhammad Yamin, A. A Maramis, M.
Sutardjo Kartohadikoesoemo, dan Oto Iskandar di Nata.
Sementara itu, golongan keagamaan mencakup Ki Bagoes
Hadikoesoemo dan K. H. Wahid Hasyim. Tugas Panitia
Delapan adalah memeriksa dan mengklasifikasikan usul-
usul, baik lisan maupun tulisan untuk dibahas pada masa
sidang BPUPK yang kedua (10-17 Jul 1945)
b. Panitia Sembilan dan Piagam Jakarta
Pada akhir pertemuan. 38 orang anggota BPUPK yang
hadir membentuk Panitia Sembilan Panitia Sembilan
bertugas menyusun rancangan pembukaan undang-
undang dasar Negara Republik Indonesia yang memuat
dasar negara
Ketika melaksanakan tugasnya, Panitia Sembilan berikhtiar
mempertemukan pandangan antara golongan kebangsaan
dan golongan keagamaan terkait dengan dasar negara
Pada awalnya, menurut Soekamo, pandangan golongan
kebangsaan dan golongan keagamaan sukar
dipertemukan. Namun pada akhirnya, titik temu
pandangan kedua golongan tersebut berhasil didapatkan
Hal ini terjadi ketika Panitia Sembilan mengadakan rapat di
rumah Soekarno pada malam hari tanggal 22 Juni 1945,
Pada rapat ini, mereka berhasil merumuskan rancangan
pembukaan undang-undang dasar Rancangan ini diberi
nama "Mukadimah" oleh Soekarno. "Piagam Jakarta" atau
"Jakarta Charter" oleh Muhammad Yamin, dan
"Gentlemen's Agreement" oleh Sukiman Wirjosandjojo
c. PP dan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
Pada 7 Agustus 1945. Komando Tertinggi Jepang Marsascal
Terauchi mengumumkan pembentukan Panitia Persiapan
Keserdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junti skal
sebaga penerus BPUPK Satu hari sesudahnya, Soekarno,
Mohammad Hatte dan dr. Radjiman Wedyodiningrat
berangkat ke Dalat, Vietnam untuk bertemu Marsekal
Terauchi. Dari pertemuan dengan Terauch yang
berlangsung pada tanggal 12 Agustus 1945 ini, mereka
mendengar bahwa pemerintahan Jepang telah
memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia. Untuk itu dibentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) Pembentukan panitia ini
bertujuan mempercepat semua upaya persiapan terakhir
bagi pembentukan sebuah pemerintahan Indonesia
merdeka Pada hari yang sama. Soekamo dan Hatta dilantik
sebagai ketua dan wakil ketua PPKI. Sesudah itu,
diberitahu pula bahwa ada 21 orang anggota PPKI yang
berasal dari berbagai wilayah.