Anda di halaman 1dari 22

1

A. JUDUL PROGRAM

Instalasi Pengolahan Limbah Laundry yang Ramah Lingkungan Dengan Penerapan Sistem Biofilm

B. LATAR BELAKANG MASALAH Penggunaan deterjen yang semakin meluas, terutama pada daerah yang berpenghuni banyak dan meningkatnya pencucian menggunakan bahan deterjen, seperti misalnya pada kegiatan laundry. Deterjen merupakan bahan kimiawi untuk pencucian dan bahan pembersihan dalam suatu rumah tangga. Bahan pencuci ini menggunakan air dan bahan pengemulsi yang didasari oleh bahan surfaktan. Bubuk sintetik dari deterjen terbentuk dari bahan aktif, pembentuk dan penyaring, bahan ini memiliki bentukan dari zat aditif seperti misalnya bahan antibiotik, bahan pemutih, pembentuk busa, pelarut, parfum (pewangi), dan beberapa substansi lainnya (Anonim, 2003 ). Penggunaan bahan deterjen saat ini semakin meluas dengan keberadaan jasa-jasa pencucian. Bahan konvensional untuk deterjen

meninggalkan bahan residu pada pakaian dan bahan-bahan ini dapat memasuki tubuh kita melalui kulit, ataupun terhirup, kemudian memasuki paru-paru. Bahan-bahan ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan, termasuk alergi, infeksi pada kulit, dan yang paling parah yaitu kanker (Wang dkk, 2009). Kemungkinan yang terjadi pada lingkungan yaitu suatu fenomena yang disebut etrofikasi. Maksud dari etrofikasi, yaitu pengayaan materi pada badan air dan terjadi penambahan unsur-unsur (pada bagian ini senyawa nitrogen dan fosfat). pertumbuhan bagi tanaman Terlalu banyaknya nutrisi

pertumbuhan menyebabkan pertumbuhan vegetasi yang tak terkontrol dan memungkinkan timbulnya kerusakan ekosistem (secara umum berupa penambahan jumlah tanaman dan juga mikroalga), konsumen perlu diberitahu bahwa sekecil apapun pencemaran akan tetap menghasilkan dampak terhadap lingkungan (Wang dkk, 2009).

Salah satu industri yang menggunakan bahan deterjen yaitu industri laundry, karena hal tersebut untuk industry seperti itu diperlukan suatu sistem pengolahan dengan prinsip arsitek hijau untuk pembentukan rumah atau

industri rumah tangga yang sehat, berhubungan dengan manusia dan lingkungan hidup, pengaruh iklim terhadap bangunan, bagaimana menghijaukan

lingkungan, serta konsep kota yang ekologis, bahkan pembahasan tentang energi yang bisa diperbaharui, design otomatis yang mengambil contoh daur material dari lingkungan alam, sehingga daur nutrient dapat berjalan dengan daur yang sesuai dengan keadaan lingkungan yang sehat, (Heinz, 2007). Perancangan bangunan untuk pengolahan limbah laundry merupakan salah satu cara untuk membuat lingkungan hidup yang nyaman dengan konsep arsitektur ramah lingkungan yang sehingga dapat menyesuaikan dengan iklim sekitar disekitar sehingga dapat membentuk keadaan lingkungan yang homeostasis dan tidak memiliki dampak negatif untuk organisme terhadap lingkungan tersebut (Heinz, 2007), maka dilakukan proses bioremediasi. Bioremediasi merupakan peroses yang dilakukan dengan menggunakan agen biotik untuk mengurangi dampak negatif limbah yang dihasilkan pada suatu industri, (Joseph, 2006). Penanggulangan limbah deterjen ini dapat dilakukan dengan proses fisik dan biologi, dengan membuat suatu reaktor biofilm atau suatu kolom pengembangan pertumbuhan biofilm, dengan memanfaatkan kemampuan biofilm atau koloni mikroorganisme. Biofilm, suatu koloni bakteri yang berbentuk lendir dan menempel di permukaan dan dapat memanfaatkan fosfat untuk hidupnya, maka dalam penelitian ini akan dilihat kemampuan biofilm untuk menurunkan kadar fosfat yang berlebih dalam limbah (Wang dkk., 2009). Penanggulangan limbah deterjen ini banyak diatasi secara fisik dan kimia, salah satu penggunaan proses fisik yaitu dengan filtrasi menggunakan beberapa bahan seperti misalnya pasir halus, karbon aktif, serta pengunaan batu zeolit dan secara kimiawi, menggunakan senyawa-senyawa yang berfungsi

untuk memisahkan bahan kimiawi berbahaya (Nugroho dkk, 2004).

C. PERUMUSAN MASALAH a. Melakukan penelitian pengolah limbah sederhana. b. Apakah biofilm mikrobentoz dapat menurunkan kadar fosfat dalm limbah deterjen laundry c. Seberapa besar efektifitas biofilm dalam mengikat fosfat yang berasal dari limbah deterjen? D. TUJUAN PROGRAM a. Dapat mengetahui kamampuan sistem pengolahan limbah deterjen laundry dengan penyaringan dan sistem biofilm dapat membentuk keadaan lingkungan yang seimbang/homeostasis. b. Mengetahui efektifitas sistem pengolahan dengan menggunakan agen biotik dan fisik dalam penurunan kadar bahan berbahaya, seperti misalnya fosfat. E. LUARAN YANG DIHARAPKAN a. Instalasi pengolahan limbah yang sederhana b. Hasil penelitian akan ditulis dalam bentuk artikel. Artikel ini akan dipublikasikan dan disosialisasikan ke masyarakat melalui jurnal ilmiah dan surat kabar. F. KEGUNAAN PROGRAM Program ini memiliki kegunaan untuk dapat mengkaji tentang manfaat biofilm dalam proses pengolahan limbah deterjen, serta menambah ragam penelitian mengenai alternatif cara penurunan kadar fosfat untuk pengolahan limbah deterjen dan memberikan alternatif pengelolaan yang lebih sederhana dan efektif sehingga aman dibuang ke lingkungan. G. TINJAUAN PUSTAKA a. Deterjen Laundry dan Sifatnya Pada limbah laundry, fosfat berperan sebagai builder (Permbentuk) yang berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air. Fosfat yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Semua polifosfat mengalami hidrolisis membentuk orthofosfat. Perubahan polifosfat menjadi ortofosfat pada air limbah yang mengandung bakteri berlangsung lebih cepat

dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada air bersih. Pada proses biologis dalam air limbah yang diolah juga mengubah jenis poliphospat ke dalam ortofosfat, sehingga fosfat pada air limbah terdiri dari 80% ortofosfat (Wimpenny dkk, 2000). Pada umumnya, beberapa bahan yang terdapat dalam deterjen, yaitu surfaktan (surface active agent), berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktan pada deterjen pencuci pakaian dikategorikan sebagai anionik, umumnya tersusun dari alkyl benzene sulfonate rantai bercabang (ABS), alkyl benzene sulfonate rantai lurus (LAS), Alpha Olefin Sulfonate (AOS), dan builder (pembentuk) yang berfungsi untuk meningkatkan efisiensi kerja surfaktan. Salah satu builder yang banyak digunakan adalah fosfat, filler (pengisi) yang berfungsi untuk menambah kuantitas produk deterjen, dan aditif yang berfungsi untuk meningkatkan daya tarik produk seperti pewangi, pemutih, dan pewarna (Nugroho dkk, 2004). b. Biofilm dan Manfaatnya Biofilm tumbuh melalui tiga proses, yaitu : pertama tahap initial, yaitu tahap awal yang mencakup pelekatan bakteri ke substratum. Tahapan kedua yaitu pertumbuhan bakteri dan kemudian mengarah pada kolonisasi daerah sekitarnya dan tahapan yang ketiga yaitu terbentuknya biofilm, organisme yang terlihat membentuk biofilm mengawalinya dengan kumpulan semacam rantai panjang yang terangkai kemudian menjadi suatu kumpulan serupa lendir yang saling terikat dalam rantai polipeptida (Judith, 2005). Medium biofilm telah dimengerti memiliki cara yang lebih efisien dan aman dengan menggunakan bakteri plankton saat awal pertumbuhan. Biofilm dapat melakukan perubahan besar untuk beradaptasi dengan lingkungan dan memiliki kemampuan untuk bertahan hidup. Pertumbuhan biofilm didukung kondisi pH yang optimal, keberadaan konsentrasi zat terlarut dan potensial redoks, hal tersebut dapat mendukung sel melakukan proses pengikatan mineral (Barbara dkk, 2009).

Dalam perencanaan perlakuan untuk produk buangan atau limbah, mikroorganisme yang terpilih untuk suatu produk buangan seperti misalnya proses aplikasi bioremediasi fenol, sebelumnya dilakukan pengadaptasian dengan menggunakan beberapa zat berkonsentrasi tinggi, untuk ammonium, nitrat, dan nitrit. ( Desouky dkk, 2003 ). Dalam perancangan alat untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme pada medium, faktor yang digunakan sebagai pembanding dan pengamatan awal yaitu keadaan lingkungan yang mendukung pembentukan koloni mikroorganisme. Biofilm memerlukan kondisi yang terdapat oksigen di lingkungan dan terdapatnya tekanan permukaan yang berbeda sehingga mikroorganisme dapat menempel di mana saja, dengan adanya aliran cairan yang bersentuhan dengan lapisan permukaan, maka jumlah bakteri pada kondisi ini tidaklah banyak jenisnya (Martinez dkk, 2005). Keadaan lingkungan yang mendukung pembentukan biofilm merupakan keadaan yang memiliki kondisi terdapat oksigen di lingkungan, tetapi terdapat tekanan permukaan yang berbeda, sehingga mikroorganisme dapat menempel di mana saja, dengan keadaan adanya aliran cairan yang bersentuhan dengan lapisan permukaan, maka jumlah bakteri pada kondisi ini tidaklah banyak jenisnya (Martinez dkk, 2005). Sistem ekologi ini telah dipelajari, pada sebagian dari daerah pantai untuk habitat intertidal, daerah air payau, perairan pantai yang dangkal, dan yang terakhir yaitu pada perairan pantai dekat perkotaan. Pembelajaran ini memberi pernyataan dan pengetahuan ekologi bahwa keberadaan biofilm memiliki fungsi yang penting dalam membantu proses alamiah untuk proses menyetimbangkan keadaan senyawa dalam lingkungan (Dong dkk, 2000). Tindakan secara alami atau oleh manusia dapat memiliki akibat pimer, sekunder dan tetier. Contoh akibat primer adalah perubahan suhu dan curah hujan, contoh akibat sekunder adalah perubahan sisitem biologis misalnya; terjadi mutasi, dan contoh akibat tertier peubahan pola transformasi energy dan materi secara alami pada atmosfer dan lautan ( Heinz, 2007).

Dikarenakan hal tersebut maka perlu memperhatikan arsitektur dari tiga tingkatan yaitu; perencanaan secara ekologis ; pembangunan , kesehatan manusia dan lingkungan; serta bahan bangunan yang sehat. Pemuasan kebutuhan dasar di bidang arsitektur sebaiknya dilaksanakan dengan pembangunan yang sehat, yang ekologis, dan yang menurut Rudolf Doernach merupakan bangunan hidup dan bukan dengan pembangunan teknis saja yang menantang kehidupan, yang menurut Rudolf Doenach bangunan mati ( Heinz, 2007). Sistem ekologi ini telah dipelajari, pada sebagian dari daerah pantai untuk habitat intertidal, daerah air payau, perairan pantai yang dangkal, dan yang terakhir yaitu pada perairan pantai dekat perkotaan. Pembelajaran ini memberi pernyataan dan pengetahuan ekologi bahwa keberadaan biofilm memiliki fungsi yang penting dalam mempantu proses alamiah untuk proses menyetimbangkan keadaan senyawa dalam lingkungan (Dong dkk, 2000). c. Ekologi Biofilm dan Terapannya Pembentukan biofilm pada lingkungan merupakan produktivitas yang spesifik dalam jumlah penurunan dan pengurangan material organik pada permukaan sedimen dalam pemanfaatan substansi sebagai nutrisi pertumbuhan biofilm (Joseph dkk, 2006). Hal ini tergantung dari keberadaan mikrobia atau metazoa yang berada di lingkungan tersebut. Dengan memperhatikan

pertumbuhan dan perkembangannya sehingga menyebabkan terjadinya perubahan bentuk fisik bahan yang dilekati. Terdapat suatu pernyataan bahwa kemampuan mereka 100-1000 kali lebih tinggi daripada sistem yang biasa digunakan dalam suatu kolom air (Paterson dkk, 2003). Arsitektur ekologis juga mengandung dimensi lain seperti waktu lingkungan alam, social budaya, ruang, setra teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur ekologis bersifat lebih kompleks, padat dan vital dibandingkan dengan arsitektur pada umumnya, maka dilakukan perancangan suatu terapan untuk pembuangan limbah ( Heinz, 2007 ).

H. PELAKSANAAN PROGRAM Hi. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada kemarau dan saat memasuki musim penghujan. Lokasi penelitian akan dilakukan di Laboratorium Teknobio Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan Industri Laundry D-62. Pengambilan mikroorganisme yang dapat membentuk biofilm dilakukan di Pantai Nguyahan, karena banyaknya keberadaan karang yang mendukung pertumbuhan biofilm. Hii. Alat dan Bahan Hii.1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian meliputi : Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu tali bangunan, beberapa tongkat yang panjangnya melebihi lebar botol minuman kosong dengan volume 2 liter (singkirkan labelnya), gunting, pemberat untuk memancing, 2 helai tali pancing dengan panjang sekitar 1 meter, kaca pembesar dan bahan pelapis. Alat-alat lain yang mendukung penelitian ini yaitu kuas kecil berukuran 1-2 cm, kertas koran, kotak penyimpan dari plastik, pompa air kecil, sumber tenaga listrik atau accu, aquarium untuk air laut, erlenmeyer, sarung tangan, pipet, Tintometer, COD reaktor, pH meter, Timbangan analitik, labu ukur (100 dan 150 ml), gelas ukur (25 dan 50 ml), pipet ukur (10ml), gelas piala (500 ml), dan pipet tetes. Hii.2. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu air laut, air sampel limbah laundry, asam sulfat, amonium persulfat, air murni (aquades), indikator phenolphthalein, asam sulfat (H2SO4) 5N, Mikrobentos pantai, Amilum, MnSO4, KOH-KI, H2SO4 pekat, Na2S2O3, Tablet LR1, Tablet LR2 (Estradivari dkk, 2007). Hiii. Tahapan penelitian a. Pengambilan Biofilm Pembuatan perangkap biofilm pada tempat yang memiliki aliran dan air di tempat alas yang datar, ini dilakukan penggantungan perangkap, lalu

direndam selama dua minggu (lakukan pemeriksaan untuk memastikan perangkap masih terendam air) (Hans dkk, 2005). Setelah dua minggu angkat air dalam ember dengan hati-hati sehingga tidak menggores biofilm pada perangkap yang menggantung pada ember, periksa permukaan perangkap dengan kaca pembesar dan akan terlihat beberapa bentukan lapisan. (Hans dkk, 2005). b.2. Rancangan alat terapan pengolahan limbah deterjen laundry Pengaliran air dibuat sedemikian untuk pengaliran air dari sumber limbah laundry, yaitu 2 buah mesin cuci, dan dialirkan menuju kolom pertama yaitu kolom penyaringan dengan batu kali, zeolit, dan karbon aktif yang disusun dengan luasan tertentu, dan kolom kedua berupa bidang miring yang dilekatkan biofilm, dan kolom terakhir suatu kolom penyaringan dengan sistem yang serupa dengan penyaringan awal, hanya saja tidak keseluruhan kolomnya, hal tersebut dapat jelas terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Sistem pengolahan limbah dengan menggunakan biofilm c.3. Pengukuran fosfat Pengujian fosfat dilakukan dengan alat tintometer, dengan

menggunakan kode pengujian 320, yaitu pengujian fosfat dengan tablet LR1

dan LR2. Pengujian ini merupakan pengujian untuk mengetahui keberadaan orthophosphat dalam suatu sampel, pengujian dilakukan dengan cara sebagai berikut: Tintometer dinyalakan dengan sampel yang sudah disiapkan sebanyak 10 ml, kemudian sampel ditaruh pada botol pengujian tintometer, pilih pengujian dengan kode 320, tekan tombol untuk penyesuaian sampel, dan setelah sesuai tekan tombol test, ditunggu selama 10 menit, dan hasil akan tampak dalam bentuk angka. Angka yang tertera merupakan keberadaan orthophosphat dalam kisaran 0,05 4 mg/l (Paterson dkk, 2003). c.4. Pengukuran Suhu Untuk melihat keberadaan suhu pada reaktor dilakukan dengan termometer digital. Penggunaan termometer tersebut yaitu dengan

memasukkan air sample pada botol yang tersedia pada termometer, kemudian termometer dinyalakan, dan angka yang menunjukkan keberadaan kadar pH akan tertera pada layar kecil di temometer tersebut (Majid, 2009). c.5. Pengukuran pH Alat pH meter dinyalakan dan dibiarkan beberapa menit sebelum dipakai. Elektrode dibilas dengan aquades beberapa kali dan kemudian dikeringkan dengan kertas tisssue, pH meter distandarisasi dengan buffer pH 7, kemudian dibilas dengan aquades. Apabila sampel bersifat asam, netralkan pH meter dengan digunakan buffer pH 4, dan apabila bersifat basa menggunakan buffer bersifat basa digunakan buffer pH 9, kemudian dilakukan pembilasan dengan aquadest. Setelah dilakukan standarisasi, celupkan pH meter ke dalam gelas beaker yang berisi sampel, dan kemudian catat hasil yang keluar (Tanaka, 2002). c.6. Pengukuran Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Tujuan pengujian COD, yaitu jumlah oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme untuk metabolisme secara biologis, senyawa-senyawa organik yang dapat didegradasi (Kelly dkk, 2001). Metode yang digunakan Pengujian dengan COD reaktor. Sampel diambil sebanyak 10 ml , begitu juga untuk aquades sebanyak 10 ml, Dipilih

10

penggunaan suhu 1500C, dengan waktu 120 menit, kemudian ditunggu hingga COD reaktor tidak aktif ditunggu hingga dingin/hangat, kemudian diuji dengan tintometer menggunakan kode 130 (Kelly dkk, 2001). c.7. Pengukuran DO (Dissolved Oxygen) Ambil sampel air yang diukur sebanyak 40 ml, beri MnSO4 8 tetes digoyang pelan-pelan, kemudian ditambahkan larutan NaOH-NaI / KOH-KI 8 tetes hingga terbentuk endapan coklat, lalu beri larutan H2SO4 pekat 0,5cc pelan-pelan lewat dinding erlenmayer, goyangkan sehingga endapan coklat menjadi hilang dan warna berubah menjadi kuning (Tanaka, 2002). Tambahkan air sampel hingga volume menjadi 50cc dan diamkan kirakira 10 15 menit, sampel dipindahkan ke yang lebih besar dan dititrasi dengan Na2S2O3 (larutan thiosulfat) hingga warna berubah menjadi kuning jerami (kuning pucat) (Tanaka, 2002). Tetesi dengan idikator amilum sebanyak 8 tetes, warna berubah menjadi biru.Titrasi dilakukan dengan Thio sulfat, hingga warna biru tepat hilang. Catat volume (jumlah skala titran yang digunakan) (Tanaka, 2002). Perhitungan : DO = jumlah skala x 0,05 ppm (mikroburet yang berskala 80) c.8. Pengukuran Total Suspended Solid (TSS) c.8.1. Penimbangan kertas saring Kertas saring dengan ukuran pori 1 m dipanaskan pada suhu 1050C 20C selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit kemudian ditimbang dengan neraca analitik, pengulangan diulangi sampai diperoleh berat tetap (Tanaka, 2002). Kertas saring diletakkan di corong pemisah dan diatur agar posisi kertas benar-benar tepat. Sampel diaduk dengan baik dan diambil sebanyak 100 ml kemudian dilakukan penyaringan. Kertas saring yang telah berisi filtrat diambil dan diletakkan dalam cawan. Kertas penyaring tersebut didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang dengan neraca analitik. Pengeringan diulang sampai memperoleh berat konstan.

11

c.8.2 Perhitungan : (Tanaka, 2002) TSS = Berat kertas penyaring Berisi sampel Berat Kertas penyaring Volume sampel Satuan = mg / ml

I. Jadwal kegiatan Program No 1 2 3 4 5 6 7 8 kegiatan Perencanaan dan perancangan alat Melihat kelengkapan material Penanaman dan pemasangan perangkap Pengambilan biofilm Pelekatan biofilm pada alat Masa adaptasi biofilm pada biofilter biofilm reaktor Pengujian pertama, kedua, ketiga dan keempat Penyusunan laporan waktu November Desember Januari - Februari Februari Maret Maret April April - Mei Mei - Juni

12

J. NAMA DAN BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA 1. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama ketua tim pelaksana b. NIM c. Fakultas/Program Studi d. Perguruan Tinggi e. Waktu untuk kegiatan PKMP 2. Anggota Pelaksana a. Nama tim pelaksana b. NIM c. Fakultas/Program Studi d. Perguruan Tinggi e. Waktu untuk kegiatan PKMP 3. Anggota Pelaksana a. Nama tim pelaksana b. NIM c. Fakultas/Program Studi d. Perguruan Tinggi e. Waktu untuk kegiatan PKMP : Lita Wisetiana : 09.01.13182 : Teknik Arsitek : Universitas Atma Jaya Yogyakarta : 20 jam/ minggu : Agatha Dhamma Litani : 09.01.13239 : Teknik Arsitek : Universitas Atma Jaya Yogyakarta : 20 jam/ minggu : Getty Rajasa : 02.08.00834 : Teknobiologi/Biologi : Universitas Atma Jaya Yogyakarta : 20 jam/ minggu

K. NAMA DAN BIODATA DOSEN PENDAMPING 1. Nama 2. NIP 3. Golongan Pangkat 4. Jabatan Fungsional 5. Jabatan Struktural 6. Fakultas/Program Studi 7. Perguruan Tinggi 8. Bidang Keahlian 9. Waktu untuk kegiatan PKM : Drs. B. Boy Rahardjo Sidharta, M.Sc : 90.09.324 : IV-b / Penata : Dosen : : Teknobiologi/Biologi : Universitas Atma Jaya Yogyakarta : Bioremediasi, Bioteknologi Kelautan : 20jam/ minggu

13 L BIAYA 1. Bahan habis pakai a. Air laut 20 liter b. Air sampel limbah laundry c. Asam sulfat e. Air murni (aquades) f. Indikator phenolphthalein g. asam sulfat (H2SO4)5N h.tablet LR1 @ Rp 60.000 x 8 i. tablet LR2 @ Rp 75.000 x 8 j. MnSO4 k. KOH-KI l. Na2S2O3 (larutan thiosulfat) m. amilum n. alkohol 95% 2. Peralatan Penunjang PKMP a. Laboratorium Teknobio-lingkungan @Rp.150.000 x 3 bulan b. Laboratorium Teknobio-Industri @Rp.150.000 x 3 bulan c. Sewa Alat COD reaktor Rp. 100.000 x 3 bulan d. Sewa Alat Tintometer Rp. 250.000 x 3 bulan e. Akuarium pengujian sampel @Rp115.000 x 2 buah 3.Transportasi pengambilan sampel 4. Konsumsi Rp 8.000 x 75 hari x 3 orang 5. Lain-lain a. Tinta Printer b. Kertas 3 rim c. Alat Tulis d. Pengolahan Data e. Penyusunan Laporan f. Dokumentasi g. Gunting h. Alat pembuat lubang i. Pemberat untuk memancing j. Kotak bervolume 2 liter k. Kaca pembesar dan coating materials l. Kuas kecil m. Aquarium n. Zeolit o. Karbon aktif p. Pasir pantai q. Pipa sambungan dan keran r. Perekat sambungan s. Pompa air kecil TOTAL

: Rp. : Rp. : Rp. : Rp. : Rp. : Rp. : Rp. : Rp. : Rp. : Rp. : Rp. : Rp. : Rp.

20.000 5.000 150.000 50.000 100.000 200.000 480.000 600.000 150.000 100.000 250.000 70.000 390.000

: Rp. 450.000 : Rp .450.000 : Rp. 300.000 : Rp. 750.000 : Rp. 250.000 : Rp. 300.000 : Rp 1.800.000 : Rp. 200.000 : Rp. 150.000 : Rp. 100.000 : Rp. 50.000 : Rp. 100.000 : Rp. 100.000 : Rp 5.000 : Rp 25.000 : Rp 65.000 : Rp 15.000 : Rp 50.000 : Rp 5.000 : Rp 150.000 : Rp 65.000 : Rp. 50.000 : Rp. 40.000 : Rp. 150.000 : Rp 80.000 : Rp. 480.000 ---------------------------------------+ Rp. 9.395.000

14

Daftar Pustaka

Barbara,

V ., Miao, C., Russell, J., Crawford, dan Elena, P. I.., 2009, Bacterial Extracellular Polysaccharides Involved in Biofilm Formation, Molecules journal, 2535 2554; doi : 10.3390 / molecules 14072535, www.mdpi.com, diunduh pada tanggal 7 oktober 2009-10-09.

Dong, L. F., Thornton, D. C. O., Nedwft, D. B., dan Underwood G.J.C, 2000, Denitrification in sediments of the River Colne estuary, England. Marine Ecology Progress Series 203:109-122. Desouky, A. E. H., Usama, B., Abdu, O. A, Hassan, M. dan Sahar, Z., 2003, Effects of mixed nitrogen sources on biodegradation of phenol by immobilized Acinetobacter sp. strain W-17, African Journal of Biotechnology. Hans, J., Jrdening dan Josef, W., 2005, Environmental Biotechnology. Concepts And Applications, Edited by H.-J. Jrdening dan J. Winter, Copyright 2005 WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim.

Heinz Frick dan Bambang. F.X,. Suskiyanto, 2007, Dasar - dasar Arsitektur Ekologis, Konsep pembangunan berkelanjutan dan Ramah Lingkungan, Seri Eko-Arsitektur 1, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Judith, P. A., 2005, Mathematic in medicine, Department of Biochemistry, University of Oxford Kermani. M., Bina. B., H., Movahedian. M., Amin. M., dan Nikaein, M., 2008, Application of Moving Bed Biofilm Process for Biological Organics and Nutrients Removal from Municipal Wastewater, Department of Environmental Health Engineering, School of Public Health, University of Medical Sciences, Isfahan, Iran, American Journal of Environmental Sciences 4 (6): 675-682 Martinez-Alonso, M., Van Bleijswijk, J., Gaju, N., Muyzer, G., 2005, Diversity of anoxygenic phototrophic sulfur bacteria in the microbial mats of the Ebro Delta: a combined morphological and molecular approach. FEMS Microbiol Ecology 52 :339350 Nugroho, A .Y., Siswoyo, E., Juliani, A., 2004, Penurunan Kadar Phosphate (PO4) pada limbah cair Laundry dengan menggunakan reaktor Biosand Filter diikuti dengan Reaktor Actived Carbon, UII, Yogyakarta

15

Tanaka, N., 2002, Proses Lumpur Aktif dan Rotating Biological Contractor, Pelatihan Teknologi Tepat guna Pengolahan Limbah Cair, PUSTEKLIM (Pusat Teknolagi Limbah), Yogyakarta Underwood, G. J. C., 2005, Microalgal (Microphytobenthic) Biofilms in Shallow Coastal Waters : How Important are Species?, Proceedings of The California Academy of Sciences, Department of Biological Sciences, University of Essex, Colchester, Essex, U.K Paterson, M, D., Perkins, R., Consalvey, M., Underwood, G. J. C., 2003, Ecosystem Function, Cell Micro-cycling and The Structure of Transient, Gatty Marine" Laboratory. University of St Andrews John Tabor Laboratories and University of Essex, U.K Underwood, G. J. C., dan Paterson , D . M. , 2003, The importance of extracellular carbohydrate Production by marine epipelic diatoms, Advances in Botanical Research 40:184- 240 Wimpenny, J., Manz, FEMS Microbiol W., Szewzyk, U., 2000, Heterogeneity in biofilms,

Xiaoqi, Z., 2006, Copper Removal by Biofilms, Department of Civil and Environmental Engineering University of Massachusetts Lowell, Massachusetts Water Resources Research Center Publication No. 179

16

CURRICULUM VITAE Data Pribadi Nama Tempat/Tanggal lahir Jenis Kelamin Kebangsaan Pekerjaan Agama Alamat Sekarang : : : : : : : Getty Rajasa Cilacap, 27 April, 1983 Laki-laki Indonesia Mahasiswa Katholik Kledokan D48, Sleman Yogyakarta 55128.

Pendidikan Pendidikan Dasar Pendikan Menengah Pendidikan Atas Pendidikan Tinggi

: SD Regina Pacis, BOGOR : SLTP BRUDER, PONTIANAK : SMU Don Bosko, SEMARANG : Mahasiswa Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Pengalaman Sebagai anggota presidium mahasiswa Fakultas Teknobiologi, pada tahun 2003 sebagai ketua seksi bakat dan minat. Sebagai pemegang seksi sastra untuk karya seni pada Teater Lilin Atma Jaya. Official untuk Marching Band Atma Jaya Yogyakarta. Ketua sementara KSB (Kelompok Studi Biologi) pada tahun 2002. Menjalin kerjasama dengan BATAN untuk mengetahui teknik radiasi dan alat-alat, untuk mendukung pengetahuan bioteknologi. Menjalin kerjasama dengan Wamadika (mahasiswa pencinta alam AKAKOM) dan Mapala (Pecinta alam Universitas Atma Jaya) untuk penelusuran gua vertikal. Menjadi ketua pelatihan SMU pada acara Biofair, untuk pengenalan suatu penerapan biologi untuk penggunaan bahan buangan, dan pada saat itu proses penggunaan kulit nanas. Menjadi penyuluh KKN 2007 di daerah Saptosari, untuk pemanfatan limbah Peserta One-Day Technopreneurship Workshop RAMP-Institut Pertanian Bogor, kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta Bird Race I di Taman Nasional Gunung Merapi. Peserta Seminar Nasional Tahunan V Hasil penelitian Perikanan dan Kelautan, yang diselenggarakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan beserta Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.

17

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenarnya dan berani dipertanggungjawabkan pada pihak berwenang

Yogyakarta, (14 0ktober 2010 )

(Getty Rajasa)

18

CURRICULUM VITAE Biodata Nama Tempat / Tanggal Lahir Jenis Kelamin Alamat NPM Riwayat Pendidikan Pendidikan Dasar Pendikan Menengah Pendidikan Atas Pendidikan Tinggi : Lita Wisetiana : Yogyakarta, 10 September 1991 : Perempuan : Plumbon No. 328A Rt XII Banguntapan Bantul Yogyakarta 55198 : 09.01.13182 : SD Kanisius Gayam Yogyakarta : SMP Maria Immaculata Marsudirini Yogyakarta : SMAN 11 Yogyakarta : Mahasiswa Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Pelatihan - Latihan Dasar Majelis Permusyaratan Kelas SMAN 11 Yogyakarta - Latihan Manajemen Kepribadian dan Kepemimpinan Pengalaman Organisasi Majelis Permusyaratan Kelas 2006-2008 SMAN 11 Yogyakarta Panitia MOS SMAN 11 Yogyakarta Panitia Retreat 2006-2007 SMAN 11 Yogyakarta Ketua Panitia Retreat 2007-2008 SMAN 11 Yogyakarta Ketua Ekstern Persekutuan Siswa-Siswa Kristen SMAN11 Yogyakarta periode 2007-2008 SMAN11 Yogyakarta Panitia Natal 2006-2007/2007-2008 SMAN11 Yogyakarta Panitia Paskah 2006-2007/2007-2008 SMAN11 Yogyakarta Anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Atma Jaya Yogyakarta Panitia Pekan Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta Atma Jaya Yogyakarta 2009-2010 Peserta Seminar Transformasi Desain ( 20 Februari 2010 ) Demikian Daftar Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenarnya dan berani dipertanggungjawabkan pada pihak berwenang

Yogyakarta, (14 0ktober 2010 )

(Lita Wisetiana)

19

CURRICULUM VITAE Biodata Nama Tempat / Tanggal Lahir Jenis Kelamin Alamat NPM Riwayat Pendidikan Pendidikan Dasar Pendikan Menengah Pendidikan Atas Pendidikan Tinggi : Agatha Dhamma Litani : Temanggung, 1 Juni 1991 : Perempuan : Tambakbayan 14 no. 5b Babarsari , Yogyakarta : 09.01.13239

: SD Pangudi Utami Temanggung : SMP 1 Temanggung : SMA Sedes Sapientiae , Bedono : Mahasiswa Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Pelatihan - Latihan Dasar Kepemimpinan OSIS SMA - Peserta Latihan Dasar Pengembangan Kepribadian Mahasiswa Pengalaman Organisasi OSIS SMA periode 2007-2008 HIMA TRICAKA (Himpunan Mahasiswa Arsitektur ) Atmajaya Yogyakarta periode 2010 - 2011 Panitai MOSA ( Mos Asrama ) SMA Panitia perpisahan kelas 3 tahun 2009 Panitia tim dekorasi sekolah dalam rangka Dies Natalis SMA ke 17 Peserta Seminar Peran Teknologi Informasi Dalam Arsitektur 22 Oktober2009 Peserta Seminar Transformasi Desain ( 20 Februari 2010 ) Panitia Pekan Asitektur 2010 Peserta Seminar Nasional dan Workshop Urban Thermal Comfort (17 18 Juni 2010 ) Panitai MM ( musyawarah Mahasiswa ) 2010 Demikian Daftar Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenarnya dan berani dipertanggungjawabkan pada pihak berwenang

Yogyakarta, (14 0ktober 2010)

(.Agatha Dhamma. L)

20

Lampiran

Gambar 2. Alat pengolahan limbah laundry

21

CURRICULUM VITAE pembimbing IDENTITAS DIRI


Nama NPP Tempat dan Tanggal Lahir Jenis Kelamin Status Perkawinan Agama Golongan / Pangkat Jabatan Fungsional Akademik Perguruan Tinggi Alamat : Boy Rahardjo Sidharta : 09.90.324 : Pekalongan, 24 Oktober 1962 : Laki-laki : Kawin : Katolik : IV-b / Penata : Lektor Kepala : Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) : Jalan Babarsari 44, Yogyakarta, 55281

RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI Tahun Lulus 1987 1999 Jenjang S-1 (Drs.) S-2 (M.Sc.) Perguruan Tinggi Universitas Gadjah Mada University of the Philippines Jurusan/ Bidang Studi Biologi/Biologi Kelautan Marine Science/ Biologi Kelautan

PENGALAMAN JABATAN Jabatan Pembantu Dekan I Dekan Kepala Laboratorium Instruksional Sekretaris Kepala Koordinator Litbang Institusi Fakultas Biologi UAJY Fakultas Biologi UAJY Fakultas Teknobiologi UAJY Pusat Studi Kewirausahaan, LPPM - UAJY Pusat Studi Kewirausahaan, LPPM - UAJY Tahun ... s.d. ... 1992 1993 2000 2006 2006 2007

2007 2010 2010 sekarang Konsorsium Mitra Bahari, Regional Center 2006 Propinsi (KMB-RC) DIY sekarang PENGHARGAAN/PIAGAM Bentuk Penghargaan

Tahun 1993 2010

Pemberi Penyelenggara Kursus Amdal UGM UAJY

Peserta Terbaik Kursus Amdal Tipe A Sembilan Penulis Terbaik Buku Dies 45 Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY)

22

Tahun 2000 2004 2005 sekarang

ORGANISASI PROFESI/ILMIAH Organisasi Yayasan Gema Mitra Bahari (Gemari) Konsorsium Mitra Bahari Regional Center Daerah Yogyakarta (DIY)

Jabatan Direktur Utama

(KMB), Koordinator Penelitian Istimewa dan Pengembangan

Saya menyatakan bahwa semua keterangan dalam Curriculum Vitae ini adalah benar dan apabila terdapat kesalahan, saya bersedia mempertanggungjawabkannya.

Yogyakarta, 15 Oktober 2010

(Drs. Boy Rahardjo Sidharta, M.Sc.)

Anda mungkin juga menyukai