Anda di halaman 1dari 4

Teks dan Konteks

Pada sebagian orang ketika mendengar kata teks, yang terlintas dalam benak mereka adalah selembar kertas yang dipegang presiden ketika berpidato. Pada sebagian orang yang lain, mungkin gambaran yang muncul adalah lembaranlembaran kertas usang dalam kotak kaca di museum. Pada sebagian yang lain lagi, bisa saja teks menjelma sebagai ayat-ayat kitab suci, larik-larik puisi, ataupun paragraf-paragraf panjang dalam buku-buku pelajaran. Gambaran-gambaran tersebut tidak sepenuhnya salahmeski tidak juga sepenuhnya benar. Teks memang bisa muncul di mana saja dalam bentuk fisik yang beragam. Kadang ia muncul dalam bentuk paragraf di selembar kertas yang dipegang presiden ketika berpidato. Bahkan ia bisa muncul di papan-papan reklame di pinggir jalan. Kata teks adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris, text yang berarti sebuah buku atau karya tertulis. Meskipun diartikan sebagai buku, teks lebih dipandang sebagai konten daripada bentuk fisik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, teks berarti naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang. Naskah mengacu pada suatu karangan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dari kedua definisi tersebut dapat disepakati bahwa teks merupakan wacana yang tertulis. Dalam kehidupan sehari-hari, teks dapat dengan mudah ditemukan. Kumpulan tulisan di surat kabar dapat dengan mudah diidentifikasi sebagai teks. Begitu pula tulisan-tulisan pada kemasan makanan, uang kertas, kartu identitas, dan tulisan-tulisan lainnya. Bahkan, teks bisa muncul di belakang sebuah truk, lengkap dengan ilustrasinya. Satu hal yang pasti, teks muncul berupa tulisan. Eksistensi teks sebagai tulisan bukanlah tanpa kendala. Ruangan yang dimiliki teks memberikan kemungkinan-kemungkinan : dipahami dan tidak dipahami. Teks sebagai tulisan akan dipahami pembacanya sesuai dengan logika bahasa. Dalam teks yang lebih sederhana, pemahaman pembaca akan bergantung pada semua aspek tata bahasa teks, baik secara gramatikal (tata bahasa), leksikal (kosakata), maupun semantis (makna). Orang akan dengan mudah memahami krim antinyamuk khusus untuk bayi daripada bayi antinyamuk khusus untuk krim.

Pada teks yang kompleks, teks bukan tidak mungkin memberikan kemungkinan untuk dipahami secara lebih luas, terbuka, dan fleksibel. Pemahaman yang dilakukan pembaca akan berlangsung lebih intensif mengingat teks yang dihadapi merupakan bangunan yang rumit. Dalam teks-teks sastra misalnya, interpretasi dilakukan secara lebih mendalam terhadap konstruksi besar yang masih menyisakan ruang-ruang kosong. Artinya, pembaca dapat dengan bebas masuk dalam konstruksi itu dan menemukan pemahaman yang mungkin tidak dimaksudkan oleh si pengarang sekalipun. Dalam hal ini, pembaca menggali lebih jauh aspek-aspek bahasa di dalamnya. Ketika teks dipahami sebagai sesuatu yang otonom, maka pembaca akan mendapatkan makna tekstual. Makna semacam ini adalah makna yang dapat dijumpai di dalam teks tanpa mengaitkannya dengan aspek-aspek eksternal. Makna tekstual tidak mencakup makna di luar teks yang sebenarnya meluaskan cakupan pemahaman terhadap sebuah teks. Maka, teks membutuhkan aspek lain yang mampu melengkapi keterbatasan cakupannya ini. Sebagai bahasa tulisan, teks hanya menyediakan makna tekstual. Pada kenyataannya, ada makna kontekstual yang juga harus dipertimbangkan guna mencapai pemahaman yang utuh. Makna tekstual tidak sepenuhnya dapat memberikan pesan yang sesuai. Oleh karena itu, dibutuhkan konteks untuk memahami teks secara utuh. Seperti kata teks, kata konteks pun berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu context yang berarti lingkungan yang membentuk seting untuk sebuah peristiwa, ujaran, ataupun ide sehingga lebih mudah dimengerti. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konteks berarti bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna. Konteks bisa juga diartikan sebagai situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Dari kedua definisi tersebut, dapat disepakati bahwa konteks merupakan aspek-aspek yang ada di luar teks atau di luar bahasa. Pada kasus tertentu, teks bisa dipahami, tetapi tidak sampai pada tujuan yang ingin dicapai si pengarang. Kalimat awas anjing galak atau dilarang menginjak rumput dapat dengan mudah dimengerti. Dari aspek gramatikal, leksikal, dan semantis, kedua kalimat tersebut berterima. Akan tetapi, kedua

kalimat tersebut tidak akan disertai tindakan dari pembaca jika tidak dilengkapi konteks atau konteksnya salah. Tentu orang akan tersenyum jika melihat tulisan awas anjing galak di kaus seseorang. Tidak ada pula yang akan merasa ketakutan ketika tulisan tersebut kita jumpai di sebuah papan usang yang ada di tempat sampah. Kita pun tentu akan kebingungan jika melihat tulisan dilarang menginjak rumput yang ditempel di pintu elevator. Teks-teks sastra juga membutuhkan konteks untuk dapat dipahami secara lebih mendalam. Memang, pada dasarnya karya sastra memiliki struktur yang bisa saja dipahami secara tekstual semata. Akan tetapi, penciptaan teks sastra tidak pernah bisa dilepaskan dari kenyataan dan lingkungan sekitar yang

memengaruhinya. Oleh karena itu, menempatkan suatu teks sastra sesuai dengan konteks zamannya akan sangat membantu interpretasi lebih mendalam. Orang akan sedikit kesulitan memahami puisi-puisi Chairil Anwar jika dalam usaha memahaminya, teks tersebut dicabut dari konteks zamannya. Hal yang sama juga terjadi pada usaha pemahaman prosa. Konteks akan sangat membantu dalam usaha interpretasi karya-karya sastra, seperti Anna Karenina karya Tolstoy ataupun Negeri Senja karya Seno Gumira Ajidarma. Secara umum, teks memang tidak bisa dipisahkan dengan konteks. Konteks menempatkan teks pada lingkungan yang sesuai sehingga mampu berfungsi sebagaimana tujuan teks tersebut. Pada teks yang sederhana, penempatan teks sesuai dengan konteks akan memberikan pemahaman yang logis terhadap teks dan menghasilkan tindakan yang sesuai dengan tujuan penciptaan teks tersebut. Kalimat "Awas, cat basah" tidak hanya dipahami sebagai tulisan di sebuah papan di atas bangku taman. Teks tersebut akan mampu mencegah orang yang membacanya untuk duduk di atas kursi tersebut jika teks itu ditempatkan sesuai dengan konteksnya. Pada teks-teks sastra yang lebih kompleks, memahami suatu karya dengan melibatkan konteks akan memberikan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang peran dan pesan teks tersebut pada zamannya. Pada akhirnya, teks dan konteks memiliki hubungan yang sangat erat. Peran konteks sangat signifikan dalam proses pemahaman teks. Dengan menempatkan teks pada konteks yang tepat, pemahaman pembaca diharapkan akan lebih optimal. Makna tekstual dan makna kontekstual saling melengkapi dalam proses

pemahaman tersebut. Kesalahan pada konteks maupun penempatan teks pada konteks yang salah hanya akan memberikan kebingungan dan kesalahan pemahaman. Terlepas dari berbagai pendekatan dalam mengapresiasi karya sastra, teks memang tidak dapat dipisahkan dari konteks.

Anda mungkin juga menyukai