Anda di halaman 1dari 3

PENERAPAN SIX SIGMA PADA PT LG ELECTRONICS INDONESIA VALENSIA AMANDA (410910027)

PT LG Elektronics Indonesia bermaksud untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dengan cara mengurangi defect field claim (kerusakan yang ditemukan di konsumen). Dari data defect field claim produk TV tahun 2003 menunjukkan bahwa kerusakan yang paling banyak terjadi adalah TV tidak mau menyala atau no power. Hal ini disebabkan oleh beberapa komponen seperti IC, fuse, transistor, FBT, diode, crystal, SMPS Transformer, dll. Namun dari data bagian IQC (Incoming Quality Control) bahwa komponen yang menyebabkan defect no power terbesar adalah SMPS Transformer yaitu sebesar 29%. SMPS Transformer ini diproduksi oleh PT SAMWHA Indonesia yang terletak di Purwakarta. Untuk mengurangi defect yang terjadi digunakan metode Six Sigma pada proses produksi SMPS Transformer. Tahap-tahap yang dilakukan dalam prosesimplementasi Six Sigma adalah sebagai berikut: 1. Define Tahap ini bertujuan untukk memahami konsep mengenai kebutuhan konsumen, konsep Critical to Quality (CTQ) yaitu kririteria produk yang menjawab kebutuhan konsumen, dan mengetahui cara untuk mengidentifikasi CTQ tersebut. Dari data CIC (Customer Information Center) pada tahun 2003, diketahui bahwa kerusakan yang timbul pada TV karena no power adalah yang paling besar. Kemudian jika ditelusuri lagi kerusakan no power ini ditimbulkan karena terdapat defect pada SMPS Transformer. SMPS Transformer terdapat beberapa part number. Dan part number yang paling sering bermasalah adalah 6170VMCB01L, oleh karena itu SMPS Transfomer dengan part number tersebut yang akan menjadi fokus penelitian. 2. Measure Tahap measure bertujuan untuk memvalidasi atau menyaring masalah dan untuk meneliti akar masalah yang akan dianalisis. Pengukuran yang dilakukan haruslah valid dan reliable agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Terdapat beberapa spesifikasi pada SMPS yang mempengaruhi power yaitu inductance, resistance dan short test. Setelah dilakukan percobaan dengan 50 unit SMPS maka spesifikasi short test adalah penyebab no power yang paling besar. Alat yang gunakan untuk menguji

spesifikasi short test adalah Surge Comparison Tester (ST-215) dengan batas minimum 2250V. Berdasarkan hasil dari metode Attribute Agreement Analysis, didapat hasil bahwa empat pengujian yang dilakukan memenuhi syarat yaitu lebih dari 80%, sehingga dapat disimpulkan bahwa alat yang digunakan reliable. Kemudian langkah selanjutnya adalah menentukan sigma level saat ini. Dari data sebelumnya diperoleh jumlah cacat 124 unit dari 147595 unit oleh karena itu sigma level saat ini unuk SMPS Transformer adalah 4,64 . 3. Analyze Pada tahap ini akar masalah dari penyebab short test dan kemungkinan lain dari penyebab no power akan lebih dieksplorasi. Berdasarkan hasil brainstorming yang dilakukan dengan pihak LG dan PT SAMWHA ditemukan beberapa faktor potensial yang dapat menyebabkan no power yaitu dielectric breakdown, hole, pressure, space, dan finishing. Kemudian faktor-faktor tersebut diuji untuk mengetahui faktor vital. Metode yang digunakan untuk pengujian adalah metode 2-Proportional Test. Dari pengujian tersebut diperoleh hasil yang menjadi faktor vital adalah dielectric breakdown, hole, dan finishing. 4. Improve Pada tahap ini dilakukan pengujian kembali pada tiga faktor vital yang diperoleh pada tahap analyze untuk mendapat kombinasi terbaik. Terdapat 8 kombinasi dan masingmasing kombinasi dilakukan untuk 10 unit SMPS dan dilakukan short test dengan ST215. Analisis dilakukan dengan bantuan software Minitab. Dari software tersebut diperoleh hasil kombinasi terbaik adalah pada setting dielectric breakdown diatas 2250 V ( DB+), jumlah hole dibawah lima (PH-), dan metode parallel in finishing (P). Adapun usaha yang dapt dilakukan untuk menjaga kondisi agar tetap baik adalah mengkonfirmasi ke vendor SAMWHA untuk memproduksi SMPS dengan wire yang memiliki spesifikasi dielectric breakdown diatas 2250 V, mengecek hole wire sebelum masuk SMPS, short test 100% terhadap unit produk SMPS, dan melakukan perubahan 4M untuk metode finishing. 5. Control Untuk terus menerus mempertahankan kondisi yang baik yang diperlukan proses kontrol dan memonitor proses. Beberapa hal yang dapat dilakukan di dalam mengontrol dan memonitor proses yaitu mengecek hole sebelum produksi, mengontrol spesifikasi SMPS sebelum dirakit, melakukan audit QC dan proses, serta memonitor defect di produksi.Hasil dari perbaikan dapat dilihat dari cost saving

sebesar $ 29000 per tahun dan sigma levelnya naik menjadi 5,97 karena berkurangnya jumlah defect.

Daftar Pustaka Ras,Sachbudi A., dan Aripin., 2005, Menurunkan Cacat pada Produksi TVdengan Menggunakan Metode Six Sigma di PT LG Elektronics Indonesia, Jurnal Inovist, Volume 4 No 2, 61-66.

Anda mungkin juga menyukai