Anda di halaman 1dari 13

Identitas Pasien

Nama : Tn. Intok


Umur : 26 tahun
Alamat : Sukomakmur kaliangkrik
Tanggal masuk : 12 06 2014

Keluhan utama : Nyeri perut
Riwayat penyakit sekarang : nyeri perut sejak sejak 5
hari SMRS disertai demam, mual (+), muntah (+) 3 kali
tiap sehabis makan, BAB cair (+) 3x/hari, lendir (+),
ampas (-), mimisan (-), badan pegal2, nyeri mata (-).
Pemeriksaan Fisik :
TD : 130 / 90
Suhu : 41
o
C
Nadi : 110 x/menit
RR : 24 x/menit

Keadaan umum : lemah
Kesadaran umum : Compos mentis
Kepala : CA -/- , SI -/-, lidah kotor (+), lidah
tremor (-), wajah kemerahan
Leher : limfonodi tak teraba
Dada : simetris, retraksi (-)
Paru paru : SDV +/+, ST -/-
Jantung : S1S2 reguler, BJ (-)
Perut : datar, supel, BU (+) normal, NT (+)
regio epigastrium dan umbilikal
Hepar dan lien : tak teraba
Ekstremitas : akral hangat, tangan dan kaki
kemerahan

Diagnosis Banding :
Demam Tifoid
Demam Dengue
Demam Berdarah Dengue
Diagnosis Kerja : Obs. Febris H-5 ec. Demam Tifoid
Terapi :
Infus Asering 24 tpm
Paracetamol tab 3x1
Antasid tab 3x1


DEFINISI
Termasuk juga demam paratifoid. Penyebabnya
Salmonella typhii, S. paratyphii A, B dan C. Merupakan
infeksi akut usus halus.

EPIDEMIOLOGI
Endemis di Indonesia, didapatkan sepanjang tahun.
Penularan fekal-oral. Inkubasi 10-14 hari.

Patogenesis
-Salmonella masuk bersama makanan, dalam usus halus berinvasi
ke jaringan limfoid, terutama plaques Peyeri didaerah ileum,
limfonodi mesenterika dan melalui ductus thoracicus masuk
sirkulasi sistemik (bakteremia primer), menuju organ RES,
terutama hati dan lien, lainnya vesica fellea, ginjal dan sumsum
tulang, ini terjadi pada pada minggu pertama/masa inkubasi.

-Bakteri yang tidak difagosit RES masuk sirkulasi sistemik lagi
(bakteremia sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh.

-Bakteri ada yang menetap di vesica fellea atau ginjal/saluran
kencing, menjadi kronis/carrier dan sumber penularan.


Manifestasi Klinis
Gejala gejala yng timbul
bervariasi,dalam minggu
pertama,keluhan dan gejala
serupa dengan penyakit infeksi
akut pada umumnya,yaitu :
> Demam
Nyeri kepala
Pusing
Nyeri otot
Anoreksia
Mual
Muntah
> Obstipasi atau diare
> Perasaan tidak enak di perut
> Batuk
> Epistaksis
Pada pemeriksaan fisik hanya
didapatkan peningkatan suhu
badan
Dalam minggu kedua gejala gejala
yang menjadi lebih jelas yaitu
berupa :
Demam
Bradikardi relatif
Lidah tifoid ( kotor di tengah,tepi
dan ujung merah dan tremor )
> Hepatomegali
> Splenomegali
> Meteorismus
> Gangguan kesadaran berupa
somnolen sampai koma
> Roseolae ( jarang ditemukan di
indonesia )

Pemeriksaan Rutin
Pada px darah perifer lengkap sering ditemukan
leukopenia, tetapi dapat juga terjadi kadar leukosit
normal atau leukositosis.
Anemia ringan.
Trombositopenia.
Laju endap darah dapat meningkat.
Uji Widal
Untuk deteksi antibodi kuman S.typhi, yaitu : aglutinin O,
aglutinin H, dan aglutinin Vi. Hanya aglutinin O dan H yang
digunakan untuk diagnosis demam tifoid.
Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinannya
terinfeksi kuman ini.
Beberapa faktor yang mempengaruhi uji widal, yaitu :
Pengobatan dini dengan antibiotik
Gangguan pembentukan antibodi, dan pembentukan
kortikosteroid
Waktu pengambilan darah
Daerah endemik atau non-endemik
Riwayat vaksinasi
Kultur Darah
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam
tifoid.
Akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam
tifoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal :
Telah mendapatkan terapi antibiotik.
Volume darah yang kurang.
Riwayat vaksinasi.
Saat pengambilan darah setelah minggu pertama,
pada saat aglutinin semakin meningkat.
Terapi
-Bed rest total/tirah baring absolut s/d 2 hari
bebas panas. Diet rendah serat s/d defekasi
normal.
-Chloramfenikol 4x500 s/d 2 hari bebas panas
dilanjutkan 4x 250mg s/d 14 hari,
-Amoksisilin 4x 1gr 14 hari (atau Ampisilin),
-Trimetoprim-sulfametoksasol 2x 2 tab (atau 1
tab Forte) 14 hari, Ciprofloksasin 2x 500mg 2
minggu,
-Ceftriaxon IV 3-4gr/hari selama 3-5 hari.
-Pada yang berat bisa ditambahkan
deksametason 3x 5mg.
-Terapi komplikasi.
Komplikasi

Anda mungkin juga menyukai