Anda di halaman 1dari 26

ESQ, Kecerdasan Spiritual

& Kecerdasan Emosi


Oleh:
DR. M. Afif Anshori, M.A.
LEMDIKADA LAMPUNG

PENGANTAR ESQ
Selama ini, yang namanya kecerdasan
senantiasa dikonotasikan dengan
Kecerdasan Intelektual atau yang lazim
dikenal sebagai IQ (Intelligence
Quotient).Namun pada saat ini, anggapan
bahwa kecerdasan manusia hanya tertumpu
pada dimensi intelektual saja sudah tidak
berlaku lagi. Selain IQ, manusia juga masih
memiliki dimensi kecerdasan lainnya, yaitu :
Kecerdasan Emosional atau EQ (Emotional
Quotient) dan Kecerdasan Spiritual atau SQ
(Spiritual Quotient).

PENGANTAR ESQ
Memasuki abad 21, legenda IQ (Intelligence
Quotient) sebagai satu-satunya tolok ukur
kecerdasan yang juga sering dijadikan parameter
keberhasilan manusia, digugurkan oleh munculnya
konsep Kecerdasan Emosional atau EQ (Emotional
Quotient) dan Kecerdasan Spiritual atau SQ
(Spiritual Quotient). Kecerdasan manusia ternyata
lebih luas dari anggapan yang dianut selama ini.
Kecerdasan manusia bukanlah merupakan suatu
hal yang bersifat dimensi tunggal semata, yang
hanya bisa diukur dari satu sisi dimensi saja
(dimensi IQ).

Kesuksesan manusia dan juga kebahagiaannya,


ternyata lebih terkait dengan beberapa jenis
kecerdasan selain IQ. Menurut hasil penelitian,
setidaknya 75% kesuksesan manusia lebih
ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya (EQ) dan
hanya 4% yang ditentukan oleh kecerdasan
intelektualnya (IQ). Gay Hendrick, PhD dan Kate
Ludeman, PhD, keduanya konsultan manajemen
senior, mengadakan sebuah penelitian pada 800-an
manajer perusahaan yang mereka tangani selama
25 tahun. Dari hasil penelitian disimpulkan, bahwa
para pemimpin yang sukses ternyata lebih
mengamalkan nilai-nilai rohaniah atau nilai-nilai
sufistik ketimbang pengedepankan sisi intelektual
semata.

PENGGAGAS ESQ
1. Danah Zohar
Ia adalah seorang fisikawan, filsuf dan pendidik di
bidang manajeman, juga sebagai profesor di MIT
(Massachusetts Institute of Technology). Ia juga
sering menjadi pembicara di seminar bisnis,
pendidikan dan kepemimpinan. Danah juga telah
memberikan pelatihan bagi sejumlah korporasi
besar antara lain Volvo, Unilever, Tobbaco,
Telecom, Motorola, Philips, Unesco dan lain
sebagainya. Bukunya selalu menjadi best seller
dunia dan telah diterjemahkan dalam berbagai
bahasa, antara lain: The Quantum Self, The
Quantum Society, Rewiring the Corporate Brain,
Spiritual Quotient dan Spiritual Capital .

Menurutnya, peradaban Barat, dikenal


dengan paham rasionalisme dan
materialisme, sangat mempengaruhi
peradaban dunia saat ini. Dari paham ini
lahirlah Kapitalisme Barat, yang
menempatkan manusia hanya sebagai
makhluk ekonomi dan mesin produksi,
membuat wajah dunia menakutkan.

Dalam bahasa Danah Zohar, Kapitalisme Barat


tak lain adalah the pursuit of profit for its own
sake (pencarian keuntungan adalah demi
keuntungan itu sendiri). Ironisnya, prinsip ini
banyak diadopsi oleh pelaku bisnis di berbagai
belahan dunia, termasuk Indonesia hingga saat
ini. Padahal, paham ini telah banyak menjebak
para pelaku bisnis dan ekonomi pada umumnya
ke dalam sebuah perburuan keuntungan
kompetitif yang kejam, yang mengabaikan nilai
moral dan kemanusiaan dan membuat dunia
carut marut.

Korupsi, penebangan hutan secara liar,


penggelapan pajak, laporan keuangan
fiktif dan lainnya dilakukan oleh para
pelaku ekonomi yang ingin mendapatkan
keuntungan besar. Bahkan, itu juga
dilakukan oleh perusahaan- perusahaan
kelas dunia antara lain Enron, Worldcom,
Parmalat, yang membuat mereka
bangkrut. Mengapa semua itu terjadi?

Menurut Danah, dalam bukunya Spiritual


Capital, penyebab utamanya adalah
ketiadaan makna yang menyertai
Kapitalisme Barat. Ketakbermaknaan
inilah pemicu utama penularan penyakit di
dunia maju saat ini. Di antaranya depresi,
keletihan, sindrom kepenatan yang kronis,
alkoholisme, penyalahgunaaan obatobatan, pornografi, kemiskinan,
pengangguran, perang antarkelompok
yang tak pernah berhenti dan bunuh diri.
Inilah yang disebut penyakit spiritual
(Spiritual Pathology).

Danah menawarkan solusi memecahkan


permasalahan ini yakni melalui Spiritual
Capital. Ini sebuah paradigma baru, yaitu
visi bisnis yang tidak sekadar menaruh
perhatian pada materi keduniawian belaka.
Spiritual Capital mencitrakan bisnis
sebagai sebuah panggilan hidup, bisnis
yang berorientasi pada pelayanan dan nilai.

Ketika seseorang telah menyadari bahwa


fondasi spiritual lah yang mampu memberi
energi untuk menggerakkan motivasinya
menuju motivasi tertinggi. Sayangnya,
hanya sampai disitu Danah menawarkan
obat penawar untuk menyembuhkan
penyakit yang semakin akut itu. Danah
kesulitan untuk menjawab pertanyaan ''How
to achieve our ultimate motivation ?''.

2. Ary Ginanjar
Penulis buku best seller ESQ sekaligus Penemu
ESQ Model pada 2001. Ia adalah pionir training
ESQ untuk mengembangkan kualitas sumber
daya manusia dan kinerja individu maupun
perusahaan. Sudah lebih dari 350 ribu orang
mengikuti training ESQ yang tersebar hampir di
seluruh Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei
Darussalam dan Eropa. Perusahaan-perusahaan
besar seperti Telkom, Indosat, dan Petronas
--perusahaan minyak kelas dunia dari Malaysia-telah mengikuti training ESQ. Pada 2004, Ary
Ginanjar terpilih sebagai The Most Powerfull
People in Business versi majalah SWA dan
menjadi salah satu Tokoh Perubahan 2005 versi
Republika.

Penemu ESQ Model ini menyajikan


konsep Spiritual Engineering The ESQ
Way 165 yang mampu mensinergikan
kecerdasan spiritual, emosional, dan
intelektual sekaligus secara komprehensif.
Metode ini mengelola tiga modal dasar,
yaitu modal fisik, sosial, dan spiritual.
Beberapa nilai dan kaidah universalisme
Islam berhasil ia buktikan mampu menjadi
piranti pembangun kecerdasan spiritual.

Pengertian EQ
Istilah kecerdasan emosi (EQ) baru dikenal
secara luas pada pertengahan tahun 1990
dengan diterbitkannya buku Darnel Goleman :
Emotional Intelligence. Goleman menjelaskan
bahwa kecerdasan emosi (Emotional
Intellegence) adalah kemampuan untuk
mengenali perasaan kita sendiri dan
kemampuan mengelola emosi dengan baik
pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan
orang lain.

Kecakapan Kecerdasan Emosi


Menggunakan ungkapan Howard Gardner,
kecerdasan emosi terdiri dari 2 kecakapan,
yaitu : intrapersonal intelligence dan interpersonal
intellegence.
Intrapersonal intelligence merupakan kecakapan
mengenali perasaan kita sendiri yang terdiri dari :
1. Kesadaran diri meliputi : keadaan emosi diri,
penilaian pribadi, percaya diri.
2. Pengaturan diri meliputi : pengendalian diri,
dapat dipercaya, waspada adaptif dan inovatif.
3. Motivasi meliputi : dorongan berprestasi,
komitmen, inisiatif dan optimis.

Sedangkan interpersonal intelligence


merupakan kecakapan berhubungan
dengan orang lain yang terdiri dari :
1. Empati meliputi : memahami orang lain,
pelayanan, mengembangkan orang lain,
mengatasi keragaman dan kesadaran
politis.
2. Ketrampilan sosial meliputi : pengaruh,
komunikasi, kepemimpinan, katalisator
perubahan, manajemen konflik, pengikat
jaringan, kolaborasi dan koperasi serta kerja
team.

LANGKAH MENGEMBANGKAN EQ
(Emotional Quotient)
1. Membuka hati : ini adalah langkah pertama karena hati
adalah simbol pusat emosi. Hati kitalah yang merasa
damai saat kita berbahagia, hati kita merasa tidak nyaman
ketika sakit, sedih, marah atau patah hati. Kita mulai
dengan membebaskan pusat perasaan kita dari impuls dan
pengaruh yang membatasi kita untuk menunjukkan cinta
satu sama lain.
2. Menjelajahi dataran emosi : sekali kita telah membuka
hati, kita dapat melihat kenyataan dan menemukan peran
emosi dalam kehidupan. Kita dapat berlatih cara
mengetahui apa yang kita rasakan. Kita mengetahui emosi
yang dialami orang lain. Singkatnya, kita menjadi lebih baik
dan bijak menanggapi perasaan kita dan perasaan orang
di sekitar kita.

3. Mengambil tanggung jawab : untuk


memperbaiki dan mengubah kerusakan
hubungan, kita harus mengambil tanggung
jawab. Kita dapat membuka hati kita dan
memahami peta dataran emosional orang di
sekitar kita.
JIKA SESEORANG MEMPUNYAI
HUBUNGAN DENGAN TUHANNYA
BAIK MAKA BISA DIPASTIKAN
HUBUNGAN DENGAN SESAMA
MANUSIAPUN AKAN BAIK PULA

CONTOH KASUS
Goleman memberikan contoh Emotional Intelligence dalam beberapa
kasus:
1. Dengan alasan ingin membuat teman-temannya terkesan, seroang murid
berumur 9 tahun mengamuk, menuangkan cat ke bangku-banku,
komputer-komputer, printer-printer dan merusak sebuah mobil di parkir
sekolah.
2. Sebuah senggolan tak disengaja dari kerumunan anak muda pecah
menjadi pergulatan yang diakhiri dengan penembakan peluru kaliber 0.38
ke kerumunan massa.
3. Seorang pemuda Jerman diadili karena membunuh lima orang gadis dan
wanita Turki karena gagal dalam mendapatkan pekerjaan dan
mempersalahkan nasibnya pada pendatang-pendatang asing.
Inilah yang Goleman maksud sebagai sebuah tindakan yang tidak
memiliki Kecerdasan Emosi. Ia memberikan arah bahwa tindakantindakan seperti tadi sebagai sebuah contoh dari rendahnya Kecerdasan
Emosi yang mereka miliki. Dan tentunya berkebalikan dengan hal
tersebut seseorang yang memiliki kecerdasan Emosi tinggi akan
berkelakuan sebaliknya ketika menghadapi situasi situasi tersebut.
Goleman sering menyebut respon reptilian (serang atau lari ketika
menghadapi situasi yang membahayakan) sebagai bentuk dasar dari
kecerdasaan emosi.

MENINGKATKAN EQ
1. Membaca Situasi.
Dengan memperhatikan situasi sekitar anda,
maka akan diketahui apa yg akan dilakukan.
2. Mendengarkan dan menyimak lawan bicara.
Anda yg selalu merasa benarpunya
kecenderungan untuk tidak mendengarkan
kata orang lain. Luangkan waktu untuk
melakukannya, maka anda akan tahu apa
sebenranya yg terjadi.
3. Siap Berkomunikasi.
Lakukan komunikasi biarpun dalam situasi yg
sulit.

4. Tidak usah takut ditolak.


Ada kalanya orang ragu-ragu untuk bertindak
karena takut ditolak orang lain. Sebelum
berinisiatif, sebenarnya anda cuma punya 2
pilihan: diterima atau ditolak. Jadi, siapkan diri
anda, yang penting usaha.
5. Mencoba berempati.
EQ tinggi biasanya didapati oleh orang yang
mampu berempati atau bisa mengerti situasi yg
doihadapi orang lain. Caranya, palagi kalau
bukan mendengarkan dg baik?.

6. Pandai Memilih Prioritas.

Ini perlu supaya anda bisa memilih pekerjaan


apa yg mendesak, dan apa yg bisa ditunda.
7. Siap Mental.
Situasi apapun yg akan dihadapi, anda mesti
menyiapkan mental sebelumnya. Tidak ada
kesulitan yg tidak terselesaikan.
8. Ungkapkan lewat kata-kata
Bagaimana orang bisa membaca pikiran
anda kalau anda diam seribu bahasa?
Ungkapkan pikiran anda lewat kata-kata yg
jelas.

Benar, kecerdasan emosi berhubungan


dengan perasaan. Tapi, tetap memerlukan
pola pikir yang rasional, apalagi dalam
pekerjaan.
10 Fokus.
Konsentrasikan diri anda pada suatu
masalah yg perlu mendapat perhatian.
Jangan memaksa diri melakukannya dalam
4-5 masalah secara bersamaan. Dua atau 3
mungkin masih bisa ditangani, tapi lebih dari
itu, anda bisa kehabisan energi.

Pengertian SQ
Menurut Danah Zohar, kecerdasan spiritual (SQ)
adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian
dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan
diluar ego atau jiwa sadar. Pandangan lain juga
dikemukakan oleh Muhammad Zuhri, bahwa SQ
adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk
berhubungan dengan Tuhan. Asumsinya adalah jika
seseorang hubungan dengan Tuhannya baik maka
bisa dipastikan hubungan dengan sesama
manusiapun akan baik pula.

PERBANDINGAN EQ, SQ & ESQ


I. EQ
Manusia

III. ESQ
Tuhan

Manusia

II. SQ
Tuhan
Manusia

Manusia

Manusia

HUBUNGAN ANTARA IQ, EQ, SQ & TUHAN


Tuhan
Spiritual
SQ (God Spot)
Suara Hati

Paradigma
(Kepentingan)

Intelektual

IQ

Zero Mind Process

Paradigma
(Persepsi)

Emosional

EQ

Anda mungkin juga menyukai