Anda di halaman 1dari 30

PEMICU 2

KELOMPOK 3

Anggota Kelompok:
Novindra Seno Aji
Hafiz Hadi
Irfana Efendi
Octaviani Wiranda P
Tendri Ayu Putri K
Meicilia Bahari
Selli Efrida Siahaan
Dinda Fitriana Setia
Junia Ariani
Yenni Meftha Fauziah

PEMICU 2 : Pengorbanan Suami


Seorang laki-laki usia 40 tahun bernama Bhumi mengajukan euthanasia ke
dokter yang merawat istrinya (Mira,40 tahun). Mira sedang dirawat di ICU Rumah
Sakit di Jakarta post operasi sectio secaria setelah melahirkan anaknya yang ketiga.
Mira telah 3 bulan tidak sadar dan hidup dibantu oleh alat-alat penunjang
pernapasan dan jantung. Bhumi tidak tega melihat istrinya seperti itu. Selain itu juga
alasan biaya diungkapka Bhumi. Dokter tidak bersedia melakukan hal tersebut.
Namun Bhumi tetap memaksa serta memohon dokter untuk melakukannya karena
Bhumi sudah menerima tagihan dafi Rumah Sakit yang tidak mungkin dibayarkan
sehingga Bhumi mengajukan pulang paksa terhadap istrinya.

TERMINOLOGI
Euthanasia : Mengakhiri hidup dengan cara yang mudah tanpa
rasa sakit

KEYWORD
Mira 40 tahun dirawat di ICU setelah melahirkan anak ke-3
Mira 3 bulan tidak sadar, dibantu oleh alat pernapasan dan jantung
Suami Mira 40 tahun mengajukan euthanasia ke dokter
Dokter tidak bersedia melakukan euthanasia
Bhumi menerima tagihan rumah sakit yang tidak mampu dibayar
Bhumi mengajukan pulang paksa

IDENTIFIKASI MASALAH

Seorang suami memaksa melakukan euthanasia terhadap


istrinya dengan alasan biaya dan tidak tega meskipun
dokter tidak bersedia melakukan hal tersebut

ANALISIS MASALAH
Mira 3 bulan tidak sadar
Dibantu oleh alah pernafasan dan jantung

Suami mira mengajukan euthanasia untuk istrinya


Dokter tidak ingin melakukan

Suami Mira memaksa dikarenakan biaya

Suami Mira memilih untuk pulang paksa

HAM, UUD pasal 28


Hukum, pasal 344 KUHP
KODEKI, pasal 9 bab II
Agama

HIPOTESIS
Euthanasia dalam keadaan apapun melanggar dari segi hukum
Indonesia
Tindakan suami mengajukan euthanasia telah melanggar hak hidup
untuk istrinya
Keadaan Mira merupakan indikasi melakukan euthanasia

JAWABAN PERTANYAAN
TERJARING

1. INDIKASI EUTHANASIA
Tidak ada indikasi khusus agar bisa dilakukan euthanasia, namun ada jenis
euthanasia yang tidak dimasukkan dalam hukum pidana yaitu pseudo-euthanasia
atau euthanasia semu:
a. Pengakhiran perawatan medis karena gejala mati batang otak (otak 100% tidak
berfungsi)
b. Pasien menolak perawatan medis atau bantuan medis terhadap dirinya.
c. Berakhirnya kehidupan akibat keadaan darurat karena kuasa tidak terlawan
(force majure)
d. Penghentian perawatan/ pengobatan/ bantuan medis tang diketahui tidak ada
gunanya.

2. JENIS- JENIS EUTHANASIA


Euthanasia dilihat dari cara dilaksanakannya
1. Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah tindakan mempercepat kematian pasien
dengan cara menolak memberikan pertolongan seperti
menghentikan atau mencabut segala pengobatan yang menunjang
hidup si pasien.
2. Euthanasia aktif
Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja
secara medis melalui intervensiatau tindakanaktif oleh seorang
petugas medis(dokter), bertujuan untuk mengakhiri hidup pasien.

Euthanasia aktif dibagi menjadi 2 , yaitu :


1. Euthanasia aktif langsung
Euthanasia aktif langsung adalah dilakukannya tindakan medik
secara terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien
atau memperpendek hidup pasien. Jenis euthanasia ini biasa disebut
mercy killing.
2. Euthanasia aktif tidak langsung
Euthanasia aktif tidak langsung adalah keadaan dimana dokter atau
tenaga medis melakukan tindakan medik tidak secara langsung
untuk mengakhiri hidup pasien, namun mengetahui adanya resiko
yang dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.

Euthanasia ditinjau dari permintaan


1. Euthanasia voluntir
Euthanasia voluntir adalah euthanasia yang dilakukan oleh petugas medis
berdasarkan permintaan dari pasien sendiri. Permintaan ini dilakukan oleh pasien
dalam kondisi sadar dan berulang-ulang, tanpa tekanan dari siapapun.
2. Euthanasia involuntir
Euthanasia involuntir ini dilakukan oleh petugas medis kepada pasien yang sudah
tidak sadar. Biasanya permintaan untuk dilakukannya euthanasia ini berasal dari
pihak ketiga yaitu keluarga pasien dengan berbagai alasan, antara lain : biaya
perawatan yang mahal sehingga tidak bisa ditanggung lagi oleh keluarga pasien,
kasihan terhadap penderitaan pasien, dan beberapa alasan lainnya.

3. EUTHANASIA BERDASARKAN HAM


Euthanasia dalam perspektif HAM merupakan pelanggaran karena
menyangkut hak hidup dari pasien yang harus dilindungi.
Hak hidup harus dilindungi oleh negara terutama negara hukum.
Itulah sebabnya negara hukum yang baik menjunjung tinggi hak
asas manusia.

Right to self determination tidak bisa menjadi dasar untuk


pembenaran praktek euthanasia bukan pelanggaran hak asasi
manusia.
Keterkaitan etika kedokteran dan HAM terutama menyangkut
kewenangan dari dokter untuk menerapkan etika kedokteran
atau perlindungan hak-hak asasi manusia pasien dalam praktek
euthanasia.

Perlindungan hak asasi manusia terhadap pasien dalam praktek


euthanasia masih rentan dan belum jelas terutama menyangkut
batasan-batasan pelanggaran HAM yang dilanggar oleh dokter dan
batasan-batasan perlindungan terhadap pasien.

4. EUTHANASIA BERDASARKAN HUKUM DI INDONESIA


Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengatur tentang
larangan melakukan euthanasia. yakni dalam Pasal 344 KUHP yang
bunyinya: Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan
orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati,
diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Dari ketentuan tersebut, jelas bahwa yang diatur dalam KUHP adalah
euthanasia aktif dan sukarela

5. EUTHANASIA BERDASARKAN KODEKI


Dalam pasal 9, bab II Kode Etik Kedokteran Indonesia tentang
kewajiban dokter kepada pasien, disebutkan bahwa seorang dokter
harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
makhluk insani. Ini berarti bahwa menurut kode etik kedokteran,
dokter tidak diperbolehkan mengakhiri hidup seorang yang sakit
meskipun menurut pengetahuan dan pengalaman tidak akan sembuh
lagi. Tetapi apabila pasien sudah dipastikan mengalami kematian
batang otak atau kehilangan fungksi otaknya sama sekali, maka
pasien tersebut secara keseluruhan telah mati walaupun jantungnya
masih berdenyut. Dengan demikian, dasar etik moral untuk
melakukan euthanasia adalah memperpendek atau mengakhiri
penderitaan pasien dan bukan mengakhiri hidup pasien.

6. EUTHANASIA BERDASARKAN AGAMA


Menurut pandangan Islam
fatwa MUI tahun 2004 mengenai euthanasia adalah haram. euthanasia
baik yang aktif ataupun pasif adalah haram, karena euthanasia
dikategorikan sebagai perbuatan bunuh diri, dan yang berhak
mengakhiri hidup seseorang itu hanyalah Allah SWT.

Menurut pandangan Budha


Euthanasia baik yang aktif maupun yang pasif tidak dibenarkan dalam
ajaran agama Budha, karena perbuatan membunuh ataupun engakhiri
kehidupan seseorang ini, walaupun dengan alasan kasih sayang, tetap
melanggar dari ajaran agama Budha.

Menurut pandangan Katolik


Para uskup gereja Katolik mengukuhkan bahwa euthanasia itu
merupakan pelanggaran berat terhadap hukum Allah, karena berarti
pembunuhan manusia yang disengaja dan dari sudut moril tidak dapat
diterima.

Menurut pandangan Kristen Protestan


Cara pandang yang dilakukan kaum kristiani dalam menanggapi
masalah bunuh diri, dan pembunuhan berdasarkan belas kasihan
adalah dari sudut kekudusan kehidupan sebagai salah satu
pemberian Tuhan. Mengakhiri hidup dengan alasan apapun juga
adalah bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian tersebut.

Menurut pandangan Hindu


Pandangan agama Hindu terhadap euthanasia didasarkan
pada ajaran tentang karma, moksa, dan ahimsa. Karma
merupakan konsekuensi murni dari semua jenis
kehendak dan maksud perbuatan. Sebagai akumulasi
terus menerus dari karma yang buruk adalah menjadi
penghalang moksa yaotu suatu kebebasan dari siklus
reinkarnasi yang menjadi suatu tujuan utama dari
penganut ajaran Hindu. Ahimsa merupakan prinsip anti
kekerasan atau pantang menyakiti siapapun juga.

7. ATURAN EUTHANASIA DI INDONESIA, BELANDA


DAN AUSTRALIA
INDONESIA

Berdasarkan hukum di Indonesia maka euthanasia


adalah suatu perbuatan yang melawan hukum, hal ini dapat
dilihat pada peraturan perundang-undangan yang ada yaitu
pada pasal 344, pasal 338, pasal 340, pasal 345 dan pasal
369 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

BELANDA
berdasarkan dutch penal codes article 293,394 kegiatan
euthanasia atau assisted suicide dilindungi oleh hukum dengan
beberapa panduan yang ditetapkan oleh pengadilan di Rotterdam
tahun 1981:
1. Pasien harus dalam keadaan nyeri tak tertahankan
2. Pasien harus dalam keadaan sadar
3. Permintaan mengakhiri hidup harus dilakukan secara sukarela
4. Pasien harus diberikan alternatif selain euthanasia, diberi
waktu sebelum euthanasia dilakukan

5. Tidak ada lagi solusi logis lain yang bisa dijalankan


6. Kematian pasien tidak menimbulkan penderitaan yang tidak
inginkan bagi yang lain
7. Harus ada lebih dari satu orang yang terlibat dalam
pengambilan keputusan euthanasia
8. Hanya dokter yang dapat melakukan euthanasia terhadap
pasien. Pendekatan yang baik harus dijalani

Dutch pediatric Asociation mengeluarkan panduan


untuk mengakhiri hidup bayi yang terlahir cacat. Dr.
Zier versluys, ketua asosiasi working group on
neonathal ethics mengatakan bahwa mengakhiri
kehidupan dalam waktu dini lebih baik bagi orang tua
atau anak yang bersangkutan

AUSTRALIA
Negara bagian Australia, northern territory mengizinkan
euthanasia dqn bunuh diri berbantuan dengan UU yang
disebut Right of the Terminally Ill Bill pada tahun
1995, tetapi bulan maret 1997 ditiadakan oleh
keputusan senat Australia sehingga harus ditarik
kembali.

KESIMPULAN
Hipotesis Euthanasia dalam keadaan apapun melanggar dari segi hukum
Indonesia
BELUM DAPAT DITERIMA
Hipotesis Tindakan suami mengajukan euthanasia telah melanggar hak hidup
untuk istrinya
DAPAT DITERIMA
Hipotesis Keadaan Mira merupakan indikasi melakukan euthanasia
BELUM DAPAT DITERIMA

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai

  • Scribd Jurnal
    Scribd Jurnal
    Dokumen9 halaman
    Scribd Jurnal
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Dokumen2 halaman
    ABSTRAK
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • 23 September 2018
    23 September 2018
    Dokumen16 halaman
    23 September 2018
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Langkah
    Langkah
    Dokumen1 halaman
    Langkah
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen4 halaman
    PPT
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • 26 Agustus 2018
    26 Agustus 2018
    Dokumen18 halaman
    26 Agustus 2018
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • SF 36
    SF 36
    Dokumen8 halaman
    SF 36
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Gambar Pleno 1
    Gambar Pleno 1
    Dokumen28 halaman
    Gambar Pleno 1
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • SF 36
    SF 36
    Dokumen8 halaman
    SF 36
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Gonore
    Gonore
    Dokumen38 halaman
    Gonore
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Lapjag
    Lapjag
    Dokumen15 halaman
    Lapjag
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Demam Berdarah Dengue DBD
    Demam Berdarah Dengue DBD
    Dokumen12 halaman
    Demam Berdarah Dengue DBD
    Novy Ayunita Santoso
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 5 Imun
    Kelompok 5 Imun
    Dokumen51 halaman
    Kelompok 5 Imun
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Kegawatdaruratan
    Kegawatdaruratan
    Dokumen21 halaman
    Kegawatdaruratan
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Lapjag Bedah
    Lapjag Bedah
    Dokumen15 halaman
    Lapjag Bedah
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Materi Bedah 2
    Materi Bedah 2
    Dokumen26 halaman
    Materi Bedah 2
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Sistem Imun Spesifik
    Sistem Imun Spesifik
    Dokumen20 halaman
    Sistem Imun Spesifik
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Imun Tubuh
    Imun Tubuh
    Dokumen31 halaman
    Imun Tubuh
    Rizal Tabooti
    Belum ada peringkat
  • Kegawatdaruratan Mata
    Kegawatdaruratan Mata
    Dokumen26 halaman
    Kegawatdaruratan Mata
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 5 Pleno
    Kelompok 5 Pleno
    Dokumen25 halaman
    Kelompok 5 Pleno
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Lapjag Bedah
    Lapjag Bedah
    Dokumen15 halaman
    Lapjag Bedah
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • REFERAT Gastroschisi
    REFERAT Gastroschisi
    Dokumen20 halaman
    REFERAT Gastroschisi
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Lapjag Eci
    Lapjag Eci
    Dokumen39 halaman
    Lapjag Eci
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Juanda'a Maroel
    Belum ada peringkat
  • Drug Induce Hepatitis
    Drug Induce Hepatitis
    Dokumen14 halaman
    Drug Induce Hepatitis
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Lapjag Eci&Tania
    Lapjag Eci&Tania
    Dokumen57 halaman
    Lapjag Eci&Tania
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Ekg Angga
    Ekg Angga
    Dokumen5 halaman
    Ekg Angga
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen16 halaman
    Daftar Pustaka
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat
  • HK Asuransi
    HK Asuransi
    Dokumen26 halaman
    HK Asuransi
    Meicilia Bahari
    Belum ada peringkat