Anda di halaman 1dari 206

Malposisi

Penunjuk (presenting part) tidak berada di


anterior
Posisi abnormal UUK relatif terhadap
panggul ibu

Malpresentasi
Bagian terendah janin pada segmen
bawah rahim, bukan belakang kepala
Semua
presentasi
janin
selain
presentasi belakang kepala
Presentasi normal : belakang kepala
dengan penunjuk UUK dalam posisi
transversal (masuk PAP) dan anterior
(lewat pintu tengah panggul); dengan
sikap fleksi
Presentasi puncak kepala penunjuk
UUB : sikap ekstensi ringan

Malpresentasi
Presentasi dahi penunjuk sinsiput : sikap
ekstensi sedang
Presentasi muka penunjuk dagu : sikap
ekstensi maksimal
Janin dapat mengalami persalinan
yang lama atau bahkan macet

Presentasi Dahi
Bila kepala janin dalam sikap ekstensi
sedang
Pemeriksaan dalam : teraba daerah
sinsiput di antara UUB dan pangkal hidung
Bila menetap tidak dapat dilahirkan
akibat besarnya diameter oksipitomental
Mungkin pervaginam : janin berukuran
kecil punggung di posterior, atau ukuran
panggul luas
Insidens bila ada polihidramnion
(0,4%), BBL <1500 g (0,19%),

Presentasi Dahi
Diagnosis :

Pada pemeriksaan vagina teraba


pangkal hidung, tepi atas orbita, sutura
frontalis, dan ubun-ubun besar, tetapi
tidak dapat meraba dagu atau mulut
janin
Pada palpasi abdomen teraba oksiput
dan dagu janin di atas simfisis dengan
mudah

Presentasi Dahi

Presentasi Muka
Terjadi apabila sikap janin ekstensi
maksimal sehingga oksiput
mendekat ke arah punggung janin
dan dagu menjadi bagian
presentasinya
Janin masih dapat dilahirkan vaginal
apabila posisi dagunya di anterior
Diagnosis :
Pada pemeriksaan vagina dapat diraba
mulut, hidung, tepi orbita, dan dagu

Presentasi Muka

Presentasi Majemuk
Adalah terjadinya prolaps satu atau
lebih ekstremitas pada presentasi
kepala ataupun bokong
Diagnosis :
Pada pemeriksaan vagina teraba kepala,
tangan/lengan dan/atau kaki
Pada presentasi bokong teraba juga
lengan/tangan

Presentasi Majemuk

Presentasi Bokong
Adalah janin letak memanjang
dengan bagian terendahnya bokong,
kaki, atau kombinasi keduanya
Diagnosis :
Pemeriksaan palpasi abdomen
Pemeriksaan dalam vagina
Pemeriksaan USG

Presentasi Bokong

PENATALAKSANAAN

POSISI OKSIPUT POSTERIOR


Jika ada tanda obstruksi dan DJJ abnormal seksio
caecaria
Jika pembukaan serviks tidak lengkap & tidak ada
tanda-tanda obstruksi percepat persalinan dengan
oksitosin
Jika pembukaan serviks lengkap tapi tidak terjadi
penurunan di fase pengeluaran kaji apakah ada
tanda obstruksi
Jika tidak beri oksitoksin

Jika pembukaan serviks lengkap dan


Kepala janin teraba skitar 3/5 simpisis pubis seksio
caesaria
Kepala janin teraba antara 1/5 & 3/5 di atas simpisis pubis
ektraksi vacum, simfisiotomi, caesar
Kepala janin < 1/5 diatas simpisis pubis ekstraksi vacum,
atau forcep

PRESENTASI DAHI
Jika janin hidup lakukan caesar
Jika janin mati &
pembukaan serviks tidak lengkap caesar
Pembukaan serviks lengkap kraniotomi
POSISI DAGU ANTERIOR
Jika pembukaan serviks lengkap
Lahir normal
Jika kemajuan persalinan lambat & tidak ada tanda obstruksi
beri oksitoksin
Lakukan forsep
Jika pembukaan serviks tidak lengkap & tidak ada tanda obstruksi
beri oksitoksin
POSISI DAGU POSTERIOR
Janin hidup caesar
Janin mati kraniotomi / caesar

PRESENTASI GANDA
Bantu ibu untuk mengambil posisi lututdada
Dorong lengan janin ke atas PAP
kemudian tahan hingga ada kontraksi
mendorong kepala masuk ke panggul
Tindak lanjuti dengan kelahiran secara
normal

Jika prosedur gagal atau terjadi


prolaps tali pusat caesar

PRESENTASI BOKONG
Persalinan memanjang dengan presentasi bokong
caesar segera
Kelahiran per vaginam jika
Presentasi bokong lengkap, janin tidak terlalu
besar, kepala fleksi
Jika terjadi prolaps tali pusat & kelahiran tidak
segera terjadi atau DJJ abnormal & kelahiran
memanjang caesar

Caesar jalan lebih aman daripada kelahiran


sungsang per vagina, direkomendasikan pada
kasus :
Presentasi bokong kaki ganda, Panggul ibu
kecil/malforasi, Janin sangat besar & kepala
hiperekstensi
PRESENTASI BAHU & LETAK LINTANG
Versi ekternal dilanjutkan dengan kelahiran
normal
Jika gagal caesar
Pantau tanda prolaps tali pusat, jika ada caesar
segera

Versi
prosedur untuk melakukan
perubahan presentasi janin melalui
manipulasi fisik dari satu kutub ke
kutub lain yang lebih
menguntungkan bagi
berlangsungnya proses persalinan
pervaginam dengan baik

Klasifikasi
Berdasarkan arah pemutaran
Versi
janin
Versi
janin

Sepalik : merubah bagian terendah


menjadi presentasi kepala
Podalik : merubah bagian terendah
menjadi presentasi bokong

Berdasarkan cara pemutaran


Versi luar (external version)
Versi internal ( internal version)
Versi Bipolar ( Braxton Hicks version)

VERSI LUAR
Versi Luar ada dua macam, yaitu:
VERSI SEFALIK:
Dilakukan pada : - presentasi bokong
- Letak lintang

VERSI PODALIK
Dilakukan pada :
letak lintang
presentasi kepala dengan tali pusat terkemuka
presentasi kepala dengan tangan terkemuka

Kontraindikasi dalam melakukan versi


luar:
Ketubah pecah
Hipertensi dapat menyebabkan
terjadinya solusio plasenta
Cacat rahim (bekas SC) dapat
menyebabkan terjadinya ruptur uteri
Plasenta Previa/perdarahan ante partum
Kehamilan Ganda dpat menyebabkan
interlocking dan bergesernya janin yang
lainnya
Primigravida Tua

Syarat untuk melakukan Versi Luar :


Ketuban belum pecah
Janin diyakini dapat lahir pervaginam
Pembukaan < 4 cm
Bagian terendah janin masih dapat
dibebaskan dari pintu atas panggul
Tersedia Ruang operasi jika diperlukan
seksio sesar darurat

Tahapan Dalam Melakukan


Versi Luar:
Tahap Mobilisasi: Mengeluarkan bagian
terendah janin dari PAP
Tahap Eksentrasi : Meletakkan bagian
terendah ke fossa iliaka agar radius rotasi
lebih pendek
Tahap Rotasi : Memutar bagian terendah
janin ke arah yang diinginkan
Tahap Fiksasi: Memfiksasi perut ibu
dengan tujuan letak janin tidak berubah
kembali

Sistem Skoring Untuk Menentukan


Keberhasilan VERSI LUAR

score < 2 keberhasilan 0% dan pada score > 9 keberhasilan

Versi Luar dianggap gagal apabila:


1. Ibu merasa kesakitan, versi luar harus
segera dihentikan
2. Terjadi gawat janin, maka janin
dikembalikan di posisi semula
3. Terdapat tahanan saat memutar janin
Komplikasi versi luar:
Pada tali pusat yang terlalu pendek, dapat
menyebabkan solusio plasenta
Pada tali pusat yang terlalu panjang, dapat
menyebabkan lilitan tali pusat.
Ketuban pecah
Ruptur uteri

VERSI INTERNAL - internal


version

VERSI INTERNAL - internal


version
Indikasi :
Pada multipara dengan presentas dahi atau
puncak kepala.
Letak lintang.
Prolapsus talipusat.
Syarat :
Janin diperkirakan dapat lahir pervaginam.
Dilatasi servik lengkap.
Ketuban utuh atau baru pecah.
Tidak ada tanda ruptura uteri.

Tehnik
Pasien dalam posisi lithotomi dengan
anaesthesia umum.
Palpasi ulang untk menentukan posisi anak.
Bila ketuban masih utuh : amniotomi.
Tangan operator yang sesuai dengan bagian
kecil janin dimasukkan jalan lahir secara
obstetrik.
Dengan tangan yang berada dalam uterus,
bagian terendah janin disisihkan kelateral (ke
fossa iliaca) kearah yang berlawanan dengan
bagian kecil/kaki anak
Mobilisasi bagian terendah janin dibantu
dengan tangan penolong yang berada pada
dinding abdomen.

Kedua kaki anak dicari dan dipegang


diantara jari telunjuk, tengah dan jari manis
Seiring dengan gerakan menurunkan kaki
anak, tangan penolong diluar menolak
kepala anak kearah fundus uteri : (gambar
b)
Proses persalinan selanjutnya adalah seperti
pada ekstraksi kaki.

Gawat Janin
Syarat :
1. DJJ >160/menit atau <100/menit
2. Denyut jantung tidak teratur
3. Keluarnya mekonium kental pada awal persalinan
. DJJ di atas terdeteksi oleh auskultasi intermitten
. Auskultasi intermitten :
1. DJJ, irama dan intensitas harus diperiksa tiap 2 jam
selama kala I asal ketuban masih intak, dan bila
telah pecah, harus dilakukan tiap jam
2. Auskultasi harus dilakukan setelah selesai suatu
kontraksi memberi kesempatan jantung berubah
ke denyut normal

Takikardi (DJJ >160 dpm)

Hipoksia janin (ringan)


Kehamilan preterm (<30 minggu)
Infeksi ibu atau janin
Ibu febris atau gelisah
Ibu hipertiroid
Takiaritmia janin
Obat-obatan (misal : atropin, betamimetik)

Bradikardi (DJJ < 120 dpm)

Hipoksia janin (berat)


Hipotermi janin
Bradiaritmia janin
Obat-obatan (propanolol, obat anestesia
lokal)
Janin dengan kelainan jantung bawaan

Gawat Janin
Bila pada auskultasi, DJJ>150/menit atau
<110/menit atau lambat setelah kontraksi
electronic fetal monitoring untuk pola
DJJ
Pemantauan
dasar
janin
termasuk
auskultasi teratur selama persalinan,
hendaknya tiap 15 menit pada kala I dan
setelah setiap kali kontraksi pada kala II
selama 1 menit dari mulai kontraksi agar
deselerasi terdeteksi

Gawat Janin
DJJ <100 dpm atau >150 dpm indikasi
anjuran penggunaan PFE. pH diukur bila DJJ
abnormal
Penanganan (resusitasi intrauterin) :
1. Penderita dimiringkan ke sebelah kiri
2. Beri O2 dengan masker
3. Hentikan pemberian oksitosin
4. Beri tokolitik bila ada hiperstimulasi
NB : resusitasi selama 20 menit lalu evaluasi
tindakan

Gawat Janin
Kasus dengan pewarnaan mekonium dalam
cairan amnion :
1. Pencatatan DJJ secara berkesinambungan
diteruskan
2. Hindari kejadian-kejadian yang
mempercepat hipoksia janin (hipotensi,
hiperstimulasi uterus)
3. Amnioinfusion me(-) risiko seksio sesarea
gawat janin, asidemia janin dan sindroma
aspirasi mekonium

Pemantauan DJJ Gawat


Janin
Kasus risiko rendah auskultasi teratur DJJ
selama persalinan :
1. Setiap 15 menit selama kala I
2. Setiap setelah his pada kala II
3. Hitung selama 1 menit bila his telah selesai
. Kasus risiko tinggi pergunakan pemantauan
DJJ elektronik secara berkesinambungan
sebaiknya sarana pemeriksaan pH tersedia

Interpretasi + Pengelolaan Gawat


Janin
Memperbaiki aliran darah uterus
1. Miringkan ibu ke kiri perbaikan sirkulasi
plasenta
2. Hentikan infus oksitosin
3. Setelah pemberian anestesi epidural,
segera beri infus 1 l kristaloid (larutan
Ringer) perbaikan hipotensi ibu
4. Kecepatan infus cairan intravaskular
dinaikkan aliran darah arteri uterina

Interpretasi + Pengelolaan Gawat


Janin
Memperbaiki aliran darah umbilikus
ubah posisi ibu seperti tadi
Beri ibu oksigen dengan kecepatan 6-8
L/menit
Perlu kehadiran seorang dokter spesialis
anak
NB : resusitasi intrauterin ini 20 menit
Tergantung pada terpenuhinya syarat-syarat,
persalinan dapat pervaginam atau
perabdominam

EKSTRAKSI VAKUM
Suatu persalinan buatan di mana
janin dilahirkan dengan ekstraksi
tenaga negatif (vakum) pada
kepalanya
Alat ini dinamakan ekstraktor vakum
atau ventouse

INDIKASI
EKSTRAKSI VAKUM

KONTRA INDIKASI
EKSTRAKSI VAKUM

Ibu
Untuk memperpendek
kala II, misalnya :
Penyakit jantung
kompensata
Penyakit paru-paru
fibrotik
Waktu : kala II yang
memanjang
Janin
Gawat janin

Ibu
Ruptura uteri
membakat
Pada penyakit
dimana ibu tidak
boleh mengejan
Janin
Malpresentasi
After coming head
Janin preterm

SYARAT EKSTRAKSI VAKUM


Syarat-syarat ekstraksi vakum sama
dengan ekstraksi cunam, namun
disini lebih luas :
Pembukaan > 7 cm (hanya pada
multigravida)
Penurunan kepala janin boleh pada
hogde II

Harus ada kontraksi rahim dan ada


tenaga mengejan

Kriteria Ekstrasi Vakum


Gagal
Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas
sebanyak 3 x
Tenaga vakum terlalu rendah
Tekanan dibuat terlalu cepat => kaput
suksedanum sempurna yg mengisi seluruh
mangkuk
Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dg
mangkuk
Bagian jalan lahir ada yg terjepit
Tangan kiri & kanan penolong tidak bekeja
sama dengan baik
Defect pada alat , ex: kebocoran karet
selubung
Adanya disporposi sefalo-pelvik

Komplikasi Vakum
IBU
Pendarahan
Trauma jalan lahir
Infeksi
JANIN
Ekskoriasi kulit kepala
Sefalohematoma
Subgaleal hematoma => dpt cepat
diabsorbsi, bisa menimbulkan ikterus
neonatorum
Nekrosis kulit kepala => alopesia

Sectio Sesarea
Definisi :
persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh dan BB janin > 500gr
Jenis :

Seksio secara klasik : pembedahan secara


sanger
Seksio secara transperitoneal profunda
(lower segmen caesarean section)
Caesarean hysteroctomy
Seksio sesaria ektraperitoneal
Seksio sesarea vaginal

Cesarean Sectio

(A) Classic (B) low vertical (C) transverse incisions

Indikasi C-section
Indikasi Ibu
Panggul sempit
absolut
Tumor jalan lahir
Stenosis serviks /
vagina
Plasenta previa
Disporposi
sefalopelvik
Ruptura uteri

Indikasi Janin
Kelainan letak
Gawat janin
TIDAK Dilakukan Pada
:
Janin mati
Syok, anemia berat
sebelum diatasi
Kelainan kongenital
berat

Teknik C-section Klasik


Desinfeksi dinding perut dan lapangan
operasi dipersempit dengan duk steril
Pada dinding perut dibuat insisi mediana
mulai dari atas simfisis sepanjang 12 cm
sampai dibawah umbilikus lapis demi lapis
sampai kavum peritoneal
Dalam rongga perut di sekitar rahim
dilingkarai dengan kasa laparotomi
Dibuat insisi secara tajam dengan pisau pd
SAR dan diperlebar secara sagital dengan
gunting
Setelah kavum uteri terbuka, selput ketuban
dipecahkan

Teknik C-section Klasik


Pemotongan servix di korpus uteri-horisontal
Setelah janin dilahirkan seluruhnya, tali pusat
dijepit dan dipotong diantara kedua penjepit
Plasenta dilahirkan secara manual, disuntikan
10 U oksitosisn ke dalam rahim secara intra
mural
Luka insisi SAR dijahit kembali
Lap I : endometrium & miometrium dijahit jelujur
Lap II : miometrium saja dijahit simpul
Lap III : perimetrium saja dijahit simpul

Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua


adneksa di eksplorasi
Rongga perut dibersihkan dari sisa2 darah
Menjahit luka dinding perut

lower segmen
caesarean
section

Indikasi C-section Klasik


Bila terjadi kesukaran dalam
memisahkan blader untuk mencapai
segmen bawah rahim misalnya
karena perlekatan akibat
pembedahan c-section yg lalu /
adanya tumor di segmen bawah
rahim
Janin besar dalam letak lintang
Plasenta previa dengan insersi
plasenta di dinding depan segman

Komplikasi
a) infeksi puerperalis/nifas bisa terjadi dari

infeksi ringan yaitu kenaikan suhu beberapa


hari saja,
sedang yaitu kenikan suhu lebih tinggi disertai
dehidrasi dan perut sedikit kembung,
berat yaitu dengan peritonitis dan ileus
paralitik.

b) Perdarahan akibat atonia uteri (uteri ga


punya tonus sehingga ga bisa kontraksi)
atau banyak pembuluh darah yang
terputus dan terluka pada saat operasi.
c) Trauma kandung kemih akibat kandung
kemih yang terpotong saat melakukan

d) Resiko ruptura uteri pada kehamilan


berikutnya karena jika pernah
mengalami pembedahan pada dinding
rahim insisi yang dibuat menciptakan
garis kelemahan yang sangat beresiko
untuk ruptur pada persalinan
berikutnya.
e) Endometritis yaitu infeksi atau
peradangan pada endometrium

EKSTRAKSI CUNAM
Suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan dengan suatu tarikan
cunam yang dipasang pada
kepalanya

INDIKASI EKSTRAKSI CUNAM


Indikasi relatif
Ekstraksi cunam yang bila dikerjakan akan
menguntungkan ibu atau pun janinnya,
tetapi bila tidak dikerjakan, tidak akan
merugikan, sebab bila dibiarkan,
diharapkan janin akan lahir dalam 15 menit
berikutnya

Dibagi menjadi :
Indikasi de Lee. Syarat : kepala sudah di
dasar panggul; putaran paksi dalam sudah
sempurna; m. levator ani sudah tergang;
dan syarat2 lainnya sudah terpenuhi
Indikasi pinard. Syarat = de lee. Hanya di
sini penderita harus sudah mengejan

INDIKASI EKSTRAKSI CUNAM


Indikasi absolut :
Ibu :
Eklampsia, preeklampsia
Ruptura uteri membakat
Ibu dengan penyakit jantung, paru-paru,
dan lain-lain

Janin : gawat janin


Waktu : memanjang

Indikasi

Indikasi Ibu:
Penyakit Jantung
Penyakit Pulmonar
Infeksi Intrauterin
Gangguan Neurologik
Kelelahan Ibu
Kala II memanjang
Mempersingkat kala II : pre eklampsia , eklampsia
Indikasi Anak:
Gawat janin
Prolapsus talipusat dengan kepala sudah didasar
panggul
After coming head

Syarat
Pasien dan keluarga sudah faham dan menyetujui
tindakan ini serta bersedia menandatangani
"informed consent"
Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada
disproporsi sefalopelvik)
Pembukaan serviks lengkap
Kepala janin sudah cakap (mencapai letak = sudah
terjadi engagement)
Kepala janin harus dapat dipegang dengan cunam
Janin hidup
Ketuban sudah pecah/dipecah

Kontra indikasi dari ekstraksi forcep


meliputi:
1. Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak
bulat dan keras lagi sehingga kepala sulit
dipegang oleh forceps.
2. Anencephalus.
3. Adanya disproporsi cepalo pelvic.
4. Kepala masih tinggi.
5. Pembukaan belum lengkap.
6. Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel.
7. Jika lingkaran kontraksi patologi bandel sudah
setinggi pusat atau lebih
(Muchtar Rustam, 1995: 85).

KOMPLIKASI EKSTRAKSI
CUNAM

Ibu

Perdarahan
Trauma jalan lahir
Infeksi pasca persalinan

Janin
Luka pada kulit kepala
Cedera m. sternokleidomastoideus
Paralisis nervus VII
Fraktur tulang tengkorak
Pendarahan intrakranial

Keunggulan & Kerugian Vakum


dibanding Cunam
Keunggulan
Pemasangan
mudah :
mengurangi bahaya
trauma & infeksi
Tidak diperlukan narkosis
umum
Mangkuk tidk menambah
besar ukuran kepala yg
harus melalui jalan lahir
Dapat digunakan pada
kepala yg masih tinggi
dan pembukaan serviks
yg belu lengkap
Trauma kepala janin

Kerugian
Persalinan
memerlukan waktu yg
lebih lama
Tenaga traksi tidak
sekuat cunam
Pemeliharaannya lebih
sukar, karena
bagiannya banyak
terbuat dari karet dan
harus selalu kedap
udara

KETUBAN PECAH DINI


pecahnya selaput korioamniotik
sebelum terjadi proses persalinan
Bila Ketuban Pecah Dini terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut Ketuban Pecah Dini
premature.

Etiologi
Inkompetensi serviks
Polihidramnion (cairan ketuban
berlebih)
Riwayat KPD sebelumya
Kelainan atau kerusakan selaput
ketuban
Kehamilan kembar
Trauma
Serviks yang pendek (<25mm) pada
usia kehamilan 23 minggu
Infeksi pada kehamilan seperti bakterial
vaginosis

Inkompetensi serviks

MEKANISME KPD
Disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang.
Pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput
ketuban inferior rapuh.
Gerakan janin

FAKTOR RESIKO KPD


Berkurangnya asam askorbik sebagai
komponen kolagen
Kekurangan tembaga dan asam
askorbik yang berakibat
pertumbuhan struktur abnormal
karena antara lain merokok

Tanda dan gejala


keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau amis berasa
manis dan tidak seperti bau amoniak
Demam
bercak vagina yang banyak
nyeri perut
denyut jantung janin bertambah cepat
tanda infeksi

Penatalaksanaan Umum
KPD
Tentukan diagnosis
Tentukan umur kehamilan
Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi
janin
Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin
Pemeriksaan pH vagina perempuan hamil sekitar 4,5; bila
ada cairan ketuban, pH menjadi skitar 7,1-7,3
Pemeriksaan USG untuk mengetahui KPD dengan adanya
oligohidroamnion
Penderita kemungkinan KPD harus segera masuk rumah
sakit
Bila KPD pada kehamilan premature diperlukan
penatalaksanaan komprehensif

DIAGNOSIS KPD
Tentukan pecahnya selaput ketuban,
dengan ada cairan di vagina
Penentuan cairan ketuban dapat
dilakukan dengan tes lakmus merah
menjadi biru
Tentukan ada infeksi atau tidak
suhu ibu > 38C air
ketuban keruh dan berbau
Leukosit darah > 15.000/mm

PENATALAKSANAAN KONSERVATIF
KPD

Rawat di rumah sakit berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg


atau eritromisin bila tidak tahan ampicilin, metronidazol 2 x
500 mg slama 7 hari)
Umur kehamilan < 32 34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
Umur kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada
infeksi, tes busa negatif beri Deksametason
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikan tokolitik (Sabutamol), deksametason
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik
dan lakukan induksi
Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk
memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinan
periksa kadar lesitin dan spingomilelin tiap minggu

PENATALAKSANAAN AKTIF
KPD
Kehamilan > 37 minggu, induksi
dengan Oksitosin. Bila gagal seksio
sesarea
Dapat diberikan Misoprostol 25 g
50 g intravaginal tiap 6 jam maks
4x
Bila ada tanda-tanda infeksi AB
dosis tinggi dan persalinan diakhiri
Skor pelvik <5 : pematangan serviks
lalu induksi. Jika gagal seksio

KOMPLIKASI KPD
Persalinan premature
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh
persalinan
Infeksi
Pada ibu bisa terjadi Korioamnionitis pada bayi
Hipoksia dan Asfiksia
Pecahnya ketuban dapat terjadi oligohidaramnion
yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia dan
hipoksia
Sindrom Deformitas Janin
Ketuban Pecah Dini yang terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kalinan kompresi muka
dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal

Hipertensi Dalam
Kehamilan

Patofisiologi Hipertensi
Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
Teori Iskemia Plasenta, Radikal
Bebas, Dan Disfungsi Endotel
Teori Adaptasi Kardiovaskular Genetik
Teori Defisiensi Gizi
Teori Inflamasi

Patofisiologi
Teori kelainan vaskular plasenta
Invasi trofoblas ke dalam lapisan otot dilatasi
a.spiralis. penurunan tek darah peningkatan aliran
darah pada uroplasenta darah cukup banyak
remodeling arteri spiralis
Pada hipertensi, tidak terjadi invasi trofoblas, sehingga
kegagalan remodeling hipoksia dan iskemi plasenta
Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Primigravida memiliki resiko lebih besar terjadi
hipertensi dibanding multigravida
Ibu multipara yang kemudian menikah lagi
mempunyai resiko lebih besar dibandingkan dengan
suami sebelumnya
Seks oral mempunyai resiko lebih rendah terjadinya
hipertensi dalam kehamilan

Teori iskemia plasenta, radikal bebas, disfungsi endotel :


Iskemi dan hipoksia menghasilkan oksidan hidroksil yang sangat
toksis.merusak membran sel yang mengandung banyak asam
lemak tak jenuh menjadi peroksida lemak.merusak nukleus,
protein sel endotel
Produksi oksidan yang bersifat toksis dapat diimbangi dengan
antioksidan
Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi.
Antioksidan spt vit E pada hipertensi kehamilan menurun
dominasi kadar oksidan peroksida lemak yang tinggi merusak sel
endotel
Disfungsi endotel
Sel endotel terpapar peroksida lemak kerusakan sel endotel
gangguan fungsi endotel (disfungsi endotel). Pada kerusakan ini
akan terjadi:
Gangguan metabolisme prostaglandin prostaglandin menurun
Agregasi sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan
Perubahan khas pada glomerular endotheliosis
Peningkatan permeabilitas kapiler
Peningkatan faktor koagulasi

Teori intoleransi imunologik antara ibu


dan janin
Primigravida memiliki resiko lebih besar
terjadi hipertensi dibanding multigravida
Ibu multipara yang kemudian menikah lagi
mempunyai resiko lebih besar dibandingkan
dengan suami sebelumnya
Seks oral mempunyai resiko lebih rendah
terjadinya hipertensi dalam kehamilan

Teori adaptasi kardiovaskular


Teori genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya
hipertensi dalam kehamilan secara familial jika
dibandingkan dengan genotip janin
Teori defisiensi gizi
Diberikan banyak minyak ikan dan kalsium untuk
pencegahan hipertensi
Teori stimulus inflamasi
Lepasnya debris trofoblas dalam sirkulasi darah
merupakan rangsangan utama terjadinya inflamasi
Adanya debris trofoblas berlebihan mengakibatkan
aktivitas leukosit yang tinggi pada sirkulasi ibu

Faktor penyebab
Hipertensi esensial familial
Kelainan arteri-hipertensi renovaskular&koartio
aorta
Kelaianan endokrin-dm,sindroma
cushing,aldosteronisme
primer,deokromositoma,tirotoksikosis
Hipertensi yang berhubungan dengan kelainan
ginjal-GN,GGK,nefropati diabetes
Penyakit jar.ikat-SLE.Skleroderma,perinitis
nodosa
Penyakit ginjal polikistik
GGA
Kegemukan

Faktor resiko
Primigravida, primipaternitas
Hiperplasentosis (molahidatidosa,
kehamilan multipel, DM, hidrops fetalis,
bayi besar)
Umur yang ekstrim
Riwayat keluarga pernah preeklampsia /
eklampsia
Penyakit ginjal dan hipertensi yg sudah
ada sebelum hamil
Obesitas

Klasifikasi
Hipertensi kronik
Preeklampsia eklampsia
Hipertensi kronik dengn superimposed
preeklampsia
Hipertensi gestasional

Hipertensi Kronik

Definisi
Hipertensi yang didapatkan sebelum
timbulnya kehamilan
Timbul apabila tekanan darah sistolik
140 mmhg, diastolik 90 mmhg
sebelum umur kehamilan 20 minggu

Etiologi
Primer
Idiopatik : 90%

Sekunder
10%, berhubungan dengan penyakit
ginjal, vaskular kolagen, endokrin dan
pembuluh darah

Diagnosis
Bila didapatkan hipertensi yang telah timbul
sebelum kehamilan atau < 20 minggu
Ciri-ciri :
Umur ibu > 35 tahun
TD sangat tinggi
Umumnya multipara
Umumnya ditemukan penyakit DM, kelainan
jantung, ginjal
Obesitas
Penggunaan obat-obat antihipertensi sebelum
kehamilan
Hipertensi yang menetap pasca kehamilan

Dampak Hipertensi Kronik


Bagi ibu
Bila pasien mendapat terapi dan hipertensi
terkendali tidak berpengaruh buruk pada
kehamilan
Tapi punya risiko terjadinya solusio plasenta,
superimposed pre-eklamsia
Hipertensi kronik yang diperberat oleh
kehamilan akan memberi tanda :
Kenaikan mendadak TD kemudian proteinuria
Tekanan darah > 200 mmhg/ > 130 mmhg
dengan akibat segera terjadi oliguria dan
gangguan ginjal

Dampak Hipertensi
Kronik

Bagi janin :

Pertumbuhan terhambat atau fetal


growth restriction, intrauterine growth
restriction (IUGR)
Insiden fetal growth restriction
berbanding langsung dengan derajat
hipertensi yang disebabkan perfusi
uteroplasenta insufisiensi plasenta
Risiko pe persalinan preterm

Pemeriksaan Penunjang
ECG (ekokardiograf)
Pemeriksaan mata
Usg ginjal
Fungsi ginjal
Fungsi hepar
Hb
Hematokrit
Leukosit

Pemeriksaan Pada Janin


USG
Bila dicurigai IUGR : (intrauterine
growth retardation)
NST
Profil biofisik

Diagnosa

Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan


Kategori

Sistolik (mmHg)

Diastolik
(mmHg)

Normal

< 120

< 80

Pre hipertensi

120 139

80 - 99

Stage 1

140 159

90 - 99

Stage 2

> 160

> 100

Penatalaksanaan
Untuk mencegah hipertensi yang ringan menjadi berat
dapat dilakukan dengan :
Perubahan pola hidup :
Diet, Merokok, alkohol, Substance abuse
Antihipertensi
Pada hipertensi kronik berat umumnya hanya
memperhatikan keselamatan ibu dibanding status
kehamilan guna mencegah :
CVA
Infark miokard
Disfungsi jantung & ginjal
Antihipertensi diberikan :
Sedini mungkin pada batas hipertensi stage 1 yaitu
140 mmhg/ 90 mmhg
Jika terjadi disfungsi end organ

Antihipertensi
-metildopa
Suatu 2 reseptor agonis ]
Dosis awal 500 mg 3x/hari, maks
3gr/hari
Calsium channel blockers
Nifedipin : dosis bervariasi antara 30-90
mg/hari
Diuretik tiazid
Tidak diberikan karena akan menggangu
volume plasma ganggu aliran darah
uteroplasenta

Hipertensi Gestasional

Hipertensi Gestasional
Hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa
disertai proteinuria
Menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau
kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi
tanpa proteinuria
Tekanan darah 140/90 mmHg untuk pertama kali
dalam kehamilan di atas 20 minggu
Terjadi karena peningkatan tekan darah selama
kehamilan atau hilangnya hipertensi kronik yang
pernah ada sebelumnya dan tanda preeklampsia
lainnya pada 24 pertama setelah melahirkan.
(Harrison, 2007 : 33)

Penatalaksanaan
Jika kehamilan < 37 minggu, tangani secara rawat
jalan:
Pantau tekanan darah, proteinuria dan kondisi janin
setiap minggu.
Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai
preeklampsia.
Jika kondisi janin memburuk atau pertumbuhan janin
terhambat, rawat dan pertimbangkan terminasi
kehamilan.
Beritahu klien dan keluarga tanda bahaya dan gejala
preeklampsia atau eklampsia.
Jika tekanan darah stabil janin dapat dilahirkan secara
normal.

Preeklampsia

Definisi
Penyulit kehamilan yang akut dan
dapat terjadi ante, intra dan
postpartum
Hipertensi yang timbul > 20 minggu
kehamilan dan proteinuria
Urutan gejala pada preeklampsia ->
edema, hipertensi dan proteinuria.
Bila gejala-gejala ini timbul tidak
dalam urutan diatas, dianggap bukan
preeklampsia

Perubahan Sistem dan Organ pada Pre


Eklampsia
Volume plasma
Hipervolemia pada kehamilan, maksimum pada
masa gestasi 32-34 minggu
Pada preeklamsia terjadi penurunan volume
plasma 30-40% dibanding hamil normal
Hipertensi
Tekanan diastolik resistensi perifer, sistolik
CO
Preeklampsia reaktifvitas vaskular dimulai
masa gestasi 20 minggu
Dideteksi pada trimester II
Disebabkan oleh vasospasme
Hematokrit
Hematokrit meningkat

Fungsi ginjal:
Oliguria dan anuria akibat hipovolemia
Permeabilitas membran meningkat proteinuria
GGA nekrosis tubulus ginjal
Kerusakan intrinsik karena vasospasme
Asam urat meningkat
Kreatinin plasma meningkat
Tekanan osmotik cairan koloid plasma/tekanan
onkotik
Makin menurunnya osmolaritas serum dibandingkan
kehamilan normal krn kebocoran protein dan
peningkatan permeabilitas vaskular
Elektrolit
Kadar elektrolit total menurun hamil normal
Preeklamsia berat dan hipoksia dapat menyebabkan
gangguan keseimbangan asam basa

Edema
40% edema pada hamil normal, 60% edema
pada kehamilan dengan hipertensi, 80% pada
kehamilan dengan dan proteinuria
Edema hipoalbuminemia atau kerusakan sel
endotel kapiler
Edema patologik muka, tangan atau edema
generalisata
Viskositas darah
Peningkatan viskositas darah meningkatkan
resistensi perifer, menurunnya aliran darah ke
organ
Koagulasi dan fibrinolisis
Sering dijumpai trombositopenia

Hematologik
Akibat vasospasme yang menyebabkan
hipovolemia, hipoalbuminemia hemolisis
mikroangiopatik akibat spasme arteriol dan
hemolisis akibat rusaknya endotel arteriol
Peningkatan hematokrit, peningkatan
viskositas darah, trombositopenia dan gejala
hemolisis mikroangiopatik
Trombositopenia = tromobsit < 100.000 sel/ml
Hemolisis destruksi eritrosit
Neurologik
Nyeri kepala hiperperfusi otak vasogenik
edema
Vasospasme arteri retina dan edema retina
ggn visus
Hiperrefleksi
Kejang eklamptik

Kardiovaskular
Peningkatan cardiac afterload karena
hipertensi
Penurunan cardia preload oleh hipovolemia
Paru
Preeklampsia berat edema paru
Edema paru gagal jantung kiri, kerusakan
sel endotel pada pembuluh darah kapiler paru
dan menurunnya diuresis
Hepar
Vasospasme, iskemia, perdarahan
Nekrosis sel hepar peningkatan enzim hepar
Subskapular hematoma nyeri epigastrium
ruptur hepar

PRE-EKLAMPSIA
Pre-eklampsia Ringan

Pre-eklampsia Berat

Preeklampsia Ringan
Definisi
Suatu sindroma spesifik dengan
menurunnya perfusi organ yang
berakibat terjadinya vasospasme
pembuluh darah dan aktivasi endotel

Diagnosis
Ditegakkan berdasar timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan/edema
setelah kehamilan 20 minggu
Hipertensi 140/90 mmHg
Proteinuria 300 mg/24 jam atau 1
+ dipstik
Edema: edema lokal tidak dimasukkan
dalam kriteria preeklampsia, kecuali
edema pada lengan, muka dan perut,
edema generalisata

Tujuan utama prawatan preeklampsia


Mencegah kejang, perdarahan intrakranial,
mencegah ggg fx organ vital & melahirkan
bayi sehat.
Rawat jalan (ambulatoir)
Pd umur kehamilan 20mgu, tirah baring dg
posisi miring -> menghilangkan tekanan
rahim pd v.kava interior -> meningkatkan
alirah darah balik & menambah curah
jantung.
Tdk perlu dilakukan restriksi garam sepanjang
fx ginjal masih normal. Diet : 2g natrium / 46g NaCl cukup
Diet cukup protein, rendah karbohidrat,

Rawat inap
Kriteria Preeklampsia ringan dirawat di RS.
Bila tdk ada perbaikan: TD, kadar proteinuria selama
2mgu.
Adanya satu atau lebih gejala & tanda2 preeklamsia
berat.

Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap


kehamilannya
Pd kehamilan preterm (< 37mgu), bila TD mencapai
normotensif, persalinannya ditunggu sampai aterm.
Pd kehamilan aterm (> 37mgu), persalinan ditunggu
sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan
untuk melakukan induksi persalinan pd taksiran
tanggal persalinan.

Preeklampsia Berat
Definisi
Preeklampsia dengan TD sistolik
160 mmHg dan diastolik 110
mmHg disertai proteinuria > 5g/24
jam

Diagnosis
TD sistolik 160 mmHg & diastolik 110 mmHg. TD tdk
turun meskipun ibu sdh dirawat di RS & sdh menjalani
tirah baring.
Proteinuria > 5g/24 jam atau 4 + dlm pemeriksaan
kualitatif.
Oligouria, produksi urin < 500 cc/24 jam.
Kenaikan kadar kreatinin plasma
Ggg visus & serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skomata & pandangan kabur.
Nyeri epigastrium atau nyeri pd kuadran kanan atas
abdomen.
Edema paru2 & sianosis
Hemolisis mikrangiopati
Trombositopenia berat < 100.000 sel/mm3 atau penurunan
trombosit dg cepat.
Ggg fx hepar (kerusakan hepatoseluler): peningkatan
kadar alanin & aspartate aminotransferase
Pertumbuhan janin intrauterine yg terhambat.

Pembagian Preeklampsia
Berat
Preeklampsia berat tanpa impending
eclampsia
Preeklampsia berat dengan impending
eclampsia (preeklampsia berat disertai
gejala2 subjektif berupa nyeri kepala hebat,
ggg visus, muntah2 neri epigastrium &
kenaikan progresif TD)

Perawatan & pengobatan


preeklampsia berat
Pencegahan kejang, pengobatan
hipertensi, pengelolaan cairan,
pelayanan suportif thd penyulit organ
yg terlibat & saat yg tepat u/
persalinan

Pengobatan
Koreksi cairan:
5% Ringer-dektose/cairan garam faali jmlh tetesan
<125cc/jam
Infus Dekstrose 5% tiap liternya diselingi infus Ringer
laktat (60-125 cc/jam) 500cc
Foley catheter
Diberikan antasid
Diet protein, rendah karbohidrat, lemak n garam
Pemberian obat kejang
- Obat antikejang : MgSO4 , obat lain (diasepam,fenitoin)
Diuretikum (tdk rutin)
Antihipertensi: lini pertama (nifedipin), lini kedua (sodium
nitroprusside, diazokside), antihipertensi dlm penelitian
(Ca chanel blockers, serotin reseptor antagonis)
glukokortikoid

Pencegahan Preeklampsia
Pencegahan nonmedical
Tirah baring
Diet suplemen yg mengandung:
Minyak ikan yg kaya dg asam lemak tdk
jenuh (omega-3 PUFA)
Antioksidan (vit C, E, -karoten, CoQ10 NAsetilsistein, as.lipoik)
Elemen logam berat (zinc, magnesium,
kalsium)

Pencegahan Preeklampsia
Pencegahan medikal
Kalsium 1500-2000 mg/hari -> sbg
suplemen pd resiko tinggi
preeklampsia
Zinc 200 mg/hari, magnesium 365
mg/hari.
Obat antitrombik (aspirin dosis
rendah dibawah 100 mg/ hari atau
dipiridamole)
Obat antioksidan

Eklampsia

Definisi
Adalah preeklampsia yang disertai
dengan kejang-kejang atau koma

Gambaran Klinik
Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau
belakang kepala dan peningkatan tekanan
darah yang abnormal
Gangguan penglihatan : melihat kilatankilatan cahaya, pandangan kabur, dan
terkadang bisa terjadi kebutaan sementara
Iritabel : merasa gelisah dan tidak bisa
bertoleransi dengan suara berisik atau
gangguan lainnya
Nyeri perut : bagian ulu hati yang kadang
disertai dengan muntah
Tanda-tanda umum pre eklampsia
(hipertensi, edema, dan proteinuria)

Diagnosis Banding

Pendarahan otak
Hipertensi
Lesi otak
Kelainan metabolik
Meningitis
Epilepsis iatrogenik

Penatalaksanaan
Airway Breathing Circulation
Mengatasi dan mengobati kejang
Magnesium sulfat, triopental, diazepam

Perawatan pada waktu kejang :


Dirawat di kamar isolasi cukup terang,
dibaringkan di tempat tidur yang lebar
dan rail tempat tidur dipasang kuat,
masukkan sudap lidah, kepala
dirandahkan dan daerah orofaring
dihisap, bila penderita selesai kejang
segera beri oksigen

Penatalaksanaan
Perawatan koma :
Diusahakan jalan napas agar tetap terbuka
Semua benda yang ada di dalam rongga mulut
dan tenggorakan, baik berupa lendir maupun
sisa makanan harus diisap secara intermiten
Melakukan pencegahan dekubitus
Pemberian makanan dapat melalui NGT

Perawatan edema paru :


Dirawat di ICU karena membutuhkan animasi
dengan respirator

Penatalaksanaan
Pengobatan obstetrik
Semua kehamilan dengan
eklampsia harus diakhiri
Persalinan diakhiri bila sudah
mencapai stabilisasi hemodinamika
dan metabolisme ibu

Prognosis
Bila tidak telambat dalam pengobatan, maka
gejala perbaikan akan tampak jelas setelah
kehamilan diakhiri
Diuresis akan terjadi 12 jam setelah persalinan
Tekanan darah kembali normal dalam beberapa
jam kemudian
Eklampsia tidak mempengaruhi kehamilan
berikutnya, kecuali pada ibu yang sudah
mempunyai hipertensi kronik
Prognosis janin buruk

Kehamilan Dengan
Gangguan Hormon
Penyakit endokrin pada kehamilan
yang paling umum dijumpai adalah
Diabetes mellitus
Tiroid

Diabetes Melitus
Gestasional
a. Definisi
intoleransi karbohidrat ringan (toleransi
glukosa terganggu) maupun berat
(diabetes melitus), terjadi pertama kali
saat kehamilan berlangsung.

b. Epidemiologi
.

Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan


sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami
DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan
akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan
toleransi glukosa.

Diabetes Melitus
Gestasional
c. Patofisiologi

Kehamilan

Plasenta melakukan sekresi hormon diabetogenik :


Hormon pertumbuhan (growth hormon)
Corticotropin releasing hormon
Placental lactogen
Progesteron

Resistensi Insulin

Jika fungsi pankreas tidak cukup untuk mengatasi


keadaan ini

Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes Melitus
Gestasional
Pembagian diabetes mellitus pada kehamilan:
1.DM yang memang sudah diketahui
sebelumnya dan kemudian menjadi hamil
(DM hamil = DM progestasional). Sebagian
besar termasuk golongan IDDM (Insulin
Dependent DM)
2.DM yang baru saja ditemukan pada saat
kehamilan (DM Gestasional = DMG).
Umumnya termasuk golongan IIDDM (Non Insulin
Dependent DM)

Diabetes Melitus
Gestasional
Faktor risiko tinggi yang membutuhkan
pemeriksaan penyaring antara lain
A.Riwayat kebidanan

Riwayat lahir mati


Riwayat melahirkan bayi dengan berat >
4000 gr
Adanya riwayat melahirkan prematur
Adanya riwayat preeklamsia pada multipara
Polihidramnion
Riwayat >3 kali abortus spontan
Hipertensi kronik
Monilisasi berat yang berulang
Infeksi saluran kemih yang berulang selama

Diabetes Melitus
Gestasional
B.
1.
2.
3.
.

Riwayat Ibu :
Adanya riwayat DM pada keluarga
Umur > 30 tahun
Pernah menderita DMG pada kehamilan
sebelumnya
Pada penderita dengan faktor risiko tinggi
seperti di atas :

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan lebih awal


yaitu pada usia kehamilan 18-22 minggu
Jika hasilnya negatif maka pemeriksaan dapat diulang
kembali pada kehamilan 26-30 minggu

Diabetes Melitus
Gestasional
Dampak DMG pada bayi :
1.Bayi biasanya lebih besar
2.Bisa terjadi pembesaran organ (hepar,
kelenjar adrenal, jantung)
3.Bayi dapat mengalami hipoglikemia
karena produksi insulin juga meningkat
(akibat kadar glukosa ibu yang tinggi)

Pemeriksaan Reduksi Urine


Merupakan bagian dari pemeriksaan
urine rutin yang selalu dilakukan di
klinik.
Hasil yang (+) menunjukkan adanya
glukosuria.
Digunakan pada pemeriksaan pertama
sekali untuk tes skrining, bukan untuk
menegakkan diagnosis
Nilai (+) sampai (++++)
Reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain,
seperti: renal glukosuria, obat-obatan, dan
lainnya
Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200
300 mg%

Diagnosis dan Screening


DMG
Screening awal pemeriksaan beban glukosa
50 g pada kehamilan 24-38 minggu (tanpa
puasa)
Kadar glukosa serum atau plasma normal
130 mg per dl (7,2 mmol per l) atau < 140 mg
per dl (7,8 mmol per l)
Bila tes awal abnormal pemeriksaan beban
glukosa 100 g glukosa (3 hari pasien melakukan
diet yang tidak ketat, kemudian dilakukan
pemeriksaan darah puasa, setelah 1-3 jam
pemberian 100 g glukosa, selama pemeriksaan
pasien harus duduk dan tidak boleh merokok)
Diagnosis pasti dengan menggunakan beban 75
g glukosa, apabila ditemukan nilai >140mg/dl

Kriteria Abnormal setelah Pemberian


Glukosa 100 g Glukosa
Darah

National DiabetesData
Group

Carpenter an Coustan

Puasa 105 mg per dl (5,8 mmol


per l)

90 mg per dl (5,3 mmol per


l)

1 -jam 190 mg per dl (10,5 mmol


per l)

180 mg per dl (10,0 mmol


per l)

2 -jam 165 mg per dl (9,2 mmol


per l)

155 mg per dl (8,6 mmol


per l)

3 -jam 145 mg per dl (8,0 mmol


per l)

140 mg per dl (7,8 mmol


per l)

Implikasi Antepartum
Morbiditas antepartum DMG meningkatnya
gangguan hipertensi
Perlu pemantauan tekanan darah, kenaikan berat
badan, dan ekskresi proteinuria, khususnya pada paruh
kehamilan
Risiko klinik paling dominan pada janin kelainan
kongenital (terutama pada ibu hiperglikemia berat),
lakukan konseling dan pemeriksaan USG

Komplikasi lainnya :
kematian janin intrauterin
Makrosomia
Preeklampsia
Seksio sesarea
Kelahiran prematur

Pengelolaan
Perempuan dengan DMG dilakukan pemeriksaan gula darah
preprandial dan postprandial
Fourth International Workshop Conference on Gestational
Diabetes Mellitus menganjurkan untuk mempertahankan
konsentrasi gula darah <95mg/dl (5,3 mmol/l) sebelum
makan dan kurang dari 140-120mg/dl (7,8 dan 6,7 mmol/l) 1
atau 2 jam setelah makan
pola makan

karbohidrat 40%-50%
protein 20%
lemak 30-40%
(paruh kedua kehamilan membutuhkan 30kcal/kgBB)
Olahraga teratur
Pemberian insulin

Penatalaksanaan Antepartum
Tujuan :

Penatalaksanaan kehamilan trimester III utk mencegah bayi


lahir mati atau asfiksia, n menekan kemungkinan morbiditas ibu
dan janin akibat persalinan
Memantau pertumbuhan janin secara berkala untuk
mengetahui perkembangan dan pertumbuhan ukuran janin
sehingga dapat ditentukan saat dan cara persalinan yang tepat

Memperkirakan maturitas paru-paru janin bila ada

rencana seksio sesarea pada kehamilan 39 minggu


Pemeriksaan dilakukan sejak kehamilan 32-40 ming.
Pemeriksaan dilakukan pd ibu hamil yang kadar gula
darahnya tidak terkontrol , dapat pengobatan insulin
/ menderita hipertensi. Dilakukan pemeriksaan
nonstress test, profil biofisik, atau modifikasi
pemeriksaan profil biofisik

Cara dan Waktu Persalinan


Penanganan persalinan sesuai indikasi ibu dan janin
Perempuan dengan DMG dan bayi makrosomia,
komplikasi utama yang terjadi pada persalinan adalah
trauma kelahiran (distosia bahu, fraktur tulang dan injuri
pleksus brakhialis). Bayi lahir beresiko hipoglikemia dan
kelainan metabolik lain

Induksi persalinan dan seksio sesarea risiko kematian

perinatal yang berhubungan dengan makrosomia, distosia


bahu gawat janin, dan RDS
Penatalaksanaan wanita hamil dengan DMG pada kehamilan
38 minggu dengan cara menurunkan berat badan janin
diatas 4.000 gram atau diatas persentil ke 90.
Perempuan hamil dengan DMG yang mendapat pengobatan
insulin, tidak ada manfaatnya menunda persalinan sampai
melampaui umur kehamilan 38-39 minggu karena persalinan
yang dilakukan pada kehamilan 38-39 minggu,bisa
menurunkan kemungkinan terjadinya makrosomia

Pengelolaan Pasca Persalinan


Karena sudah tidak ada resistensi terhadapa insulin
lagi, maka periode pascapersalinan, perempuan
dengan DMG jarang memerlukan insulin
Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan
diet, setelah persalinan tidak perlu diperiksa kadar
glukosanya. Bila pada waktu kehamilan diberi
pengobatan insulin, sebelum meninggalkan RS
diperiksa kadar glukosa 2 jam pascaprandial
6 minggu pasca persalinan perlu dilakukan
pemeriksaan diabetes dengan cara pemeriksaan
gula darah puasa dalam waktu dua waktu atau 2
jam setelah pemberian 75 g glukosa pada glukosa
tolerence test. Tes menunjukkan normal -> kadar
gula darah puasa dievaluasi setelah 3 tahun

Pengelolahan
pascaPersalinan
Skrining diabetes dilakukan secara
berkala, khususnya pada pasien dengan
kadar glukosa darah puasa meningkat
waktu kehamilan
Perempuan menderita diabetes mellitus
gestasional harus diberi konseling agar
menyusui anaknya (pemberian ASI
memperbaiki kontrol kadar gula darah)
Harus direncanakan penggunaan
kontrasepsi
Obesitas harus menurunkan berat badan

Penatalaksanaan
1. Diet
. Penanganan DMG yang terutama adalah
diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB
ideal, kecuali pada penderita yang gemuk
dipertimbangkan kalori yang lebih mudah.
. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca
yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.
. Kebutuhan kalori adalah jumlah
keseluruhan kalori yang diperhitungkan
dari:

Kalori basal 25 kal/kgBB ideal


Kalori kegiatan jasmani 10-30%
Kalori untuk kehamilan 300 kalori
Kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB.

Pemantauan gula darah dilakukan


pada :
Dianjurkan secara teratur minimal 2
kali seminggu (ideal setiap hari, jika
mungkin dengan alat pemeriksaan
sendiri di rumah).
Dianjurkan kontrol sesuai jadwal
pemeriksaan antenatal, semakin
dekat dengan perkiraan persalinan
maka kontrol semakin sering.
Hb glikosilat diperiksa secara ideal

Diabetes Melitus
Gestasional
2. Insulin
Terapi insulin dimulai jika dengan
terapi diet selama 2 minggu kadar
glukosa darah belum mencapai
normal yaitu
Kadar glukosa darah puasa di bawah
105 mg/dl
2 jam pp di bawah 120 mg/dl

Diabetes Melitus
Gestasional
3. Penatalaksanaan Obstetri
Pantau ibu dan janin dengan :

Mengukur tinggi fundus uteri


Mendengarkan bunyi jantung janin
Memakai USG dan KTG

Nilai janin secara menyeluruh dengan skor Fungsi


Dinamik Janin Plasenta (FDJP)
Dilakukan dengan menilai :
USG
NST
USG Doppler

Skor <5 merupakan tanda gawat janin


Lakukan penilaian setiap akhir minggu sejak kehamilan
36 minggu
Janin sehat (skor FDJP >9) dapat dilahirkan pada umur
kehamilan cukup waktu (40-42 minggu) dengan
persalinan biasa

Komplikasi
Maternal :

Infeksi saluran kemih


Hidramnion
Hipertensi kronik
Preeklampsia
Kematian ibu

Fetal :

Abortus spontan
Kelainan kongenital
Insufisiensi plasenta
Makrosomia
Kematian intrauterin

Neonatal :

Prematuritas
Kematian intrauterin
Kematian neonatal
Trauma lahir
Hipoglikemia
Hipomagnesemia
Hipokalsemia
Hiperbilirubinemia
Sindrom gawat napas
Polisitemia

Diabetes Pregestasional
Diabetes yang bukan disebabkan oleh
kehamilan
Diabetes ini dapat menyebabkan
malformasi janin dan kematian fetus
secara mendadak yang tidak dapat
dijelaskan
Lahir prematur dan hidroamnion juga
dapat terjadi

Penatalaksanaan Obstetrik Kehamilan


Dengan DM

Hipertiroid
a. Definisi
. Merupakan kelainan yang terjadi
ketika kelenjar tiroid menghasilkan
hormon tiroid yang berlebihan dari
kebutuhan tubuh
. Insiden kehamilan dengan gejala
klinik tirotoksikosis atau
hipertiroidisme adalah 1 : 2.000
kehamilan.

Hipertiroid
Patofisiologi
1. Peningkatan konsentrasi hCG
Peningkatan konsentrasi hCG

Merangsang kelenjar tiroid

Peningkatan sintesis hormon tiroid

Hipertiroid

Hipertiroid
2. Peningkatan ekskresi iodida
Peningkatan GFR

Pengeluaran iodin melalui ginjal

konsentrasi iodin plasma

Pembesaran kelenjar tiroid (kompensasi)

Hormon tiroid yang cukup (eutiorid)

Hipertiroid
3. Peningkatan TBG
Estrogen selama kehamilan

Peningkatan TBG (2 x normal)

Peningkatan ikatan tiroksin

Mekanisme umpan balik pelepasan TSH

TT4 (hormon tiroksin total) dengan FT4


normal

Hipertiroid
Penyebab

Gejala

Tanda

Lab

Graves disease

Intoleransi
panas
BB menurun
Palpitasi
Berkeringat

Takikardi >100
curah
jantung
tekanan nadi
Oftalmiopati
Dermopati

T4 dan
FT4
TSH
(+) anti tiroid
antibodi

Hiperemesis
gravidarum

Mual muntah
hebat
BB

Dehidrasi

T4,FT4 normal
atau sedikit
TSH normal
Gangguan
elektrolit

Mola hidatidosa

Mual/muntah
Perdarahan
trimester I

Toksemia

perkembangan
bayi

T4, FT4
TSH
bhCG

Penatalaksanaan Hipertiroid
Dosis

Efek / Komplikasi

Pengawasan

Thionamides
Propylthiouracil
(PTU)

100 - 150 mg tiap 8


jam

Ibu
Skin rash
Agranulositosis (0.5%)
Hepatitis TFT

Methimazole
(Tapazole)

10-15 mg tiap 8 jam


Fetus

Fetus
Hipotiroid

Tiap 4 minggu dan


menyesuaikan
dengan terapi antitiroid

Adrenergic Blockers
Propranolol
(Inderal)

20 - 40 mg tiap 6
jam

Atenolol
(Tenormin)

50 - 100 mg tiap
hari

Fetus
Intrauterine growth
retaration
Respiratory distress
Bradikardi
Hipoglikemia
Hipoterimia

Denyut Jantung

Pembedahan
Thyroidectomy

Ibu
Keguguran
Hipoparatiroid
Paralysis nervus
laringeus

Sca++
TFTs

Komplikasi Hipertiroid
Maternal :
Resiko kelahiran prematur, keguguran
spontan
CHF
Pre-eklampsia
Badai tiroid
Fetus :
Mortalitas
BBLR
Goiter pada janin

Hipotiroid
a. Penyebab
. Autoantibodi (antithyroid
peroxidase)
. Tirotoksikosis graves
b. Diagnosis
. Kadar Tiroksin (T4) bebas yang
rendah
. Kadar tirotropin yang meningkat

Hipotiroid
c. Insiden dalam kehamilan
Insiden kejadian hipotiroid adalah
sekitar 2,5 %
Defisiensi kelenjar tiroid klinik
ditemukan pada 1,3 per 1.000 dan
subklinis 23 per 1.000 orang.

Hipotiroid
d. Efek Hipotiroid Subklinis pada Hasil
Akhir Kehamilan
Fungsi tiroid sangat bergantung pada cukup
tidaknya asupan iodin.
Defisiensi asupan iodin pada awal
kehamilan keadaan hipotiroid pada ibu.
Hipotiroid dengan gambaran klinik yang
jelas berhubungan dengan keadaan
perinatal yang buruk.
Jika gangguan tiroid dapat diatasi sebelum
terjadi kehamilan perinatal dapat normal.

Hipotiroid
Ibu dengan keadaan hipotiroid :
1.Anak <10 persentil
2.Beresiko terjadinya
ketidakseimbangan psikomotor
3.Persalinan prematur
4.Solusio plasenta
Subklinis
5.Perawatan bayi di NICU

Hipotiroid
e. Penatalaksanaan
Terapi pengganti yang digunakan
adalah
Tiroksin
Dosis : 50-100 g per hari
Kadar serum tirotropin diukur setiap 4-6
minggu dan dosis tiroksin ditingkatkan
antara 25-50 g sampai mencapai nilai
normal.

Asupan iodin saat kehamilan yang


dianjurkan adalah 220 g/hari

Hipotiroid
f. Hipotiroid kongenital
Insiden : 1 di antara 4.000-7.000 bayi
75 % bayi dengan hipotiroid memiliki
kondisi agenesis kelenjar tiroid atau
dishormonogenesis sedangkan 10%
lainnya menderita hipotiroid transien.
Terapi : Pengganti tiroksin secara dini
dan agresif kecuali pada yang
menderita hipotiroid kongenital yang
berat.

Abortus
Berakhirnya suatu kehamilan
sebelum janin mampu hidup diluar
rahim (< 500 gram atau < 20-22
minggu)
Gangguan pada kehamilan trimester
I atau < 20 minggu yang ditandai
dengan keluarnya darah atau hasil
konsepsi

Klasifikasi
Abortus iminens: perdarahan per vaginam pada
kehamilan < 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi
serviks yang meningkat
Abortus insipiens: bila perdarahan diikuti dengan
dilatasi serviks
Abortus inkomplit: bila sudah sebagian jaringan janin
dikeluarkan dari uterus. Bila disertai infeksi genitalia
disebut abortus infeksiosa
Abortus komplit: bila seluruh jaringan janin sudah
keluar dari uterus
Missed abortion: kematian janin sebelum 20 minggu,
tetapi tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih
Abortus habitualis : abortus berulang selama tiga kali
berturut-turut

Etiologi
Faktor janin
Dimana terjadi gangguan pertumbuhan pada
zigot, embrio atau plasenta, contohnya :
- Abnormal dari pembentukan plasenta
- Kelainan kromosom (monosomi, trisomi)
Faktor maternal
Terjadi infeksi(virus, bakteri) pada awal trimester
1 dan trimester 2. Contohnya:
- Infeksi karena rubella, CMV, herpes simplex,
varicella zoster, vaccinia, campak, hepatitis,
polio, ensefalomyelitis, Salmonella typhi,
Brucelosis, Leptospirosis, dll
- Toxoplasma gondii, Plasmodium

Etiologi
Penyakit vaskuler (pembuluh darah) contoh :
hipertensi vaskuler, kelainan endokrin contohnya
pada defisiensi insulin atau disfungsi dari kelenjar
tyroid
- Penyakit imunitas inkomptabilitas HLA (Human
Leukocyte Antigen)
- Trauma
- Kelainan uterus
- Psikosomatik
Faktor eksternal :
dapat disebabkan oleh radiasi, obat-obatan, dan
bahan kimia Abortus

Patogenesis
Awal abortus perdarahan desidua basalis &
nekrosis jaringan sekitar hasil konsepsi terlepas
dianggap benda asing oleh uterus uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan
Kehamilan 8 minggu vili koriolis belum menembus
desidua secara dalam hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya
Kehamilan 8 14 minggu penembusan sudah
lebih dalam plasenta tidak dilepaskan sempurna
banyak perdarahan
Kehamilan 14 minggu janin dikeluarkan terlebih
dahulu daripada plasenta
Terkadang plasenta tertinggal kontraksi uterus dan
perdarahan

Manifestasi Klinis
Diagnosis

Perdaraha
n

Serviks

Besar
uterus

Gejala lain

Abortus
iminiens

Sedikit
hingga
sedang

Tertutup

Sesuai umur Plano tes(+)


kehamilan
Kram
Uterus lunak

Abortus
insipiens

Sedang
hingga
banyak

Terbuka

Sesuai atau
> kecil

Kram uterus
lunak

Abortus
inkomplit

Sedikit
hingga
banyak

Terbuka

Lebih kecil
dari umur
kehamilan

Kram
Keluar
jaringan
Uterus lunak

Abortus
komplit

Sedikit atau
tidak ada

Lunak
(terbuka
atau
tertututp)

Lebih kecil
dari umur
kehamilan

Sedikit/kram
(-)
Uterus
kenyal

Missed
abortion

Sedikit dan
warna
kehitaman

Agak kenyal
dan tertutup

Lebih kecil
dari umur
kehamilan

Gejala
kehamilan
menghilang

ABORTUS
KOMPLETUS

ABORTUS
INKOMPLETUS

Diagnosa
1. Nyeri suprapubik, kejang uterus dan
atau nyeri punggung bagian bawah
2. Perdarahan pervaginam
3. Dilatasi servik dan teraba jaringan
keluar dari kanalis servikalis
4. Gejala dan tanda kehamilan menghilang
5. Tes kehamilan negatif atau kadar hcg
meningkat pesat
6. Pemeriksaan ultrasonografi yang tidak
normal

Diagnosa Banding
Kehamilan ektopik
Perdarahan servik akibat epitel servik
yang mengalami eversi atau erosi
Polip endoservik
Mola hidatidosa
Karsinoma servik uteri

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Darah lengkap

Kadar haemoglobih rendah akibat anemia


haemorrhagik.
LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa
adanya infeksi.

Tes kehamilan

Penurunan atau level plasma yang rendah


dari -hCG adalah prediktif bagi terjadinya
kehamilan abnormal (blighted ovum,
abortus spontan atau kehamilan ektopik).

Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi
USG transvaginal dapat digunakan
untuk deteksi kehamilan 4 5
minggu
Detak jantung janin terlihat pada
kehamilan dengan CRL > 5 mm
(usia kehamilan 5 6 minggu)
Dapat digunakan untuk
menentukan apakah kehamilan
viabel atau non-viabel

Atas :
Kantung kehamilan dengan
mudigah
Kiri :
Blighted Ovum , kantung
kehamilan tanpa mudigah

Penatalaksanaan
Jenis
abortus

Penatalaksanaan

Abortus Iminiens Istirahat baring


Pertimbangkan infeksi antibiotika, AKDR
ekstraksi AKDR, defisiensi hormonal
( didrogesteron, alilestenol )
Abortus
insipiens,
inkomplit dan
missed abortion

Kelanjutan abortus imminens yang diupayakan


terapi gagal dilakukan evakuasi massa
kehamilan/sisa konsepsi dg kuretase atau AVM

Abortus
habitualis (3 kali
atau lebih)

Umumnya disebabkan anomali


kromosom investigasi genetis
Defisiensi hormonal
Inkopetensi serviks Shirodkar/Mc Donald
sebelum usia 12-14 minggu

Abortus
terapetik

Terminasi suatu kehamilan atas indikasi ibu. Jika


pengakhiran kehamilan tdk segera
mengancam keselamatan ibu atau kecacatan yg

Komplikasi
Perdarahan yang menyebabkan
haemorrhagic shock
Infeksi
Sepsis pasca abortus provokatus
Infertilitas
Perforasi, cedera vesika urinaria
atau usus akibat tindakan kuretase

Pengaruh Riwayat Abortus Terhadap


Kehamilan Berikutnya
Cedera dalam alat kandungan ataupun jalan
lahir dapat ditimbulkan oleh proses kehamilan
terdahulu dan memberi akibat buruk pada
kehamilan yang berikutnya.
Pernah mengalami abortus; sengaja ataupun
tidak dengan ataupun tanpa tindak pengerokan
(curretugo) terlebih lagi bila mengalami
ulangan abortus akan semakin besar
kemungkinannya mengalami lagi pada
kehamilan berikutnya dan juga kemungkinan
kejadian perdarahan.
Bisa jadi ibu mengalami anemia yang
berdampak buruk pada ibu dan janinnya.

Pengaruh Riwayat Abortus Terhadap


Kehamilan Berikutnya
Inkompetensi serviks menyebabkan
keguguran pada kehamilan
berikutnya.
Perforasi rahim dan plasenta previa
dengan implikasi serius terhadap
kesehatan ibu dan anaknya dalam
kehamilan berikutnya, dan
Kehamilan ektopik yang jika tidak
terdiagnosis dan tidak diobati, dapat
mengakibatkan seorang wanita mati.

Sindroma HELLP

Definisi
Preeklampsia-eklampsia disertai
timbulnya hemolisis, peningkatan
enzim hepar, disfungsi hepar, dan
trombositopenia
H : Hemolysis
EL : Elevated Liver Enzyme
LP : Low platelet count

Diagnosis
Tidak khas : malaise, lemah, nyeri
kepala, mual, muntah
Ada tanda dan gejala preeklampsia
Tanda hemolisis intravaskular
(kenaikan LDH, AST, dan bilirubin
indirek)
Tanda kerusakan/disfungsi sel
hepatosit hepar (kenaikan ALT, AST,
LDH)
Trombositopenia

Klasifikasi
Berdasarkan kadar trombosit
(Klasifikasi Mississippi)
Klas I

Klas II

Klas III

Kadar trombosit
(/ml)

50000

> 50000
100000

> 100000
150000

LDH (IU/l)

600

600

600

AST dan/atau ALT


(IU/l)

40

40

40

DD Sindroma HELLP
Trombotik angiopati
Kelainan konsumtif fibrinogen, mis:
1.Acute fatty liver of pregnancy
2.Hipovolemia berat/perdarahan
berat
3.Sepsis
. Kelainan jar ikat : SLE
. Penyakit ginjal primer

Terapi Medikamentosa
Mengikuti terapi preeklampsia-eklampsia +
monitor ketat trombosit tiap 12 jam
Trombosit < 50000/ml atau ada tanda
koagulopati konsumtif => periksa waktu
protombin, waktu tromboplastin parsial, dan
fibrinogen
Trombosit < 100000/ml atau 100000
150000/ml + tanda2 eklampsia, hipertensi
berat, nyeri epigastrium => diberi
dexamethason 10 mg i.v. / 12 jam
Trombosit > 100000/ml + penurunan LDH +
perbaikan gejala2 => terapi deksametason
dihentikan
Trombosit < 50000/ml => tranfusi trombosit

Prognosis
Kematian ibu bersalin cukup tinggi
yaitu 24%
Penyebab : kegagalan
kardiopulmonar, gangguan
pembekuan darah, perdarahan otak,
ruptur hepar, dan kegagalan organ
multipel
Kematian perinatal cukup tinggi,
terutama karena persalinan preterm

Kehamilan dengan Faktor Risiko Lain

Usia ibu terlalu muda atau tua


Anemia
Perokok aktif
Alkohol
Kehamilan terlalu sering
Jarak kehamilan terlalu dekat

USIA
Kehamilan Remaja :
< 18 tahun memiliki resiko kehamilan dan
persalinan yang tinggi
Pasien sering anemia dan BBLR oleh karena :

Status sosial ekonomi rendah


Pendidikan kurang
Nutrisi yang buruk
Akses pelayanan antenatal kurang
Penyalah guna obat

Kehamilan Pada Usia TUA :


Primigravida Tua memiliki resiko
kehamilan dan persalinan tinggi oleh
karena :

Hipertensi esensial
Diabetes Gestasional
Perdarahan antepartum
Sindrome Downs

Epidemiologi
Frekuensi ibu hamil dengan anemia di
Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%.
Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara
berkembang berkaitan dengan anemia dalam
kehamilan

Derajat Anemia pada Ibu Hamil


1.
2.
3.
4.

Hb
Hb
Hb
Hb

11 gr% : Tidak anemia


9-10 gr% : Anemia ringan
7 8 gr% : Anemia sedang
< 7 gr% : Anemia berat

Klasifikasi
Anemia Defisiensi Besi

akibat kekurangan zat besi dalam darah


Anemia Megaloblastik

karena kekurangan asam folik


Anemia Hipoplastik

disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,


membentuk sel darah merah baru
Anemia Hemolitik

disebabkan penghancuran atau pemecahan


sel darah merah yang lebih cepat dari
pembuatannya.

Gejala dan Tanda


Lemah
Pucat
Mudah pingsan
Cepat lelah
Sering pusing
Mata berkunang-kunang
Malaise
Lidah luka
Nafsu makan turun (anoreksia)
Konsentrasi hilang
Nafas pendek (pada anemia parah)
Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda

Kebutuhan Fe selama
kehamilan
300 gr janin dan plasenta
500 gr penambahan eritrosit ibu
Kebutuhan total 800 gr
Membutuhkan tambahan 2-3 mg besi/hari

Diagnosa
Pemeriksaan kadar Hb
Pemeriksaan sel darah tepi

Akibat Anemia
Kehamilan
Trimester II

Trimester I
Abortus
Missed Abortus
Kelainan kongenital

Persalinan prematus
Perdarahan
antepartum
Gangguan
pertumbuhan janin
dalam rahim
Asfiksia intrauterin
sampai kematian
BBL rendah
Gestosis dan mudah
terkena infeksi
IQ rendah
Dekompensasio kodis
kematian ibu

Akibat Anemia
Kehamilan
Saat inpartu
Gangguan his
Janin lahir dengan
anemia
Ibu cepat lelah
Gangguan perjalanan
persalinan perlu
tindakan operatif

Pascapartus
Atonia uteri
perdarahan
Retensio plasenta
Perlukaan sukar
sembuh
Mudah terjadi frbris
puerperalis
Gangguan involusi
uteri
Kematian ibu tinggi

Pengaruh Rokok
ketika Anda merokok bayi dan plasenta adalah
kekurangan oksigen dan nutrisi
Plasenta kemudian menyebar lebih lanjut ke
seluruh rahim, mencoba mencari luas
permukaan lebih rahim dari yang untuk
menarik oksigen dan nutrisi

Akibat Merokok pada


Kehamilan

BBL rendah
Fungsi paru bayi yang rendah
Ketuban Pecah Dini
Menigkatkan resiko kehamilan ektopik,

abruption plasenta, plasenta previa

Pengaruh Alkohol
Janin berkembang memiliki toleransi sangat sedikit
untuk alkohol masalah yg serius
Mengganggu kemampuan untuk mendapatkan
oksigen yang cukup dan nutrisi untuk perkembangan
sel normal di otak dan organ tubuh lainnya

Fetal Alcohol Syndrome (FAS)

Adalah pola cacat mental dan fisik yang berkembang

pada beberapa bayi yang belum lahir ketika ibu minum


alkohol berlebihan selama kehamilan
FAS cacat yang serius

Akibat Alkohol pada


Kehamilan
kecil ukuran tubuh dan berat badan rendah

pertumbuhan terlambat
cacat tulang rusuk dan tulang dada
tulang belakang melengkung dan dislokasi hip
membungkuk, menyatu, berselaput, atau hilang
jari tangan atau kaki
gerakan sendi terbatas
kepala kecil
abnormalitas wajah
kelopak mata terkulai
rabun
strabismus

Kehamilan Terlalu Sering


Beberapa risiko :
1. Perdarahan
2. Placenta previa dan plasenta akreta. Placenta previa adalah
kelainan letak plasenta yang seharusnya di atas rahim malah di
bawah, sehingga menutupi jalan lahir
3. Meningkatnya intervensi dalam persalinan seperti
pemasangan infus atau induksi (rangsangan) agar tanda
persalinan muncul. Induksi bisa dilakukan dengan pemberian
obat-obatan atau memecahkan kantung ketuban
4. Usia ibu yang terlalu tua juga menyebabkan risiko
kecacatan janin, komplikasi pada ibu (preeklampsia atau
diabetes gestasional)
5. Risiko bayi dilahirkan prematur akibat jaringan parut dari
kehamilan sebelumnya bisa menyebabkan masalah pada
plasenta bayi.

Jarak Kehamilan Terlalu


Dekat
meningkatkan risiko : prematur dan bayi dengan
berat lahir rendah, keguguran, komplikasi dalam
kehamilan, pertumbuhan janin terhambat, kelainan
plasenta, perdarahan dalam persalinan, dsb.
Hal ini berkaitan dengan kesiapan organ-organ
reproduksi dan juga tubuh dalam menerima
kehamilan kembali
hasil penelitian terbaru : jarak kehamilan yang
kurang dari 1 tahun dapat meningkatkan risiko
terjadinya autisme pada anak Anda yang
berikutnya

Daftar pustaka
Sarwono P. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta:
BPSP, 2008.
Sarwono P. Ilmu Kebidanan. Edisi II. Jakarta:
BPSP, 2008.
Arif M. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III.
Jilid I. Jakarta: FKUI, 2001
American Diabetes Association. Standards of
medical care in diabetes--2009. Diabetes
Care.
Perkins JM, Dunn JP, Jagasia SM. Perspectives
in gestational diabetes
mellitus: a review of screening, diagnosis, and
treatment. Clinical Diabetes. 2007;25(2):57-

Anda mungkin juga menyukai