Anda di halaman 1dari 260

Klasifikasi Cedera dan

Kematian Akibat Trauma

Traumatologi
Traumatologi : Ilmu yang mempelajari tentang luka
& cedera serta hubungannya dengan berbagai
kekerasan (rudapaksa)
Luka : keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh
akibat kekerasan
Trauma : semua jenis kekerasan yang menimpa
tubuh sehingga terjadi kerusakan/gangguan pada
struktur dan fungsi jaringan/organ tubuh yang
terkena, bahkan secara sistemik dapat berdampak
pada aspek fisiologis, kejiwaan dan kondisi sosial
insan yang bersangkutan.

Berdasarkan sifat & penyebabnya


jenis Kekerasan
Mekanik
Kekarasan oleh benda tajam
Kekerasan oleh benda tumpul
Tembakan senjata api
Fisika
Suhu
Listrik
Petir
Perubahan tekanan udara
Akustik & radiasi
Kimia : asam/ basa kuat

4 Derajat luka (KUHP)


Penganiayaan ringan ( pasal 352
ayat 1) derajat 1
Penganiayaan sedang ( pasal 351
ayat 1) derajat 2
Penganiayaan berakibat luka berat
( pasal 351 ayat 2 Pasal 90)
derajat 3
Penganiayaan berakibat kematian
(pasal 351 ayat 3) derajat 4

Penentuan derajat luka jika orang masih hidup dan masuk RS

Tidak dirawat/ tidak perlu


istirahat (I)
KUHP
pasal 90 (II)
Orang
hidup

Hidup

Dirawat

= KUHP
pasal 90 (III)

Selesai
perawatan
Mati (IV)

3 kualifikasi luka:
Luka yg tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
melakukan pekerjaan atau jabatan
Luka yg mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
melakukan pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu
Luka yg dimaksudkan dalam KUHP ps 90:
Penyakit atau luka yg tak dapat diharapkan akan sembuh
dengan sempurna atau yg dapat mendatangkan bahaya
maut
Senantiasa tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan atau
pekerjaan pencaharian
Tidak dapat lagi memakai salah satu panca indra
Mendapat cacat besar
Lumpuh (kelumpuhan)
Akal (tenaga paham) tidak sempurna lebih lama dari empat
minggu
Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan

Penentuan Umur Luka


Dilakukan atas dasar sifat-sifat yang terdapat pada
luka yang diperiksa
Memar luas dan dalam merah atau merah gelap
untuk beberapa hari atau minggu
Memar superfisial berwarna merah, merah gelap
atau hitam jika memar baru, tidak > 24 jam
Akhir minggu pertama: kehijauan berakhir
sampai akhir minggu kedua timbul warna kuning
Memar tidak besar hilang pada akhir minggu
keempat

Luka akibat kekerasan benda tumpul

SEBAB KEMATIAN :
Kerusakan organ vital
Perdarahan
Shock
Thrombosis
Emboli
Infeksi / sepsis

BENDA TUMPUL :
Tidak bermata tajam
Konsistensi keras /
kenyal
Permukaan halus / kasar
CARA KEMATIAN :
Tersering kecelakaan
Pembunuhan
Jarang bunuh diri

MENURUT
JARINGAN/ORGAN YANG
TERKENA
1. KULIT :
L. Lecet
L. Memar
L. Robek
2. KEPALA :
Tengkorak
Jaringan Otak
3. LEHER dan TULANG
BELAKANG
4. DADA
Tulang
Organ dalam dada
5. PERUT
Organ Parenchym
Organ berongga
6. ANGGOTA GERAK

KEKERASAN BENDA
TUMPUL PADA KULIT
DAN JARINGAN BAWAH
KULIT
1. Luka Lecet (Abrasion)
2. Luka Memar
(Contusion)
3. Luka Robek, Retak,
Koyak (Laceration)

LUKA LECET (abrasion)


Luka akibat kekerasan benda yang bepermukaan kasar sehingga
epidermis sebagian / seluruh lapisannya hilang
Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alatalat dalam tubuh
Petunjuk dari arah kekerasan
Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul
yang menyebabkan luka
Benda kasar : terseret di jalan aspal
Tali tampar : gantung diri
Benda runcing : duri, kuku
Meninggalkan bekas : ban mobil
Ciri LUKA LECET :
1. Sebagian/seluruh epitel hilang
2. Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (CRUSTA)
3. Timbul reaksi radang (Sel PMN)
4. Biasanya pada penyembuhan tidak meninggalkan jaringan parut

Memperkirakan Umur LUKA LECET:


Hari ke 1 - 3 : warna coklat kemerahan
Hari ke 4 - 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan
lebih suram
Hari ke 7 - 14 : pembentukan epidermis baru
Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap
Antemortem

Postmortem

Warna

Coklat kemerahan

Kekuningan

Kulit

Terdapat sisa-sisa
epitel

Epidermis terpisah sempurna dari


dermis

Tanda
intravital

(+)

(-)

Lokasi

Sembarang tempat

Pada daerah penonjolan tulang

Mekanisme terjadinya luka lecet dibedakan:


Luka lecet gores: benda runcing yang menggeser
lapisan permukaan kulit.
Luka lecet serut: akibat persentuhan kulit dengan
permukaan badan yang kasar dengan arah kekerasan
yang miring / sejajar thd kulit. Arah kekerasan dilihat
dari tupukan epitel
Luka lecet tekan: penekanan benda tumpul secara
tegak lurus thdp permukaan kulit. Bentuk luka
umumnya sama dengan bentuk permukaan benda
tumpul tersebut. Luka tampak berupa daerah kulit
yang kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya
Luka lecet geser: akibat tekanan linier pada kulit
disertai gerakan bergeser (kasus gantung dan pecut)

LUKA memar/ kontusio/


hematom

Kerusakan jaringan subkutan dimana pembuluh darah (kapiler)


pecah sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit
tidak perlu rusak, menjadi bengkak, berwarna merah kebiruan.
Memperkirakan Umur Luka Memar
Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan
Hari ke 2 - 3 : warna biru kehitaman
Hari ke 4 - 6 : biru kehijauancoklat
> 1 minggu-4 minggu : menghilang / sembuh

Lokasi
Pembengkak
an

Luka memar

Lebam mayat

Di sembarang
tempat

Bagian tubuh yang terendah

(+)

(-)

Tanda
Intravital
Penekanan

Tidak hilang

hilang

Letak, bentuk, luas luka dipengaruhi oleh besarnya


kekerasan, jenis benda penyebab (karet, kayu, besi),
kondisi dan jenis jaringan (J.ikat longgar<mata,leher>; J.
lemak), usia, jenis kelamin, corak dan warma kulit,
kerapuhan pemb.darah, penyakit (hipertensi,diatesis
hemoragik, kardiovaskuler)
Bayi J.ikat longgar dan tipisnya jar lemak subkutan
mempermudah hematom
Gravitasi lokasi hematom jauh dari lokasi benturan
(benturan pada dahi hematom di palpebra)
Saat timbul, memar berwarna merah lalu menjadi ungu
atau hitam; setelah 4-5 hari hijau; 7-10 hari kuning ;
14-15 hari hilang
Hematom ante mortem dapat dibedakan dari lebam mayat
dengan cara penyayatan kulit.Hematom ante-mortem
menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam
jaringan; pada lebam mayat warna merah nampak merata

LUKA robek

Kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah kulit


Mudah terjadi pada kulit yang ada tulang di bawahnya
Biasanya pada penyembuhan, meninggalkan jaringan parut
Terjadi bila kekerasan yang terjadi sedemikian kuatnya hingga
melampaui elastisitas kulit atau otot, dan lebih dimungkinkan
bila arah dari kekerasan tumpul tersebut membentuk sudut
dengan permukaan tubuh yang terkena benda tumpul
Ciri bentuk luka:
Tidak beraturan
Tepi / dinding tidak rata
Tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka
Bentuk dasar luka tidak beraturan
Sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka
Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila terjadi pada
daerah yang berambut

Kekerasan Benda Tumpul Pada Kepala


1. KULIT :
L. Lecet
L. Memar
L. Robek
2. TENGKORAK
Fraktur Basis Cranii
Fraktur Calvaria

3. OTAK :
Contusio Cerebri
Laceratio Cerebri
Oedema Cerebri
Commotio Cerebri
4. SELAPUT OTAK
Epidural Haemorrhage
Sub dural Haemorrhage
Sub arachnoid
Haemorrhage

Kekerasan Benda Tumpul


Pada LEHER
Patah tulang leher
Robek P. darah, otot,
oesophagus, trachea/larynx
Kerusakan syaraf
Kekerasan Benda Tumpul
Pada DADA
Patah os costae, sternum,
scapula clavicula
Robek organ jantung, paru,
pericardium
Kekerasan Benda Tumpul
Pada PERUT
Patah os pubis, os sacrum,
symphysiolysis, Luxatio sendi
sacro iliaca
Robek organ hepar, lien, ginjal.
Pankreas, adrenal, lambung,
usus, kandung seni

1.
2.

Kekerasan Benda
Tumpul Pada VERTEBRA
Dapat berakibat :
Fraktura, dislokasi os
vertebrae
Dapat karena :
Trauma langsung
Tidak langsung karena
tarikan / tekukan
Kekerasan benda Tumpul
Pada ANGGOTA GERAK
Patah tulang, dislokasi sendi
Robek otot, P.darah,
kerusakan saraf

Patah tulang
Terjadi pada kekerasan tumpul yang cukup kua
Patah tulang jenis impresi: akibat kekekrasan benda
tumpul pada tulang dan daerah persinggungan yang
kecil
A) cedera kepala
Lesi otak selain ditemukan didaerah benturan (coup),
juga ditemukan pada sisis lain dari titik benturan
(contre coup), dan diantara keduanya (intermediate
coup)
Mengakibatkan perdarahan:
Perdarahan epidural: sering pada kekerasan tumpul
daerah pelipis dan belakang kepala
Perdarahan subdural: akibat robeknya sinus, vena
jembatan, a.Basilaris atau berasal dari perdarahan
subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid: biasanya berasal dari

b) cedera leher (whisplash injury): terjadi pada


penumpang yang ditabrak dari belakang.
Penumpang mengalami percepatan mendadak
hiperekstensi hiperfleksi.
Cedera terutama terjadi pada tulang leher ke 4
dan ke 5 yang membahayakan sumsum tulang
belakang
Kerusakan pada medula oblongata fatal
Timbulnya cedera leher dipengaruhi:
Sandaran tempat duduk
Kelengahan korban

Luka akibat kekerasan benda tajam


Putusnya atau rusaknya continuitas jaringan karena
trauma akibat alat/senjata yang bermata tajam dan
atau berujung runcing
Ciri Luka Akibat Benda Tajam:
Tepi luka rata
Sudut luka tajam
Rambut ikut terpotong
Jembatan jaringan ( - )
Memar/lecet di sekitarnya ( - )

Cara melukis luka


hendaknya ditentukan
:
1. Lokalisasi : a. ordinat b.
absis
2. Ukuran
3. Jumlah luka
4. Bentuk luka
5. Benda asing
6. Terjadinya intravital/post
mortal
7. Luka tersebut
menyebabkan
kematian/tidak
8. Cara kejadian
luka:kecelakaan/bunuh

Sebab Kematian
Luka Akibat Benda
Tajam :
1. Perdarahan, Kerusakan
organ vital, Emboli
udara, Aspirasi darah
2. Sepsis / infeksi
3 Macam Luka Akibat
Benda Tajam:
Luka Iris (Incisied
Wound)
Luka Tusuk (Stab
Wound)
Luka Bacok (Chop
Wound)

Luka Iris (Incisied Wound)


Luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya
luka oleh karena alat ditekan pada kulit dengan
kekuatan relativ ringan kemudian digeserkan
sepanjang kulit.
Ciri luka iris :
Pinggir luka rata
Sudut luka tajam
Rambut ikut terpotong
Jembatan jaringan ( - )
Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak
sampai tulang

Cara Kematian : Bunuh diri ( tersering ),


Pembunuhan, Kecelakaan
Luka retak : Luka yang terjadi pada daerah tubuh
yang ada tulang di bawah kulitnya (misalnya :
kepala/dahi) dan luka ini terjadi akibat kekerasan
dengan benda tumpul
yang mempunyai
pinggiran
Perbedaan
Luka iris
Luka retak
(misalnya: tepi meja)
Tepi luka
Rata
Tidak rata
Sudut luka

Lancip

Tak lancip

Jembatan Jaingan

Tidak ada

Ada

Luka Memar sekitar

Tidak ada

Ada

Rambut

Terpotong

Tidak terpotong

Lokalisasi

Dimana - mana

Daerah yg di bwh ada


tulang

Luka iris pada bunuh


diri :
Lokalisasi luka pada
daerah tubuh yang dapat
dicapai korban sendiri.
leher
pergelangan tangan
lekuk siku, lekuk lutut
pelipatan paha
Ditemukan Luka Iris
Percobaan
Tidak ditemukan Luka
Tangkisan
Pakaian disingkirkan
dahulu tidak ikut
robek

Luka iris pada


pembunuhan :
Sebenarnya sukar
membunuh seseorang
dengan irisan, kecuali
kalau fisik korban jauh
lebih lemah dari pelaku
atau korban dalam
keadaan/dibuat tidak
berdaya
Luka di sembarang
tempat, juga pada
daerah tubuh yang tidak
mungkin dicapai tangan
korban sendiri
Ditemukan luka
tangkisan/tanda

Luka Tusuk (Stab Wound)


Luka akibat alat yang
berujung runcing dan
bermata tajam atau
tumpul yang terjadi
dengan suatu tekanan
tegak lurus atau
serong pada
permukaan tubuh.
Contoh:
Belati, bayonet, keris
Clurit
Kikir
Tanduk kerbau

Ciri Luka Tusuk


(misalnya senjata
pisau / bayonet)
Tepi luka rata
Dalam luka lebih besar
dari panjang luka
Sudut luka tajam
Sisi tumpul pisau
menyebabkan sudut
luka kurang tajam
Sering ada memar /
echymosis di sekitarnya


1.
2.

Identifikasi Senjata pada LUKA TUSUK:


Panjang Luka : ukuran maksimal dari lebar senjata
Dalam luka : ukuran minimal dari panjang senjata DADA (Stabil)
Untuk luka tusuk di perut tidak dapat diambil kesimpulan panjang
senjatanya karena perut sangat elastis.
Cara Kematian : Pembunuhan ( tersering) , Bunuh diri, Kecelakaan
Luka Tusuk pada PEMBUNUHAN:
Lokalisasi di sembarang tempat, juga di daerah tubuh yang tak mungkin
dicapai tangan korban
Jumlah luka dapat satu/lebih
Didapatkan tanda perlawanan dari korban yang menyebabkan luka
tangkisan
Pakaian ikut terkoyak
Luka Tusuk pada BUNUH DIRI :
Lokalisasi pada daerah tubuh yang mudah dicapai tubuh korban (dada,
perut)
Jumlah luka yang mematikan biasanya satu
Ditemukan Luka Tusuk Percobaan
Tidak ditemukan Luka Tangkisan
Bila pada daerah yang ada pakaian, maka pakaian disingkirkan lebih dahulu,
sehingga tidak ikut terkoyak
Kadang-kadang tangan mengalami CADAVERIC SPASM

Beberapa pola luka:


1. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan
kemudian ditusukkan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada
keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya dan
lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih
dalam maupun pada organ.
2.Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke
salah satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan
memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor.
3.Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke
arah lain, sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang
terlihat juga lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata yang
digunakan.
4.Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan
mengggunakan titik terdalam sebagai landasan, sehingga saluran
luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada bagian
superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar
senjata yang digunakan.
5.Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut
luka berbentuk ireguler dan besar.

Luka Bacok (Chop Wound)


Luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata
tajam atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu
ayunan disertai tenaga yang cukup besar
Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal
Ciri LUKA BACOK :
Luka biasanya besar
Pinggir luka rata
Sudut luka tajam
Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang,
dapat memutuskan bagian tubuh yang terkena
bacokan
Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar,
aberasi
Cara Kematian : Pembunuhan (terbanyak),

PERBEDAAN LUKA TUMPUL DAN


TAJAM
Trauma

Tumpul

Tajam

Bentuk luka

Tidak teratur

Teratur

Tepi luka

Tidak rata

Rata

Jembatan
jaringan
Rambut

Ada

Tidak ada

Tidak ikut
terpotong
Tidak teratur

Ikut terpotong

Dasar luka
Sekitar luka

Luka lecet/
memar

Berupa garis /
titik
Tidak ada luka
lain

Luka akibat tembakan senjata api


Senjata api : senjata yang dengan menggunakan
tenaga hasil peledakan mesiu, dapat melontarkan
anak peluru dengan kecepatan tinggi
Senjata api yang beralur dibedakan :
Senjata api dengan alur ke kiri
Senjata tipe COLT, kaliber 0.36 ,0.38 dan 0.45. Anak
peluru dari senjata api ini memiliki goresan dan alur
yang memutar ke kiri bila dilihat dari bagian basis
anak peluru
Senjata api dengan alur ke kanan
Senjata tipe SMITH dan WESON (SW), dengan kaliber
0.22, 0.36, 0.38, 0.45 dan 0.46. Anak peluru memiliki
ciri terdapatnya goresan dan alur memutar ke kanan
bila dilihat dari bagian basis anak peluru

Keparahan luka tembak akibat anak peluru


tergantung pada :
Besar dan bentuk anak peluru
Balistik (kecepatan, energi kinetik, stabilitas anak
peluru)
Kerapuhan anak peluru
Kepadatan jaringan sasaran
Vurnerabilitas jaringan sasaran
Kondisi merubah gambaran luka tembak
dengan cepat
1.Luka terbuka yang sudah mengering
2.Proses pembusukan tubuh
3. Penyembuhan dari luka itu sendiri
4. Intervensi tenaga medis
5. Intervensi bedah
6. Intervensi oleh personel/ orang yang tidak

Pada suatu tembakan, maka dari laras


akan keluar
Anak peluru mencapai jarak yang jauh, pada kulit anak
peluru ini akan membuat:
Lubang luka pada jangat lobang luka berukuran lebih kecil
daripada kaliber anak peluru, oleh karena jangat bersifat
elastis.
Kelim lecet (kelim memar/kontusio) kulit ari dilubangi
sesuai kaliber anak peluru (sebenarnya juga sedikit lebih kecil),
oleh karena kulit ari tidak elastis. Oleh karena kulit ari hilang
dan jangat masih ada, maka akan tampak luka lecet berbentuk
cincin (dengan lobang di dalam) dan dinamakan kelim lecet.
Kelim kesat (Schmutszring) oleh anak peluru pertama
dibawa minyak dari laras dan dikesatkan pada bagian dalam
lubang luka, sedangkan anak peluru selanjutnya akan
membawa jelaga dan sisa mesiu

Mesiu yang tidak terbakar


Butir-butir mesiu akan mengenai kulit dan mebuat luka-luka
kecil, seolah-olah kulit ditatoo kelim cacat atau kelim
tatoo.
Terdapat pada jarak tembak maksimal satu yard atau sekitar 90
cm.
Jika ditemukan butir-butir mesiu dapat ditentukan buatan
pabrik mana, oleh karena tiap pabrik senjata membuat mesiu
dengan bentuk serta susunan kimiawi tertentu
Kelim kesat (Schmutszring) oleh anak peluru pertama
dibawa minyak dari laras dan dikesatkan pada bagian dalam
lubang luka, sedangkan anak peluru selanjutnya akan
membawa jelaga dan sisa mesiu

Area yang Tidak Terluka Pada Kasus


Luka Tembak
1. Percikan darah (dan kadang-kadang jaringan) pada kedua tangan.
Kondisi ini sering ditemukan pada korban bunuh diri. Percikan darah
atau jaringan pada tangan terjadi ketika kontak antara senjata api
dengan tangan yang memegang pelatuk senjata. Selian itu juga
sering ditemukan percikan jaringan otak. Pada korban penyerangan
atau pembunuhan, pada tangan penyerang sering ditemukan
percikan darah/jaringan korban, namun seringkali penyerang sudah
membersihkan percikan tersebut.
2.Darah mungkin bisa turun ke bagian kaki atau bagian bawah yang
lain dari korban.
3.Residu (sisa) dari senjata api yang terdapat pada daerah luka bisa
menggambarkan posisi dan waktu korban itu ditembak. Percikan api
atau bubuk mesiu yang keluar dari lubang yang berbentuk silinder
senjata bisa menggambarkan posisi tembakan dan jenis senjata yang
digunakan. Percikan bubuk mesiu ini membentuk sebuah tatto pada
luka korban.
4.Terdapat tanda pada telapak tangan yang memegang senjata api
berupa jelaga dan bubuk mesiu korban bunuh diri.

Luka tembak tempel (contact wounds)


Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan
ditembakkan.
Bila tekanan pada tubuh erat disebut hard contact, sedangkan
yang tidak erat disebut soft contact.
Umumnya luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet
yang sama lebarnya pada setiap bagian
Di sekeliling luka tampak daerah yang bewarna merah atau
merah coklat yang menggambarkan bentuk dari moncong
senjata jejas laras.
Rambut dan kulit di sekitar luka dapat hangus terbakar.
aluran luka akan bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir
mesiu,jelaga dan minyak pelumas.
Tepi luka dapat bewarna merah, oleh karena terbentuknya COHb.
Bentuk luka tembak tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan /
densitas jaringan yang berada di bawahnya
Luka di tulang bintang
Luka di organ berongga bundar

Luka tembak jarak dekat (close range wounds)


Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh
korban masihdalam jangkauan butir-butir mesiu (luka
tembak jarak dekat), atau jangkauan jelaga dan api (luka
tembak jarak sangat dekat).
Luka berbentuk bundar atau oval tergantung sudut
masuknya peluru, dengan di sekitarnya terdapat bintikbintik hitam (kelim tato) dan atau jelaga (kelim jelaga).
Di sekitar luka dapat ditemukan daerah yang bewarna
merah atau hangus terbakar.
Bila terdapat kelim tato, berarti jarak antara moncong
senjata dengan korban sekitar 60 cm (50-60 cm), yaitu
untuk senjata genggam.
Bila terdapat pula kelim jelaga, jaraknya sekitar 30 cm (2530 cm).
Bila terdapat juga kelim api, maka jarak antara moncong
senjata dengan korban sekitar 15 cm.

Luka tembak jarak jauh (long range


wound)
Terjadi bila jarak antara moncong
senjata dengan tubuh korban di luar
jangkauan atau jarak tempuh butir-butir
mesiu yang tidak terbakar atau
terbakar sebagian.
Luka berbentuk bundar atau oval
dengan disertai adanya kelim lecet.
Bila senjata sering dirawat (diberi
minyak) maka pada kelim lecet dapat
dilihat pengotoran bewarna hitam
berminyak, jadi ada kelim kesat atau

LUKA TEMBAK MASUK (LTM)

Jenis LTM

Pembentuk

Bentuk

LTM jarak jauh Komponen anak peluru Lubang dengan kelim


lecet dan kelim kesat
pada dindingnya
LTM jarak
dekat

Komponen anak peluru


dan butir-butir mesiu
yang tidak habis
terbakar dan jelaga

Lubang dengan kelim


lecet, kelim kesat,
kelim tatoo dan/atau
kelim jelaga

LTM jarak
sangat dekat

Komponen anak
peluru, butir mesiu,
jelaga, dan panas/api

Lubang dengan kelim


lecet, kelim kesat,
kelim tatoo dan/atau
kelim jelaga, dengan
kelim api di tepi
lubangnya

LTM tempel

Seluruh komponen
tersebut (yang akan
masuk seluruhnya
atau sebagian ke

Saluran luka akan


berwarna hitam dan
jejas laras akan tampak
mengelilingi di luar LTM

Akibat api (flame effect) : Luka bakar (kulit kering,


hangus, dan kaku pada perabaan)
Akibat asap (smoke effect) : Jelaga, klaim jelaga
tampak kelabu kehitaman disekitar lubang luka,
mudah dihilangkan dengan cara dihapus
Akibat butir-butir mesiu (gun powder effect)
Tattoo/ stippling
Klem tatoo tampak sebagai bintik hitam yang
bercampur dengan luka lecet dan perdarahan
Tidak dapat dihilangkan karena butir mesiu masuk ke
kulit
Akibat anak peluru (bullet effect)
Luka terbuka yang dikelilingi kelim lecet
Bila senjata yang dipakai sering dibersihkan dinding
luka dan kelim lecet ada kelim kesat/ kelim lemak

Akibat partikel logam (metal effect)


fouling tampak sebagai luka-luka lecet atau luka robek
kecil-kecil disekitar lubang luka
Et : partikel logam yang terbentuk akibat goresan antara
anak peluru dengan laras yang beralur, partikel logam
dapat masuk kedalam kulit atau menempel pada pakaian
Akibat moncong senjata (muzzle effect)
Jejas laras luka tembak tempel dan tampak sebagai
luka lecet tekan atau memar yang bentuknya sesuai
moncong senjata
Jejas dipengaruhi ada tidaknya tulang dekat permukaan
kulit, tebalnya tulang dan posisi senjata terhadap tubuh
korban
Kelainan pada tulang : Kerusakan pada bagian luar
(tabula externa) < kerusakan dalam (tabula interna)
lubang bentuk corong

1.Yang mengenai kulit


secara tegak lurus
Jarak dekat sekali
(close shot, a bout
portant) di sini akan
tampak :
Lubang luka
Kelim kesat
Kelim lecet
Kelim cacat
Kelim jelaga
Daerah yang terbakar

Jarak dekat (near


shot) di sini akan
tampak :
Lubang luka
Kelim kesat
Kelim lecet
Kelim cacat
Kelim jelaga
Jarak jauh di sini
akan tampak :
Lubang luka
Kelim kesat
Kelim lecet

2. Yang mengenai kulit secara tangensial


(miring)
Di sini akan terdapat kelim lecet yang berbentuk
seperti sayap disebabkan karena anak peluru
menggesek kulit dulu sebelum masuk ke
dalamnya.
Bentuk sayap menunjukkan arah
tembakannya.
3. Yang memantul (ricochet luar)
Sebelum mengenai tubuh anak peluru itu telah
mengenai sasaran lain dan memantul.
Biasanya anak peluru itu sudah berubah
bentuknya (peyot) dan masuk ke dalam tubuh
dalam bermacam posisi (melintang, miring, dsb)
bentuk luka tembak masuknya tergantung dari
bentuk dan posisi ini.

4.Yang menempel (contact shot, a bout touchant)


. Pada umumnya akibat bunuh diri lokasi tertentu : pelipis,
dahi, leher, dalam mulut, dada kiri
. Yang di bawahnya langsung ada rongga
Yang keluar dari laras anak peluru, mesiu yang tidak
terbakar, mesiu yang setengah terbakar, gas-gas, serta api
masuk ke dalam rongga tubuh.
Pada kulit akan tampak lubang luka dan kelim lecet serta
jejak laras berupa luka bakar berbentuk cincin.
Laras telah menjadi panas seolah-olah kulit ditempeli
logam panas.
. Yang di bawahnya tidak langsung ada rongga
Pada daerah pelipis terdapat otot (daging) yang keluar
dari laras tidak dapat langsung masuk ke dalam rongga
tengkorak.
Terutama gas-gas akan masuk di antara otot-otot dan
kemudian sebagian keluar lagi dengan membuat luka
seperti bintang.

5. Anak peluru yang pertama : Setelah senjata api


dipakai menembak, maka larasnya harus
dibersihkan dan diberi minyak agar tidak berkarat
anak peluru yang pertama kali ditembakkan
setelah diberi minyak, akan dilumuri minyak pada
permukaannya minyak ini akan menempel pada
pinggir lubang luka dan pinggir luar kelim lecet
kelim kesat
6. Tandem bullets
. Suatu anak peluru mungkin macet dalam laras
karena kerusakan pada senjata apinya atau
amunisinya yang tidak baik.
. Jika pelatuk ditarik lagi, mungkin anak peluru kedua
mendorong anak peluru yang macet tadi bersamasama keluar dari laras kedua anak peluru :
tandem bullets.
. Biasanya hanya terdapat satu luka tembak masuk,

Kelim
Kelim lecet : bagian yang kehilangan kulit ari yang
mengelilingi lubang akibat anak peluru yang
menembus kulit
Kelim kesat : usapan zat yang melekat pada anak
peluru (pelumas, jelaga, dan elemen mesiu) pada tepi
lubang
Kelim tatoo : butir-butir mesiu yang tidak habis
terbakar yang tertanam pada kulit di sekitar kelim lecet
Kelim jelaga : penampilan jelaga/asap pada
permukaan kulit di sekitar lubang luka tidak masuk
Kelim api : daerah hiperemi / jaringan yang terbakar
yang terletak tepat di tepi lubang luka

LTM Akibat Senjata Api Tak Beralur


Disebut juga : Entrance Shotgun Wound
Tampak kelainan yang disebabkan oleh komponenkomponen yang keluar sewaktu penembakan, yaitu :
Mesiu
Api
Asap
Pellet
Sumbat peluru (wad)

Membantu dalam menentukan arah tembakan


Membantu dalam menentukan sikap korban sewaktu
penembakan
Dapat memberikan gambaran yang variabel
Umumnya lukanya berbentuk bundar atau oval
dengan tepi yang terangkat keluar (elevated margins)

Pemeriksaan Mikroskopis dari LTM


Untuk kasus-kasus yang meragukan, yang pada
dasarnya akibat dari trauma mekanis dan
thermis
Ditemukan :
Kompresi dari epitel, elongasi, distorsi
Tampak perdarahan serta butir-butir mesiu
Nekrosis koagulatip
Sembabnya epitel
Vakuolisasi sel-sel basal
Menjadi piknotiknya inti sel
Pada pewarnaan HE > banyak mengambil warna
biru (basophilic staining)

Pemeriksaan Kimiawi dari LTM


Dapat dideteksinya unsur-unsur yang terdapat
dalam mesiu
Misalnya :
Pada smokeless goundpowder dapat dideteksi nitrit dan
cellulosa nitrate
Black powder black goundpowder dapat dideteksi
karbon, nitrit, sulfid, sulfat, karbonat, tiosianat, tiosulfat
Senjata yang lebih modern : timah hitam, antimon,
merkuri

Dapat ditemukan unsur dari laras senjata dan anak


peluru : timah hitam, antimon, nikel, tembaga,
bismut, perak, dan thalium

Pemeriksaan Radiologis
Sinar X :
Mencari anak peluru dan partikel logam
dalam tubuh korban
Menentukan apakah korban merupakan
korban penembakan senjata api yang
tidak beralur dan pada kasus khusus,
yaitu dimana jumlah anak peluru >
jumlah luka tembak, pada penembakkan
dengan senjata api yang beralur
(tandem bullet injury)

Internal Ricochet
Terjadi bila kekuatan anak peluru tidak cukup
untuk menembus jaringan tubuh
Misalnya saat anak peluru mengenai kepala
Dapat terjadi variasi dari perjalanan anak
peluru yang perlu diketahui :
Single ricochet
Double ricochet
Inner tangantial at contralateral side
Inner tangantial at contralateral side and ricochet
Inner tangential at entrance side

LUKA TEMBAK KELUAR (LTK)


Luka tembak yang terjadi akibat peluru
meninggalkan tubuh korban
LTK umumnya lebih besar dari LTM akibat terjadinya
deformitas anak peluru, bergoyangnya anak peluru
dan terikutnya jaringan tulang yang pecah keluar
dari LTK.
LTK mungkin lebih kecil dari LTM dari LTM bila terjadi
pada luka tembak tempel/kontak, atau pada anak
peluru yang telah kehabisan tenaga pada saat akan
keluar meninggalkan tubuh
Bentuk LTK tidak khas, tidak beraturan dan tidak
memiliki kelim
Di sekitar LTK mungkin pula dijumpai daerah lecet
bila pada tempat keluar tersebut terdapat benda

Memberikan informasi :
Arah tembakan
Sikap dari korban pada saat penembakan
Jumlah peluru yang masih terdapat di tubuh korban
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
terjadinya perbedaan besarnya luka tembak
luar :
Velocity (kecepatan)
Luas permukaan anak peluru pada tempat keluar
Yawing dan tumbling of the bullet (pergerakan anak
peluru yang tidak beraturan dalam tubuh dan
pergerakan berputar menurut poros penunjang
Ada tidaknya fragmen tulang yang ikut keluar
Ada tidaknya tulang dibawah kulit tempat luka
tembak keluar
Ada tidaknya benda yang menekan kulit pada

JENIS LTK
Jika anak peluru tidak terbentur pada tulang luka
menyerupai bintang, tanpa kelim lecet.
Jika tenaga/kekuatan anak peluru itu sudah hampir
habis luka berupa suatu celah, anak peluru
ditemukan di dekatnya.
Jika anak peluru membentur tulang bentuknya
berubah (peyot), lukanya akan sesuai dengan
bentuk ini serta posisinya sewaktu keluar dari
tubuh
Adakalanya tulangnya pecah dan pecahan tulang
ikut keluar lukanya menjadi besar karena
disebabkan oleh anak peluru ditambah dengan
pecahan tulang itu.
Mungkin juga anak peluru tertahan oleh tulang
yang keluar hanya pecahan tulang saja.

Tangan Si Penembak
Tangan si penembak selalu akan kecipratan mesiu (nitrat) dapat
dibuktikan dengan zat yang disebut diphenylamine jika
terdapat nitrat akan tampak warna biru.
Untuk memudahkan pemeriksaan biasanya dibuatkan paraffin
glove dari tangan si penembak.
Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap:
Tangan seorang tersangka
Tangan korban bunuh diri
Bunuh Diri dengan Senjata Api
Perlu diperhatikan letak senjata itu di tempat kejadian.
Kemungkinannya ialah:
Terlempar oleh daya tolak tembakan
Tetap digenggam oleh si korban terbentuk cadaveric spasm
Tembakan Melalui Tulang Gepeng (tulang tengkorak, tulang
dada, tulang iga, dan tulang panggul) mempunyai bentuk yang
khas yaitu berbentuk corong yang melebar sesuai dengan
arah tembakannya.
Jadi pada lubang tembak masuk bagian luar lebih kecil dari
bagian dalam, sedangkan pada luka tembak keluar bagian luar

Luka akibat suhu/ temperatur

Luka akibat suhu tinggi


Heat exhaustion primer : Temperatur kulit yang tinggi
& rendahnya penglepasan panas kolaps
ketidakseimbangan antara darah sirkulasi dengan lumen
pembuluh darah terjadi pada : Pemaparan terhadap
panas, kerja jasmani berlebihan, pakaian terlalu tebal
Heat exhaustion sekunder : kehilangan cairan tubuh
yang berlebihan (dehdrasi)
Heat stroke : kegagalan kerja pusat pengatur suhu
akibat terlalu tingginya temperatur pusat tubuh
Suhu lethal eksogen : 43C
Penglepasan panas tubuh secara konduksi & radiasi :
30 C
Panas tubuh dikeluarkan melalui penguapan keringat :
>35
Sun stroke : akibat panas sinar matahari hipertermia

Luka bakar : akibat kontak kulit dengan benda


bersuhu tinggi
Kerusakan kulit bergantung : tinggi suhu & lama
kontak
Kontak kulit dengan uap air panas selama 2 detik
suhu kulit pada kedalaman 1 mm 66C
Ledakan bensin waktu singkat 47C
Luka bakar : 43 -44 C jika kontak cukup lama
Derajat luka bakar
I. Eritema 35 C 120 detik
II. Vesikel dan bullae 55-57 C 30-120 detik
III. Nekrosis koagulatif
IV. karbonisasi

Derajat luka
bakar

1/ superficial

2/ dermis
Dangk
al

Mengenai

Lapisan
epidermis

3
Dalam

Lap.
Atas
dermis

Seluruh
lap.
Dermis

Seluruh lapisan
kulit

Tanda
Warna kulit
Nyeri
Bulla

Hiperemik (eritem)

Pucat/ coklat

Eskar

Penyembuhan
KLASIFIKASI

5-7 hari
10-14
> 1bulan
Ringan Sedang hari
Berat

Derajat
Anak
Jaringan2parut
Derajat 2-Dewasa

< 10 %

Lama

20 % / > (merah)

<15 %

10-20
%
15-25 %

Derajat 3

<2%

< 10 %

10 % / > (biru)

Lain - lain

(hijau)

(merah)

Tangan, wajah, telinga, mata, kaki


dan genitalia/perineum (biru)

25 % / > (merah)

Cedera inhalasi, listrik, trauma lain


(biru)

DERAJAT LUKA BAKAR

Derjat 1 & 2 : nyeri (ujung saraf sensorik teriritasi)


Derajat 2 berupa reaksi inflamasi & proses eksudasi bula
berisi cairan eksudat dari pembuluh permeabilitas
dindingnya meninggi
A. Derajat II dangkal/superficial (IIA) : organ kulit (folikel
rambut, kelenjar sebecea) masih banyak
B. Derajat II dalam / deep (IIB) : sisa jaringan epitel & organ
kulit tinggal sedikit
Derajat 3 : organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi
sisa elemen epitel & tidak mengalami epitalisasi spontan
Koagulasi protein pada epidermis dan dermis dermis yang
terbakar mengering/ menciut eskar eskar melingkar
menekan arteri, vena, dan syaraf perifer rasa kesemutan
(sayatan longitudinal ;lapisan dermis tanpa memotong vena
membebaskan penekanan) minggu ke-2 eskar mulai lepas
jaringan granulasi (th/ skin graft) menebal jaringan
parut yang tebal & menyempit/ kontraktur
Tidak nyeri dan hilang sensasi (ujung sensorik rusak)

Klasifikasi Menurut Etiologi


Luka Bakar Lepuh (Scald
Burns) kontak dgn air
panas pada temperatur
tertentu
Pada temperatur 60C
terjadi luka bakar dalam
(deep partial dan full
thickness burns) dalam 3
detik, pada 69C kerusakan
terjadi dalam 1 detik
Dapat juga terjadi akibat
kontak dgn minyak panas
Luka Bakar Api (Flame
Burns) terbakarnya
baju, korban biasanya
menderita full thickness
burns

Luka Bakar Ledakan (Flash


Burns) ledakan gas-gas
alami, propana, butana,
distilat petroleum, alkohol dan
cairan lain serta kejutan listrik
Bersifat epidermal / partial
thickness
Luka akibat listrik dan ledakan
gasolin biasanya full thickness
dan memerlukan graft kulit
Luka Bakar Kontak
(Contact Burns)
menyentuh logam, plastik,
kaca dan bara panas
Tidak meluas, tetapi
mengakibatkan kerusakan yg
cukup dalam

Pada orang yang mati terbakar ditemukan :


Lebam mayat berwarna merah terang (pink) darah
mengandung CO dipastikan dengan alkali dilution test
terhadap darah.
Oleh karena telah menghirup udara yang panas karena
kebakaran, maka selaput lendir saluran napas:
Menjadi merah
Menjadi sembab
Mengeluarkan banyak lendir
Dan padanya menempel banyak butir-butir arang yang halus.
Sebaliknya pada orang yang mati terbakar ada hal-hal
yang sering dikira karena kekerasan, padahal ini adalah
bagian dari terbakar yaitu:
Pugilistic attitude
Patah tulang karena tulang menjadi rapuh oleh kebakaran
Celah-celah pada kulit karena tekanan gas dari dalam
Adanya pseudo-hematom epiduralis

Penyebab kematian pada luka bakar


CO poisoning dan smoke inhalation
Trauma mekanik (tertimpa gedung)
Anoxia dan Hypoxia
Luka bakar 30 50 % (lokasi, derajad dan luas luka bakar)
Excessive Heat (tubuh tereksposure pada gas panas,air
panas / ledakan panas shock + kolaps kardiovaskuler
mematikan)
Syok neurogen; commotio neuro vascularis
Gangguan permeabilitas akibat penglepasan histamin dan
kehilangan NaCl kulit yang cepat (dehidrasi)
Identifikasi pada luka bakar
Finger prints
Dental identification/ dental charts gigi relatif tahan
terhadap api
Membandingkan x-ray yang diambil antemortem dan
postmortem korban
Pemeriksaan DNA

Luka akibat suhu rendah


Pemaparan terhadap suhu rendah (puncak gunung)
kematian mendadak Akibat kegagalan pusat
pengatur suhu/ rendahnya disosiasi Oxy-Hb
Kurang tanggap dingin : bayi, orang tua,
kelelahan, alkohlism, hipopituitarism, myoedema,
steatorrhoea
Derajat luka
I. Hiperemia
II. Edema & vesikel
III. Nekrosis
IV. Pembekuan disertai kerusakan jaringan

Luka akibat trauma listrik


Faktor yang berperan
Tegangan (volt)
Tegangan rendah (< 65 V) tidak berbahaya
Tegangan sedang (65 1000 V) mematikan
Kuat arus (ampere) Banyaknya arus listrik yang
mengalir menentukan fatalitas seseorang
Tahanan kulit (ohm)
Luas permukaan & lama kontak
50 cm2 (telapak tangan) mematikan tanpa
menimbulkan arus listrik
Kuat arus letal (100 mA), kepadatan arus pada daerah
telapak tangan hanya 2 Ma/cm2 tidak cukup besar
jejas listrik
Kuat arus yang memungkinkan bagi tangan untuk
melepaskan diri Let Go Current (besarnya berbeda
beda tiap orang)

Gambaran makroskopis jejas listrik pada daerah


kontak kerusakan lapisan tanduk kulit sebagai luka
bakar dengan tepi yang menonjol, disekitarnya
terdapat daerah pucat & hiperemi (bentuk sesuai
benda penyebab)
Metalisasi dapat ditemukan pada jejas listrik
Gambaran serupa jejas listrik akibat persentuhan
kulit dengan benda/ logam panas (membara)
dibedakan dengan pemeriksaan makroskopis
Jejas listrik # tanda intravital dapat ditimbulkan
pada kulit mayat/ pasca mati (tanpa daerah
hiperemi)
Kematian terjadi karena : fibrilasi ventrikel,
kelumpuhan otot pernapasan, kelumpuhan pusat
pernapasan

Kematian akibat tegangan


rendah dan tinggi

tegangan yang <1000 volt dapat dikatakan arus bertegangan rendah,


tegangan yang lebih >1000 volt dapat dikatakan arus bertegangan
tinggi.
1. Arus bertegangan rendah
Sebab kematian kadang tidak jelas
Harus ada konyak langsung antara korban dengan arus listrik
Kematian utama karena fibrilasi ventrikel
Jika arus rendah tapi kontak lama masih dapat menyebabkan kematian
tapi mekanisme kematian biasanya karena paralysis otot dengan
asfiksia sekunder
2.Arus tegangan tinggi
Kontak langsung dengan sumber tidak diperlukan.
Arus listrik dapat menimbulkan temperature tinggi, setinggi 4000 C
Arus listrik dapat loncat dan mengenai korban
Kematian akibat arus tegangan tinggi karena respiratory arrest atau
eletrothermal injuris yang disebabkan oleh arus dengan suhu
tinggi.elektrotermal injuris biasanya ireversibel.

RESISTENSI (TAHANAN) DAN


ARUS LISTRIK

Karena besarnya tegangan dipertahankan konstan, perubahan


resistensi (tahanan) menjadi factor penting dalam menentukan
besarnya aliran yang melewati tubuh.
Kulit manusia mempunyai derajat resistensi paling tinggi terhadap
listrik/elektrik dibandingkan organ tubuh lain, diikuti oleh tulang,
lemak, saraf, otot dan resistensi yang paling rendah yaitu darah
dan cairan tubuh
Perbedaan jenis kulit menyebabkan perbedaan derajat resistensi
Jumlah resistensi yang timbul tergantung dari jenis pakaian yang
terkontak dengan aliran listrik tersebut. Sepatu boot karet dapat
melindungi
kaki
dari tanah, sedangkan
sarung tangan karet dapat
Jenis
Kulit
Resistensi
melindungi tangan dari konduktor
Kering,kalus,kulit tebal
1 juta
Kering tanpa kalus

100.000

Lembab

1000

Lembab,tipis

100

Arus Listrik Yang Melewati Tubuh

Arus listrik yang melewati tubuh, melewati jalur yang terpendek, tapi tidak
selalu melewati jalur organ yang terkecil resistensinya.
Arus dapat melewati jalur yang berbeda-beda pada tubuh, tergantung dari
tempat masuk atau keluarnya listrik. Contohnya jalur dari tangan ke kaki,
tangan ke tangan melewati dada, kepala ke kaki atau dada ke tangan. Jika arus
melewati jantung atau otak, hasil yang didapatkan akan lebih parah
dibandingkan bila arus hanya melewati kaki menuju ke tanah.
Perbedaan jumlah arus yang melewati tubuh dapat menyebabkan perbedaan
efek pada tubuh. Efek-efek yang paling mungkin terjadi dalam 1 detik kontak
dengan listrik pada jumlah arus yang berbeda.
Jika arus yang sangat tinggi (2 Amps atau lebih) menyebabkan ventrikel arrest,
jantung akan kembali berdetak setelah arus kontak terhenti, tidak ditemukan
trauma elektro thermal yang reversible.

Arus (dalam mA)

Efek terhadap tubuh

Ambang batas persepsi,sensasi tingling pada lidah

Tremor otot

15

Kontraksi otot

40

Hilang kesadaran

75-100

Fibrilasi ventrikel

2000(2 Amps)

Ventrikel berhenti berkontraksi (Ventrikel arrest)

Luka akibat petir


Petir : loncatan arus listrik tegangan tinggi antar
awan dengan tanah
Tegangan dapat mencapai 10 mega V & kuat arus
mencapai 100.000 A
Kematian terjadi karena : efek arus listrik
(kelumpuhan SSP, fibrilasi ventrikel), panas dan
ledakan gas paas yang timbul
Tanda
Aboresent mark (kemerahan seperti percabangan
pohon)
Metalisasi (pemindahan partikel metal dari benda
yang dipakai ke dalam kulit)
Magnetisasi (benda metal yang dipakai berubah
menjadi magnet)
Pakaian terbakar & robek karena ledakan/

Luka akibat perubahan tekanan udara


Peningkatan tekanan udara & perubahan
volume gas dalam tubuh trauma fisik
Barotrauma aural : rasa nyeri ringan yang
berdengung pada telinga yang sering dijumpai pada
pesawat lepas landas/ akan mendarat/ waktu
menyelam (gejala lbih berat : retraksi gendang
telinga, hieremi, kongesti telinga tengah, pecahnya
gendang telinga)
Barotrauma pulmoner emfisema,
pneumotoraks, kerusakan jaringan paru, & emboli
udara
Kelainan lain : nyeri pada gigi kavitas, vertigo,
gangguan penglihatan, pendengaran, keeimbangan

Perubahan volume gas dalam SSP tremor,


konvulsi, somnolen, pusing, mual
Perubahan gas pada persendian atralgia
hiperbarik
Penyakit dekompresi (disbarisme) : reaksi
fisiologik terhadap tekanan tinggi
Tekanan tinggi kelarutan gas tubuh (Nitrogen)
Tekanan mendadak kelarutan gas
pembebasan gas gelembung gelembung mikro
dalam pembuluh darah (emboli udara) & jaringan
Gejala utama : nyeri, pusing paralisis, napas pendek,
kelelahan ekstremitas, dan kolaps
Emboli udara

Luka akibat trauma bahan kimia


Efek korosi asam/ Basa kuat
Asam kuat mengkoagulasikan protein luka
korosi kering, keras seperti kertas perkamen
Basa kuat reaksi penyabunan intra sel luka
basah, licin, kerusakan akan terus berlanjut samapai
dalam
Karena biasanya bahan kimia berbentuk cair
bentuk luka sesuai dengan mengalirnya bahan cair
tersebut

Intravitalitas/ reaksi vital terhadap luka


Trauma tubuh manusia yang masih hidup reaksi
tubuh
Tujuan : saat terjadi trauma, yang bersangkutan
masih hidup/ luka terjadi intravital
Reaksi vital umum : Perdarahan ekimosis,
Petechiae, Emboli
Perdarahan ekimosis
Penilaian teliti (terutama luka di daerah
hipostasis)
Luka pada korban diperhatikan seksama,
termasuk saluran luka, kerusakan jaringan di
bawah kulit
Petechiae

Kadar laktat darah reaksi adrenergik


parameter terjadinya suatu situasi stres premortal
(kecelakaan pesawat)
Reaksi radang, sepsis, & ulcus duodeni/
ventrikulus (curlings ulcer)
Luka bakar intravital Eritema di sekieliling
vesikel/ bullae & pemeriksaan mikroskopik :
pelebaran kapiler, sebukan lekosit PMN, perdarahan,
& edema
Jelaga pada saluran napas & lambung & CO-Hb
darah (10%), cyanida orang masih hidup waktu
terbakar
Peningkatan histamin bebas & serotonin pada
jaringan yang mengalami trauma
Perubahan aktivitas enzymatik LDH pada
jaringan yang mengalami perlukaan
Reaksi penyembuhan, granulasi, & sebukan sel

Aspek medikolegikal dari


kekerasan mekanik
Jenis kekerasan

Jenis luka

Aspek medikolegikal

Tajam

Iris, sayat

Pembunuhan, Bunuh
Diri

Tusuk

Pembunuhan, Bunuh
Diri

Bacok

Pembunuhan

Lecet

Kecelakaan,
Pembunuhan, Bunuh
Diri

Memar

Kecelakaan,
Pembunuhan

Robek

Kecelakaan,
Pembunuhan

tembak

Pembunuhan, Bunuh
Diri, Kecelakaan

Tumpul

Senjata api

Aspek medikolegikal dari


kekerasan fisik
Jenis kekerasan

Jenis luka

Aspek medikolegikal

Listrik

Electric mark

Kecelakaan,
Pembunuhan

Joule burn

Kecelakaan,
Pembunuhan

Exogenous burn

Kecelakaan

Surface burns

Kecelakaan

Linear burns

Kecelakaan

Arborescence filigree
burn

Kecelakaan

Luka bakar (dry heat)

Kecelakaan, Bunuh
Diri, Pembunuhan

Luka bakar (scald)

Kecelakaan,
Pembunuhan

Frostbite

Kecelakaan

petir

Suhu tinggi

Suhu rendah

Aspek medikolegikal dari


kekerasan kimiawi
Jenis kekerasan

Jenis luka

Aspek medikolegikal

Asam organik
Asam karbol
(Phenol)

Abu abu keputihan

Bunuh Diri,
Kecelakaan

Asam oksalat

Abu a bu kehitaman

Bunuh Diri,
Kecelakaan

Asam anorganik
Asam sulfat/ klorida Abu abu hitam

Bunuh Diri,
Kecelakaan,
Pembunuhan

Asam nitrat

Coklat

Bunuh Diri,
Kecelakaan

Kaustik alkali

Abu abu keputihan

Bunuh Diri,
Kecelakaan,
Pembunuhan

Garam logam berat

PROSEDUR VISUM ET
REPERTUM PADA KORBAN
HIDUP
77

Ada hal-hal yang harus diperhatikan saat


pihak berwenang meminta dokter untuk
membuat VeR korban hidup, yaitu:
Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
Langsung menyerahkannya kepada dokter,
tidak boleh dititip melalui korban atau
keluarganya. Juga tidak boleh melalui jasa pos.
Bukan kejadian yang sudah lewat sebab
termasuk rahasia jabatan dokter (Instruksi
Kapolri No.Ins/E/20/IX/75).
78

Ada alasan mengapa korban dibawa


kepada dokter.
Ada identitas korban.
Ada identitas pemintanya.
Mencantumkan tanggal permintaan.
Korban diantar oleh polisi atau jaksa.

79

Kesimpulan Visum et Repertum


Kasus Luka
Minimal memuat :
Jenis perlukaan atau cedera
Jenis kekerasan penyebab cedera
Derajat luka
Apabila gambaran luka khas, dapat
diberikan gambaran mengenai benda
penyebab luka tersebut

80

Jenis Perlukaan
Dalam penulisan kesimpulan, dibuat
ringkasan mengenai perlukaan
tersebut misalnya : memar dan lecet
pada wajah, luka terbuka pada
lengan, luka tembak masuk pada
tungkai, dan sebagainya.

81

Jenis Kekerasan
Kekerasan tumpul

Memar
Lecet
Luka robek

Kekerasan tajam

Iris
Bacok
Tusuk

Kekerasan senjata api

Luka tembak masuk


Luka tembak keluar

Luka akibat zat kimia : panas,


asam, basa

Luka bakar

82

Derajat Luka
Derajat 1
... penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian ...
Hukuman bagi pelakunya menurut
KUHP Pasal 352 ayat 1.

83

Derajat 2
... luka-luka tersebut telah
menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian
untuk sementara waktu ...
Hukuman bagi pelakunya menurut
KUHP pasal 351 ayat 1
84

Derajat 3
Luka berat menurut KUHP pasal 90 :
jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi
harapan akan sembuh sama sekali, atau yang
menimbulkan bahaya maut;
tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas
jabatan atau pekerjaan pencarian;
kehilangan salah satu pancaindera;
mendapat cacat berat;
menderita sakit lumpuh;
terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
85

Contoh Kesimpulan
Derajat 1
Pada korban perempuan berusia tigapuluh lima tahun ini
ditemukan luka lecet pada dahi akibat kekerasan tumpul yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian.
Derajat 2
Pada korban laki-laki berusia tigapuluh tujuh tahun ini ditemukan
luka terbuka pada dahi akibat kekerasan tumpul yang telah
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian untuk sementara waktu.
Derajat 3
Pada korban perempuan berusia duapuluh lima tahun ini
ditemukan memar pada perut serta perdarahan dai kemaluan
akibat kekerasan tumpul yang telah mengakibatkan gugurnya
kandungan korban.
86

UU TENTANG
PENGANIAYAAN
87

BAB XX
PENGANIAYAAN
Pasal 351
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling
lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribulimaratus rupiah,
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling
lamalimatahun.
3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak
kesehatan.
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

88

Pasal 352
1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka
penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan,
dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang
yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang
bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak
dipidana.

89

Pasal 353
1. Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatka luka-luka berat, yang bersalah
dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
3. Jika perbuatan itu mengkibatkan kematian yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun
Pasal 354
4. Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena
melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling
lama delapan tahun.
5. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun.
90

Pasal 355
1. Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih
dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lamslimabelas tahun.
Pasal 356
. Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354 dan 355 dapat
ditambah dengan sepertiga:
1.
2.
3.

Bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah,
istrinya atau anaknya;
Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejsbat ketika atau karena
menjalankan tugasnya yang sah;
Jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang herbahaya
bagi nyawa atau kesehatan untuk dimakan atau diminum.
91

Pasal 358
Mereka yang sengaja turut serta dalam
penyerangan atau perkelahian di mana terlibat
beberapa orang, selain tanggung jawab masingmasing terhadap apa yang khusus dilakukan
olehnya, diancam:
1. Dengan pidana penjara paling lama dua
tahun delapan bulan, jika akibat penyerangan
atau perkelahian itu ada yang luka-luka
berat;
2. Dengan pidana penjara paling lama empat
tahun, jika akibatnya ada yang mati.
92

BAB XXI
MENYEBABKAN MATI ATAU LUKA-LUKA KARENA
KEALPAAN
Pasal 359
Barangsiapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan
orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
Pasal 360
Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan
orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara
paling lamalimatahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebahkan
orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timhul penyakit atau
halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama
waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau
pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.

93

Pasal 361
Jika kejahatan yang diterangkan dalam
bab ini dilakukan dalam menjalankan
suatu jabatan atau pencarian, maka
pidana ditambah dengan sepertiga dan
yang bersalah dapat dicahut haknya
untuk menjalankan pencarian dalam
mana dilakukan kejahatan dan hakim
dapat memerintahkan supaya putusannya
diumumkan.
94

Pasal 80 Undang-Undang Republik


Indonesia No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
1. Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau
ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun 6 bulan
dan/atau denda paling banyak Rp. 72.000.000.00.
2. Dalam hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka
berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
100.000.000.00.
3. Dalam hal anak yang dimaksud ayat 2 mati, maka pelaku
dipidana penjara paling lama 10 tahun dan/atau denda paling
banyak RP. 200.000.000.004.
4. Pidana dapat ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) apabila yang
melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya).

95

Undang-Undang Republik Indonesia No. 23


Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga

Pasal 5
Setiap orang dilarang melakukan
kekerasan dalam rumah tangga
terhadap orang dalam lingkup rumah
tangganya, dengan cara :
a.
b.
c.
d.

kekerasan fisik;
kekerasan psikis;
kekerasan seksual; atau
penelantaran rumah tangga.
96

Pasal 6
Kekerasan fisik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
adalah perbuatan yang
mengakibatkan rasa sakit, jatuh
sakit, atau luka berat.

97

Pasal 44
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan
fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas
juta rupiah).
2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit
atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling
banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
98

3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) mengakibatkan matinya korban, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00
(empat puluh lima juta rupiah).
4. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap isteri atau
sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan
atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta
rupiah).
99

Pasal 50
Selain pidana sebagaimana dimaksud
dalam Bab ini hakim dapat
menjatuhkanpidana tambahan berupa :
a. pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan
untuk menjauhkan pelaku dari korban dalam
jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan
hak-hak tertentu dari pelaku;
b. penetapan pelaku mengikuti program
konseling di bawah pengawasan lembaga
tertentu.
100

Pasal 51
Tindak pidana kekerasan fisik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
44 ayat (4) merupakan delik aduan

101

Ancaman Hukuman
Derajat
penganiayaan

Pasal KUHP
pidana

Ancaman
hukuman

Ringan

352 ayat 1

3 bulan

Sedang

351 ayat 1

2 tahun 8 bulan

Berat

351 ayat 2

5 tahun

Kematian

351 ayat 3

7 tahun

Luka akibat kekerasan benda


setengah tajam
Cedera akibat kekerasan benda tumpul yang
mempunyai tepi rata , misalnya tepi meja,
lempengan besi, gigi, dsb.ciri: luka tumpul,
bntuknya beraturan
Jejas- gigit (bite-mark): luka lecet atau tekan
berbentuk garis lengkumg terputus-putus.
Korban hidup : umumnya baik bentuk dan
ukurannya sampai 3 jam pasca trauma , stelah
itu dapat berubah bentuk akibat elastisitas
kulit

Ada
3
pembagian
(kecederaan), yaitu :
Mekanik
Kimia
4 penyebab mekanik
tjdnya trauma:
1. Kekerasan benda
tumpul
(blunt
force
injury).
2. Kekerasan benda
tajam.
3. Senjata api.
4. Bahan peledak /
bom.
jenis luka akibat
kekerasan benda
tumpul yaitu:
1. Luka lecet
(abrasion) : tekan,
geser & regang
2. Luka memar
(contussion)

2
penyebab
kimia
tjdnya
trauma :
1. Asam kuat
2. Basa kuat

jenis
luka
akibat
kekerasan
benda
tajam,yaitu :
1. Luka iris / luka sayat
(incissed wound)
2. Luka tusuk (stab
wound)
3. Luka bacok (chop

traumatologi
Fisik
Ada 3 penyebab fisik
tjdnya trauma :
1.
Suhu
(thermal
burn)
2. Listrik (electrical
burn)
3.
Petir
(lightning/eliksem)
jenis suhu yang
menyebabkan
trauma
(kecederaan),
yaitu :
1. Trauma dingin
(cold trauma)
2. Trauma panas
(heat
trauma)
:
scald / moist heat &

Luka akibat kekerasan benda


tumpul

Memar( kontusio, hematom): suatu perdarahan dalm jaringan


bawah kulut/ kutis akibat pecahnya kapiler dan vena , yang
disebabkan oleh kekerasan benda tumpul.
Luka lecet (ekskoriasi, abrasi): luka akibat cedera pada epidermis
yang bersentuhan dengan benda yg memiliki permukaan kasar
atau runcing .
Luka lecet gores : diakibatkan oleh benda runcing (misalnya
kuku jari yang menggores kulit) yg menggeser permukaan
kulit(epidermis) di depannya dan menyebabkan lapisan
tersebut terangkat menunjukkan arah kekerasan yg terjadi.
luka lecet serut : variasi dari luka lecet gores yang daerah
persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah
kekerasan ditentukan : melihat tumpukan epitel
Luka lecet tekan : penjejakan benda tumpul pada kulit . Ct :
daerah kulit yang kaku dengan warna lbh gelap dr sekitarnya
akibat menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta
terjadinya pengeringan yg berlangsung pasca mati.

Luka lecet geser : tekanan linier pada kulit


disertai gerakan bergeserc, misal pada kasus
gantung atau jerat serta pada korban pecut.
Luka robek : luka terbuka akibat trauma benda
tumpul , yang menyebabkan kulit teregang ke
satu arah dan bila batas elastisitas kulit
terlampauimaka akan terjadi robekan pd kulit.
ciri : bentuk tidak beraturan, tepi atau dinding
tidak rata, tampak jembatan jaringan antara
kedua tepi luka, bntuk dasar luka tdk beraturan,
sering tampak luka lecet atau luka memar disisi
luka.

Luka Robek

Luka Iris

Memar dan lecet

Rambut

Utuh

Terpotong

Jembatan
jaringan

Sudut/tepi luka

Tumpul

Tajam

Cedera kepala : tulang tengkorak yg tdk


terlindungi oleh kulit hanya mampu menahan
benturan sampai 40 pound/ inch.dilindungi :
425900 pound/inch.
Perdarahan epideral : cedera kepala yg
mnimbulkan patah tulang tengkorak yg
melewati sulcus a. meningea media.
Perdarahan subdural : robeknya sinus , vena
jembatan , arteri basilaris atau berasal dari
perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid: berasal dari fokus
kontusio/ laserasi jaringan otak.

MEMAR
Adalah suatu perdarahan dalam jaringan mawah
kulit/ kutis akibat pecahnya kapiler & vena, yg
disebabkan o/ kekerasan benda tumpul.
Akibat gravitasi, lokasi hematom mungkin terletak
jauh dari letak benturan, misalnya kekerasan benda
tumpul pd dahi menimbulkan hematom palpebra.
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan
melalui perubahan warna:
Saat timbul: merah ungu/ hitam
4-5 hari kemudian: hijau
7-10 hari: kuning
14-15 hari: menghilang.

Hematom Ante Mortem vs Livor


Mortis
Hematom ante mortem yg timbul bbrp saat sblm
kematian biasanya akan menunjukkan pembengkakan
& infiltrasi darah dalam jaringan dpt dibedakan dr
lebam mayat dgn melakukan penyayatan kulit.
Pd lebam mayat (hipostasis pascamati) darah akan
mengalir keluar dr P.D yg tersayat bila dialiri air
penampang sayatan akan tampak bersih, sedangkan
pd hematom penampang sayatan tetap berwarna
merah kehitaman.
Tetapi harus diingat bahwa pd pembusukan jg tjd
ekstravasasi darah yg dpt mengacaukan pemeriksaan
ini.

Perbedaan hematom & lebam


mayat
HEMATOM

LEBAM MAYAT

Kejadian intravital

Kejadian post mortem

Terdapat pembengkakan

Pembengkakan (-)

Darah tidak mengalir

Darah akan mengalir keluar dari pembuluh


darah yang tersayat

Penampang sayatan nampak merah


kehitaman

Jika dialiri air penampang sayatan nampak


bersih

Luka akibat kekerasan benda


setengah tajam
Cedera akibat kekerasan benda tumpul yang
mempunyai tepi rata , misalnya tepi meja,
lempengan besi, gigi, dsb.ciri: luka tumpul,
bntuknya beraturan
Jejas- gigit (bite-mark): luka lecet atau tekan
berbentuk garis lengkumg terputus-putus.
Korban hidup : kula umumnya baik bentuk
dan ukurannya sampai 3 jam pasca trauma ,
stelah itu dapat berubah bentuk akibat
elastisitas kulit

Luka akibat kekerasan benda tajam


Gambaran luka : tepi & dinding luka
rata, berbentuk garis, tidak terdapat
jembatan jaringan dan dasar luka
berbentuk garis atau titik.
Dapat berupa luka iris atau sayat,
luka tusuk dan luka bacok.

Umumnya luka akibat kekerasan benda tajam pada


kasus pembunuhan , bunuh diri, atau kecelakaan
memiliki ciri :
Pembunuha Bunuh diri
n
Lokasi luka Sembarang Terpilih
Jumlah luka Banyak
Banyak
Pakaian

Terkena

Luka
Ada
tangkis
Luka
Tidak ada
percobaan
Cedera
Mungkin
*dengan
perkelahianada
sekunder

Tidak
terkena
Tidak ada

Kecelakaan
Terpapar
Tunggal/
banyak
Terkena
Tidak ada

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Mungkin
ada

Luka akibat tembakan senjata api


Senjata api : senjata yg menggunakan tenaga hasil
peledakan mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak
peluru) yg berkecepatan tinggi melalui larasnya.
Luka tembak
LTM :
LTM jarak jauh : dibentuk komponen anak peluru
LTM jarak dekat : komponen anak peluru dan butir- butir mesiu yg tdk
habis terbakar
LTM jarak sgt dekat: komponen anak peluru butir mesiu, jelaga dan
panas/ api.
LTM tempel : dibentuk seluruh komponen dan jejas dan jejas laras.

LTK :
LTK >LTM = deformitas anak peluru , bergoyangnya anak peluru dan
terikutnya jaringan tulang yg pecah keluar dari LTK.
LTK<LTM= luka tembak tempel/ kontak atau pada anak peluru yg
kehabisan tenaga pada saat akan keliar meninggalkan tubuh

IDENTIFIKASI MAYAT KARENA LUKA


BAKAR
tidak terdapat kerusakan yang berat dari luka bakaridentifikasi dapat
cepat ditegakkanidentifikasi personal, fotografi, atau fingerprints.
bila tubuh sudah hangus terbakar seperti arang dan terjadi mutilasi pada
kepala atau ekstremitas sehingga tidak didapatkan lagi sidik
jarinyadental identification karena gigi relatif tahan terhadap api.
Methode lain yang dapat dipercaya tetapi kurang umum penggunaannya
membandingkan x-ray yang diambil antemortem dan postmortem dari
korban.
Bila identifikasi tidak dapat dibuat melalui finger prints, dental charts,
dental x-rays atau antemortem x-ray pemeriksaan DNA.
Bagaimanapun juga melengkapi data data pembanding seperti karakter
fisik, luka-luka lama atau bekas operasi, tattoo merupakan tugas
pathology dalam mengidentifikasi mayat.

Luka akibat suhu/ temperatur


Luka bakar terjadi akibat kontak kulit
dengan benda bersuhu tinggi .
Kerusakan kulit bergantung dari tinggi
suhu & lama kontak
Kontak kulit dengan uap air panas selama
2 detik mengakibatkan suhu kulit pada
kedalaman 1 mm dapat mncapai 66 C,
sdgkn pd ledakan bensin mncapai 47 C.
luka bakar tejd pada : 43-44 C(kontak
cukup lama)

luka bakar yg terjadi digolongkan :


Eritema
Vesikel dan bullae
Nekrosis koagulatif
Karbonisasi
Kematian pd luka bakar :
Syok neurogen ; commotio neurovascularis
Gangguan permeabilitas akibat
penglepasan histamin dan
kehilangan NaCl kulit yg cepat
(dehidrasi)

Pemaparan terhadap suhu rendah


(puncak
gunung)
dapat
menyebabkan kematian mendadak.
Mekanisme:
kegagalan
pusay
pengatur
suhu
maupun
akibat
rendahnya disosiasi oxy-Hb.
Pada kulit terjadi luka dengan drajat
kelainan:
Hiperemia
Edema dan vesikel
Nekrosis
Pembekuan disertau kerusakan

Luka akibat trauma listrik


Faktor yg berperan : tegangan, kuat
arus, tahanan kulit, luas dan lama
kontak.
Luka : kerusakan lapisan tanduk kulit
sbgai luka bakar dengan tepi yg
menonjol , di sekitarnya terdapat
daerah yg pucat dikelilingi oleh kulit yg
hiperemi.
Bentuk
sesuai
benda
penyebab, metalisasi.
Kematian
:
fibrilasi
ventrikel,

Luka akibat petir


Petir: loncatan arus listrik tegangan tinggi antar
awan dengan tanah . Tegangan: 10 MV, kuat arus
100000 A.
Pada korban akan ditemukan :
aboresent mark (kemerahan kulit seperti
percabangan pohon ),
metalisasi(pemindahan partikel metal dari
benda yg dipakai ke dalam kulit)
magnetisasi(benda metal yg dipakai berubah
menjadi magnet)
Pakaian sering terbakar dan robel-robek akibat
ledakan /panas .

Luka akibat tekanan udara


Barotrauma aural : rasa nyeri ringan dan
berdengung pada telinga yg sering dijumpai
pada saat pesawat lepas landas atau pada
saat akan mendarat atau waktu menyelam.
Barotrauma
pulmoner:
dapat
berkembang
menjadi
empfisema,
pneumotoraks, kerusakan jaringan paru dan
emboli udara
Penyakit dekompresi : reaksi fisiologis
terhadap tekanan tinggi. Gejala utama :
nyeri, pusing, paralisis, napas pendek,
kelelahan ekstremitas dan kolaps.

Luka akibat trauma bahan kimia


Efek korosif dari asam kuat dan basa kuat
Asam kuat : mengkoagulasikan protein
luka korosif yg kering , keras seperti kertas
perkamen .
Basa
kuat

membentuk
reaksi
penyambungan
intra
sel
sehingga
menimbulkan luka basah , licin, dan
kerusakan akan terus berlanjut sampai
dalam.
Bentuk luka : sesuai dengan mengalirnya
bahan cair tersebut.

Luka akibat radiasi dan trauma


akustik
Sangat jarang terjadi
Umumnya tidak berkaitan dgn
kedokteran forensik

Ada 9 hal yang penting kita periksa, catat &


laporkan pada kasus trauma (kecederaan), yaitu :
1. Memotret korban.
2. Menghitung jumlah luka.
3. Menentukan lokasi luka.
4. Mengukur luka.
5. Menentukan sifat / ciri-ciri luka.
6.Mencari benda asing : pecahan kaca, ujung pisau yg
patah.
7. Menentukan intravitalitas luka.
8.Memperkirakan luka sebagai penyebab kematian
korban atau bukan.
9.Memperkirakan cara terjadinya luka apakah kasus
pembunuhan, bunuh diri, atau kecelakaan.

Lokasi luka ditentukan berdasarkan garis aksis &


garis ordinat. Garis aksis adalah garis hayal
yang mendatar melalui umbilikus atau papilla
mammae atau ujung skapula. Garis ordinat adalah
garis hayal yang melalui sternum atau vertebra.
U/ luka tembak, menentukan lokasi luka dgn cara
mengukur dari tumit kemudian ukur jaraknya dari
garis yg melalui tulang dada/ punggung pada
sebelah
kanan
atau
kirinya.
Berguna
u/
rekonstruksi bila korban tertembak pada posisi
berdiri & u/ mencari anak peluru atau
persembunyian sii penembak .
Ukuran luka ditentukan dgn mengukur panjang
luka & kedalaman luka.

Ada 5 hal yang penting kita periksa


u/ menggambarkan sifat-sifat atau
ciri-ciri luka si korban,yaitu :
1. Sudut luka, tepi luka dan dasar luka.
2. Ada tidaknya jembatan jaringan.
3. Terpotong tidaknya rambut pada
luka korban.
4. Ada tidaknya memar atau lecet di
sekitar luka.
5. Ada tidaknya sesuatu yang keluar
dari luka.

PENYIDIKAN PD KASUS
PENEMBAKAN
Memperoleh kejelasan permasalahan :
Apakah luka yg diperiksa memang benar luka
tembak
Apakah luka tembak tsb luka tembak msk atau
keluar
Termsk jns apa senjata yg menyebabkan luka
Pd jrk brp penembakan dilakukan
Dr arah mana penembakan dilakukan
Bagaimana posisi korban & posisi penembak
Apakah penembakan tsb yg menyebabkan kematian
Brp x korban terkena tembakan

LUKA TEMBAK MASUK


Akibat api (flame effect) : luka bakar, dmnkulit yg
terbakar terlihat kering, hangus, kaku pd perabaan
Akibat asap (smoke effect) : kelim jelaga tampak
sbg lap kelabu kehitaman disekitar lubang luka,
mdh dihapus
Akibat butir2 mesiu (gun powder effect) : kelim
tatto tampak bintik2 hitam bercampur luka lecet &
perdarahan, tdk dpt dihapus
Akibat anak peluru (bullet effect) : luka terbuka
dikelilingi kelim lecet, bl senjata sering dibersihkan
akan didapat pula kelim kesat/lemak

Akibat partikel logam (metal effect) : luka


lecet/robek kcl disekitar lubang luka
Akibat moncong senjata (muzzle effect) :
jejas laras yg tjd pd kasus luka tembak
tempel, tampak sbg luka lecet tekan atau
memar yg bentuknya sesuai moncong
senjata
Kel patah tulang : tampak jls pd tulang
pipih, dmn kerusakan pd tulang bag luar
lbh kcl dibanding yg dlm

LUKA TEMBAK KELUAR


Memberikan informasi :
Arah tembakan
Sikap dr korban pd saat penembakan
Jmlh peluru yg msh terdapat pd tubuh
korban

Fk yg mempengaruhi bsrnya luka


tembak keluar :
Kecepatan anak peluru wkt keluar
Luas permukaan anak peluru
Pergerakan anak peuru yg tdk
beraturan dlm tubuh
Ada tdknya frakmen tulang yg ikut
keluar
Ada tdknya tulang dibawah kulit
tempat luka tembak keluar
Ada tdknya benda yg menekan kulit
pd tempat keluar anak peluru

Luka tembak masuk

Luka tembak keluar

Ukurannya kecil (berupa satu


titik/stelata/bintang), karena peluru
menembus kulit seperti bor dengan
kecepatan tinggi

Ukurannya lebih besar dan lebih tidak


teratur dibandingkan luka tembak masuk,
karena kecepatan peluru berkurang
hingga menyebabkan robekan jaringan.

Pinggiran luka melekuk kearah dalam


karena peluru menmebus kulit dari luar
Pinggiran luka mengalami abrasi
Bisa tampak kelim lemak.
Pakaian masuk kedalam luka, dibawa
oleh peluru yang masuk.
Pada luka bisa tampak hitam, terbakar,
kelim tato atau jelaga.
Pada tulang tengkorak, pinggiran luka
bagus bentuknya.
Bisa tampak berwarna merah terang
akibat adanya zat karbon monoksida.
Disekitar luka tampak kelim ekimosis.

Pinggiran luka melekuk keluar karena


peluru menuju keluar.
Pinggiran luka tidak mengalami abrasi.
Tidak terdapat kelim lemak
Tidak ada
Tidak ada
Tampak seperti gambaran mirip kerucut
Tidak ada
Tidak ada

Luka tembak masuk

Luka tembak keluar

Perdarahan hanya sedikit.


Pemeriksaan radiologi atau analisis
aktivitas netron mengungkapkan
adanya lingkaran timah atau zat besi di
sekitar luka.

Perdarahan lebih banyak


Tidak ada

KONTAK
1. Keras,
dangkal
disekitar
tulang

2. Keras, tdk
dangkal
disekitar
tulang
3. longgar

SENAPAN

PISTOL

Penampakkan
eksplosif Jelaga
pada tepi luka dan
dalam di dalam
jaringan, di atas
tulang
Gambaran moncong
senjata
Defek sirkular
Jelaga pada jaringan
yang lebih dalam
Korona (ditambah
dengan 2)

Penampakkan
eksplosif
Jelaga pada tepi
luka dan dalam di
dalam jaringan, di
atas tulang
Gambaran moncong
senjata
Defek sirkular
Jelaga pada jaringan
yang lebih dalam
Sama dengan 2

JARAK
DEKAT

Jelaga (gas
mesiu)
Bubuk mesiu
bebas

JARAK
SEDANG

Kelim tato
(bubuk mesiu)

JARAK JAUH

Luka saja

Jelaga (gas mesiu)


Terbakar (gas mesiu)
Bubuk mesiu bebas
Tanda gumpalan cabang

Kelim tato (bubuk mesiu)


Tepi luka yang tidak rata
Stippling (isi plastik pada
selongsong)
Luka tidak rata dengan
defek satelit
Makin jauh jarak tembak:
satelit makin banyak,
terlihat penggumpalan

Pemeriksaan Pada Korban


Hidup Karena Cedera

Tujuan Pemeriksaan
Memastikan keselamatan dan
kesehatan tersangka
Membantu penyidik dalam
penyidikan suatu kasus, dalam
pemeriksaan terhadap tersangka
atau pun korban

INFORMED CONSENT
Informasi:
Tujuan pemeriksaan
Prosedur yang dijalankan
Penyidikan yang harus dilakukan (jika
ada)

CONSENT :
Diberikan langsung oleh korban atau
oleh keluarga apabila korban tidak/
belum mampu memberikan.

PERSIAPAN
Fasilitas
Ruang yang nyaman
Penerangan cukup
Fasilitas cuci tangan dan toilet
Alat pemeriksaan medis, obat-obatan,
kamera, dll
Petugas Kepolisian diminta menunggu di
luar
Pendamping diperlukan apabila korban
berlawanan jenis dengan pemeriksa

Pemeriksaan
Anamnesis
Riwayat kejadian
WHAT, WHEN, WHERE, HOW, WHO

Luka-luka / cedera
Penyebab luka
Pengobatan yang telah diterima
Riwayat penyakit / cedera terdahulu

Pakaian
Pemeriksaan terhadap adanya
noda, bercak, kotoran, debu
Pemeriksaan terhadap adanya
robekan
Pengumpulan barang bukti
Pakaian dilepaskan untuk
memeriksa tubuh secara
keseluruhan
Dokumentasi
Dekskripsi tertulis
Foto

Pemeriksaan Fisik
Menyeluruh (ujung rambut-ujung
kaki)
Pemeriksaan Umum:
Kesadaran, nadi, tekanan darah, nutrisi,
berat, tinggi, dll
Jantung, paru, abdomen, dll

Pemeriksaan Khusus:
Luka-luka
Neurologis, Radiologis, Lab, dll

Dokumentasi
Deskripsi harus akurat dan
menggunakan istilah yang tepat
Gunakan bahasa yang dapat
dimengerti Gunakan diagram tubuh
untuk menggambarkan letak luka
Foto bila perlu
Analisa pola luka

Pemeriksaan Laboratorium
Pengambilan sampel

Luka

Jenis luka
Posisi
Ukuran
Gambaran
Orientasi
Kemungkinan penyebab
Lain-lain: nyeri, kekakuan

Jenis Luka
Abrasi: Lecet, jejas jerat
Memar: Petekie, purpura, ekimosis,
hematom

Luka terbuka akibat kekerasan


tajam
Laserasi: akibat kekerasan tumpul
Luka tusuk
Luka tembak
Luka bakar

Posisi
Bagian tubuh
Regio
Regio yang tepat terkena
Sisi kanan atau kiri

Koordinat
Jarak dari garis tengah
Jarak dari titik tertentu tubuh

Ukuran
Harus diukur
Panjang (satu dimensi)
Panjang kali lebar (dua dimensi)
Kedalaman

Gunakan alat ukur metrik


Satu angka di belakang koma

Gambaran dan Orientasi


Warna, bentuk, pola
Cth: memar kemerahan, bentuk bulat

Warna memar dapat


menggambarkan waktu terjadinya
trauma
Tergantung intensitas
Kita masih terlihat kuning, lebih dari
18 jam (LANGLOIS & GRESHAM)

Orientasi: sudut, kelengkungan


luka

Mekanisme perlukaan
Dapat dilihat pada luka lecet
Kedalaman tertentu, bentuk sudut
atau gambaran pada kulit, dapat
menunjukkan arah benda penyebab
saat mengenai jaringan (gunakan
lup)

Gambaran tersebut tergantung


pada:
Benda penyebab
Berat dan kecepatan
Permukaan benda penyebab dan
penutup tubuh
Sudut kontak
Area tubuh yang terkena
Karakteristik personal

Klasifikasi Luka berdasarkan penyebab

Mekanis:
Tajam, tumpul, luka tembak

Fisik:
Suhu, listrik, akselerasi, tekananm
radiasi, sonar

Kimia:
Asam dan Basa

Luka Lecet

Kekerasan:
Mengenai permukaan tubuh
Dapat menunjukkan arah

Pola Luka:
Dapat menunjukkan benda penyebab

Perkiraan Waktu kekerasan


Tergantung dari luas luka dan
kedalaman luka

Memar / kontusio
Terlihat:
Perubahan warna dan pembengkakan

Perkiraan waktu
Perubahan warna dapat dilihat dengan
mata telanjang

Bentuk:
Dapat menyerupai benda penyebab

Letak:
Dapat menunjukkan aksi-reaksi korban
dan pelaku

Memar dalam
Tidak terlihat:
Sering terlewat dalam pemeriksaan

Dapat mengenai berbagai organ


dalam
Gangguan yang terjadi tergantung
dari:
letak
ukuran

Laserasi
bentuk:
Dapat menunjukkan kemungkinan
benda penyebab

Efek patofisiologis:
Dapat merupakan penyebab perdarahan
fatal
Infeksi

Laserasi VS Insisi
Tepi laserasi tidak rata dan kasar
Dapat ditemukan jembatan jaringan
Dapat terlihat abrasi disekitar
laserasi

Luka Tusuk
Bentuk luka dapat
menggambarkan jenis senjata
Satu sudut tumpul atau robek, satu
sudut tajam: pisau bermata satu
Kedua sudut tajam: dapat disebabkan
pisau bermata dua atau mata satu

Patah tulang
Bentuk:
Gambaran benda penyebab

Gambaran perubahan berdasarkan


umur luka
Gangguan yang dapat timbul:
Perdarahan, disfungsi organ
Kerusakan jaringan sekitar
Emboli lemak dan emboli sumsum
tulang

Luka Tembak
Tempel:
jelaga di jaringan / bagian dalam luka

Jarak sangat dekat:


Jelaga, kelim tatto

Jarak dekat:
Kelim tatto

Jarak jauh:
Lubang, kelim lecet

Pemeriksaan Pada Korban


Meninggal Karena Cedera

OTOPSI
(BEDAH MAYAT/ PEMERIKSAAN POSTMORTEM)

Pemeriksaan tubuh org yg meninggal


& ditujukan utk menentukan
penyebab kematian, identifikasi atau
mengkarakteristikan penyakit yg
dipunya atau menentukan apakah
terapi medis atau bedah sudah
efektif

Jenis

Klinis/akademis : dimana medical


attendants dgn psetujuan dr
keluarga mcoba mempelajari
penyakit yg ada pd org yg meninggal
Medikolegal/ forensik : ketika ada
instruksi dr kekuasaan legal
(coroner, pemeriksa medis, juri,
polisi, magistrate, atau procurator
fical) yg btanggungjawab utk
investigasi kematian yg tiba2, ilegal,
#natural, tidak diketahui, tidak sah
di pengadilan, atau kriminal

Tujuan
Mbuat identifikasi positif tubuh dan menilai
ukuran, fisik, & gizi (nourishment)
Mntentukan : penyebab kematian atau,
apakah bayi hidup & cara kematian dan
waktu kematian (jika dibutuhkan &
dimungkinkan)
Mplihatkan abnormalitas, penyakit,
malformasi eksternal & internal
Mdeteksi, menggambarkan & mghitung
(measure) kerusakan eksternal & internal

Mdapatkan sempel utk pemeriksaan analisis,


mikrobiologi, & histologi serta beberapa
investigasi lainnya
Mjaga organ & jaringan yg bhubngan sebagai
barang bukti
Mdapatkan foto & video utk barang bukti &
kegunaan akademis
Mdukung laporan tertulis dr penemuan otopsi
Mberikan interpretasi ahli dr penemuan otopsi
Mbawa tubuh ke cosmetic condition yg
memungkinkan

Manfaat Autopsi
Bagi keluarga
Bagi institusi
Bagi masyarakat
Klinis
penyelenggara
pelayanan kesehatan
1. Diperolehnya
informasi
mengenai adanya
kemungkinan
kelainan genetik
atau kelainan yg
sifatnya
diturunkan pad
generasi
berikutnya dalam
keluarga
2. Mengkonfirmasi
penyebab
kematian, dan
memantau adanya
kemungkinan
kelainan medik
dalam pelayanan

1. Mengkonfirmasi
1. Mengevaluasi
diagnosis klinis yg
teknologi
dibuat selama
pemeriksaan
pengobatan dan
kedokteran yg
perawatan
terbaru
2. Mengetahui asal dan
2. Menilai efektivitas
perjalanan penyakit yg
metode pengobatan
diderita pasien
yg diberikan pada
3. Mendidik dokter
pasien
hingga perawat
3. Menyelidiki adanya
hingga pada gilirannya
penyakit terkait
meningkatkan kualitas
kondisi lingkungan
pelayanan
kerja atau
4. Merancang obat dan
lingkungan tinggal
pengobatan yg efektif
5. Mengidentifikasi
berbagai akibat dari
pengobatan

Persiapan Sebelum Autopsi


Forensik
1. Melengkapi surat-surat yang berkaitan dengan autopsi yang
akan dilakukan, termasuk surat izin keluarga, surat
permintaan pemeriksaan/pembuatan visum et repertum.
2. Memastikan mayat yang akan diotopsi adalah mayat yang
dimaksud dalam surat tersebut.
3. Mengumpulkan keterangan yang berhubungan dengan
terjadinya kematian selengkap mungkin untuk membantu
memberi petunjuk pemeriksaan dan jenis pemeriksaan
penunjang yang harus dilakukan.
4. Memastikan alat-alat yang diperlukan telah tersedia.

ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN


UNTUK OTOPSI

Timbangan besar (500 Kg)


Timbangan kecil (3 Kg)
Pita pengukur
Penggaris
Alat pengukur cairan
Pisau
Gunting
Pinset
Gergaji dengan gigi halus
Jarum besar jarum goni
Benang yang kuat

Bahan-bahan Yang Dibutuhkan


Untuk Otopsi
1. Botol / stoples untuk spesium
pemeriksaan toksikologi
2. Alkohol 96% 5 liter
3. Botol untuk spesium pemeriksaan
histopatologi
4. Formalin 10% 1 liter
5. Kaca sediaan dan kaca penutup

Informasi Untuk Dokter Sebelum


Melakukan Otopsi
1. Kecelakaan lalu lintas
Bagaimana kecelakaan terjadi
Siapakah korban
Apakah ada dugaan korban mabuk, minum obat sejenis
Amphetamine dsb
2. Kecelakaan lain
Dokter harus diberitahu benda yang menyebabkan
kecelakaan
3. Pembunuhan, bunuh diri
4. Kematian mendadak
5. Kematian setelah berobat / perawatan
6. Tanggal dan jam korban ditemukan meninggal, tanggal dan
jam korban terakhir terlihat masih hidup

TEKNIK AUTOPSI FORENSIK


4 teknik autopsi dasar

Teknik
Teknik
Teknik
Teknik

Virchow
Rokitansky
Letulle
Ghon

Perbedaan: saat pengangkatan keluar


organ, baik dalam urutan maupun
jumlah/kelompok organ yang dikeluarkan
pada satu saat, serta bidang pengirisan
organ yang diperiksa
190

TEKNIK AUTOPSI FORENSIK

Teknik autopsi modifikasi Letulle

Organ tidak dikeluarkan sekaligus (en masse),


tapi dalam 2 kumpulan
Leher dan dada menjadi satu kumpulan
Usus diangkat mulai dari perbatasan
duodenojejunal sampai rektosigmoid
Kumpulan kedua dipisah yaitu antara organorgan pencernaan dan urogenital

191

SISTEMATIKA PEMERIKSAAN
LUAR
1. Memeriksa label mayat (dari pihak kepolisian) yang
biasanya diikatkan pada jempol kaki mayat. Gunting
pada tali pengikat, simpan pada berkas pemeriksaan.
Catat warna, bahan, dan isi label selengkap mungkin.
Label RS untuk identifikasi di kamar jenazah harus tetap
ada pada tubuh mayat

2. Mencatat jenis/bahan, warna, corak, serta kondisi


(ada tidaknya bercak/pengotoran) dari penutup
mayat
3. Mencatat jenis/bahan, warna, corak, serta kondisi
(ada/tidaknya bercak pengotoran) dari bungkus
mayat. Catat tali pengikatnya bila ada
192

SISTEMATIKA PEMERIKSAAN
LUAR
4. Mencatat pakaian mayat dengan teliti, mulai dari yang
dikenakan teratas sampai terbawah, terluar sampai terdalam.

Bahan
Warna dasar
Warna dan corak tekstil
Bentuk/model pakaian
Ukuran
Merk penjahit
Cap binatu
Monogram/inisial
Tambalan/tisikan bila ada
Letak & ukuran pakaian bila ada tidaknya
bercak/pengotoran/robekan
Saku & isinya
193

SISTEMATIKA PEMERIKSAAN LUAR


5. Mencatat perhiasan mayat

Jenis
Bahan
Warna
Merk
Bentuk
Ukiran nama/inisial

6. Mencatat benda di samping mayat


194

SISTEMATIKA PEMERIKSAAN LUAR


7. Mencatat perubahan tanatologi:
a) Lebam mayat: letak, distribusi, warna,
intensitas
b) Kaku mayat: distribusi, derajat kekakuan pada
beberapa sendi, ada tidaknya spasme
kadaverik
c) Suhu tubuh mayat: memakai termometer
rektal dan dicatat juga suhu ruangan saat itu
d) Pembusukan
e) Lain2: mumifikasi, adipocera
195

SISTEMATIKA PEMERIKSAAN
LUAR
8. Mencatat identitas mayat

Jenis kelamin
Bangsa/ras
Perkiraan umur
Warna kulit
Status gizi
TB
BB
Di sirkumsisi/tidak
Striae albicantes pada dinding perut

9. Mencatat segala sesuatu yang dapat dipakai untuk penentuan identitas


khusus

Tatoo/rajah
Jaringan parut
Kapalan
Kelainan kulit
Anomali
Cacat tubuh
196

SISTEMATIKA PEMERIKSAAN
LUAR
10.Memeriksa rambut

Distribusi
Warna
Keadaan tumbuh
Sifat

11.Memeriksa mata

Kelopak terbuka/tertutup
Tanda kekerasan/kelainan
Selaput lendir kelopak mata
Bola mata
Warna
Pembuluh darah melebar
Bintik/bercak perdarahan
Kejernihan kornea
Keadaan & warna iris
Lensa
Ukuran pupil ki-ka
197

SISTEMATIKA PEMERIKSAAN
LUAR
12.Mencatat bentuk & kelainan/anomali daun telinga &
hidung
13.Memeriksa bibir, lidah, rongga mulut, gigi geligi

Jumlah gigi geligi


Hilang/patah/tambalan gigi
Gigi palsu
Kelainan letak gigi
Pewarnaan, dsb

14.Pemeriksaan alat kelamin & lubang pelepasan


: kelainan bawaan, keluarnya cairan, dll
: Selaput dara, commisura posterior, sekret liang sanggama
Bentuk lubang pelepasan
198

SISTEMATIKA PEMERIKSAAN
LUAR
15.Perhatikan kemungkinan terdapatnya:

Tanda perbendungan
Ikterus
Sianosis
Edema
Bekas pengobatan
Bercak lumpur
Pengotoran lain pd tubuh

199

SISTEMATIKA PEMERIKSAAN
LUAR
16. Catat lengkap bila terdapat tanda2 kekerasan/luka:
Letak luka: regio anatomis, koordinat thd
garis/titik anatomis terdekat
Jenis luka: lecet, memar, atau terbuka
Arah luka: melintang, membujur, atau miring
Tepi luka: Rata / tidak beraturan
Sudut luka: Runcing, membalut, bentuk lain
Dasar luka: Jaringan bawah kulit, otot, tulang, atau
rongga badan
Sekitar luka: Pengotoran, luka/tanda kekerasan
lain di sekitarnya
200

SISTEMATIKA PEMERIKSAAN
LUAR

Ukuran luka: untuk luka terbuka juga diukur


setelah dirapatkan
Saluran luka: Penentuan in situ mengenai
perjalanan serta panjang luka baru dapat
ditentukan saat pembedahan mayat
Lain2: mis. Pada luka lecet jenis serut
diperiksa pola penumpukan kulit ari untuk
menentukan arah kekerasannya, pada memar
dicatat warnanya

17.Pemeriksaan ada tidaknya patah


tulang, serta jenis & sifatnya
201

TEKNIK OTOPSI
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan dalam :
Insisi bentuk I
Insisi bentuk Y

Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan khusus

INSISI PADA TUBUH


Insisi bentuk I :
Dimulai sedikit dibawah Cart.
Thyroidea Proc. Xiphoideus 2 cm
paramedian kiri Symphysis
Pada peristiwa cekikan, gantung diri

Insisi bentuk Y
Pada jenazah laki-laki : Insisi dimulai dari Acromion
Ka-Ki Proc. Xiphoideus
Pada jenazah perempuan : Insisi dimulai dari
Acromion Ka Ki lurus kebawah melingkari
mamma Proc. Xiphoideus 2 cm paramedian
Ki Symphysis
Insisi di bawah Proc. Xiphoidesus diperdalam
sampai menembus perintoneum diteruskan
sampai Symphysis
Selanjutnya melepaskan kulit dari tulang dada
dengan cara menarik kulit dengan keras ke
samping memotong otot-otot dengan pisau. Otot
perut dilepas dari Arcus costa.

Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan pneumo thorax
Pemeriksaan emboli udara
Percobaan getah paru-paru (longsap
proof)
Percobaan apung paru-paru (docimasia
pulmonum hydrostatica = longdrijfproef)
Emboli lemak

Absis
- garis mendatar melalui umbilicus
- melalui kedua areola mamae
- melalui kedua ujung os clavicula
Ordinat
- garis tengah melalui sternum
- garis tengah melalui vertebrae

Inspeksi Rongga Perut

Apakah ada cairan


Keadaan peritoneum
Keadaan omentum
Sekat rongga dada

Tes Pneumothorax
Kulit dada dibuat kantong berisi air,
ditusuk dgn pisau di ICS
Spuit diisi air, kemudian ditusukkan+
bila ada gelembung udara

JANTUNG
Pericardium dibuka dgn insisi Y terbalik
Apex jantung diangkat untuk melihat
jumlah cairan
Memotong vena cava inferior, vena
pulmonalis, aorta, arteri pulmonalis dan
vena cava superior
Diukur , ditimbang, warna, konsistensi.
Membuka jantung menurut aliran darah.
Memeriksa arteri coronaria
Memeriksa adanya thrombus.

Tractus Respiratorius
Trachea, bronchus dan paru dikeluarkan
satu unit
Trachea dan bronchus dibuka dgn gunting
pada
bagian
belakang
(
yg
tdk
mengandung tulang rawan )
Cabang bronchus digunting sejauh2nya ke
dalam paru
Pisahkan trachea dgn paru dgn memotong
bronchus di hilus
Paru kanan dan kiri di periksa ( ukuran,
warna, konsistensi, berat, di insisi )

Tes getah paru ( lonsap


proef )

Pada jenazah yg ditemukan dalam air


Syarat paru belum membusuk
Permukaan paru diiris 2-3 mm
Diambil cairan / getah paru, teteskan di obyek glass
Periksa di mikroskop, adanya butir pasir, telur
cacing, diatome
Positif korban meninggal karena tenggelam
dalam air
Negatif korban meninggal dalam air jernih,
meninggal karena vagal reflex, korban sdh
meninggal kemudian di buang dalam air

Tes Apung Paru


Pada kasus infanticide
Kedua paru diapungkan
Berturut turut diapungkan paru kanan &
kiri
Masing masing lobus diapungkan
Bagian kecil paru diapungkan
Bagian kecil paru tadi ditekan dgn ujung
jari lalu diapungkan
Bila masih mengapung tes apung paru
positif

Pemeriksaan Tambahan

Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan

histopatologi
mikrobiologi
virologi
imunologi
toksikologi
trace evidence

UU No.36
Bagian Kedelapan Belas
Bedah Mayat

Pasal 117: Seseorang dinyatakan mati apabila


fungsi sistem jantungsirkulasi dan sistem
pernafasan terbukti telah berhenti secara
permanen, atau apabila kematian batang otak
telah dapat dibuktikan.
Pasal 118
(1)
Mayat yang tidak dikenal harus dilakukan
upaya identifikasi.
(2)
Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat bertanggung jawab atas upaya
identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya
identifikasi mayat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 119
(1) Untuk kepentingan penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan
dapat dilakukan bedah mayat klinis di rumah sakit.
(2) Bedah mayat klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan
untuk menegakkan diagnosis dan/atau menyimpulkan penyebab kematian.
(3) Bedah mayat klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
atas persetujuan tertulis pasien semasa hidupnya atau persetujuan tertulis
keluarga terdekat pasien.
(4) Dalam hal pasien diduga meninggal akibat penyakit yang
membahayakan masyarakat dan bedah mayat klinis mutlak diperlukan
untuk menegakkan diagnosis dan/atau penyebab kematiannya, tidak
diperlukan persetujuan.
Pasal 120
(1) Untuk kepentingan pendidikan di bidang ilmu kedokteran dan
biomedik dapat dilakukan bedah mayat anatomis di rumah sakit
pendidikan atau di institusi pendidikan kedokteran.
(2) Bedah mayat anatomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat dilakukan terhadap mayat yang tidak dikenal atau mayat yang tidak
diurus oleh keluarganya, atas persetujuan tertulis orang tersebut semasa
hidupnya atau persetujuan tertulis keluarganya.
(3) Mayat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus telah diawetkan,
dipublikasikan untuk dicarikan keluarganya, dan disimpan sekurangkurangnya 1 (satu) bulan sejak kematiannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bedah mayat anatomis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Menteri.

Pasal 121
(1) Bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis hanya
dapat dilakukan oleh dokter sesuai dengan keahlian dan
kewenangannya.
(2) Dalam hal pada saat melakukan bedah mayat klinis dan
bedah mayat anatomis ditemukan adanya dugaan tindak
pidana, tenaga kesehatan wajib melaporkan kepada
penyidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 122
(1) Untuk kepentingan penegakan hukum dapat dilakukan
bedah mayat forensik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Bedah mayat forensik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh dokter ahli forensik, atau oleh
dokter lain apabila tidak ada dokter ahli forensik dan
perujukan ke tempat yang ada dokter ahli forensiknya tidak
dimungkinkan.
(3) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab
atas tersedianya pelayanan bedah mayat forensik di
wilayahnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan bedah
mayat forensik diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 123
(1) Pada tubuh yang telah terbukti mati batang otak dapat
dilakukan tindakan pemanfaatan organ sebagai donor
untuk kepentingan transplantasi organ.
(2) Tindakan pemanfaatan organ donor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan kematian
dan pemanfaatan organ donor sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 124
Tindakan bedah mayat oleh tenaga kesehatan harus
dilakukan sesuai dengan norma agama, norma kesusilaan,
dan etika profesi.
Pasal 125
Biaya pemeriksaan kesehatan terhadap korban tindak
pidana dan/atau pemeriksaan mayat untuk kepentingan
hokum ditanggung oleh pemerintah melalui APBN dan
APBD.

KUHAP pasal 133


(1) : Dalam hal penyidik untuk
kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati
ang diduga karena peristiwa yang
mrupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli
kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
(2) : Permintaan keterangan ahli
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1 )
dilakukan secara legal untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat

(3) : Mayat yang dikirim kepada ahli


kedokteran kehakiman atau dokter
pada rumah sakit harus diperlakukan
secara baik dengan penuh
penghormatan terhadap mayat
tersebut dan diberi label yang
memuat identifikasi mayatm
dilakukan dengan diberi cap jabatn
yang dilekatkan pada ibu jari kaki
atau bagian lain badan mayat

Penjelasan ayat (2)


Keterangan yang diberikan oleh ahli
kedokteran kehakiman disebut
keterangan ahli, sedangkan
keterangan yang diberikan oleh
dokter bukan ahli kedokteran
kehakiman disebut keterangan.

Berdasarkan pasal 133 ayat 1 yang


berhak melakukan pemeriksaan atas
tubuh manusi adalh :
Ahli kedokteran kehakiman
Dokter
Ahli lain karena dengan
dipergunakannya kata-kaa dan atau
ahli lain berarti ahli lain dapat
memeriksa sendiri tanpa bekerja
sama dengan dokter.

Melakukan pemeriksaan ini merupakan


kewajiban bagi dokter and ahli dengan
ancaman pidana menurut KUH Pidana
pasal 224 :
Barangsiapa dipanggil secara sah
untuk mejadi saksi ahli atau juru bahasa,
dengan sengja tidak menjalankan
kewajiban yang sah yang harus
dijalankanya :
1. Dalam perkara pidana dipidana dengan
pidana penjara selama lamanya
sembilan bulan
2. Dalam perkara perkara lain dipidina
dengan pdana penjara seama-lamanya 6

Jika dokter mau melakukan pemeriksaan


mayat tersebut, dokter dapat dituntut oleh
ahli waris mayat tersebut :
Pidana
Dokter dapat dikatakan merusak mayat,
jika ia melakukan bedah mayat
berdasarkan KUHPidana psal 406 ayat 1
--. Barangsiapa dengan sengaja dan dengan
melawan hak membinasakan, merusak,
membuat sehingga tidakd apat dipakai
lagi atau menghilangkan sesuatu barang
yang semuanya atau sebagian adalah
milik orang lain, dipidana dengan pidana
penjara selama lamanya 2 tahun 8 bulan
atau denda sebanak banyaknya Rp
4.500,00

Perdata
Diatur dalam KUHperdata pasal 1365 :
Tiap perbuatan melanggar hukum yang
membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena kesalahannya
menyebabkan kerugian itu, mengganti kerugian
tersebut
Pasal 1366
Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk
kerugian yang disebabkan karena perbuatannya,
tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan
kelalaian atau kurang hati hatinya.

Undang-Undang Kewarganegaraan Nomor 12 Tahun 2006, yang


diatur dalam Bab VI, perumusan ketentuan pidana

Pasal 36 :
(1) Pejabat yang karena kelalaiannya melaksanakan
tugas dan kewajibannya sebagaimana ditentukan
dalam undang-undang ini sehingga mengakibatkan
seseorang kehilangan hak untuk memperoleh atau
memperoleh kembali dan/atau kehilangan
Kewarganegaraan Republik Indonesia dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan karena kesengajaan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun.

Pasal 37 :
(1) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan
palsu, termasuk keterangan di atas sumpah, membuat surat
atau dokumen palsu, memalsukan surat atau dokumen dengan
maksud untuk memakai atau menyuruh memakai keterangan
atau surat atau dokumen yang dipalsukan untuk memperoleh
Kewarganegaraan Republik Indonesia atau memperoleh
kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4
(empat) tahun dan denda paling sedikit Rp. 250.000.000,00
(dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
keterangan palsu, termasuk keterangan di atas sumpah,
membuat surat atau dokumen palsu, memalsukan surat atau
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling sedikit Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Pasal 38 :
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 dilakukan korporasi, pengenaan pidana
dijatuhkan kepada korporasi dan/atau pengurus yang
bertindak untuk dan atas nama korporasi.
(2) Korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipidana dengan pidana denda paling sedikit Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dan paling
banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan
dicabut izin usahanya.
(3) Pengurus korporasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
dan denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah) dan paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

UU RI No 23 Th 1992
Pasal 70
Ayat 1:
Dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan
dapat dilakukan bedah mayat untuk
penyelidikan sebab penyakit dan atau sebab kematian
serta pendidikan tenaga kesehatan.
Ayat 2:
Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan
norma yang berlaku dalam masyarakat.
Ayat 3:
Ketentuan mengenai bedah mayat sebagaimana
dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerinta

Penganiayaan

Penganiayaan
Penganiayaan (mishandeling) : dengan
sengaja merusak kesehatan.
Dokter hanya melihat luka
Penganiayaan ringan : penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencaharian
Dalam VeR : luka yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatanatau
pencaharian
(luka ringan /derajat I)

Luka Derajat II / sedang


Luka yang menimbulkan penyakit
atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencaharian
untuk sementara waktu

Luka Derajat III / berat


Ps 90 KUHP
- Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak
memberi harapan untuk sembuh sama sekali
atau yang menimbulkan bahaya maut
- Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan
tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian
- Kehilangan salah satu panca Indera
- Mendapat cacat berat
- Terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih
- Gugur atau matinya kandungan seorang
perempuan

Aspek Legal dan Moral


LEGAL DUTY:
Pasal 133 KUHAP: penyidik berhak
meminta pemeriksaan
Pasal 216 KUHP: menolak permintaan
penyidik dapat dihukum

MORAL DUTY:
Pasal 7 Etik Kedokteran: hanya
memberikan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan

Penatalaksanaan korban kekerasan


terhadap perempuan dan anak
Aspek medis
Harus bersikap membantu korban dalam
mengatasi perasaan tidak berdaya
Pemeriksaan dilakukan setelah korban
tenang, dan didampingi oleh keluarga/
pendamping, serta dibantu oleh
perawat/bidan
Lakukan informed consent sebelum
melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Medis, Pemeriksaan Status
Mental, Pemeriksaan Penunjang,
Penatalaksanaan medik

Aspek medikolegal
Pemeriksaan medis untuk
mengumpulkan barang- barang bukti
Visum et Repertum (VeR)
Sebelumnya dijelaskan proses, manfaat
dan risiko pemeriksaan tersebut bagi
korban sehubungan dengan perkara
pidananya serta dikaitkan dengan upaya
pengobatan bagi korban informed
consent
Penolakan: disertai alasannya atau bila
hal itu tidak mungkin dilakukan
rekam medis
Aspek psikososial

Jika tenaga kesehatan


mendapatkan tekanan atau
terancam keselamatannya, maka
dapat menggunakan Surat
Pernyataan Penolakan (informed
refusal), tetapi kemudian tetap
melaporkan ke kepolisian

Wajib lapor oleh tenaga


kesehatan dan/atau fasilitas
pelayanan kesehatan:
Tidak dibebani pembuktian atas kasus
dugaan Kekerasan yang dilaporkan
Tidak dapat dituntut pidana maupun
perdata atas pelaporan kepada
kepolisian, sepanjang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Bukan dalam kapasitas saksi pelapor
namun sebagai pemberi informasi

Visum et Repertum Pada


Orang Hidup

Visum et Repertum
Menurut Staatsblad tahun 1937
nomor 350 :
Visa Reperta (Visum et Repertum)
adalah laporan tertulis untuk
Yustisi yang dibuat oleh dokter
berdasarkan sumpah, tentang
segala hal yang dilihat dan
ditemukan pada benda yang
diperiksa menurut pengetahuan
yang sebaik-baiknya.

Visum et Repertum
KUHAP pasal 1 butir ke-28,
menyatakan : Keterangan ahli
adalah keterangan yang diberikan
oleh seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan
untuk membuat terang suatu
perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan.

Dasar hukum pengadaan


Pasal 120 KUHAP
Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat
minta pendapat orang ahli atau orang yang
memiliki keahlian khusus
Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan
peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena
peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya

Visum et Repertum Korban


Hidup
Visum et repertum definitif dibuat setelah
pemeriksaan selesai, korban tidak perlu dirawat
lebih lanjut atau meninggal.
Visum et Repertum sementara dibuat setelah
pemeriksaan selesai, korban masih perlu
mendapat perawatan lebih lanjut.
Visum et Repertum lanjutan dibuat bila:
Setelah selesai perawatan korban sembuh.
Setelah mendapat perawatan, korban
meninggal.
Perawatan belum selesai, korban pindah RS
atau dokter lain.
Perawatan belum selesai, korban pulang paksa
atau melarikan diri

Ver Pada KASUS


PERLUKAAN
Terhadap setiap pasien yang diduga korban
tindak pidana meskipun belum ada surat
permintaan VeR dari polisi, dokter harus
membuat catatan medis atas semua hasil
pemeriksaan medisnya secara lengkap dan
jelas shg dapat digunakan untuk pembuatan
VeR
Umumnya:
Luka ringan: datang ke dokter setelah melapor ke
penyidik shg membawa surat permintaan VeR
Luka sedang-berat: datang ke dokter lebih dulu
244

Bagian Pemberitaan
Disebutkan KU korban sewaktu datang
Luka2 / cedera / penyakit yang ditemukan
pada pem. Fisik: letak, jenis, sifat luka, ukuran
luka
Pemeriksaan penunjang
Tindakan medis yg dilakukan
Riwayat perjalanan penyakit selama perawatan
Keadaan akhir saat perawatan selesai
Gejala yang dpt dibuktikan scr objektif dapat
dimasukkan dalam VeR

245

VeR Pada KORBAN KEJAHATAN


SUSILA
Umumnya korban kejahatan susila yang
dimintakan VeR nya pada dokter adalah
kasus dugaan adanya persetubuhan yang
diancam hukuman oleh KUHP (perzinahan,
perkosaan, persetubuhan dengan wanita
yang tidak berdaya, persetubuhan dengan
wanita yang belum cukup umur, serta
perbuatan cabul)
246

Dokter berkewajiban untuk membuktikan


adanya persetubuhan atau perbuatan cabul,
adanya kekerasan (termasuk keracunan),
serta usia korban
Periksa adakah penyakit hub. Seksual,
kehamilan, dan kelainan psikiatrik sbg akibat
dr tindakan pidana tsb
Dokter tidak dibebani pembuktian adanya
pemerkosaan, krn istilah pemerkosaan adalah
istilah hukum yang harus dibuktikan di depan
sidang

247

Dalam kesimpulan: tercantum perkiraan usia


korban, ada atau tidaknya tanda
persetubuhan, dan bila mungkin
menyebutkan waktu perkiraan kejadian, dan
ada tidaknya tanda kekerasan
Bila ditemukan adanya tanda2 ejakulasi atau
adanya tanda2 perlawanan (cth: darah pd
kuku korban), dokter berkewajiban mencari
identitas tersangka mll pem. Gol. Darah
serta DNA

248

Pihak yang berwenang membuat


keterangan ahli
Pasal 133 ayat 1 KUHAP :
Yang berwenang melakukan pemeriksaan
forensik yang menyakut tubuh manusia
dan membuat keterangan ahli adalah
dokter ahli kedokteran kehakiman
(forensik), dokter, dan ahli lainnya
Jadi :
Keterangan yang dibuat oleh dokter
ahli kedokteran kehakiman disebut
keterangan ahli
Keterangan yang dibuat selain ahli

Pihak yang berhak meminta


visum et repertum
Penyidik
Pejabat Polri yang sekurang-kurang berpangkat
Pelda Polisi

Penyidik Pembantu adalah Pejabat Polri yang


sekurang-kurangnya berpangkat Serda Polisi.
Kapolsek yang berpangkat Bintara dibawah Pelda
Polisi karena
Jabatannya adalah Penyidik

Hakim pidana
Hakim pidana biasanya tidak langsung minta
visum et repertum pada dokter, tetapi
memerintahkan kepada jaksa untuk melengkapi
berita acara pemeriksaan dengan visum et
repertum. Kemudian jaksa melimpahkan
permintaan hakim kepada penyidik.

Pihak yang berhak meminta


visum et repertum
Hakim perdata
Karena di sidang pengadilan perdata tidak ada
jaksa,maka hakim perdata minta langsung visum
et repertum kepada dokter.
Hakim agama
Dasar hukumnya Undang-undang No. 14 tahun
1970 tentang ketentuan pokok kekuasaan
kehakiman pasal 10.
Hakim agama mengadili perkara yang
bersangkutan dengan agama islam,sehingga
permintaan visum et repertum hanya berkenaan
dengan hal syarat untuk berpoligami, syarat
untuk melakukan perceraian dan syarat waktu
tunggu seorang janda.

Ketentuan umum dalam pembuatan


Visum et Repertum
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Diketik di atas kertas berkepala surat instansi


pemeriksa.
Bernomor dan bertanggal.
Mencantumkan nama Pro justitia dibagian atas
(kiri atau tengah)
Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
Tidak menggunakan singkatan terutama pada
waktu mendeskripsikan temuan pemeriksaan.
Tidak menggunakan istilah asing atau istilah
kedokteran.
Berstempel instansi pemeriksa tersebut.
Diperlakukan sebagai surat yang harus
dirahasiakan.
Hanya diberikan kepada penyidik peminta Visum

Bagian-bagian Visum et
Repertum
1. PRO JUSTISIA
Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan
demikian visum et repertum tidak perlu bermaterai, sesuai
dengan pasal 136 KUHAP.
2. PENDAHULUAN
Bagian ini memuat antara lain :
Identitas pemohon visum et repertum
Identitas dokter yang memeriksa / membuat visum et
repertum
Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit
X Surabaya)
Tanggal dan jam dilakukannya pemeriksaan
Identitas korban
Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka,
dimana korban dirawat, waktu korban meninggal

3.

PEMBERITAAN

Identitas korban menurut pemeriksaan dokter,


(umur, jenis kel,TB/BB), serta keadaan umum .
Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang
ditemukan pada korban.
Tindakan-tindakan / operasi yang telah
dilakukan.
Hasil pemeriksaan tambahan.

Syarat-syarat :

Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti


orang awam.
Angka harus ditulis dengan huruf (4 cm ditulis
empat sentimeter).
Tidak dibenarkan menulis diagnosa luka (luka
bacok, luka tembak dll).
Luka harus dilukiskan dengan kata-kata.
Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai
apa yang dilihat dan ditemukan).

4. KESIMPULAN
Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter
yang memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan
sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
Seseorang melakukan pengamatan dengan
kelima panca indera (pengelihatan,
pendengaran, perasa, penciuman dan
perabaan).
Sifatnya subjektif.
5. PENUTUP
Memuat kata Demikianlah visum et repertum
ini dibuat dengan mengingat sumpah pada
waktu menerima jabatan.
Diakhiri dengan tanda tangan, nama
lengkap/NIP dokter.

Prosedur Permintaan VeR Korban


Hidup
1. Permintaan harus secara tertulis, tdk
dibenarkan secara lisan / telepon / via
pos.
2. Korban adalah BB, maka permintaan VetR
harus diserahkan sendiri oleh polisi
bersama-sama korban/tersangka.
3. Tidak dibenarkan permintaan VetR
tentang sesuatu peristiwa yang telah
lampau, mengingat rahasia kedokteran
(Instruksi Kapolri No.Ins/E/20/IX/75).

Lama Penyimpanan
Visum et Repertum

10 tahun
MENGACU PADA PERMENKES NO. 749A
TAHUN 1989 TENTANG REKAM MEDIS

30 tahun
MENGACU PADA SISTEM ARSIP
NASIONAL

Pemeriksaan penunjang
di bidang Ilmu Kedokteran Forensik

Pemeriksaan Toksikologi
Pemeriksaan Histopatologi.
Pemeriksaan Antropologi
Pemeriksaan/ teknik superimposisi
Pemeriksaan Laboratorium Forensik
Khusus

KORBAN
+
SURAT PERMINTAAN VISUM ET
REPERTUM

dr. UMUM , dr. OBSTETRIGINEKOLOGI, dr. BEDAH DAN


dr. BIDANG SPESIALIS
LAINNYA
Dokter forensik

VISUM ET REPERTUM

Anda mungkin juga menyukai