Traumatologi
Traumatologi : Ilmu yang mempelajari tentang luka
& cedera serta hubungannya dengan berbagai
kekerasan (rudapaksa)
Luka : keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh
akibat kekerasan
Trauma : semua jenis kekerasan yang menimpa
tubuh sehingga terjadi kerusakan/gangguan pada
struktur dan fungsi jaringan/organ tubuh yang
terkena, bahkan secara sistemik dapat berdampak
pada aspek fisiologis, kejiwaan dan kondisi sosial
insan yang bersangkutan.
Hidup
Dirawat
= KUHP
pasal 90 (III)
Selesai
perawatan
Mati (IV)
3 kualifikasi luka:
Luka yg tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
melakukan pekerjaan atau jabatan
Luka yg mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
melakukan pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu
Luka yg dimaksudkan dalam KUHP ps 90:
Penyakit atau luka yg tak dapat diharapkan akan sembuh
dengan sempurna atau yg dapat mendatangkan bahaya
maut
Senantiasa tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan atau
pekerjaan pencaharian
Tidak dapat lagi memakai salah satu panca indra
Mendapat cacat besar
Lumpuh (kelumpuhan)
Akal (tenaga paham) tidak sempurna lebih lama dari empat
minggu
Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan
SEBAB KEMATIAN :
Kerusakan organ vital
Perdarahan
Shock
Thrombosis
Emboli
Infeksi / sepsis
BENDA TUMPUL :
Tidak bermata tajam
Konsistensi keras /
kenyal
Permukaan halus / kasar
CARA KEMATIAN :
Tersering kecelakaan
Pembunuhan
Jarang bunuh diri
MENURUT
JARINGAN/ORGAN YANG
TERKENA
1. KULIT :
L. Lecet
L. Memar
L. Robek
2. KEPALA :
Tengkorak
Jaringan Otak
3. LEHER dan TULANG
BELAKANG
4. DADA
Tulang
Organ dalam dada
5. PERUT
Organ Parenchym
Organ berongga
6. ANGGOTA GERAK
KEKERASAN BENDA
TUMPUL PADA KULIT
DAN JARINGAN BAWAH
KULIT
1. Luka Lecet (Abrasion)
2. Luka Memar
(Contusion)
3. Luka Robek, Retak,
Koyak (Laceration)
Postmortem
Warna
Coklat kemerahan
Kekuningan
Kulit
Terdapat sisa-sisa
epitel
Tanda
intravital
(+)
(-)
Lokasi
Sembarang tempat
Lokasi
Pembengkak
an
Luka memar
Lebam mayat
Di sembarang
tempat
(+)
(-)
Tanda
Intravital
Penekanan
Tidak hilang
hilang
LUKA robek
3. OTAK :
Contusio Cerebri
Laceratio Cerebri
Oedema Cerebri
Commotio Cerebri
4. SELAPUT OTAK
Epidural Haemorrhage
Sub dural Haemorrhage
Sub arachnoid
Haemorrhage
1.
2.
Kekerasan Benda
Tumpul Pada VERTEBRA
Dapat berakibat :
Fraktura, dislokasi os
vertebrae
Dapat karena :
Trauma langsung
Tidak langsung karena
tarikan / tekukan
Kekerasan benda Tumpul
Pada ANGGOTA GERAK
Patah tulang, dislokasi sendi
Robek otot, P.darah,
kerusakan saraf
Patah tulang
Terjadi pada kekerasan tumpul yang cukup kua
Patah tulang jenis impresi: akibat kekekrasan benda
tumpul pada tulang dan daerah persinggungan yang
kecil
A) cedera kepala
Lesi otak selain ditemukan didaerah benturan (coup),
juga ditemukan pada sisis lain dari titik benturan
(contre coup), dan diantara keduanya (intermediate
coup)
Mengakibatkan perdarahan:
Perdarahan epidural: sering pada kekerasan tumpul
daerah pelipis dan belakang kepala
Perdarahan subdural: akibat robeknya sinus, vena
jembatan, a.Basilaris atau berasal dari perdarahan
subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid: biasanya berasal dari
Sebab Kematian
Luka Akibat Benda
Tajam :
1. Perdarahan, Kerusakan
organ vital, Emboli
udara, Aspirasi darah
2. Sepsis / infeksi
3 Macam Luka Akibat
Benda Tajam:
Luka Iris (Incisied
Wound)
Luka Tusuk (Stab
Wound)
Luka Bacok (Chop
Wound)
Lancip
Tak lancip
Jembatan Jaingan
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Rambut
Terpotong
Tidak terpotong
Lokalisasi
Dimana - mana
1.
2.
Tumpul
Tajam
Bentuk luka
Tidak teratur
Teratur
Tepi luka
Tidak rata
Rata
Jembatan
jaringan
Rambut
Ada
Tidak ada
Tidak ikut
terpotong
Tidak teratur
Ikut terpotong
Dasar luka
Sekitar luka
Luka lecet/
memar
Berupa garis /
titik
Tidak ada luka
lain
Jenis LTM
Pembentuk
Bentuk
LTM jarak
sangat dekat
Komponen anak
peluru, butir mesiu,
jelaga, dan panas/api
LTM tempel
Seluruh komponen
tersebut (yang akan
masuk seluruhnya
atau sebagian ke
Kelim
Kelim lecet : bagian yang kehilangan kulit ari yang
mengelilingi lubang akibat anak peluru yang
menembus kulit
Kelim kesat : usapan zat yang melekat pada anak
peluru (pelumas, jelaga, dan elemen mesiu) pada tepi
lubang
Kelim tatoo : butir-butir mesiu yang tidak habis
terbakar yang tertanam pada kulit di sekitar kelim lecet
Kelim jelaga : penampilan jelaga/asap pada
permukaan kulit di sekitar lubang luka tidak masuk
Kelim api : daerah hiperemi / jaringan yang terbakar
yang terletak tepat di tepi lubang luka
Pemeriksaan Radiologis
Sinar X :
Mencari anak peluru dan partikel logam
dalam tubuh korban
Menentukan apakah korban merupakan
korban penembakan senjata api yang
tidak beralur dan pada kasus khusus,
yaitu dimana jumlah anak peluru >
jumlah luka tembak, pada penembakkan
dengan senjata api yang beralur
(tandem bullet injury)
Internal Ricochet
Terjadi bila kekuatan anak peluru tidak cukup
untuk menembus jaringan tubuh
Misalnya saat anak peluru mengenai kepala
Dapat terjadi variasi dari perjalanan anak
peluru yang perlu diketahui :
Single ricochet
Double ricochet
Inner tangantial at contralateral side
Inner tangantial at contralateral side and ricochet
Inner tangential at entrance side
Memberikan informasi :
Arah tembakan
Sikap dari korban pada saat penembakan
Jumlah peluru yang masih terdapat di tubuh korban
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
terjadinya perbedaan besarnya luka tembak
luar :
Velocity (kecepatan)
Luas permukaan anak peluru pada tempat keluar
Yawing dan tumbling of the bullet (pergerakan anak
peluru yang tidak beraturan dalam tubuh dan
pergerakan berputar menurut poros penunjang
Ada tidaknya fragmen tulang yang ikut keluar
Ada tidaknya tulang dibawah kulit tempat luka
tembak keluar
Ada tidaknya benda yang menekan kulit pada
JENIS LTK
Jika anak peluru tidak terbentur pada tulang luka
menyerupai bintang, tanpa kelim lecet.
Jika tenaga/kekuatan anak peluru itu sudah hampir
habis luka berupa suatu celah, anak peluru
ditemukan di dekatnya.
Jika anak peluru membentur tulang bentuknya
berubah (peyot), lukanya akan sesuai dengan
bentuk ini serta posisinya sewaktu keluar dari
tubuh
Adakalanya tulangnya pecah dan pecahan tulang
ikut keluar lukanya menjadi besar karena
disebabkan oleh anak peluru ditambah dengan
pecahan tulang itu.
Mungkin juga anak peluru tertahan oleh tulang
yang keluar hanya pecahan tulang saja.
Tangan Si Penembak
Tangan si penembak selalu akan kecipratan mesiu (nitrat) dapat
dibuktikan dengan zat yang disebut diphenylamine jika
terdapat nitrat akan tampak warna biru.
Untuk memudahkan pemeriksaan biasanya dibuatkan paraffin
glove dari tangan si penembak.
Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap:
Tangan seorang tersangka
Tangan korban bunuh diri
Bunuh Diri dengan Senjata Api
Perlu diperhatikan letak senjata itu di tempat kejadian.
Kemungkinannya ialah:
Terlempar oleh daya tolak tembakan
Tetap digenggam oleh si korban terbentuk cadaveric spasm
Tembakan Melalui Tulang Gepeng (tulang tengkorak, tulang
dada, tulang iga, dan tulang panggul) mempunyai bentuk yang
khas yaitu berbentuk corong yang melebar sesuai dengan
arah tembakannya.
Jadi pada lubang tembak masuk bagian luar lebih kecil dari
bagian dalam, sedangkan pada luka tembak keluar bagian luar
Derajat luka
bakar
1/ superficial
2/ dermis
Dangk
al
Mengenai
Lapisan
epidermis
3
Dalam
Lap.
Atas
dermis
Seluruh
lap.
Dermis
Seluruh lapisan
kulit
Tanda
Warna kulit
Nyeri
Bulla
Hiperemik (eritem)
Pucat/ coklat
Eskar
Penyembuhan
KLASIFIKASI
5-7 hari
10-14
> 1bulan
Ringan Sedang hari
Berat
Derajat
Anak
Jaringan2parut
Derajat 2-Dewasa
< 10 %
Lama
20 % / > (merah)
<15 %
10-20
%
15-25 %
Derajat 3
<2%
< 10 %
10 % / > (biru)
Lain - lain
(hijau)
(merah)
25 % / > (merah)
100.000
Lembab
1000
Lembab,tipis
100
Arus listrik yang melewati tubuh, melewati jalur yang terpendek, tapi tidak
selalu melewati jalur organ yang terkecil resistensinya.
Arus dapat melewati jalur yang berbeda-beda pada tubuh, tergantung dari
tempat masuk atau keluarnya listrik. Contohnya jalur dari tangan ke kaki,
tangan ke tangan melewati dada, kepala ke kaki atau dada ke tangan. Jika arus
melewati jantung atau otak, hasil yang didapatkan akan lebih parah
dibandingkan bila arus hanya melewati kaki menuju ke tanah.
Perbedaan jumlah arus yang melewati tubuh dapat menyebabkan perbedaan
efek pada tubuh. Efek-efek yang paling mungkin terjadi dalam 1 detik kontak
dengan listrik pada jumlah arus yang berbeda.
Jika arus yang sangat tinggi (2 Amps atau lebih) menyebabkan ventrikel arrest,
jantung akan kembali berdetak setelah arus kontak terhenti, tidak ditemukan
trauma elektro thermal yang reversible.
Tremor otot
15
Kontraksi otot
40
Hilang kesadaran
75-100
Fibrilasi ventrikel
2000(2 Amps)
Jenis luka
Aspek medikolegikal
Tajam
Iris, sayat
Pembunuhan, Bunuh
Diri
Tusuk
Pembunuhan, Bunuh
Diri
Bacok
Pembunuhan
Lecet
Kecelakaan,
Pembunuhan, Bunuh
Diri
Memar
Kecelakaan,
Pembunuhan
Robek
Kecelakaan,
Pembunuhan
tembak
Pembunuhan, Bunuh
Diri, Kecelakaan
Tumpul
Senjata api
Jenis luka
Aspek medikolegikal
Listrik
Electric mark
Kecelakaan,
Pembunuhan
Joule burn
Kecelakaan,
Pembunuhan
Exogenous burn
Kecelakaan
Surface burns
Kecelakaan
Linear burns
Kecelakaan
Arborescence filigree
burn
Kecelakaan
Kecelakaan, Bunuh
Diri, Pembunuhan
Kecelakaan,
Pembunuhan
Frostbite
Kecelakaan
petir
Suhu tinggi
Suhu rendah
Jenis luka
Aspek medikolegikal
Asam organik
Asam karbol
(Phenol)
Bunuh Diri,
Kecelakaan
Asam oksalat
Abu a bu kehitaman
Bunuh Diri,
Kecelakaan
Asam anorganik
Asam sulfat/ klorida Abu abu hitam
Bunuh Diri,
Kecelakaan,
Pembunuhan
Asam nitrat
Coklat
Bunuh Diri,
Kecelakaan
Kaustik alkali
Bunuh Diri,
Kecelakaan,
Pembunuhan
PROSEDUR VISUM ET
REPERTUM PADA KORBAN
HIDUP
77
79
80
Jenis Perlukaan
Dalam penulisan kesimpulan, dibuat
ringkasan mengenai perlukaan
tersebut misalnya : memar dan lecet
pada wajah, luka terbuka pada
lengan, luka tembak masuk pada
tungkai, dan sebagainya.
81
Jenis Kekerasan
Kekerasan tumpul
Memar
Lecet
Luka robek
Kekerasan tajam
Iris
Bacok
Tusuk
Luka bakar
82
Derajat Luka
Derajat 1
... penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian ...
Hukuman bagi pelakunya menurut
KUHP Pasal 352 ayat 1.
83
Derajat 2
... luka-luka tersebut telah
menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian
untuk sementara waktu ...
Hukuman bagi pelakunya menurut
KUHP pasal 351 ayat 1
84
Derajat 3
Luka berat menurut KUHP pasal 90 :
jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi
harapan akan sembuh sama sekali, atau yang
menimbulkan bahaya maut;
tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas
jabatan atau pekerjaan pencarian;
kehilangan salah satu pancaindera;
mendapat cacat berat;
menderita sakit lumpuh;
terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
85
Contoh Kesimpulan
Derajat 1
Pada korban perempuan berusia tigapuluh lima tahun ini
ditemukan luka lecet pada dahi akibat kekerasan tumpul yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian.
Derajat 2
Pada korban laki-laki berusia tigapuluh tujuh tahun ini ditemukan
luka terbuka pada dahi akibat kekerasan tumpul yang telah
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian untuk sementara waktu.
Derajat 3
Pada korban perempuan berusia duapuluh lima tahun ini
ditemukan memar pada perut serta perdarahan dai kemaluan
akibat kekerasan tumpul yang telah mengakibatkan gugurnya
kandungan korban.
86
UU TENTANG
PENGANIAYAAN
87
BAB XX
PENGANIAYAAN
Pasal 351
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling
lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribulimaratus rupiah,
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling
lamalimatahun.
3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak
kesehatan.
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
88
Pasal 352
1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka
penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan,
dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang
yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang
bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak
dipidana.
89
Pasal 353
1. Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatka luka-luka berat, yang bersalah
dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
3. Jika perbuatan itu mengkibatkan kematian yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun
Pasal 354
4. Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena
melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling
lama delapan tahun.
5. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun.
90
Pasal 355
1. Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih
dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lamslimabelas tahun.
Pasal 356
. Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354 dan 355 dapat
ditambah dengan sepertiga:
1.
2.
3.
Bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah,
istrinya atau anaknya;
Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejsbat ketika atau karena
menjalankan tugasnya yang sah;
Jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang herbahaya
bagi nyawa atau kesehatan untuk dimakan atau diminum.
91
Pasal 358
Mereka yang sengaja turut serta dalam
penyerangan atau perkelahian di mana terlibat
beberapa orang, selain tanggung jawab masingmasing terhadap apa yang khusus dilakukan
olehnya, diancam:
1. Dengan pidana penjara paling lama dua
tahun delapan bulan, jika akibat penyerangan
atau perkelahian itu ada yang luka-luka
berat;
2. Dengan pidana penjara paling lama empat
tahun, jika akibatnya ada yang mati.
92
BAB XXI
MENYEBABKAN MATI ATAU LUKA-LUKA KARENA
KEALPAAN
Pasal 359
Barangsiapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan
orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
Pasal 360
Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan
orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara
paling lamalimatahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebahkan
orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timhul penyakit atau
halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama
waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau
pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
93
Pasal 361
Jika kejahatan yang diterangkan dalam
bab ini dilakukan dalam menjalankan
suatu jabatan atau pencarian, maka
pidana ditambah dengan sepertiga dan
yang bersalah dapat dicahut haknya
untuk menjalankan pencarian dalam
mana dilakukan kejahatan dan hakim
dapat memerintahkan supaya putusannya
diumumkan.
94
95
Pasal 5
Setiap orang dilarang melakukan
kekerasan dalam rumah tangga
terhadap orang dalam lingkup rumah
tangganya, dengan cara :
a.
b.
c.
d.
kekerasan fisik;
kekerasan psikis;
kekerasan seksual; atau
penelantaran rumah tangga.
96
Pasal 6
Kekerasan fisik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf a
adalah perbuatan yang
mengakibatkan rasa sakit, jatuh
sakit, atau luka berat.
97
Pasal 44
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan
fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas
juta rupiah).
2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit
atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling
banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
98
Pasal 50
Selain pidana sebagaimana dimaksud
dalam Bab ini hakim dapat
menjatuhkanpidana tambahan berupa :
a. pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan
untuk menjauhkan pelaku dari korban dalam
jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan
hak-hak tertentu dari pelaku;
b. penetapan pelaku mengikuti program
konseling di bawah pengawasan lembaga
tertentu.
100
Pasal 51
Tindak pidana kekerasan fisik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
44 ayat (4) merupakan delik aduan
101
Ancaman Hukuman
Derajat
penganiayaan
Pasal KUHP
pidana
Ancaman
hukuman
Ringan
352 ayat 1
3 bulan
Sedang
351 ayat 1
2 tahun 8 bulan
Berat
351 ayat 2
5 tahun
Kematian
351 ayat 3
7 tahun
Ada
3
pembagian
(kecederaan), yaitu :
Mekanik
Kimia
4 penyebab mekanik
tjdnya trauma:
1. Kekerasan benda
tumpul
(blunt
force
injury).
2. Kekerasan benda
tajam.
3. Senjata api.
4. Bahan peledak /
bom.
jenis luka akibat
kekerasan benda
tumpul yaitu:
1. Luka lecet
(abrasion) : tekan,
geser & regang
2. Luka memar
(contussion)
2
penyebab
kimia
tjdnya
trauma :
1. Asam kuat
2. Basa kuat
jenis
luka
akibat
kekerasan
benda
tajam,yaitu :
1. Luka iris / luka sayat
(incissed wound)
2. Luka tusuk (stab
wound)
3. Luka bacok (chop
traumatologi
Fisik
Ada 3 penyebab fisik
tjdnya trauma :
1.
Suhu
(thermal
burn)
2. Listrik (electrical
burn)
3.
Petir
(lightning/eliksem)
jenis suhu yang
menyebabkan
trauma
(kecederaan),
yaitu :
1. Trauma dingin
(cold trauma)
2. Trauma panas
(heat
trauma)
:
scald / moist heat &
Luka Robek
Luka Iris
Rambut
Utuh
Terpotong
Jembatan
jaringan
Sudut/tepi luka
Tumpul
Tajam
MEMAR
Adalah suatu perdarahan dalam jaringan mawah
kulit/ kutis akibat pecahnya kapiler & vena, yg
disebabkan o/ kekerasan benda tumpul.
Akibat gravitasi, lokasi hematom mungkin terletak
jauh dari letak benturan, misalnya kekerasan benda
tumpul pd dahi menimbulkan hematom palpebra.
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan
melalui perubahan warna:
Saat timbul: merah ungu/ hitam
4-5 hari kemudian: hijau
7-10 hari: kuning
14-15 hari: menghilang.
LEBAM MAYAT
Kejadian intravital
Terdapat pembengkakan
Pembengkakan (-)
Terkena
Luka
Ada
tangkis
Luka
Tidak ada
percobaan
Cedera
Mungkin
*dengan
perkelahianada
sekunder
Tidak
terkena
Tidak ada
Kecelakaan
Terpapar
Tunggal/
banyak
Terkena
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Mungkin
ada
LTK :
LTK >LTM = deformitas anak peluru , bergoyangnya anak peluru dan
terikutnya jaringan tulang yg pecah keluar dari LTK.
LTK<LTM= luka tembak tempel/ kontak atau pada anak peluru yg
kehabisan tenaga pada saat akan keliar meninggalkan tubuh
membentuk
reaksi
penyambungan
intra
sel
sehingga
menimbulkan luka basah , licin, dan
kerusakan akan terus berlanjut sampai
dalam.
Bentuk luka : sesuai dengan mengalirnya
bahan cair tersebut.
PENYIDIKAN PD KASUS
PENEMBAKAN
Memperoleh kejelasan permasalahan :
Apakah luka yg diperiksa memang benar luka
tembak
Apakah luka tembak tsb luka tembak msk atau
keluar
Termsk jns apa senjata yg menyebabkan luka
Pd jrk brp penembakan dilakukan
Dr arah mana penembakan dilakukan
Bagaimana posisi korban & posisi penembak
Apakah penembakan tsb yg menyebabkan kematian
Brp x korban terkena tembakan
KONTAK
1. Keras,
dangkal
disekitar
tulang
2. Keras, tdk
dangkal
disekitar
tulang
3. longgar
SENAPAN
PISTOL
Penampakkan
eksplosif Jelaga
pada tepi luka dan
dalam di dalam
jaringan, di atas
tulang
Gambaran moncong
senjata
Defek sirkular
Jelaga pada jaringan
yang lebih dalam
Korona (ditambah
dengan 2)
Penampakkan
eksplosif
Jelaga pada tepi
luka dan dalam di
dalam jaringan, di
atas tulang
Gambaran moncong
senjata
Defek sirkular
Jelaga pada jaringan
yang lebih dalam
Sama dengan 2
JARAK
DEKAT
Jelaga (gas
mesiu)
Bubuk mesiu
bebas
JARAK
SEDANG
Kelim tato
(bubuk mesiu)
JARAK JAUH
Luka saja
Tujuan Pemeriksaan
Memastikan keselamatan dan
kesehatan tersangka
Membantu penyidik dalam
penyidikan suatu kasus, dalam
pemeriksaan terhadap tersangka
atau pun korban
INFORMED CONSENT
Informasi:
Tujuan pemeriksaan
Prosedur yang dijalankan
Penyidikan yang harus dilakukan (jika
ada)
CONSENT :
Diberikan langsung oleh korban atau
oleh keluarga apabila korban tidak/
belum mampu memberikan.
PERSIAPAN
Fasilitas
Ruang yang nyaman
Penerangan cukup
Fasilitas cuci tangan dan toilet
Alat pemeriksaan medis, obat-obatan,
kamera, dll
Petugas Kepolisian diminta menunggu di
luar
Pendamping diperlukan apabila korban
berlawanan jenis dengan pemeriksa
Pemeriksaan
Anamnesis
Riwayat kejadian
WHAT, WHEN, WHERE, HOW, WHO
Luka-luka / cedera
Penyebab luka
Pengobatan yang telah diterima
Riwayat penyakit / cedera terdahulu
Pakaian
Pemeriksaan terhadap adanya
noda, bercak, kotoran, debu
Pemeriksaan terhadap adanya
robekan
Pengumpulan barang bukti
Pakaian dilepaskan untuk
memeriksa tubuh secara
keseluruhan
Dokumentasi
Dekskripsi tertulis
Foto
Pemeriksaan Fisik
Menyeluruh (ujung rambut-ujung
kaki)
Pemeriksaan Umum:
Kesadaran, nadi, tekanan darah, nutrisi,
berat, tinggi, dll
Jantung, paru, abdomen, dll
Pemeriksaan Khusus:
Luka-luka
Neurologis, Radiologis, Lab, dll
Dokumentasi
Deskripsi harus akurat dan
menggunakan istilah yang tepat
Gunakan bahasa yang dapat
dimengerti Gunakan diagram tubuh
untuk menggambarkan letak luka
Foto bila perlu
Analisa pola luka
Pemeriksaan Laboratorium
Pengambilan sampel
Luka
Jenis luka
Posisi
Ukuran
Gambaran
Orientasi
Kemungkinan penyebab
Lain-lain: nyeri, kekakuan
Jenis Luka
Abrasi: Lecet, jejas jerat
Memar: Petekie, purpura, ekimosis,
hematom
Posisi
Bagian tubuh
Regio
Regio yang tepat terkena
Sisi kanan atau kiri
Koordinat
Jarak dari garis tengah
Jarak dari titik tertentu tubuh
Ukuran
Harus diukur
Panjang (satu dimensi)
Panjang kali lebar (dua dimensi)
Kedalaman
Mekanisme perlukaan
Dapat dilihat pada luka lecet
Kedalaman tertentu, bentuk sudut
atau gambaran pada kulit, dapat
menunjukkan arah benda penyebab
saat mengenai jaringan (gunakan
lup)
Mekanis:
Tajam, tumpul, luka tembak
Fisik:
Suhu, listrik, akselerasi, tekananm
radiasi, sonar
Kimia:
Asam dan Basa
Luka Lecet
Kekerasan:
Mengenai permukaan tubuh
Dapat menunjukkan arah
Pola Luka:
Dapat menunjukkan benda penyebab
Memar / kontusio
Terlihat:
Perubahan warna dan pembengkakan
Perkiraan waktu
Perubahan warna dapat dilihat dengan
mata telanjang
Bentuk:
Dapat menyerupai benda penyebab
Letak:
Dapat menunjukkan aksi-reaksi korban
dan pelaku
Memar dalam
Tidak terlihat:
Sering terlewat dalam pemeriksaan
Laserasi
bentuk:
Dapat menunjukkan kemungkinan
benda penyebab
Efek patofisiologis:
Dapat merupakan penyebab perdarahan
fatal
Infeksi
Laserasi VS Insisi
Tepi laserasi tidak rata dan kasar
Dapat ditemukan jembatan jaringan
Dapat terlihat abrasi disekitar
laserasi
Luka Tusuk
Bentuk luka dapat
menggambarkan jenis senjata
Satu sudut tumpul atau robek, satu
sudut tajam: pisau bermata satu
Kedua sudut tajam: dapat disebabkan
pisau bermata dua atau mata satu
Patah tulang
Bentuk:
Gambaran benda penyebab
Luka Tembak
Tempel:
jelaga di jaringan / bagian dalam luka
Jarak dekat:
Kelim tatto
Jarak jauh:
Lubang, kelim lecet
OTOPSI
(BEDAH MAYAT/ PEMERIKSAAN POSTMORTEM)
Jenis
Tujuan
Mbuat identifikasi positif tubuh dan menilai
ukuran, fisik, & gizi (nourishment)
Mntentukan : penyebab kematian atau,
apakah bayi hidup & cara kematian dan
waktu kematian (jika dibutuhkan &
dimungkinkan)
Mplihatkan abnormalitas, penyakit,
malformasi eksternal & internal
Mdeteksi, menggambarkan & mghitung
(measure) kerusakan eksternal & internal
Manfaat Autopsi
Bagi keluarga
Bagi institusi
Bagi masyarakat
Klinis
penyelenggara
pelayanan kesehatan
1. Diperolehnya
informasi
mengenai adanya
kemungkinan
kelainan genetik
atau kelainan yg
sifatnya
diturunkan pad
generasi
berikutnya dalam
keluarga
2. Mengkonfirmasi
penyebab
kematian, dan
memantau adanya
kemungkinan
kelainan medik
dalam pelayanan
1. Mengkonfirmasi
1. Mengevaluasi
diagnosis klinis yg
teknologi
dibuat selama
pemeriksaan
pengobatan dan
kedokteran yg
perawatan
terbaru
2. Mengetahui asal dan
2. Menilai efektivitas
perjalanan penyakit yg
metode pengobatan
diderita pasien
yg diberikan pada
3. Mendidik dokter
pasien
hingga perawat
3. Menyelidiki adanya
hingga pada gilirannya
penyakit terkait
meningkatkan kualitas
kondisi lingkungan
pelayanan
kerja atau
4. Merancang obat dan
lingkungan tinggal
pengobatan yg efektif
5. Mengidentifikasi
berbagai akibat dari
pengobatan
Teknik
Teknik
Teknik
Teknik
Virchow
Rokitansky
Letulle
Ghon
191
SISTEMATIKA PEMERIKSAAN
LUAR
1. Memeriksa label mayat (dari pihak kepolisian) yang
biasanya diikatkan pada jempol kaki mayat. Gunting
pada tali pengikat, simpan pada berkas pemeriksaan.
Catat warna, bahan, dan isi label selengkap mungkin.
Label RS untuk identifikasi di kamar jenazah harus tetap
ada pada tubuh mayat
SISTEMATIKA PEMERIKSAAN
LUAR
4. Mencatat pakaian mayat dengan teliti, mulai dari yang
dikenakan teratas sampai terbawah, terluar sampai terdalam.
Bahan
Warna dasar
Warna dan corak tekstil
Bentuk/model pakaian
Ukuran
Merk penjahit
Cap binatu
Monogram/inisial
Tambalan/tisikan bila ada
Letak & ukuran pakaian bila ada tidaknya
bercak/pengotoran/robekan
Saku & isinya
193
Jenis
Bahan
Warna
Merk
Bentuk
Ukiran nama/inisial
SISTEMATIKA PEMERIKSAAN
LUAR
8. Mencatat identitas mayat
Jenis kelamin
Bangsa/ras
Perkiraan umur
Warna kulit
Status gizi
TB
BB
Di sirkumsisi/tidak
Striae albicantes pada dinding perut
Tatoo/rajah
Jaringan parut
Kapalan
Kelainan kulit
Anomali
Cacat tubuh
196
SISTEMATIKA PEMERIKSAAN
LUAR
10.Memeriksa rambut
Distribusi
Warna
Keadaan tumbuh
Sifat
11.Memeriksa mata
Kelopak terbuka/tertutup
Tanda kekerasan/kelainan
Selaput lendir kelopak mata
Bola mata
Warna
Pembuluh darah melebar
Bintik/bercak perdarahan
Kejernihan kornea
Keadaan & warna iris
Lensa
Ukuran pupil ki-ka
197
SISTEMATIKA PEMERIKSAAN
LUAR
12.Mencatat bentuk & kelainan/anomali daun telinga &
hidung
13.Memeriksa bibir, lidah, rongga mulut, gigi geligi
SISTEMATIKA PEMERIKSAAN
LUAR
15.Perhatikan kemungkinan terdapatnya:
Tanda perbendungan
Ikterus
Sianosis
Edema
Bekas pengobatan
Bercak lumpur
Pengotoran lain pd tubuh
199
SISTEMATIKA PEMERIKSAAN
LUAR
16. Catat lengkap bila terdapat tanda2 kekerasan/luka:
Letak luka: regio anatomis, koordinat thd
garis/titik anatomis terdekat
Jenis luka: lecet, memar, atau terbuka
Arah luka: melintang, membujur, atau miring
Tepi luka: Rata / tidak beraturan
Sudut luka: Runcing, membalut, bentuk lain
Dasar luka: Jaringan bawah kulit, otot, tulang, atau
rongga badan
Sekitar luka: Pengotoran, luka/tanda kekerasan
lain di sekitarnya
200
SISTEMATIKA PEMERIKSAAN
LUAR
TEKNIK OTOPSI
Pemeriksaan luar
Pemeriksaan dalam :
Insisi bentuk I
Insisi bentuk Y
Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan khusus
Insisi bentuk Y
Pada jenazah laki-laki : Insisi dimulai dari Acromion
Ka-Ki Proc. Xiphoideus
Pada jenazah perempuan : Insisi dimulai dari
Acromion Ka Ki lurus kebawah melingkari
mamma Proc. Xiphoideus 2 cm paramedian
Ki Symphysis
Insisi di bawah Proc. Xiphoidesus diperdalam
sampai menembus perintoneum diteruskan
sampai Symphysis
Selanjutnya melepaskan kulit dari tulang dada
dengan cara menarik kulit dengan keras ke
samping memotong otot-otot dengan pisau. Otot
perut dilepas dari Arcus costa.
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan pneumo thorax
Pemeriksaan emboli udara
Percobaan getah paru-paru (longsap
proof)
Percobaan apung paru-paru (docimasia
pulmonum hydrostatica = longdrijfproef)
Emboli lemak
Absis
- garis mendatar melalui umbilicus
- melalui kedua areola mamae
- melalui kedua ujung os clavicula
Ordinat
- garis tengah melalui sternum
- garis tengah melalui vertebrae
Tes Pneumothorax
Kulit dada dibuat kantong berisi air,
ditusuk dgn pisau di ICS
Spuit diisi air, kemudian ditusukkan+
bila ada gelembung udara
JANTUNG
Pericardium dibuka dgn insisi Y terbalik
Apex jantung diangkat untuk melihat
jumlah cairan
Memotong vena cava inferior, vena
pulmonalis, aorta, arteri pulmonalis dan
vena cava superior
Diukur , ditimbang, warna, konsistensi.
Membuka jantung menurut aliran darah.
Memeriksa arteri coronaria
Memeriksa adanya thrombus.
Tractus Respiratorius
Trachea, bronchus dan paru dikeluarkan
satu unit
Trachea dan bronchus dibuka dgn gunting
pada
bagian
belakang
(
yg
tdk
mengandung tulang rawan )
Cabang bronchus digunting sejauh2nya ke
dalam paru
Pisahkan trachea dgn paru dgn memotong
bronchus di hilus
Paru kanan dan kiri di periksa ( ukuran,
warna, konsistensi, berat, di insisi )
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
histopatologi
mikrobiologi
virologi
imunologi
toksikologi
trace evidence
UU No.36
Bagian Kedelapan Belas
Bedah Mayat
Pasal 119
(1) Untuk kepentingan penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan
dapat dilakukan bedah mayat klinis di rumah sakit.
(2) Bedah mayat klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan
untuk menegakkan diagnosis dan/atau menyimpulkan penyebab kematian.
(3) Bedah mayat klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
atas persetujuan tertulis pasien semasa hidupnya atau persetujuan tertulis
keluarga terdekat pasien.
(4) Dalam hal pasien diduga meninggal akibat penyakit yang
membahayakan masyarakat dan bedah mayat klinis mutlak diperlukan
untuk menegakkan diagnosis dan/atau penyebab kematiannya, tidak
diperlukan persetujuan.
Pasal 120
(1) Untuk kepentingan pendidikan di bidang ilmu kedokteran dan
biomedik dapat dilakukan bedah mayat anatomis di rumah sakit
pendidikan atau di institusi pendidikan kedokteran.
(2) Bedah mayat anatomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat dilakukan terhadap mayat yang tidak dikenal atau mayat yang tidak
diurus oleh keluarganya, atas persetujuan tertulis orang tersebut semasa
hidupnya atau persetujuan tertulis keluarganya.
(3) Mayat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus telah diawetkan,
dipublikasikan untuk dicarikan keluarganya, dan disimpan sekurangkurangnya 1 (satu) bulan sejak kematiannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bedah mayat anatomis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Menteri.
Pasal 121
(1) Bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis hanya
dapat dilakukan oleh dokter sesuai dengan keahlian dan
kewenangannya.
(2) Dalam hal pada saat melakukan bedah mayat klinis dan
bedah mayat anatomis ditemukan adanya dugaan tindak
pidana, tenaga kesehatan wajib melaporkan kepada
penyidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 122
(1) Untuk kepentingan penegakan hukum dapat dilakukan
bedah mayat forensik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Bedah mayat forensik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh dokter ahli forensik, atau oleh
dokter lain apabila tidak ada dokter ahli forensik dan
perujukan ke tempat yang ada dokter ahli forensiknya tidak
dimungkinkan.
(3) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab
atas tersedianya pelayanan bedah mayat forensik di
wilayahnya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan bedah
mayat forensik diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 123
(1) Pada tubuh yang telah terbukti mati batang otak dapat
dilakukan tindakan pemanfaatan organ sebagai donor
untuk kepentingan transplantasi organ.
(2) Tindakan pemanfaatan organ donor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan kematian
dan pemanfaatan organ donor sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 124
Tindakan bedah mayat oleh tenaga kesehatan harus
dilakukan sesuai dengan norma agama, norma kesusilaan,
dan etika profesi.
Pasal 125
Biaya pemeriksaan kesehatan terhadap korban tindak
pidana dan/atau pemeriksaan mayat untuk kepentingan
hokum ditanggung oleh pemerintah melalui APBN dan
APBD.
Perdata
Diatur dalam KUHperdata pasal 1365 :
Tiap perbuatan melanggar hukum yang
membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena kesalahannya
menyebabkan kerugian itu, mengganti kerugian
tersebut
Pasal 1366
Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk
kerugian yang disebabkan karena perbuatannya,
tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan
kelalaian atau kurang hati hatinya.
Pasal 36 :
(1) Pejabat yang karena kelalaiannya melaksanakan
tugas dan kewajibannya sebagaimana ditentukan
dalam undang-undang ini sehingga mengakibatkan
seseorang kehilangan hak untuk memperoleh atau
memperoleh kembali dan/atau kehilangan
Kewarganegaraan Republik Indonesia dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan karena kesengajaan,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun.
Pasal 37 :
(1) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan
palsu, termasuk keterangan di atas sumpah, membuat surat
atau dokumen palsu, memalsukan surat atau dokumen dengan
maksud untuk memakai atau menyuruh memakai keterangan
atau surat atau dokumen yang dipalsukan untuk memperoleh
Kewarganegaraan Republik Indonesia atau memperoleh
kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4
(empat) tahun dan denda paling sedikit Rp. 250.000.000,00
(dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
keterangan palsu, termasuk keterangan di atas sumpah,
membuat surat atau dokumen palsu, memalsukan surat atau
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling sedikit Rp.
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Pasal 38 :
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 dilakukan korporasi, pengenaan pidana
dijatuhkan kepada korporasi dan/atau pengurus yang
bertindak untuk dan atas nama korporasi.
(2) Korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipidana dengan pidana denda paling sedikit Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dan paling
banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan
dicabut izin usahanya.
(3) Pengurus korporasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
dan denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah) dan paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
UU RI No 23 Th 1992
Pasal 70
Ayat 1:
Dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan
dapat dilakukan bedah mayat untuk
penyelidikan sebab penyakit dan atau sebab kematian
serta pendidikan tenaga kesehatan.
Ayat 2:
Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan
norma yang berlaku dalam masyarakat.
Ayat 3:
Ketentuan mengenai bedah mayat sebagaimana
dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerinta
Penganiayaan
Penganiayaan
Penganiayaan (mishandeling) : dengan
sengaja merusak kesehatan.
Dokter hanya melihat luka
Penganiayaan ringan : penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencaharian
Dalam VeR : luka yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatanatau
pencaharian
(luka ringan /derajat I)
MORAL DUTY:
Pasal 7 Etik Kedokteran: hanya
memberikan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan
Aspek medikolegal
Pemeriksaan medis untuk
mengumpulkan barang- barang bukti
Visum et Repertum (VeR)
Sebelumnya dijelaskan proses, manfaat
dan risiko pemeriksaan tersebut bagi
korban sehubungan dengan perkara
pidananya serta dikaitkan dengan upaya
pengobatan bagi korban informed
consent
Penolakan: disertai alasannya atau bila
hal itu tidak mungkin dilakukan
rekam medis
Aspek psikososial
Visum et Repertum
Menurut Staatsblad tahun 1937
nomor 350 :
Visa Reperta (Visum et Repertum)
adalah laporan tertulis untuk
Yustisi yang dibuat oleh dokter
berdasarkan sumpah, tentang
segala hal yang dilihat dan
ditemukan pada benda yang
diperiksa menurut pengetahuan
yang sebaik-baiknya.
Visum et Repertum
KUHAP pasal 1 butir ke-28,
menyatakan : Keterangan ahli
adalah keterangan yang diberikan
oleh seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan
untuk membuat terang suatu
perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan.
Bagian Pemberitaan
Disebutkan KU korban sewaktu datang
Luka2 / cedera / penyakit yang ditemukan
pada pem. Fisik: letak, jenis, sifat luka, ukuran
luka
Pemeriksaan penunjang
Tindakan medis yg dilakukan
Riwayat perjalanan penyakit selama perawatan
Keadaan akhir saat perawatan selesai
Gejala yang dpt dibuktikan scr objektif dapat
dimasukkan dalam VeR
245
247
248
Hakim pidana
Hakim pidana biasanya tidak langsung minta
visum et repertum pada dokter, tetapi
memerintahkan kepada jaksa untuk melengkapi
berita acara pemeriksaan dengan visum et
repertum. Kemudian jaksa melimpahkan
permintaan hakim kepada penyidik.
Bagian-bagian Visum et
Repertum
1. PRO JUSTISIA
Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan
demikian visum et repertum tidak perlu bermaterai, sesuai
dengan pasal 136 KUHAP.
2. PENDAHULUAN
Bagian ini memuat antara lain :
Identitas pemohon visum et repertum
Identitas dokter yang memeriksa / membuat visum et
repertum
Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit
X Surabaya)
Tanggal dan jam dilakukannya pemeriksaan
Identitas korban
Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka,
dimana korban dirawat, waktu korban meninggal
3.
PEMBERITAAN
Syarat-syarat :
4. KESIMPULAN
Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter
yang memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan
sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
Seseorang melakukan pengamatan dengan
kelima panca indera (pengelihatan,
pendengaran, perasa, penciuman dan
perabaan).
Sifatnya subjektif.
5. PENUTUP
Memuat kata Demikianlah visum et repertum
ini dibuat dengan mengingat sumpah pada
waktu menerima jabatan.
Diakhiri dengan tanda tangan, nama
lengkap/NIP dokter.
Lama Penyimpanan
Visum et Repertum
10 tahun
MENGACU PADA PERMENKES NO. 749A
TAHUN 1989 TENTANG REKAM MEDIS
30 tahun
MENGACU PADA SISTEM ARSIP
NASIONAL
Pemeriksaan penunjang
di bidang Ilmu Kedokteran Forensik
Pemeriksaan Toksikologi
Pemeriksaan Histopatologi.
Pemeriksaan Antropologi
Pemeriksaan/ teknik superimposisi
Pemeriksaan Laboratorium Forensik
Khusus
KORBAN
+
SURAT PERMINTAAN VISUM ET
REPERTUM
VISUM ET REPERTUM