Anda di halaman 1dari 36

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN KEDOKTERAN KELUARGA

ASMA BRONKIALE

Oleh

Ika Putri Yuliani


H1A 011 034
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
PUSKESMAS NARMADA
2016

Data Kasus Pasien


Pasien
Nama
Umur / Tgl. Lahir

Keterangan

Alamat

An. MI
Anak pertama
7 tahun 7 bulan / 14
Februari 2009
Nyurlembang Daye

Jenis kelamin

Laki-laki

Agama

Islam.

Pendidikan

Kelas 2 SD

Pekerjaan

Belum bekerja.

Status perkawinan

Belum menikah.

Kedatangan yang ke

8 kali

Telah diobati sebelumnya

Ya

Alergi obat

Disangkal.

Pasien datang ke IGD Puskesmas


Narmada dimulai saat menginjak
usia 12 bulan dengan keluhan sesak
napas yang berbunyi ngik-ngik
Diagnosis
sebelumnya
asma
bronkiale

Identitas Keluarga
Anggota Keluarga

Keterangan

Nama

Tn. S.

Ayah An. MI

Umur

29 tahun

Alamat

Nyurlembang Daye

Jenis kelamin

Laki-laki

Agama

Islam

Pendidikan

Lulus SMA

Pekerjaan

Swasta

Status
perkawinan

Menikah

Identitas Keluarga
Anggota Keluarga

Keterangan

Nama

Ny. M

Ibu An. MI

Umur

28 tahun

Alamat

Nyurlembang Daye

Jenis kelamin

Perempuan

Agama

Islam

Pendidikan

Lulus SMA

Pekerjaan

Pembantu Rumah Tangga

Status
perkawinan

Menikah

Data Status Kesehatan


Anggota Keluarga

Usia

BB

TB

IMT

Keluhan

Tn. S

29 th

61 kg

170 cm

21,1
(Normal)

Mual, nyeri ulu hati.

120/70

Ny. M

28 th

53 kg

156 cm

21,8
(Normal)

Pilek

120/80

An. MI

7 th

18,1
Kg

120 cm

Normal

Sesak berbunyi.
Batuk
Pilek

TD

Data Pelayanan Pasien


ANAMNESIS

Keluhan Utama: Sesak nafas

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke IGD Puskesmas Narmada dikeluhkan mengalami sesak
sejak 1 hari yang lalu. Sesak disertai dengan bunyi ngik. Pasien juga
dikeluhkan batuk (+) berdahak sejak 3 hari yang lalu, dahak berwarna
putih. Pilek (+) dengan ingus berwarna bening, demam (-). Sebelumnya
pasien pernah mengalami keluhan sesak serupa dan dinyatakan menderita
asma. Sesak yang dialami pasien biasanya muncul bila ada debu dan
cuaca sedang dingin

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien mulai sering mengalami keluhan serupa sejak usia 12 bulan.
Menurut pengakuan Ibu pasien, sesak biasanya timbul terutama saat
cuaca dingin dan saat pasien terpapar debu. Sesak nafas pasien diakui
membaik setelah mendapat obat dengan uap di IGD Puskesmas Narmada,
dan obat-obatan yang diminum

Data Pelayanan Pasien


ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Keluarga:


Nenek pasien diakui memiliki keluhan sesak berbunyi seperti pasien dan
sering mendapatkan pengobatan di Puskesmas. Ibu pasien juga mengaku
sering mengalami keluhan serupa seperti pasien saat cuaca dingin atau
saat terpapar debu. Nenek dan ibu pasien juga sudah didiagnosis
menderita asma bronkiale.

Riwayat Pengobatan
Sejak usia 12 bulan pasien sering mengalami keluhan serupa dan
dikatakan tetap dibawa ke Puskesmas Narmada bila mengalami batukpilek, namun apabila sampai mengalami sesak nafas, pasien diakui
membaik setelah mendapat obat dengan uap di IGD Puskesmas Narmada

Riwayat Alergi:
Menurut pengakuan orang tuanya, pasien tidak memiliki alergi terhadap
makanan ataupun obat-obatan, akan tetapi sesaknya sering kambuh saat
saat cuaca dingin atau bila terpapar debu.

Data Pelayanan Pasien


ANAMNESIS

Riwayat Kehamilan dan Persalinan:


Ibu pasien hamil selama 9 bulan dan ini merupakan kehamilan yang ke-1.
Selama kehamilan, ibu pasien tidak mengalami perdarahan maupun
penyakit lainnya. ANC dilakukan sebanyak 5 kali di Posyandu dan Bidan.
Konsumsi obat-obatan dan jamu selama hamil disangkal. Pasien lahir
normal, langsung menangis, ditolong oleh Bidan di Praktek Bidan dengan
berat lahir 3000 gram dan panjang badan 51 cm. Riwayat biru (-), Riwayat
kuning (-).
Riwayat Nutrisi dan Imunisasi:
Sehari-hari pasien diakui makan 3 kali sehari dengan nasi dan lauk-pauk
yang dimasak oleh ibu pasien. Di sekolah, pasien juga sering membeli
jajanan yang dijual di kantin sekolah. Pasien sudah mendapatkan imunisasi
dasar lengkap.
Perkembangan dan Kepandaian:
Pasien sudah bisa membaca dan berhitung

Data Pelayanan Pasien


Pemeriksaan Fisik

Status Present ( 2 September 2016)

Keadaan umum
: Sedang
Kesadaran
: Compos
Nadi
: 90 X/menit,
Pernapasan
: 26 X/menit
Suhu
: 36.8C

mentis
kuat angkat,

irama teratur

Status Generalis

Kepala:
Ekspresi wajah: normal, Bentuk dan ukuran: bulat dan sedang, Rambut:
sebaran rambut merata, Edema (-), Malar rash (-), Parese N VII (-),
Hiperpigmentasi (-), Nyeri tekan kepala (-).
Mata:
Bentuk: normal, Alis: normal, Bola mata: exopthalmus (-/-), anopthalmus
(-/-), nystagmus (-/-), strabismus (-/-), Palpebra: edema (-/-), ptosis (-/-),
Konjungtiva : anemia (-/-), Sklera: ikterus (-/-), perdarahan (-), hiperemia
(-/-), pterigium (-/-), Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya (+/+), Lensa:
tampak jernih, katarak (-/-).

Data Pelayanan Pasien


Pemeriksaan Fisik

Hidung:
Bentuk: simetris, deviasi septum (-), Napas cuping hidung
(-), Perdarahan (-), sekret (+/+) bening.
Mulut:
Bentuk: simetris, Bibir: sianosis (-), edema (-), stomatitis (-),
Gigi: dbn, Gusi: hiperemia (-), edema (-), perdarahan (-),
Mukosa: normal, Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-) ,
Faring: hiperemia (-)

Leher:

Kaku kuduk (-), Scrofuloderma (-), Pembesaran KGB (-),


Trakea: di tengah, JVP: tidak meningkat, Pembesaran otot
sternocleidomastoideus (-), Otot bantu nafas SCM tidak
aktif , Pembesaran thyroid (-).

Data Pelayanan Pasien


THORAX
Pulmo:
Inspeksi: Bentuk: simetris, Ukuran: normal, barel chest (-), Pergerakan
dinding dada: simetris, retraksi subcostae ringan (+/+), Permukaan
kulit: papula (-), petekie (-), purpura (-), ekimosis (-), spider nevi (-), vena
kolateral (-), Iga dan sela antar iga: Pelebaran ICS (-), retraksi (-),
Penggunaan otot bantu napas: sternocleidomastoideus (-), otot
intercostalis interna dan eksterna (-), Fosa supraclavicula, infraclavicula
dan jugularis normal, Tipe pernapasan abdominothorakal, frekuensi
napas 26 X/menit.
Palpasi: Pergerakan dinding dada simetris, Fremitus raba sama D/S.
Perkusi: Sonor (+/+).
Auskultasi: Bronkovesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (+/+).
Cor :
Inspeksi: Iktus cordis tidak tampak
Palpasi: Iktus cordis teraba SIC VI linea axillaris anterior
Perkusi: batas kanan jantung SIC II linea parasternal dextra, batas kiri
jantung SIC V linea axillaris anterior.
Auskultasi: S1S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)

Data Pelayanan Pasien


Abdomen
Inspeksi: Bentuk: distensi (-), Umbilicus: masuk merata, Permukaan
Kulit: sikatrik (-), pucat (-), sianosis (-), vena kolateral (-), papula (-),
petekie (-), purpura (-).
Auskultasi: Bising usus (+) normal, Metallic sound (-), Bising aorta (-)
Palpasi: Turgor dan tonus: normal, Nyeri tekan (-), Hepar/Lien/Ren:
ttb
Perkusi: Timpani (+), Redup beralih (-)
Ekstremitas
Ekstremitas atas dan bawah
Akral hangat: (+/+), Deformitas: (-/-), Sendi: dalam batas normal,
Edema: (-/-), Sianosis: (-/-), Clubbing finger: (-/-),
Gangren: (-/-)
Genitalia: tidak dievaluasi

Kondisi Faktor Risiko : Lingkungan

Keluarga An. MI tinggal di Desa Nyurlembang Daye, Kecamatan Narmada, Kabupaten


Lombok Barat. Tempat tinggal tersebut merupakan tempat tinggal mereka sendiri
sejak 7 tahun yang lalu dengan ukuran bangunan 15 x 13 m dan menghadap ke arah
selatan. Bangunan rumah beratapkan genteng dan seng, beberapa ruangan memiliki
plafon dari triplek, ruangan rumah berlantai keramik. Rumah berdinding tembok batu
bata dan beton. Rumah ini terdiri atas 7 buah ruangan, terdiri dari ruang keluarga,
ruang tengah, 2 kamar tidur, dapur, MCK, serta teras. Pasien dan orang tuanya
masing-masing memiliki ruang tidur, dengan alas tidur berupa spring bed. Ruang
tidur pasien dan orang tuanya tidak memiliki ventilasi, sehingga agak pengap,
namun pencahayaan cukup memadai karena atap fiber sehingga cahaya dapat
masuk.

Ruang keluarga terisi oleh perabotan elektronik berupa televisi dan sound system.
Ruang tengah digunakan untuk menaruh lemari perabotan dan sepeda. Dapur rumah
pasien gelap dan minim ventilasi.Ventilasi di dapur hanya berupa 6 lubang kecil
berbentuk segitiga dengan tinggi masing-masing kurang lebih 20 cm. Di depan dapur
terdapat ruang cuci dan terdapat mesin cuci. Di sebelah ruang cuci terdapat kamar
mandi sekaligus jamban. Teras rumah terletak di depan ruang keluarga, digunakan
oleh ibu pasien untuk tempat menaruh kompor gas, karena menurut pengakuan ibu
pasien, di dapur minim sirkulasi sehingga bahaya menaruh kompor gas di dapur.

Sumber air untuk keperluan rumah tangga sehari-hari diperoleh dari air PAM. Rumah
keluarga pasien memiliki tidak memiliki halaman, dan bagian depan rumah pasien
langsung berbatasan dengan gang. Bagian belakang dan samping rumah langsung
berbatasan dengan rumah tetangga.

Denah Rumah

Kondisi Faktor Risiko : Sosial


Ekonomi

Penghasilan keluarga pasien berasal dari pengahasilan


ayah pasien yang sebagai cleaning service di bank swasta
dan ibu pasien yang bekerja sebagai pembantu rumah
tangga paruh waktu, sekaligus tukang cuci piring di warung
nasi dekat rumah. Penghasilan perbulan didapatkan sekitar
Rp. 2.700.000 per bulan.
Kebutuhan listrik per bulan sekitar Rp. 150.000 ;kebutuhan
makan per bulan sekitar Rp. 1500.000; kebutuhan bayar air
PAM per bulan sekitar Rp. 40.000. Penghasilan per bulan
orang tua pasien ini dirasakan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari keluarga.
Sisa penghasilan digunakan untuk membayar cicilan
sepeda motor, dan kebutuhan tersier seperti pulsa HP.
Penghasilan ayah pasien juga digunakan untuk membeli
rokok, maksimal 2 bungkus/minggu, sehingga pengeluaran
untuk rokok kurang lebih Rp. 120.000/bulan.

Kondisi Faktor Risiko :


Budaya
Keluarga pasien bersuku kebangsaan suku Sasak
dan masih memegang erat aturan adat istiadat.
Salah satunya aturan yang berlaku adalah bahwa
saat makan kepala keluarga harus didahulukan,
anggota keluarga yang lain tidak boleh makan
sebelum kepala keluarga makan. Ayah pasien
apabila makan, nasi dan lauk pauk harus
digabung dalam satu nampan besar dan harus
ada sambal.

Identifikasi Masalah
Kesehatan
02/09/2016
No
1

Anggota
Keluarga
Tn. S.

Ny. M.

Masalah Kesehatan

Mual, nyeri ulu


hati.
Perokok aktif.

Pilek
Sesak berbunyi

Kemungkinan Penyebab Masalah


Kesehatan
Kebiasaan tidak bisa makan tanpa
sambal

An. MI.

Sesak berbunyi.
Batuk Pilek

Genetik : diturunkan dari ibu


Kurangnya ventilasi di dalam
rumah.
Kurangnya ventilasi di dapur
Kondisi kamar yang berdebu
Terkena paparan asap rokok dari
suami.
Genetik yang diturunkan dari
nenek dan ibu
Kurangnya ventilasi di dalam
rumah.
Kondisi kamar yang berdebu

Keterangan
Masalah
kesehatan
diketahui saat
kunjungan
pertama kerumah
pasien.
Masalah
kesehatan
diketahui saat
kunjungan
pertama kerumah
pasien.
Masalah
kesehatan
diketahui saat
kunjungan
pertama kerumah

Tn. S: Dispepsia
Berdasarkan determinan kesehatan, masalah kesehatan yang ada
terutama disebabkan oleh aspek prilaku dan aspek lingkungan.

Ny. M: ISPA dan Asma Bronkiale


Berdasarkan determinan kesehatan, masalah kesehatan yang
muncul terutama disebabkan oleh aspek biologis yaitu faktor
genetik, aspek perilaku dan aspek lingkungan.
An. MI: Asma Bronkiale.
Berdasarkan determinan kesehatan, masalah kesehatan yang
muncul terutama disebabkan oleh aspek biologis yaitu faktor
genetik, aspek prilaku dan aspek lingkungan.

Rencana Upaya Intervensi


No
1

Anggota Masalah Kesehatan


Keluarga
Dispepsia.
Tn. S.

Rencana Upaya Intervensi

Ny. M.

ISPA
Asma bronkiale

An. MI.

Asma bronkiale.

Konseling tentang PHBS


Menyarankan pasien untuk mengurangi
konsumsi makanan yang pedas.
Penyuluhan mengenai bahaya merokok,
menyarankan untuk mengurangi kebiasaan
merokok.
Konseling tentang PHBS
Menyarankan pasien untuk berobat ke
Puskesmas untuk mengurangi keluhan.
Menyarankan pasien untuk menghindari
alergen pemicu timbulnya sesak
Menyarankan pasien untuk segera
memeriksakan diri ke Puskesmas ketika
muncul keluhan sesak.
Konseling tentang PHBS.
Menyarankan pasien untuk menghindari
alergen yang memicu timbulnya sesak.
Menyarankan pasien untuk segera
memeriksakan diri ke Puskesmas ketika
muncul keluhan sesak.

Ket

Upaya Kesehatan Keluarga

Upaya kesehatan yang telah dilakukan oleh keluarga An. MI.


bila terdapat anggota keluarga yang mengalami sakit
adalah mencari pengobatan ke Puskesmas Narmada yang
jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah pasien. Untuk
mencegah munculnya sesak nafas pada An. MI, biasanya
Ibu pasien langsung membawa pasien ke Puskesmas
Narmada untuk berobat saat pasien mengalami batukpilek. Ibu pasien tidak meminum obat atas keluhan pilek
yang dialaminya, namun apabila sudah sesak, ibu pasien
juga akan mencari pengobatan.
Sementara itu, Tn. S. tidak memeriksakan keluhan mual
dan nyeri ulu hatinya, dan hanya membeli obat maag yang
dijual bebas apabila keluhannya sangat mengganggu.

BIOLOGIS
Faktor genetik dari Nenek
dan Ibu pasien yang juga
telah didiagnosis
menderita asma
LINGKUNGAN
PERILAKU
Kurangnya kesadaran
menjaga kebersihan
rumah dan lingkungan

Banyaknya alergen
debu di dalam rumah

ASMA
BRONKIALE

Kebiasaan bermain di
tempat berdebu

Sering terpapar asap


rokok

Perubahan cuaca
Kebiasaan jajan
sembarangan, terutama
di kantin sekolah
Kurangnya ventilasi
di rumah
PELAYANAN KESEHATAN

Fungsi Keluarga
Lima fungsi dasar keluarga yang dikemukakan oleh Friedman (1998) yaitu:
Fungsi afektif
Dalam keluarga An. MI, hubungan individu dalam keluarga terjalin dengan
harmonis. Semisal An.MI. sakit, Ny.M. selaku anggota dalam keluarga akan
inisiatif mencari pengobatan. Tn.S. sebagai seorang kepala rumah tangga
membiayai dan mengantar An.MI. ke fasilitas kesehatan terdekat. Apabila
Tn. S sedang berhalangan karena pekerjaannya, Ny.M yang akan
mengantar An. MI ke faskes terdekat.

Fungsi sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga An.MI. bersosialiasi dengan baik
dengan tetangga di sekitar rumahnya. Tetangga yang tinggal dekat dengan
rumah pasien adalah orang-orang yang paling sering diajak berinteraksi
setiap harinya.

Fungsi Reproduksi
Sejak menikah 8 tahun yang lalu, Tn. S dan Ny.H dikaruniai 1 orang anak.

Fungsi Keluarga
Fungsi Ekonomi
Keluarga pasien termasuk keluarga dengan sosial ekonomi
menengah. Penghasilan keluarga pasien berasal dari
pengahasilan ayah pasien yang sebagai cleaning service di
bank dan ibu pasien yang bekerja sebagai pembantu rumah
tangga. Penghasilan perbulan didapatkan sekitar Rp.
2.700.000 per bulan. Penghasilan tersebut dikatakan cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya selama 1
bulan.
Fungsi perawatan kesehatan
Dalam mencegah penyakit, setiap individu dalam keluarga
An.MI. belum mampu secara maksimal dalam
melaksanakan pencegahan penyakit. Hal tersebut
tercermin dalam masih banyaknya perilaku dalam anggota
keluarga yang dapat memicu timbulnya penyakit.

APGAR Score
Kategori

Skor
1

Adaptation

2
X

Keterangan
Seluruh anggota keluarga dapat beradaptasi dengan
anggota keluarga lain, serta penerimaan, dukungan

Partnership

dan saran dari anggota keluarga lain


Seluruh anggota keluarga menjalin komunikasi yang
baik, saling mengisi antara anggota keluarga dalam

Growth

segala masalah yang dialami keluarga


Anggota keluarga jarang melakukan hal-hal baru

sehingga jarang memberi dukungan mengenai hal-hal


Affection
Resolve

X
X

baru
Hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
terjalin dengan baik
Anggota keluarga kadang-kadang puas mengenai
kebersamaan

dan

waktu

yang

dihabiskan

antar

anggota

Total Skor : 8

Fungsi Patologis : SCREEM score


SUMBER
Social

PATOLOGI
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara,
partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan cukup aktif.

Cultural

Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari
pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun lingkungan, banyak tradisi
budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan,
sunatan dll. Menggunakan bahasa sasak, tata krama dan kesopanan.

Religion

Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran agama juga baik, hal ini dilihat
dari keluarganya yang rutin menjalankan sholat 5 waktu dan mengaji di waktu
senggang.

Economic

Ekonomi keluarga tergolong cukup untuk kebutuhan primer dan kebutuhan


sekunder, namun tetap diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan
hidup.

Education
Medical

Pendidikan keluarga cukup baik.


Dalam mencari pelayanan kesehatan

keluarga

menggunakan

puskesmas dan telah memiliki Kartu Indonesia Sehat untuk berobat.

pelayanan

Sumber Daya yang Dimiliki


Tn.S . bekerja sebagai
cleaning service
sedangkan Ny. M. bekerja sebagai pembantu
rumah tangga.
Keluarga ini memakan nasi
sebagai sumber kalori setiap harinya, terkadang
juga dicampur dengan mie instan. Untuk sumber
protein dan lemak, tempe, tahu, telur menjadi
pilihan, sedangkan daging sapi sangat jarang
dibeli dan daging ayam diakui dibeli satu sampai
dua kali seminggu. Untuk vitamin dan mineral,
sayur tersedia setiap harinya, yang biasa
dikonsumnsi keluarga ini adalah kangkung, kelor ,
sawi dan bayam. Pakaian yang digunakan pun
sudah layak pakai.

Dari kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residential


Environment dari WHO (1974), antara lain:
Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin dan
fungsi sebagai tempat istirahat.
Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, masak, mandi,
mencuci, kakus, dan kamar mandi.
Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari
pencemaran.
Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya.
Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat
melindungi penghuninya dari gempa, keruntuhan dan
penyakit menular.
Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.
Dari kriteria yang ada, rumah Ny. M dan Tn.S sudah
memenuhi lima kriteria rumah sehat tersebut untuk
rumahnya sehingga rumah Ny.M dan Tn.S sudah layak huni.

Diagnostik Holistik
Aspek Personal
Pasien datang ke IGD Puskesmas Narmada dikeluhkan
mengalami sesak sejak 1 hari yang lalu. Sesak disertai
dengan bunyi ngik. Pasien juga dikeluhkan batuk (+)
berdahak sejak 3 hari yang lalu, dahak berwarna putih.
Pilek (+) dengan ingus berwarna bening, demam (-).
Sebelumnya pasien pernah mengalami keluhan sesak
serupa dinyatakan menderita asma. Sesak yang dialami
pasien biasanya muncul bila ada debu dan cuaca sedang
dingin. Setelah diberikan pengobatan di Puskesmas
Narmada, keluhan pasien tampak berkurang dan pasien
dipulangkan kembali kerumahnya. Pasien mengharapkan
agar dapat sembuh dan serangan asmanya semaking
berkurang.
Aspek Klinik

Diagnostik Holistik
Aspek Risiko Internal
Pasien adalah seorang anak berusia 7 tahun yang tinggal bersama
kedua orang tuanya. Dengan adanya resiko genetik, pasien rentan
terhadap serangan asma bila faktor pencetus muncul. Faktor
pencetus yang memicu munculnya serangan pada pasien antara
lain adalah cuaca dingin, debu rumah tangga, dan asap rokok. Bila
pasien dapat menghindari faktor pencetus tersebut maka frekuensi
dari serangan asma yang di alaminya akan dapat berkurang.
Aspek Psikososial keluarga
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang perilaku hidup bersih
dan sehat. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang faktor
pencetus timbulnya serangan.
Derajat Fungsional : 1, 2, 3, 4, 5

Follow Up
Tanggal
Kunjungan
pertama
(2/09/16)

Kegiatan dan Hasil


Kegiatan:
Pada kedatangan pertama ini, dilakukan evaluasi apakah terdapat perbaikan gejala klinis dari
pasien setelah pengobatan di Puskesmas.
Menelaah masalah kesehatan dari setiap anggota keluarga.
Menelaah lingkungan rumah dan perilaku dari pasien dan setiap anggota keluarga.
Melakukan wawancara untuk mengetahui masalah kesehatan keluarga pasien dan melakukan
pemeriksaan.
Hasil:
Keluhan utama yang menyebabkan pasien datang ke IGD Puskesmas sudah menghilang.
Keluhan batuk dan pilek pasien sudah dirasakan berkurang.
Melalui wawancara, diketahui bahwa pasien terkadang masih mengalami batuk-pilek, namun
tidak disertai sesak nafas yang berat.
Pasien hanya diberikan obatnya bila pasien mengalami gejala batuk-pilek dan mengarah ke
sesak napas.
Ayah pasien mengeluh sering mual dan nyeri ulu hati, dan merupakan perokok aktif
Intervensi :
Pada kedatangan pertama ini, intervensi yang dilakukan adalah edukasi terhadap pasien
mengenai penyakit asma terutama faktor pencetus munculnya serangan asma, faktor yang
memperberat keluhan, dan cara penanganan asma
Edukasi terhadap Ayah pasien mengenai dyspepsia dan bahaya merokok.
Menyarankan Ayah pasien untuk mengurangi kebiasaan merokok.
Edukasi tentang PHBS
Edukasi tentang lingkungan sehat
Menyarankan agar ayah dan ibu pasien memeriksakan diri ke Puskesmas terdekat atas
keluhannya

Follow Up
Kunjungan kedua Kegiatan :
(08/09/16)
Mengevaluasi perbaikan gejala klinis dari pasien.
Mengevaluasi perbaikan gejala klinis dari Ayah pasien
Mengevaluasi perbaikan gejala klinis dari Ibu pasien
Melakukan wawancara untuk mengetahui masalah kesehatan keluarga pasien dan melakukan pemeriksaan.
Melakukan wawancara untuk mengidentifikasi faktor resiko pencetus munculnya serangan asma pada pasien.
Wawancara untuk mengidentifikasi faktor yang menyebabkan munculnya masalah kesehatan di setiap anggota
keluarga.
Hasil :
Pasien sudah tidak mengeluhkan sesak lagi. Batuk dan pilek juga sudah tidak dirasakan lagi.
Ayah dan ibu pasien mengaku keluhannya sudah mulai membaik sejak mengkonsumsi obat setelah berobat di
Puskesmas.
Ayah pasien merupakan perokok aktif dan mengeluh nyeri ulu hati yang hilang timbul
Faktor resiko munculnya serangan asma pada pasien adalah: cuaca yang dingin terutama pada malam hari,
debu rumah tangga, dan asap rokok ayah pasien
Faktor resiko yang menyebabkan munculnya masalah kesehatan pada anggota keluarga salah satunya karena
PHBS yang buruk
Faktor resiko yang menyebabkan dispepsia pada Ayah pasien adalah: kebiasaan konsumsi makanan yang
pedas
Intervensi
Edukasi tentang PHBS.
Edukasi terhadap pasien dan orangtua pasien untuk menghindari faktor pencetus pada anak semisal saat tidur
pasien diselimuti dengan kain yang lebih tebal. Ayah pasien disarankan membuat lubang ventilasi yang lebih
banyak dan lebar.
Edukasi terhadap Ayah pasien mengenai bahaya merokok.
Menyarankan Ayah pasien untuk mengurangi kebiasaan merokok atau jika ingin merokok lebih baik di luar
rumah
Menyarankan Ayah pasien untuk mengurangi kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas
Menyarankan Ibu pasien untuk menghindari faktor pencetus pilek dan sesak napas

Follow Up
Kunjungan
ketiga
(14/09/16)

Kegiatan :
Mengevaluasi perbaikan klinis dari gejala penyakit pasien dan keluarganya.
Mengamati PHBS pasien dan keluarganya.
Hasil :
Keluhan batuk-pilek dan sesak pasien masih sesekali terjadi namun tidak berat.
Ayah pasien mengaku keluhannya sudah mulai membaik sejak mengkonsumsi
obat setelah ia berobat di Puskesmas.
Ayah pasien sudah mulai merokok diluar rumah
Ayah pasien sudah mulai mengurangi kebiasaan memakan makanan pedas dan
tidak selalu disediakan sambal.
Intervensi :
Edukasi mengenai PHBS pada pasien dan keluarga
Menyarankan Ibu pasien untuk tetap memperhatikan tanda-tanda batuk-pilek dan
sesak pada pasien
Menyarankan Ayah pasien untuk terus merubah kebiasaan merokok
Edukasi pasien dan keluarga untuk menghindari faktor pencetus

Kesimpulan
Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan
pasien
Pasien dan keluarga terbuka terhadap edukasi dan motivasi yang
diberikan Pembina.
Dukungan dan perhatian keluarga terhadap kesehatan pasien dan
setiap anggota keluarga.
Faktor penghambat terselesaikannya masalah pasien
Selain faktor genetik yang tidak bisa diubah, faktor lingkungan
dan perilaku yang kurang mendukung sehingga menjadi alasan
bagi pasien dan keluarganya masih memiliki keluhan
Rencana penatalaksanaan pasien selanjutnya
Edukasi kepada pasien untuk menghindari faktor pencetus.
Mengajak keluarga pasien untuk terus bergaya hidup sehat
dengan memperhatikan pola makan, memperhatikan kebersihan
lingkungan, menambah kegiatan/aktivitas fisik, serta menjalani
hidup sehat agar anggota keluarga lainnya tidak memiliki
kecenderungan untuk sakit.

Anda mungkin juga menyukai