Anda di halaman 1dari 78

Presentasi stase ICCU

PRA-ANALITIK
PEMERIKSAAN ANALISA GAS DARAH

Presentan : Nafida Justica Sofiana


Pembimbing : dr Hariadi Hariawan Sp.PD
sp.JP(K)
LATAR BELAKANG

Analisa Gas Darah :


Sering diminta pada setting intensive care
Hasilnya dibutuhkan segera
Untuk menilai status asam-basa(pH), ventilasi
(PCO2), oksigenasi (PO2).

CO
p
2
H

O2
LATAR BELAKANG

Identifikasi pasien dan sampel


Pemilihan container, antikoagulan
Preanalitik Pengambilan sampel
Pengelolaan dan transport sampel

Analisa sampel
Analitik Performa alat
Review hasil

Interpretasi
Paska analitik Pengelolaan data dan pelaporannya
PRA-ANALYTICAL PITFALLS

Berbagai literatur kesalahan tertinggi pada


pemeriksaan AGD ditempati kesalahan tahap pra-
analitik. Sangat bisa dicegah. 1

Collection, handling, and transport of blood specimens are


key factors for the accuracy of clinical laboratory analysis,
and ultimately for the quality of the patient care. 2

Clinical Chemistry 53:7 13381342 2007


1. PATIENT IDENTIFICATION
AND SPECIMEN
IDENTIFICATION

Kesalahan identifikasi spesimen pasien menjadi


penyebab tersering kesalahan pra-analitik. 4

Cara mencegah :
Pergunakan setidaknya dua identitas ketika akan
melakukan sampling arteri.
Pastikan spuit/tabung telah tertempeli identitas pasien
dengan benar
2. JENIS SPESIMEN2

Sampel adalah darah


arteri, dapat dari :
Arteri femoralis, arteri
brachialis, arteri
radialis.
Aspirasi dari kateter
arteri

Pemilihan area sampling


mutlak ditentukan dan
dimonitor oleh klinisi.

Prinsip anaerob,
antikoagulan heparin
ABG SAMPLE COLLECTION

Preferred site - Radial


Superficial and provides rich collateral circulation
Collateral can be evaluated by the modified Allens test
CAPILARY BLOOD ?

Pada kondisi sirkulasi normal alternatif saat pengambilan


darah arteri sulit dilakukan.
Yang perlu diperhatikan :
Tempat : daun telinga atau permukaan tumit medial atau lateral
Area tusukan dihangatkan dulu handuk hangat (tidak lebih dari
42C) selama 3-5 menit meningkatkan blood flow
Tusukan sebaiknya cukup dalam tapi < 2 mm rapid blood flow,
unobstructed
Ujung tabung kapiler harus menempel langsung dengan tetesan
darah untuk meminimalkan kontaminasi udara
Risiko kontaminasi udara maupun darah dari venula dari metode
ini cukup tinggi hasil tidak akurat
Tidak disarankan dilakukan pada :
Sistolik <95mmHg
Kasus vasokonstriksi
BBL dengan sindom distress nafas.
VENOUS BLOOD ?

Darah vena tidak sesuai untuk pemeriksaan analisa gas darah,


hasilnya bervariasi dari berbagai area tubuh.

Saat pungsi arteri tetap ada risiko tidak sengaja menusuk


vena.
Bahkan hanya seikit saja darah vena tercampur dengan sampel
arteri kan menimbulkan bias pO2 pCO2 sO2 pH

Cara menghindari :
gunakan self-filling syringes hanya akan terisis bila tepat
menusuk arteri, tidak akan terisi juka mengenai vena.
3. PEMILIHAN CONTAINER

Specimen containers
Material :
glass syringes baik untuk meminimalkan pengaruh
difusi udara
synthetic syringes masih ada pengaruh difusi udara
capillary tubes risisko kontaminasi udara sangat tinggi
Spesifikasi :
Gunakan self-filling syringe hanya terisi bila betul
arteri
Syringe dan needle dengan ukuran yang tepat
Needle pendek miring meminimalkan menusuk
dinding arteri disebaliknya
4. PEMILIHAN ANTIKOAGULAN

Anticoagulants
Gunakan hanya dry electrolyte (balanced) heparin
Dose : Calsium-Lithium-heparin 15IU/mL 2.5IU/mL or 0.1
0.2 mg/ml blood.

reduced clotting, electrolyte binding, dilution effect optimizing the


accuracy

Other anticoagulants
(benzalkonium heparin, EDTA, citrate, oxalate, and fluoride) significantly
affect the results for pH, sodium, potassium, chloride, and ionized
calcium.
DILUTION

Dilusi dapat terjadi pada


Sampling dari kateter arteri, dilusi dari cairan infus?
Penggunaan heparin cair 0,05ml heparin cair dalam 1
ml darah dilusi 10% plasma
Effect : pO2, pCO2,ctHb

Bagaimana menghindari :
Buang 3x dead space ketika sampling dari kateter arteri.
Cek volume dead space kateter dari etiketnya.
Gunakan antikoagulan dry electrolyte balanced heparin
jika tidak yakin dengan kualitas sampel pertimbangkan re-
sampling.
5.HANDLING SPECIMENS

Poin Penting :

Cegah kontaminasi udara.


Campurkan spesimen setelah sampling dan sebelum
pemeriksaan.
Ingatlah pengaruh aktivitas metabolik.
Cegah hemolisis
A. AIR BUBBLES

Cegah kontaminasi udara terutama pengaruhi PO 2


Jika PO2 dalam darah < PO2 udara luar PO2 meningkat
palsu.
Jika PCO2 dalam darah > PCO2 Udara luar PCO2 turun
palsu.

Cara menghindari:
Gunakan self-filling syringes, ukuran syringe yang tepat.
Segera tutup kontainer spesimen.
Nilai apakah ada udara secara visual.
Keluarkan gelembung udara : tepat setelah sampling dan
sebelum dilakukan mixing (gelembung udara dapat
dikeluarkan dengan mendorong keluar udara tersebut,
atau menggunakan syringe dg sistem self-venting
B. CLOTTING

Hindari darah beku campurkan spesimen hingga homogen.

Darah akan menggumpal jika tidak dilakukan mixing


dengan baik setelah sampling, sampel yang beku tidak
homogen hasilnya tidak reliabel (terutama Hmt dan Hb)
Cara Mixing : gulingkan syringe berisi spesimen antara
kedua telapak tangan atau membolak balikkannya secara
vertikal
Waktu mixing :
- setelah sampling (setelah mengeluarkan udara)
- sebelum sampel dimasukkan ke alat.
C. PROLONGED STORAGE

Ingat pengaruh aktivitas metabolik


Darah adalah media hidup metabolisme sel tetap berjalan,
O2 akan tetap terkonsumsi setelah sampling harus segera
diperiksa setelah sampling tanpa penundaan.
Penundaan dapat berakibat pH, pO2,pCO

LAKUKANLAH
Periksa segera dalam 10 menit
Pada sampel dengan AL,AT tinggi sebaiknya diperiksa
dalam 5 menit.
Jika sekiranya analisa tidak dapat dilakuakn dalam 30 menit
setelah sampling simpan sampel pada suhu 0 to + 4C atau
dalam air es, jangan diletakkan menempel pada permukaan
es, hindarkan dari paparan sinar matahari langsung.
PROLONGED STORAGE

pH :
0,04-0,08 unit/jam pada suhu 37C
0,008 unit/jam pada suhu 4C
PCO2 :
5 mmHg pada suhu 37C
0,5 mmHg pada suhu 2-4C
PO2 :
2-6 mmHg/jam pada suhu ruangan
4-12 mmHg pada suhu 37C
D. PREVENT HEMOLYSIS

Hemolisis dapat terjadi karena :


- Spesimen beku hindari meletakkan sample
menempel permukaan es
- Strong shaking jangan mencampur sampel
berlebihan
- Turbulensi (penggunaan jarum dengan ukuran
kecil, aspirasi sampelterlalu cepat, penggunaan
pneumatic tube) hindari hal tersebut
Hemolysis falsely elevated potassium values and
falsely decreased hematocrit values
CONFOUNDER BLOOD GAS
MEASUREMENT
TERIMA KASIH

Baird G. Review Preanalytical considerations in blood gas


analysis. 2013;23(1):1927.

Mikulcik P. Rapid Analysis Blood Gases and More. 3rd ed.


moran robert F, editor. muenchen germany: siemens
healthcare diagnostics; 2009.

Patient R, Collection S, Procedures S. Minimizing Pre-


Analytical Error in Blood Gas Testing.

Wennecke BG, Juel G, Aps RM. Avoiding preanalytical


errors in blood gas testing
E. SPECIMEN COLLECTION
AND PATIENTS BODY
TEMPERATURE

Blood gas analyzers are set at 37C.


The patients temperature should be
determined at the time the specimen is
drawn.
All state-of-the-art systems allow you to
enter the patients body temperature, and
update the measured pH, PO2, PCO2 values,
and the oxygen saturation with respect to
the patients actual body temperature.
It should be noted that there are no
established normal or expected values
for pH and blood gases for temperatures
other than 37C.
Thus many believe that 37C measured
values should be reported and labeled as
such when reporting patient temperature
corrected values.
ANALISA GAS DARAH

Nafida JS
PENDUKUNG

1. Prosedur sampling AGD.


2. Intepretasi AGD
3. Parameter terukur
4. Parameter kalkulasi
TERMINOLOGI

Nilai terukur :
a. PH: acid base balance information
b. PCO2: CO2 partial pressure
c. PO2: oxygen partial pressure
Nilai kalkulasi :
d. HCO3: bicarbonate
e. BE: base excess
f. AaDO2: Perbedaan PO2 antara alveolus-arteria
PROSEDUR PUNGSI
ARTERI
1. Perkenalkan diri lalu minta pasien
menyebutkan nama serta tanggal
lahir
2. Posisikan pasien bersandar atau
berbaring
3. Carilah lokasi arteri radialis ,
kemudian lakukan allen test untuk
menguji sirkulasi kolateral.
4. Lakukan hand hygine, bersihkan
area sekitar,siapkan bahan dan
alat,
5. Gunakan APD ( apron, proteksi
PROSEDUR PUNGSI
ARTERI
6. Desinfeksi area pungsi dengan
alkohol 70% dan biarkan mengering
sisa antiseptik pada kulit akan
menyebabkan hemolisis darah.
7. Siapkan syringe heparin , tarik
plunger hingga batas yang
direkomendasikan
8. Pegang syringe seperti memegang
panah, gunakan jari telunjuk untuk
melokalisir denyut arteri, masukkan
jarum pada sudut 45 kurang lebih
1 cm disebelah distal jari telunjuk
PROSEDUR PUNGSI
ARTERI
9. Masukkan jarum ke arteri radialis
hingga terlihat darah, biarkan
darah mengalir mengisi syringe
hingga batas yang sesuai, JANGAN
MENARIK PLUNGER
10.Tarik syringe, letakkan kasa steril
diatas area pungsi dan tekan
selama 2-3 menit untuk hentikan
perdarahan. (pasien dengan terapi
antikoagulan, hipertensi, gangguan
hemostasis perlu waktu > 5 menit)
11.Tusukkan jarum pada karet agar
PROSEDUR PUNGSI
ARTERI
11.Beri label pada syringe
12.Buang bahan habis pakai
13.Buang sarung tangan , lepaskan APD
lainnya, lakukan hand hygine .
14.Cek area pungsi apakah ada perdarahan
15.Ucapkan terimakasih pada pasien.
16.Lepaskan jarum dari syringe dan tutuplah
dengan syringe cap (jika ada gelembung
udara, dikeluarkan terlebih dahulu)
17.Campurkan sampel dengan cara
membolak-balik dan mengguling
gulingkan syringe
18.Segera kirim ke laboratorium
ION SELECTIVE ELECTRODES
(ISE) METHOD
ISE METHOD
PO2
ISE METHOD
PCO2
SEJARAH

Saat ini pemeriksaan analisis gas darah merupakan bagian penting dalam
diagnosa klinis, terutama dalam perawatan kritis atau perawatan intensif.
Awalnya pada awal abad ke-19.
Henderson adalah orang pertama yang mengenalkan korelasi antara
parameter asam-basa , yaitu hubungan antara konsentrasi proton (ion
hidrogen), asam karbonat dan basa bikarbonat dalam rumus berikut:

Tak lama kemudian, Hasselbalch (1916) memodifikasi persamaan tersebut


untuk digunakan menilai pH darah sebagai rumus yang selanjutnya disebut
persamaan Henderson - Hasselbalch sebagai berikut :
SEJARAH

Dasar teknik pengukuran asam-basa baru ditemukan 10 tahun


paska dikenalkanya persamaan "Henderson-Hasselbalch

Nilai pH darah diukur melalui elektroda gas untuk pertama


kalinya pada tahun 1925 oleh Kerridge .

Pengukuran langsung PCO2 baru ditemukan pada tahun 1952


oleh Stow ,kemudian Severinghaus memodifikasi elektroda
PCO2 ini yang kemudian masih digunakan sampai hari ini.

Elektroda oksigen, dikembangkan oleh Clark pada tahun 1956


dan modifikasinya masih digunakan sampai saat ini .

NAFIDA JS
DASAR DASAR ASAM BASA

Bronstedt
1. Asam adalah zat yang melepaskan proton (H + atau ion
hidrogen) dalam larutan berair.
2. Basa adalah zat yang mengambil proton.
3. PH : Reaksi asam atau basa dari suatu larutan tergantung
pada konsentrasi proton bebas.

Istilah pH diperkenalkan dengan skala oleh Sorensen pada tahun


1909.
Nilai pH adalah logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen
konsentrasi (H+).
0.0001 mol H -ions/1 pH4 acid
+

0.0000000001 mol +1 -ions/1 PH10base.


+
FISIOLOGI ASAM-BASA

Struktur komponen sel, permeabilitas membran sel


serta aktivitas enzim, semua tergantung pada
kondisi pH netral.
Penyimpangan yg besar dalam nilai pH
berkontribusi terhadap gangguan
metabolisme,permeabilitas membran, dan distribusi
elektrolit.
Untuk nilai pH darah dewasa
di bawah 7,0, dan di atas 7,8, tidak kompatibel
dengan kehidupan.
Semua proton yang
dihasilkan, kemudian
dieliminasi terutama
melalui dua organ
penting yaitu, paru-paru
dan ginjal.
Asam yang paling penting
dalam metabolisme
asam-basa adalah asam
karbonat.
Asam karbonat tidak
dapat diukur, tapi terurai
menjadi karbon dioksida
dan air.
PEMBENTUKAN ASAM

Metabolisme lipid dan karbohidrat menghasilkan


karbondioksida , kemudian CO2 bereaksi dengan air
menjadi asam karbonat (H2CO3), kemudian yang
terakhir berkembang menjadi ion H + dan
bikarbonat (HCO3 -).
Asam lemak dipecah menjadi asam diacetic dan
asam -hidroksibutirat, yang benar-benar
terdisosiasi menjadi asetoasetat dan -
hidroksibutirat pada pH fisiologis.
Sekitar 600 mmol ion H + yang terbentuk per hari
selama proses ini

NAFIDA JS
PEMBENTUKAN ASAM

Glikolisis Selama degradasi glukosa


anaerobik, sekitar 1.400 mmol asam laktat
terbentuk setiap hari yang terdisosiasi
menjadi laktat dan ion H + pada pH fisiologis.
Pemecahan asam amino sulfat dan fosfolipid
~ 80 mmol ion H + dalam bentuk asam
nonvolatile dikeluarkan melalui ginjal dalam
urin berkembang sebagai hasil dari
pemecahan asam amino sulfat (misalnya,
metionin dan sistein) dan fosfolipid

NAFIDA JS
REAKSI RESPIRASI

Karbondioksida bereaksi dengan H2O


akan membentuk asam karbonat,
Proses ini dikendalikan oleh paru-paru
yaitu respirasi Maka asam karbonat
disebut sebagai faktor buffer respirasi.
Perubahan konsentrasi asam karbonat
akan menyebabkan hiperventilasi
maupun hipoventilasi dalam hitungan
detik.
NAFIDA JS
REAKSI RESPIRASI

Hipoventilasi Jika jumlah CO2 yang


diinhalasi lebih kecil dari jumlah yang
dihasilkan, mengakibatkan peningkatan
dari PCO2 (hiperkapnia,> 46 mmHg), dan nilai
pH akan turun (asidosis respiratorik).
Hiperventilasi
Jika jumlah CO2 yang dieliminasi lebih besar
dari kuantitas yang diproduksi, mengakibatkan
penurunan PCO2 (hipokapnia, <35 mmHg),
maka nilai pH naik (alkalosis pernapasan).

NAFIDA JS
REAKSI METABOLIK

HCO3 merupakan sistem


penyangga metabolik, hal ini
terutama dikendalikan oleh ginjal,
perubahan metabolisme yang
diatur oleh ginjal memerlukan
waktu lebih lama dibandingkan
sisitem respirasi, yaitu dalam
hitungan jam atau hari. yaitu,
reabsorpsi H +, HCO3- di tubulus.
NAFIDA JS
PARAMETER TERUKUR

1. PH
PH menggambarakan aktivitas ion hidrogen logaritma
negatif konsentrasi ion hidrogen(pH = - log H +).
Arti klinis .
PH ekstraseluler berkorelasi dengan pH intraseluler.
Oleh karena itu, sangat penting memperhatikan status
asam-basa intraseluler. Hal ini digunakan untuk menilai
gangguan asam basa sebagai akibat dari penyebab
patologis yang serius seperti gangguan fungsi
pernapasan ,ginjal ataupun gastrointestinal.

Nilai normal = 7.35-7.45


PARAMETER TERUKUR

1. PH
Meningkat pada
Alkalosis respiratory : hiperventilasi
Alkalosis metebolik : gastrointestinal acid loss sering bersamaan
dengan hipokalemia.

Menurun pada
Asidosis respiratori : hipoventilasi, metabolisme meningkat
Asidosis metabolik : gangguan renal, asidosis karena diabetes atau
alkoholik, diarea, fistula pankreas/billier, sering dengan
hiperkalemia.
LANGKAH-LANGKAH INTERPRETASI

1. Nilai PH dan bandingkan dengan nilai


normal
2. Identifikasi masalah primer yang
menyebabkan perubahan PH.
3. Hitung anion gap.
4. Identifikasi apakah ada gangguan yang
lain ataukah proses gangguan asam
basa campuran.
5. Tentukan delta-delta
1. Nilai PH dan bandingkan dengan nilai
normal

pH < 7,35 -------- > 7,45

asidosis
alkalosis
2. Identifikasi masalah primer yang menyebabkan
perubahan PH.

Bila PH rendah (asidosis)


1. PCO2 tinggi (> 45) primer : asidosis
respiratorik.
2. HCO3 rendah(< 22) primer : asidosis metabolik

Pasien dengan pH tinggi (alkalemia)


1. PCO2 rendah(<35) primer : alkalosis respiratorik
2. PCO2 tinggi (< 26) primer : asidosis metabolik.
pH

Low Normal high

No abnormality or
Acidemia mixed acid base alkalem
disorder ia

High Low Low High


pCO2 HCO3- pCO2 HCO3-

Respirat Metaboli Respirat Metaboli


ory c ory c
acidosis acidosis alkalosis alkalosis
Identifying the Primary
Process
3. Hitung anion gap.

Serum Anion Gap (SAG) : Na + -(Cl- +


HCO3- )

Anion gap normal secara kasar


adalah 3 kali nilai albumin.
Albumin 4,0 g/dL = 12
Jika nilai meningkat (> 12) /
elevated anion gap metabolic
acidosis
[HCO3 - ]
pH = pK + log -----------
a PCO2
Identifikasi proses kompensasi.
Proses primer akan diikuti oleh proses kompensasi agar dapat
memebawa PH kembali ke normal.
Jika pasien menderita respiratory acidosis (pCO 2
tinggi) , komensasinya metabolic alkalosis
(meningkatnya kadar bicarbonate)
Jika pasien mengalami respiratory alkalosis ( pCO 2
rendah), kompensasinya metabolic acidosis ( serum
bicarbonate rendah )
Jika pasien metabolic acidosis ( bicarbonate rendah )
kompensasinya respiratory alkalosis ( pCO 2 rendah )
Jika pasien mengalami metabolic alkalosis (bicarbonate
tinggi ) kompensasinya respiratory acidosis (pCO 2
tinggi)
Primary and Compensatory
Process
pH
Primary
process
Low Normal high

No abnormality or
Acidemia mixed acid base alkalem
disorder ia

High Low low High


pCO2 HCO3- pCO2 HCO3-
Respirat Metaboli Respirat Metaboli
ory c ory c
acidosis acidosis alkalosis
Compensation alkaloasi
s
Metaboli Respirat Metaboli Respirat
c ory c ory
5. Identifikasi apakah ada gangguan yang lain
ataukah proses gangguan asam basa campuran.
Mixed acid-base disorders :
1. metabolic acidosis
2. metabolic alkalosis
3. respiratory acidosis
4. metabolic alkalosis
5. elevated anion-gap acidosis and non-anion gap
acidosis
6. Delta-Delta
Ukurlah delta gap = Measured SAG Normal SAG (12)
Hitunglah delta-delta: tambahkan delta gap kepada
bikarbonat yang terukur
Bandingkan delta-delta dengan bikarbonat normal. (22-
26):

Jika Delta Delta < 22, maka pasien kehilangan


bicarbonate, maka a non-gap acidosis
Jika Delta Delta > 26, pasien menyimpan bicarbonate,
maka ada tambahan metabolic alkalosis
DIFFERENTIAL DIAGNOSES
(DD)

Peningkatan Anion Gap Metabolic Acidosis

Methanol intoxication
Uremia
Diabetic Ketoacidosis
Paraldehyde intoxication
Infection (sepsis)
Lactic acidosis
Ethylene glycol intoxication
Salicylate intoxication, Seizures, Shock
Normal Anion Gap Metabolic Acidosis (non-
gap acidosis)

Gastrointestinal bicarbonate losses:


Diarrhea
Ureteral Diversion (ileal loop)
Renal bicarbonate losses:
Carbonic anhydrase inhibitors (eg.
acetazolamide)
Renal tubular acidosis
Aldosterone inhibitors or hypoaldosteronism
Metabolic Alkalosis

Chloride Responsive Alkaloses:


Vomiting
Nasogastric suction
Diuretics
Chloride Unresponsive Alkaloses:
Hyperaldosteronism
Cushings syndrome
Licorice ingestion
Bartters syndrome
Excess alkali intake (eg. milk alkali syndrome)
Respiratory Acidosis

Acute intoxication with narcotics or other sedative


medications
Severe metabolic encephalopathy
Obesity hypoventilation
Severe chronic obstructive pulmonary disease
Acute upper airway obstruction
Neuromuscular disorders (eg. Guillan Barre,
Myasthenia Gravis, Botulism, Amyotrophic Lateral
Sclerosis)
Later stages of a severe asthma exacerbation
Thoracic cage trauma (flail chest)
Inappropriately low minute ventilation settings on
mechanical ventilation
Respiratory Alkalosis:

Early stages of an asthma exacerbation


Anxiety attack
Acute hypoxia (hypoxic ventilatory response)
Pregnancy or other cases of elevated
progesterone
Cirrhosis and/or hepatic encephalopathy
Salicylate intoxication
Central nervous system disease
CLASSIFICATION AND CHARACTERISTICS OF
SIMPLE ACID-BASE DISORDERS
Disorder Primary Compe Expected Compesation
Change n-
satory
Metabolic cHCO3_ pCO2 = 1,5( cHCO3_) + 8 2
pCO2 pCO2 1,0-1,3 mmHg for each
Acidosis mmol/L cHCO3_
Metabolic cHCO3_ pCO2 6 mmHg for each 10
Alkalosis pCO2 mmol/L in cHCO3_
Respiratory Acidosis
Acute cHCO3_ cHCO3_ by 1,0 mmol/L for each
pCO2 10 mmHg in pCO2
Chronic cHCO3_ s by 3,5 mmol/L for each
pCO2 cHCO3_ 10 mmHg in pCO2
Respiratory Alkalosis
Acute cHCO3_ cHCO3_ by 2 mmol/L for each 10
pCO2 mmHg
in pCO2
Chronic cHCO _
by 5 mmol/L for each 10
ACID BASE PARAMETERS

1. pH menunjukkan status apakah seseorang mengalami


asidemia atau alkalemia.
2. pCO2 komponen respiratory
3. O2 menggambarkan status oksigenasi seseorang
4. HCO3- (actual bicarbonate) komponen renal
5. Standar bicarbonate penghitungan lain dari
komponen renal(metabolic) . Lebih berguna daripada actual
bicarbonate karena berhubungan dengan PCO2 yang
abnormal
6. Base excess (BE) Jumlah asam atau basa yang
dibutuhkan untuk titrasi 1 liter darah agar kembali ke pH 7,4
pada PCO2 40 mmHg dan suhu 37 C.
GANGGUAN ASAM BASA
CAMPURAN
Saat pH normal disertai dengan PCO2 atau HCO3 abnormal
gangguan asam basa campuran .
PARAMETER TERUKUR

1. PH
PH menggambarakan aktivitas ion hidrogen sebagai suatu
logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen(pH = - log H +).
Nilai normal = 7.35-7.45
Meningkat pada
Alkalosis respiratory : hiperventilasi
Alkalosis metebolik : gastrointestinal acid loss sering
bersamaan dengan hipokalemia.
Menurun pada
Asidosis respiratori : hipoventilasi, metabolisme meningkat
Asidosis metabolik : gangguan renal, asidosis karena
diabetes atau alkoholik, diarea, fistula pankreas/billier,
sering dengan hiperkalemia.
PH

prinsip pengukuran
Elektroda PH menggunakan teknologi ion selective electrode (ISE) .
Elektroda PH berisi kawat perak/perak klorida yang diselubungi suatu larutan buffer
( elektrolit yang diketahui pHnya ) .
Sebuah kaca membran yang permeabel thd ion hidrogen memisahkan spesimen dari
larutan buffer.
Jika spesimen kontak dengan membran elektroda pH , membran ini akan membentuk
suatu potensial karena pertukaran ion hidrogen.
Perbedaan potensial antara larutan didalam dan diluar sebanding dengan konsentrasi
ion hidrogen,. Lalu kawat konduktor akan mentransmisikan perbedaan potensi ke suatu
voltmeter, kemudian nilainya dibandingkan dengan potensial pada elektroda referensi.
Akhirnya Potensi yang terukur mencerminkan konsentrasi ion hidrogen dari spesimen ,
NAFIDA JS
dan digunakan untuk menunjukkan nilai pH .
PARAMETER TERUKUR

2. PCO2

Carbon dioxide (CO2) adalah suatu produk metabolit,


yang diabsorbsi dalam darah yang kemudian akan
diangkut menuju ginjal dan paru-paru.
CO2 diangkut dalam darah sebagai bicarbonate
(HCO3-), CO2 telarut , dan asam karbonat (H2CO3).
Arti klinis
Tekanan parsial CO2 terutama tergantung pada fungsi paru-
paru. dan berhubungan dengan eliminasi CO2.
Perubahan PCO2 mengindikasikan adanya perubahan pada
status respirasi.
Peningkatan PCO2 Menunjukkankurang baiknya
pertukaran gas di paru
Penurunan PCO2 Akibat dari pernafasan yang cepat dan
dalam, Kompensasi dari asidosis metabolik.
Nilai normal = 35-45 mmHg
PCO2

Metode Pemeriksaan
Sensor PCO2 berdasarkan pada suatu elektrode Severinghaus. Yaitu
terdiri dari suatu elektrode ukur dan elektrode referensi.
Elektrode ukur adalah suatu elektroda PH yang dikelilingi suatu
larutan buffer, sedangkan elektrode referensi dikelilingi suatu
larutan chloride-bicarbonate,yang memberikan suatu potensial yang
tetap/konstan.
Suatu membran yang permeable terhadap CO2 memisahkan larutan
buffer dari spesimen. Ketika spesiemen kontak dengan membran ini,
CO2 berdifusi kedalam larutan buffer dan memicu adanya perubahan
aktivitas ion hidrogen. Elektroda PH kemudian mendeteksi adanya
perbedaan potensial ini yang mencerminkan perubahan PH pada
latutan buffer. Perubahan PH ini sesuai dengan PCO2.
PARAMETER TERUKUR

3. PO2
Adalah tekanan parsial O2 di arteri, mencerminkan tekanan
yang mengangkut oksigen dari satu tempat ke tempat
berikutnya menilai fungsi paru dalam mengisi darah dengan
oksigen
Berdasarkan hukum Henry, jumlah gas yang terlarut pada
suhu konstan dalam unit cairan berbanding lurus dengan
tekanan parsial.
Parameter ini penting untuk menilai derajat saturasi
oksigenasi, sehubungan dengan derejat hipoksemia.
Nilai normal : 70 100 mmHg
Elevated values
Risk of oxygen toxicosis (damaging the lungs) caused by free oxygen
radicals (in newborns and premature babies, the arterial PO2 should
not exceed 75 mmHg).
Decreased values
Inadequate oxygen uptake in the lungs (examination of the
pulmonary function).
If the PO2 is below approximately 40 mmHg, the subject is expected
to experience unconsciousness.
PARAMETER TERUKUR

3. PO2
o PO2 diukur dengan sistem polarographic electrode yaitu
suatu katode platinum (dalam suatu batang kaca) & suatu
anode silver/silver chloride.
o O2 berdifusi melalui membran, kemudian direduksi di
katode ketika potensial 0.7 V diaplikasikan antara anode
dan katode(polarizing voltage).

Rangkaian ini selesai ketika perak teroksidasi pada


anode.

Pengembangan dari reaksi ini saat ini langsung seuai


dengan PO2 sampel
PARAMETER TERUKUR

4. CHB (HEMOGLOBIN
CONCENTRATION),THB

Setiap gr/dl hemoglobin dapat mengangkut 1.39 mL oksigen.


Nilai normal
Wanita : 12-16 g/dL
Laki-laki : 13.5 -17.5
Bayi baru lahir : 4-20g/dL

cHb bisa diukur dengan cara diantaranya :


Secara langsung dengan fotometri :
- Metode cyanmethemoglobin
- CO-oxymetry
Secara tidak langsung dengan konduktivitas
(hematocrit)
PARAMETER TERUKUR

5. HCT (HEMATOCRIT)

Hematocrit adalah rasio volum eritrosit dengan volum darah.


Dapat diukur dengan :
via centrifugation
via conductivity dengan mean dari sensor Hct
Dihitung dari tHb dari fotometri (tHb x 2.941).faktor 2.941 dianggap
sebagai nilai mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC).
Limitations of the determination using conductivity measurements are
due to factors, which equally affect the conductivity of the specimen:
Anticoagulants
replacement of the blood plasma by saline solutions (in major surgeries)
leukocyte concentration (reduced conductivity) is outside the regular range
Clinical significance
Hematocrit is useful for the evaluation of anemia but it should not
be used as the sole criteria to diagnose hematological function
impairment.
Regular range
Females: 37 47%
Males: 42 52%
PARAMETER TERUKUR

6. SO2 (O2SAT, OXYGEN SATURATION)

Pengukuran saturasi oksigen mengindikasikan rasio dari


hemoglobin yang mengikat oksigen (O2-bonded) dengan
hemoglobin yang bisa mengikat oksigen (O2-bondable).
Regular range
> 96% (0.96)
Elevated values
adequate oxygen transport capacity
potential risk or hyperoxia
Decreased values
deteriorated oxygen uptake
presence of non-oxygenizeable hemoglobins (dyshemoglobin)
right shift of the ODC

NAFIDA JS
PARAMETER KALKULASI

1. HCO3 (bikarbonat)
Ion bikarbonat merupakan suatu buffer yang penting
dalam tubuh untuk mengatur PH dalam tubuh.
Arti klinis
Ginjal merupakan organ utama yang mengatur ion
bikarbonat.
Konsentrasi ion hidrogen ini penting secara klinis untuk
menentukan komponen non-respiratory, renal dan
metabolik pada gangguan asam-basa.
Perubahan HCO3 bila dihubungkan dengan nilai PH dapat
membantu menentukan apakah terjadi asidosis atau
alkalosis metabolik.

NAFIDA JS
PARAMETER YANG DIHITUNG

1. HCO3
Terdapat 2 versi HCO3

HCO3- (Bikarbonat yang sebenarnya)


Bikarbonat yang sebenarnya mendefinisikan konsentrasi bikarbonat yang sebenarnya
,dengan nilai pH dan PCO2 yang terukur, perhitungan HCO3 dapat diukur dengan
persamaan Henderson-Hasselbalch

[HCO3] = 10(pH-6.11) x PCO2 x 0.0307

Nilai normal = 22-26 mmol

HCO3std (standard bicarbonate)

Ini menunjukkan kadar bikarbonat dalam plasma, yang mana akan ada dalam darah
untuk mengimbangi PCO2 40 mmHg.

Persamaan Vanslyke and Cullin digunakan untuk menghitung standard bicarbonate.

[HCO3-] = 24.5 + 0.9A + (A - 2.9)2 x x (2.65 + 0.31 cHb)/1.000

Dimana A = BE(B) + 0.2 Chb (100 - O2sat)/100

HCO3std ini tidak tergantung dari nilai PCO2, tetapi tergantung pada konten
hemoglobin (cHb) dari spesimen.

Nilai normal = 23-27 mmol


PARAMETER KALKULASI

2. TOTAL CO2(CONTENT OF CO2 OR CTCO2)

Total konsentrasi CO2 di plasma , total dari CO2


terlarut dan bikarbonat
Saat ini, parameter ini sudah tidak digunakan lagi,
karena nilainya hanya relevan hubungannya dengan
HCO3.
tCO2 = H2CO3 + HCO3- atau
cHCO3+(0.0307.PCO2)
Arti klinis
bila dikombinasikan dengan nilai pH dan PCO2,
tCO2 digunakan untuk mengevaluasi hubungan
antara faktor pernapasan dan faktor metabolik.
Nilai normal = 23-28 mmol/L
BASE EXCESS

B.E. mengindikasikan deviasi dari buffer basa


sehubungan dengan nilai normal, dan
menggambarkan jumlah asam atau basa dalam
mmol/L yang diperlukan untuk menjadikan PH
normal atau 7.4.
Nilai normal = -2 sampai +2 mmol/L
Contoh : BE + 4.5 mmol/L, maka dibutuhkan asam
sejumlah 4.5 mmol/L untuk menjadikan kondisi PH
7.4 pada PCO2 40 mmHg.
Jumlah asam atau basa yang diberikan pada pasien
bisa diperkirakan dengan correction formula B.E. x
0.3 x body weight [kg].

NAFIDA JS
BASE EXCESS

Arti klinis
Deviasi basa tepat untuk mengevaluasi bagian
keseimbangan asam basa non respiratorik (metabolik,
renal).
Penyebab deviasi BE diantaranya :
Metabolic causes (metabolic disorder, e.g., diabetes mellitus).
Renal causes (renal function impairment, e.g., anuria).
Intestinal causes (loss of gastric juice (H+) or duodenal
secretion (HCO3-).
Hepatic causes (impaired hepatic function).
Iatrogenic causes (use of infusions with anions that can be
metabolized, such as lactate,malate, etc.).

NAFIDA JS
BASE EXCESS

Ada 2 versi BE:


Base excess of the extracellular fluid atau BE(ecf).
Dihitung dengan nilai HCO3- dan nilai pH.
Base excess of the blood atau BE(B) Selain dari
paremeter HCO3- dan nilai pH juga estimasi dari
efek buffer dalam darah.

NAFIDA JS
FiO2 (oxygen content of the inspiration air)
Refers to the oxygen content in the inspiration air
offered to the patient, approximately 21% in room air.
The FiO2 is entered by the user.
The calculation of the alveolar/arterial pressure
differences is only possible after this entry
PO2(A)T

PO2(A)T (alveolar partial pressure of oxygen according to


patient temperature)
Refers to the partial pressure of oxygen in alveolar gas. It is a primary
component in the detection of the gas exchange indices.
PO2(A)T = piO2 - pACO2 x (FiO2 + (1-FiO2)/R)
piO2 = FiO2 x (760 - 47)
Regular barometric pressure: 760 mmHg partial pressure of water vapor:
47 mmHg FiO2: oxygen content of inspiration air (21% in room air)
Clinical significance
The value is important for the calculation of the alveolar-arterial partial pressure
difference PO2 (A-a) and the arterial-alveolar oxygenation index.

Regular value 105 mmHg


AADO2

Nilai normal : 5-15 mmHg


Meningkat seiring waktu atau pada
perokok
Bila nilai >15mmHg penyebab
hipoksemianya bukan hipoventilasi
kemungkinan gangguan perfusi
( penyakit saluran nafas, parenkim paru,
vaskularisasi paru)

Anda mungkin juga menyukai