Anda di halaman 1dari 157

Pemicu 5 Reproduksi

LIDYA LIE
405120089
LO1.

KRITERIA BAYI NORMAL


NEONATUS NORMAL
Usia gestasi : 37-42 minggu
Berat badan lahir : 2500-4000 g
Panjang badan : 44-53 cm
Lingkar Kepala : 31-36 cm
Apgar Score : 7-10
DJJ : 120 160 X/menit
RR : 30 40 X/menit
Kelainan bawaan : tidak ditemukan
Trauma persalinan : tidak ditemukan
Mengisap ASI dengan baik
4
5
6
7
8
APGAR SCORE

0-3 : asfiksia berat


4-7 : asfiksia sedang
7-10 : Normal
Pemantauan : bila skor apgar 5 menit masih < 7, penilaian lanjutkan
tiap 5 menit, sampai skor mencapai 7
LO 2.

RESUSITASI BAYI BARU


LAHIR
Prioritas Prosedur Selalu
Resusitasi Nilai
obat2an
Kompresi
Ventilasi
Tambahkan
diperluk
an

Jarang
diperluka
Persiapan resusitasi BBL
Mengantisipasi faktor risiko
faktor antepartum & intrapartum
Menyiapkan peralatan resusitasi
penghangat, alat penghisap, balon &
sungkup, alat intubasi, obat-obatan
Memanggil tenaga terlatih
tambahan
bidan, perawat, dokter paling tidak
harus ada 2 tenaga yang menolong
bayi
Pengkajian Faktor Risiko
SC cito
Faktor antepartum
Ketuban pecah dini Partus lama/kala II
Infeksi maternal lama
Hipertensi/pre- DJJ tdk teratur
eklamsia Prolaps tali pusat
Gerakan janin
Perdarahan
berkurang
intrapartum
Pertumbuhan janin
terhambat Letak sungsang
Kehamilan ganda Kelahiran kurang
Ibu tidak ANC bulan
Usia ibu Kehamilan lewat
<16tahun/>35 tahun waktu
Ketuban mekoneal
Tahapan Resusitasi BBL
Airway
Langkah Awal Resusitasi
1.
Hangatkan 2. Posisikan 3. Bersihkan

5. Rangsang
4. taktil
Keringkan
19
LO 3

PERAWATAN NEONATUS
DINI
29
30
31
Pemeriksaan BBL
Postur,tonus,aktivitas(gerak tangis),kulit
Tanda vital: RR 40-60x/menit,HR:120-
160x/menit,suhu aksila: 36,5-37,5C
Kepala: fontanel,mata,mulut
Dada/abdomen: cor/pulmo,tali pusat
Punggung: tulang belakang
Ekstremitas
Anus & genital
BB harian = dalam minggu pertama, BB
< 10% BB lahir.
Perawatan rutin BBL
Jaga bayi tetap kering di ruangan
hangat,hindarkan aliran udara,selimuti dengan
baik
Bayi tetap bersama ibu (rawat gabung)
Inisiasi menyusu dalam jam pertama kehidupan
Jika mampu mengisap,biarkan bayi minum ASI
sesuai permintaan
Jaga tali pusat tetap bersih dan kering
Jaga higiene ( prosedur cuci tangan semua staff
dan keluarga) dan sterilitas semua tindakan
Jika belum dilakukan
Beri tetrasiklin salep mata pada
kedua mata 1x
Beri vit K1 (fitomenadion) 1mg IM
paha kiri
Beri vaksin Hep B 0,5 ml IM paha
kanan sekurang 2 jam sesudah
pemberian vit K1
Jika dilahirkan di RS beri imunisasi
BCG intrakutan dosis 0,05 ml dan
vaksin polio oral 2 tetes saat bayi
L0 4.

DETEKSI DINI BAYI RESIKO


TINGGI
presipita
tus
LO5.

MASALAH BAYI BARU


LAHIR
Suhu
tubuh <
35 C

HIPOTERMIA
Bayi

terpapar dengan lingkungan

Dingin Panas
( suhu lingkungan (suhu lingkungan panas,
rendah), permukaan paparan sinar matahari
yang dingin atau atau paparan panas
basah atau bayi yang berlebihan dati
dalam keadaan basah inkubator atau alat
atau tidak berpakaian pemancar panas)

hipotermia Hipertermia
Prinsip dasar
Mengeringkan bayi baru lahir
Bayi lahir dgn badan basah,maka cepat terjadipenuapan dan
kehilangan panas tubuh
Bayi blm dapat menggigil karena kontrol suhu belum sempurna
Hipotermi <36 C
Normal = 36,5 C -37,5 C
Pnegeringkan bayi dengan lap hangat n kering setelah itu
membungkus bayi
Menunda memandikan bayi
Bila bayi cukup bulan, >2500 gr, dan menangis kuat maa
memandikan stlh 24 jam dgn air hangat
Bila bayi lemah, < 2000 gr, maka jangan dimandikan sampai
bayi stabil (suhu stabil,bayi lebih kuat,dpt menyusu dg baik)
KLASIFIKASI
HIPOTERMIA
Hipotermia
Gejala & Tanda
Bayi baru lahir
Penanganan
Hipertermi
Penilaian
Suhu >37,5 C
Pernapasan >60x/mnt
Tanda dehidrasi (turgor turun, BB turun, air
berkemih kurang)
Penanganan
Pindah ke ruang sejuk ( 26-28 C)
Badan di lap dengan kain basah (sampai suhu
normal)
Beri infus cairan dektrose :NaCl = 1:4 -> dehidrasi
Antibiotik bila ada infeksi
TANDA-TANDA Aktivitas kurang, tangisan lemah,
kemampuan menghisap lemah, bibir & kuku
kebiruan, kaki bayi teraba dingin
KATEGORI HIPOTERMIA SEDANG HIPOTERMIA BERAT
PENILAIAN Suhu Aksila 32 36 C Suhu Aksila < 32 C
PENANGANAN UPAYA
BIDAN / PUSKESMAS Keringkan bayi dengan handuk hangat
Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak
kulit ke kulit (metode kanguru) dan/ bungkus bayi
baru lahir dengan kain hangat
Kepala bayi ditutup topi
Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang
kering & hangat
Sering disusui
Rujuk ke rumah sakit
RUMAH SAKIT Sama dengan di atas
Beri lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 cm
dari bayi
Dalam inkubator
Penghangatan kembali dengan metode yang
sesuai (dalam inkubator, pemanasan perlahan 0,5-
1 C/ jam)
Hipoglikemia pada neonatorum
HIPOGLIKEMIA
Kadar glukosa <40-45mg/dL tidak
normal
Normal : 70-100mg/dL.
Gejala sering tidak
jelas/asimptomatik, semua tenaga
kesehatan perlu mewaspadai
kemungkinan adanya hipoglikemia
ETIOLOGI
Berkurangnya persediaan dan
menurunnya produksi glukosa
Peningkatan pemakaian glukosa
(hiperinsulinisme)
FAKTOR RESIKO
Bayi dengan IDM
Neonatus BMK
Bayi prematur dan lebih bulan
BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi
penurunan cadangan glikogen hati dan lemak tubuh
Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan
metabolisme yang melebihi cadangan kalori
Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat
napas, hipotermia)
Bayi dengan kelainan genetik/gangguan
metabolik (penyakit cadangan glikogen, intoleransi
glukosa)
Neonatus dengan polisitemia
Neonatus dengan eritroblastosis
Obat-obat maternal misalnya steroid, beta
simpatomimetik dan beta blocker
DIAGNOSIS
Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi,
hipertermi, gangguan pernapasan
Riwayat bayi prematur
Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan
(BMK)
Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan
(KMK)
Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus
Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung
Bawaan
MANIFESTASI KLINIS
Tremor
Kesulitan minum
Sianosis
Gerakan mata
Apatis berputar/nistagmus
Kejang Keringat dingin
Apnea intermitten Pucat
Tangisan Hipotermi
lemah/melengking Refleks hisap
Letargi kurang
Muntah
DIAGNOSIS BANDING
Insufisiensi adrenal
Kelainan jantung
Gagal ginjal, penyakit SSP
Sepsis, asfiksia
Abnormalitas metabolik
(hipokalsemia, hiponatremia,
hipernatremia, hipomagnesemia,
defisiensi piridoksin)
PENATALAKSANAAN
Memantau kadar glukosa darah
Pencegahan hipoglikemia
Perawatan hipoglikemia
TERAPI
Tanpa kejang bolus intravena 200 mg/BB (2
ml/kgBB) glukosa 10%
Kejang larutan glukosa 10-25%, dosis total 1-2
gr/kgBB, dilanjutkan infus glukosa 4-8 mg/kgBB/menit
Hipoglikemi berulang infus glukosa 15-20%, bila
tidak mencukupi beri hidrokortison 2,5 mg/kgBB/12
jam atau prednison 1 mg/kgBB/24 jam
Pemeriksaan gula darah sampai kadar diatas 40 mg/dl
kemudian pemeriksaan dilanjutkan tiap 4-6 jam
Bila gula darah normal terapi dihentikan
Berikan ASI
Penanganan penyulit
PROGNOSIS
Dengan pengobatan adekuat
kejadian hipoglikemia masih
berulang pada 10-15%
Hipoglikemia berat dan berlangsung
lama, dapat menimbulkan gejala sisa
neurologik dan kematian
GANGGUAN BERNAPAS
ETIOLOGI
Obstruksi jalan nafas, misalnya atresia khoana,
makroglosia, higroma koli kistik, trakeomalasia
Penyakit parenkim paru-paru, misalnya penyakit
membran hialin, MAS, atelektasis, transient
tachypneu of the newborn (TTN), BPD, pneumonia
Kelainan perkembangan organ, misalnya agenesis
paru-paru, hernia diafragmatika, kista intratoraks,
TOF, perdarahan paru-paru
Di luar paru-paru, misalnya payah jantung,
kelainan susunan saraf pusat, asidosis metabolik,
dan asfiksia
PENANGANAN
Menjaga jalan nafas tetap bebas
Pencegahan terjadinya
hipoksi/asidemia
Penanganan/tindakan
Pengobatan
Rujukan
DIAGNOSIS BANDING
1. Penyakit membrana hialin Terjadi pada bayi prematur,
biasanya terjadi sesudah lahir
dan secara progresif menjadi
berat dalam 72 jam
2. Atelektasis paru-paru / Paru-paru menguncup dapat
pneumotoraks disebabkan karena adanya
sumbatan dalam saluran nafas,
misalnya lendir sangat kental,
atau tersedak susu, demikian
juga pneumotoraks
3. Pneumonia aspirasi Misalnya karena tersedak cairan
ketuban, terutama yang hijau
kental
4.Kelainan susunan saraf pusat Dapat terjadi akibat asfiksia,
menimbulkan hipoksia otak
5. Sepsis Dapat menyebabkan terjadinya
hipoksia di seluruh tubuh dan
pada bayi baru lahir mudah
BAGAN PENANGANAN GANGGUAN PERNAFASAN BAYI BARU LAHIR
TANDA Pernafasan cuping hidung, sianosis atau pucat, tarikan ke dalam
TANDA dinding iga bag bawah, merintih, pernafasan cepat >60/menit,
aktifitas menurun disertai atoni atau hipotoni
KATEGORI Gangguan pernafasan sedang Gangguan pernafasan berat
PENILAIAN
Pernafasan >60/menit 0 (apnu) <40/menit
Biru Biru di sekitar mulut Biru sentral (lidah biru)
(sianosis)
PENANGAN UPAYA
AN
puskesmas Bersihkan jalan nafas Bersihkan jalan nafas
Pertahankan tetap hangat Pertahankan tetap hangat
Beri O2, kalau perlu dengan masker VTP dengan pernafasan dari
Lanjutkan pemberian ASI dengan cara mulut ke mulut atau gunakan
diteteskan atau dengan sonde bila balon
tidak mau menelan Bila perlu pijat jantung luar
Beri antibiotika ampisilin dan Beri antibiotika ampisilin
gentamisin dan gentamisin
Perawatan tali pusat bersih Perawatan tali pusat bersih
Amati terhadap tanda-tanda Amati terhadap tanda-tanda
kegawatan/sakit berat (rujuk ke rumah kegawatan/sakit berat (rujuk
sakit) ke rumah sakit)

BILA TERPAKSA TIDAK DAPAT DIRUJUK


Beri antibiotika, bila perlu beri O2, ASI diteruskan, infus bila ada
Rumah X-ray toraks X-ray toraks
sakit Infus VTP, balon-sungkup
Cegah hipotermia ventilator
Oksigen Infus
Antibiotik Cegah hipotermia
Antibiotik
GAWAT NAPAS PADA
NEONATUS
Penyebab tersering :
Penyakit membran Hialin (RDS,
HMD/Hyaline Membrane Disease, sindrom
gawat napas-SGN,PMH)
Sindrom aspirasi mekonium
Manifestasi klinis
Takipneu (frekuensi napas > 60x/menit
saat bayi tidak panas/tidur/tenang)
Retraksi interkostal, epigastrium,
suprasternal
Merintih saat ekspirasi
Napas cuping hidung
Sianosis
PENYAKIT MEMBRAN HIALIN
ETIOLOGI
Kekurangan surfaktan pada paru bayi
FAKTOR RISIKO
Prematuritas (yang utama)
Menurun pada stres intrauterin kronik (misal
KPD, HT pada ibu, dll)
MANIFESTASI KLINIS
Bayi umumnya preterm / punya riwayat
asfiksia perinatal
Tampak gawat napas beberapa jam setelah
lahir, memburuk secara progesif
Takipneu, suara napas merintih, retraksi
interkostal dan subkostal, napas cuping hidung
Suara napas normal / berkurang
Mungkin terdengar ronki basah halus
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto toraks :
Gambaran retikulogranular pada parenkim dan
bronkogram udara
Kondisi berat : white lung
Shake test :
Menilai pematangan paru sederhana.
Sebaiknya pada bayi usia < 1 jam dari cairan amnion
yang tertelan di lambung
DD
Pneumonia kongenital
PENCEGAHAN
Cegah lahir prematur dan tatalaksana
kehamilan, persalinan risiko tinggi.
Kortikosteroid untuk wanita hamil 48-72 jam
sebelum persalinan dengan janin masa gestasi
<= 34 minggu akan menurunkan insidens dan
mortalitas
Betametason / deksametason juga dapat
digunakan
KOMPLIKASI
Emfisema interstitial paru, perdarahan
paru, duktus arteriosus persisten,
displasia bronkopulmonal, infeksi
nosokomial, enterokolitis nekrotikans
PENATALAKSANAAN
Pastikan jalan napas bebas
Cegah hipoksia dan asidosis (oksigenasi
yang baik)
Jaga keseimbangan cairan, asam basa,
elektrolit
Cegah hipotermia
Cegah hipoglikemia
Beri antibiotik (penisilin / ampisilin
SINDROM APIRASI MEKONIUM

ETIOLOGI
Cairan amnion yang mengandung
mekonium terinhalasi oleh bayi.
Mekonium dapat keluar bila terjadi
stres / kegawatan intrauterin.
PATOFISIOLOGI
Asfiksia dan berbagai bentuk stres
intrauterin peristaltik usus janin
, relaksasi sfinkter ani eksterna
mekonium keluar ke cairan
amnion aspirasi cairan amnion
tsb oleh bayi asfiksia yang
menarik napas (in utero / selama
persalinan).
Mekonium tebal obstruksi jalan
napas gawat napas.
FAKTOR RISIKO
Kehamilan postterm, pre-eklampsia,
eklampsia, HT pada ibu, DM pada ibu,
bayi kecil masa kehamilan, ibu yang
perokok berat / penderita penyakit paru
kronik / penyakit KV.
MANIFESTASI KLINIS
Umumnya bayi postterm, kecil masa
kehamilan, kuku panjang, kulit kuning /
kehijauan, cairan amnion kehijauan
(dapat jernih juga kental).
Tanda sindrom gangguan napas tampak
dalam 24 jam pertama setelah lahir.
Kadang terdengar ronki pada ke2 paru,
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto dada : hiperinflasi paru, pendataran
diafragma akibat obstruksi, gambaran
infiltrat kasar dan iregular pada paru
PENATALAKSANAAN
Perawatan umum :
Atur adekuat suhu dan kelembaban
lingkungan
Bersihkan jalan napas. Intubasi (bila
perlu)
Beri O2 sampai sianosis hilang, atur
keseimbangan asam basa
Beri antibiotik (kombinasi
penisilin/ampisilin dan gentamisin)
SEPSIS PADA NEONATUS
FAKTOR RISIKO
Prematuritas dan BBLR, KPD (>18 jam),
demam intrapartum maternal (> 37, 50C),
leukositosis maternal (> 18000/uL),
korioamnionitis, resusitasi saat lahir
MANIFESTASI KLINIS
Umum : panas, hipotermia, tampak tidak
sehat, malas minum, letargi, sklerema
Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia,
muntah, diare, hepatomegali
Saluran napas : apneu, dispneu, takipneu,
retraksi, napas cuping hidung, merintih,
sianosis
Sistem KV : pucat, sianosis, kutis marmorata,
kulit lembab, hipotensi, taki / bradikardia
SSP : iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi,
malas minum, napas tidak teratur, ubun2
membonjol, high-pitched cry
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Evaluasi sepsis menyeluruh (biakan darah,
pungsi lumbal, analisis dan kultur urin, foto
dada) bila sindrom klinis arah ke sepsis
Diagnosis sepsis bila ditemukan kuman
pada biaka darah; periksa darah tepi :
neutropenia pergeseran ke kiri,
trombositopenia; CRP.
PENATALAKSANAAN
Suportif
Monitoring cairan, elektrolit, glukosa
Kausatif
Antibiotik beri sebelum kuman penyebab
diketahui (golongan penisilin)
Setelah ada hasil biakan dan uji sensitivitas, beri
antibiotik yang sesuai
Terapi untuk 10-14 hari
KEGAWATAN PADA SUSUNAN SYARAF
PUSAT
Kejang
Jenis : Klonik, tonik, subtle
Penyebab :
Ensefalopati, perdarahan intrakranial
Gangguan metabolik : hipoglikemia,
hipokalsemia
Gangguan elektrolit : hipo/hipernatremia
Kern ikterik
Infeksi : meningitis
Obat-obatan/toksin
Epilepsi
Tidak diketahui
Tindakan :
Segera rujuk ke rumah sakit
Pertahankan ventilasi dan oksigenasi
Atasi kejang diazepam rektal

76
ASFIKSIA
ASFIKSIA
Hipoksia progresif, penimbunan CO2
dan asidosis
Asfiksia neonatorum adalah suatu
keadaan dimana bayi baru lahir tidak
dapat bernapas secara spontan,
teratur dan adekuat.
ETIOLOGI
Etiologi atau penyebab asfiksia
Neonatorum meliputi :
Asfiksia intra uterin
Bayi kurang bulan
Obat-obat yang diberikan/diminum oleh
ibu
Penyakit neuromuscular
bawaan(congenital)
Cacat bawaan
Hipoksia intrapartum
b. Patofisiologi
Alveoli paru janin dalam uterus berisi cairan paru

Pada saat lahir Napas pertama

Udara memasuki alveoli paru

Cairan paru diabsorbsi jaringan paru

Napas kedua dan berikutnya

Udara yang masuk ke alveoli bertambah banyak + cairan paru
diabsorbsi

Seluruh alveoli berisi udara yang mengandung oksigen

Aliran darah paru meningkat

Ekspansi paru

Penurunan resistensi vaskuler paru + peningkatan aliran darah paru


setelah lahir

Kegagalan penurunan resistensi vaskuler paru hipertensi


pulmonal persisten pada BBL + aliran darah paru yang inadekuat
dan hipoksemia relatif.
DERAJAT BERAT RINGAN
ASFIKSIA
Derajat Berat Ringannya Asfiksia
1. Normal bila nilai APGAR 7 10
2. Asfiksia sedang bila nilai APGAR
score 4 6
3. Asfiksia berat bila nilai APGAR
score 0 3
Klasifikasi
ASFIKSIA
Mild-moderate
NEONATORUM
asphyxia
KLASIFIKASI
Vigorous baby:
Skor Apgar 7-10
Bayi dianggap sehat dan tidak perlu tindakan istimewa
Mild-moderate asphyxia:
Skor Apgar 4-6
Frekuensi jantung > 100x/menit
Tonus otot kurang baik/baik
Sianosis
Reflex iritabilitas (-)

Asfiksia berat:
Skor Apgar 0-3
Frekuensi jantung < 100x/menit
Tonus otot buruk
Sianosis berat
Kadang pucat
Reflex iritabilitas (-)
Asfiksia berat dengan henti jantung:
Bunyi jantung fetus menghilang < 10 menit sebelum lahir lengkap
Bunyi jantung bayi menghilang postpartum
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor dari ibu meliputi :
Gangguan his
Hipotensi mendadak pada ibu
Hipertensi pada eklamsia
Gangguan mendadak plasenta
faktor dari janin meliputi :
Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan
tali pusat
Depresi pernafasan
Ketuban keruh/mekonium
TANDA DAN GEJALA
Tanda Dan Gejala Asfiksia Neonatorum
Tanda- tanda klinik yang perlu diamati yaitu
Pernapasan, Denyut Jantung, Warna kulit
Gejala klinis dibagi menjadi :
apnu primer : pernafasan cepat, denyut nadi
menurun dan tonusneuromuskular menurun
dan
apnu sekunder : apabila asfiksia berlanjut,
bayi menunjukkan pernafasan megap-megap
yang dalam, denyut jantung terus menurun,
bayi terlihat lemah(pasif), pernafasan makin
lama makin lemah
Evaluasi Gawat napas dengan
Menggunakan Skor Down
0 1 2

Frekuensi < 60/menit 60 80/menit > 80/menit


napas
Retraksi Tidak ada Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang Sianosis
dengan O2 menetap
walaupun
Air entry Udara masuk Penurunan Tidak
diberi ada
O2
bilateral baik ringan udara udara masuk
Merintih Tidak merintih masuk
Dapat didengar Dapat
dengan didengar
stetoskop tanpa alat
Evaluasi Gawat napas dengan
Menggunakan Skor Down

Skor < 4 Tidak ada gawat napas

Skor 4 -7Gawat napas

Skor > 7 Ancaman gagal napas


(pemeriksaan gas darah harus
dilakukan)
PENATALAKSANAAN
Resusitasi :
Memastikan saluran napas terbuka
Memulai pernafasan
Mempertahankan sirkulasi darah
Intubasi Endotrakeal Pada Asfiksia Neonatorum
90
SEPSIS NEONATORUM
DEFINISI
Sepsis neonatorum adalah sindrom klinis
penyakit sistemik akibat infeksi yg terjadi dalam
1 bulan pertama kehidupan.
Klasifikasi
Berdasarkan awitan:
1. Early onset sepsis (EOS) : timbul pd usia
72 jam biasa mikroorganisme berasal
dari ibu. Terjadi gangguan multisistem
terutama sistem pernapasan,awitan
mendadak,dan cepat menjadi syok sepsis
berakibat kematian.
2. Late onset sepsis (LOS) :timbul 72 jam
biasa diatas 1 minggu, mikroorganisme di
dapat dari proses persalinan dengan
infeksi awitan lambat atau infeksi
nosokomial. Terdapat fokus infeksi dan
ETIOLOGI
Penyebab paling sering pada :
EOS : Staphylococcus koagulase
negatif, Enterococcus sp, serta
Staphylococcus aureus
Pada LOS : Gram negatif
Faktor predisposisi
Faktor Maternal
Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar
belakang. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah
mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat
dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak
mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih
dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih
dari 30 tahun
Kurangnya perawatan prenatal
Ketuban pecah dini (KPD) > 18 jam sebelum
persalinan.
Prosedur selama persalinan.
Ibu dengan infeksi (demam > 37,9C sebelum atau
seesudah persalinan)
Faktor predisposisi
Faktor Neonatatal
Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500
gram), merupakan faktor resiko utama untuk
sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan
lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Setelah lahir,
konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun,
menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas
kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan
IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau
Haemophilus influenza.
Faktor predisposisi
Faktor diluar ibu dan neonatal
Bayi mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral
merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang
luka.
Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa
menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko
penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan
kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat
ganda.
Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi
penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi
nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli
ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu
formula hanya didominasi oleh E.colli
PATOFISIOLOGI
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi
dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara
yaitu :
Pada masa antenatal atau sebelum lahir
Pada masa intranatal atau saat
persalinan
Infeksi pascanatal atau sesudah
persalinan
Pada masa antenatal atau
sebelum lahir
Pada masa antenatal atau sebelum lahir, kuman
dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus
masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi
darah janin.
Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang
dapat menembus plasenta, antara lain virus
rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis,
influenza, parotitis.
Parasit yang dapat melalui jalur ini antara lain
malaria, sifilis dan toksoplasma.
Pada masa intranatal atau saat
persalinan
infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang
ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion
dan amnion akibatnya, terjadi amnionitis dan
korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus
masuk ke tubuh bayi.
Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang
sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan
masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius,
kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut.
Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin
dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de
entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang
terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis,
candida albican dan gonorrea).
Infeksi pascanatal atau sesudah
persalinan
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya
terjadi akibat infeksi nosokomial dari
lingkungan diluar rahim (mis, melalui alat-alat;
pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang
nasagastrik, botol minuman atau dot).
Perawat atau profesi lain yang ikut menangani
bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nasokomial.
Manifestasi klinis
Anamnesis. Bayi dicurigai mengalami
sepsis jika memiliki 2 jam gejala
kriteria A atau 3 gejala kriteria B
Kategori A Kategori B
Persalinan dilingkungan
Air ketuban bercampur
kurang higienis
mekonium
Kesulitan bernapas: apnea,
napas <60x/mnt, retraksi Tremor
dinding dada, grunting Letargis atau lunglai
ekspirasi, sianosis sentral Mengantu/aktivitas
Kejang berkurang
Tdk sadar Iritabel/muntah/perut
Suhu tubuh tdk normal kembung
(sejak lahir&tdk berespon Malas minum (sebelumnya
terapi, tdk stabil sesudah baik)
pengukuran 3x
Tanda-tanda mulai muncul
Kondisi memburuk cepat
setelah hari ke-4
dan dramatis
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum (kesadaran, tanda vital)
Kulit (perfusi, warna, dan bercak pada
kulit)
Andomen( kembung/hepatomegali)
Pernapasan (otot bantu napas)
Neurologi (ubun-ubun menonjol, kaku
kuduk)
Pemeriksaan penunjang
Hitung leukosit, trombosit
Rasio neutrofil imatur dgn neutrofil total < 0,2
CRP
Pewarnaan Gram
Pemeriksaan kultur
Analisis gas darah (bila sesak)
Pemeriksaan cairan serebrospinal (dicurigai
meningitis)
Kadar gula darah
Kadar bilirubin
Foto toraks, CT-scan kepala (gejala neurologis)
KOMPLIKASI
Retardasi mental
Gangguan penglihatan
Gangguan konsentrasi
Kelainan tingkah laku
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Suportif
Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa
Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia
Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.
Awasi adanya hiperbilirubinemia
pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi
enteral.
2. Kausatif
Antibiotic diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya
digunakan golongan Penicilin seperti Ampicillin ditambah
Aminoglikosida seperti Gentamicin.
Pada sepsis nosokomial,mempertimbangkan flora di ruang perawatan,
sebagai terapi inisial biasanya diberikan vankomisin dan
aminoglikosida atau sefalosforin generasi ketiga.
Setelah didapat hasil biakan dan uji sistematis diberikan antibiotic yang
sesuai. Terapi dilakukan selama 10-14 hari. Bila terjadi Meningitis,
antibiotic diberikan selama 14-21 hari dengan dosis yang sesuai
PENCEGAHAN

Pada masa Antenatal


pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi,
pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu,
asupan gizi yang memadai,
penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan
kesehatan ibu dan janin.
Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.
Pada masa Persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
Pada masa pasca Persalinan
Rawat gabung bila bayi normal,
pemberian ASI secepatnya,
jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih,
perawatan luka umbilikus secara steril
Tatalaksana
Bayi harus dirawat di RS dan di pasang jalur iv
serta diberikan O2.
Pemberian antibiotik: sesuai peta kuman RS pd
lini pertama dpt diberikan golongan penisilin dan
aminoglikosida seperti gentamisin.
Terapi lainnya: pemberian cairan dosis rumatan
berupa NaCl 0,9% atau 10 mL/KgBB/30 menit pd
gangguan perfusi, transfusi komponen darah
yang di perlukan ,serta manajemen nutrisi secara
adekkuat. Pada hari-hari awal pengobatan,
biasanya neonatus mengalami kesulitan makan
sehingga disarankan utk nothing by mouth atau
nil per os (NPO). Selanjutnya pemberian ASI
enteral atau pd kondisi yg berat per NGT.
Terapi spesifik sesuai etiologi dan gangguan
sistem yg terjadi
LO6.

MANAJEMEN LAKTASI
Keuntungan IMD
Mempercepat pengeluaran ASI
Fungsi saluran pencernaan normal
Kolostrum mencegah infeksi,
memicu pematangan saluran cerna
Mencegah hipotermia
Meningkatkan bonding antara ibu
dan bayinya
Masa pasca persalinan
1. Rawat ibu bersama bayinya (rawat gabung)
2. Ajari ibu cara menyusui
3. Pemberian ASI ad libitum
4. Mengosongkan payudara
5. Tidak memberikan minuman lain sebelum
ASI keluar
6. Ajari ibu memerah ASI
7. Ajari ibu menyimpan ASI perah
8. Ajari ibu memberikan ASI perah
9. Berikan ASI formula hanya bila ada indikasi
medis
Rawat Gabung
Rawat gabung : perawatan dimana ibu dan bayi yang baru lahir
tidak dipisahkan ditempatkan bersama dalam 1 ruang
selama 24 jam penuh. Bila mungkin, ibu dan bayi 1 tempat
tidur.
Kontraindikasi rawat gabung bagi ibu :
Ibu dengan kelainan jantung gagal jantung
Ibu dengan eklampsia/preeklampsia berat
Ibu dengan penyakit akut berat
Ibu dengan karsinoma mammae
Ibu dengan psikosis
Kontraindikasi rawat gabung bagi bayi :
Bayi dengan BBLSR
Bayi dengan kelainan kongenital berat
Bayi yang perlu observasi atau terapi khusus
Bila rawat gabung tak bisa dilaksanakan ASI diperah dan
diberikan pada bayi dengan cara lain sesuai kemampuan bayi
Posisi dan perlekatan
menyusui

osisi menyusui sambil Posisi menyusui sambil Posisi menyusui sambil


erdiri yang benar duduk yang benar rebahan yang benar
Cara meletakan bayi
Cara memegang payudara Cara merangsang mulut ba

Perlekatan benar
Perlekatan salah
Teknik menyusui yang benar 1/2

Posisi badan ibu dan bayi


Kepala dan badan bayi berada
dalam satu garis lurus
Wajah bayi menghadap payudara,
dengan hidung bayi berhadapan
dengan puting
Ibu memeluk bayi dekat dengan
badannya, ibu menatap ke wajah
bayi
Untuk bayi baru lahir sampai usia
3 bulan, ibu harus menyangga
seluruh badan bayi (bukan hanya
kepala dan bahu)
Modul 5, Halaman
119
Teknik menyusui yang benar 2/2

Perlekatan bayi pada payudara ibu

Mulut bayi terbuka lebar

Bibir bawah bayi


melengkung ke luar

Dagu bayi menyentuh


payudara

Modul 5, Halaman
120
Teknik menyusui yang salah 1/2

Posisi badan ibu dan bayi


Kepala dan badan bayi tidak
berada dalam satu garis lurus

Wajah bayi tidak menghadap


payudara
Tubuh bayi jauh dari tubuh ibu,
tidak ada kontak mata antara ibu
dan bayi (ibu menoleh ke
samping)
Tangan ibu hanya menyangga
bahu bayi (bukan seluruh badan
bayi)

Modul 5, Halaman
121
Teknik menyusui yang salah 2/2

Perlekatan bayi pada payudara ibu

Mulut bayi tidak terbuka


lebar, mengerucut ke
depan
Bibir bawah bayi tidak
melengkung ke luar

Dagu bayi tidak menyentuh


payudara

Modul 5, Halaman
122
meningkatkan
Melihat bayi
FISIOLOGI Menghisap putting Mendengarkan
suara bayi
Mencium bayi
Mekanoreseptor di puting Memikirkan untuk
menyusui bayi

menghambat
Hipotalamus Stress (bingung/
pikiran kacau,
takut, cemas)

Jalur saraf Prolaktin Inhibiting


Hormon
Hipofisis posterior Prolaktin Releasing
Hormon
Oksitosin
Hipofisis anterior
Kontraksi sel mioepitel
yg mengelilingi alveolus prolaktin

Penyemprotan susu sekresi susu
3. Pemberian ASI ad libitum
Pemberian ASI jangan dijadwal, nanti bayi
akan mengatur sendiri kapan ia ingin
menyusu
4. Mengosongkan payudara
Pada hari2 pertama, ASI belum banyak
Setelah ASI banyak, bayi harus mengosongkan salah
1 payudara baru menyusu pada payudara lainnya
Untuk penyusuan berikutnya, mulai dari payudara
yang belum kosong
Keuntungan pengosongan payudara tiap kali
menyusu :
Umpan balik untuk merangsang pembentukan ASI
Mencegah bendungan ASI dan komplikasinya
Bayi mendapat komposisi ASI yang lengkap
Cara bayi mengeluarkan ASI
ASI diperah oleh lidah
126
127
128
129
130
131
132
5. Tidak memberikan minuman
lain sebelum ASI keluar
Bayi sehat cukup bulan punya
cadangan cairan dan energi
mempertahankan metabolisme
selama 72 jam
Hisapan bayi yang terus-menerus
merangsang kluarnya kolostrum
Pemberian minuman lain sebelum
ASI keluar keinginan bayi untuk
menghisap pengeluaran ASI
tertunda
Cara memerah ASI dengan
tangan
nipple puller
7. Ajari ibu menyimpan ASI
perah

8. Ajari ibu memberikan ASI perah


ASI yang sudah disimpan di lemari pendingin,
direndam dalam air panas, berikan pada bayi
Sisa ASI yang sudah dihangatkan tidak boleh
dikembalikan ke dalam lemari es
ASI yang disimpan di lemari pembeku harus
dipindahkan ke lemari pendingin sebelum
dihangatkan
ASI perah sebaiknya tidak diberikan dengan botol
9. Berikan ASI formula hanya
bila ada indikasi medis
Pemberian ASI pada keadaan khusus :
Bayi kurang bulan (BKB)
Bayi dari ibu dengan TBC paru menyusui dengan
menggunakan masker
Bayi dari ibu dengan hepatitis B HbsAg positif boleh
menyusui asalkan bayinya telah diberikan vaksin Hepatitis
B + HbIg
Bayi dari ibu dengan varicella / herpes zooster bila tidak
ada lesi
Bayi dari ibu dengan CMV ASI dipasteurisasi
Bayi dari ibu dengan HIV tidak boleh campur dengan
susu formula, berikan ASI perah
Bayi dari ibu dengan penyakit infeksi
Kolostrum
Disekresi pada hari 1 4 pasca persalinan
Kental , lengket, berwarna kekuningan
Kandungan protein (t.u imunoglobulin IgG, IgA,
IgM), mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel
darah putih lebih tinggi daripada ASI matur
Rendah lemak dan laktosa
Volume yang ada dalam payudara (150-300
ml/hari) mendekati kapasitas lambung bayi
usia 1 2 hari
Pencahar ideal (membersihkan zat yang tidak
terpakai dari usus BBL, mempersiapkan GIT bayi)
ASI Transisi/Peralihan
Keluar setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang (hari 4-10)
Selama 2 minggu, volume ASI
bertambah banyak, berubah warna
serta komposisinya
Kadar imunoglobulin dan protein
meningkat
Kadar lemak dan laktosa menurun
ASI Matur
Disekresi pada hari ke-10 dan
seterusnya
Berwarna putih
Kandungannya relatif konstan
Tidak menggumpal bila dipanaskan
Foremilk & Hindmilk
Foremilk :
Air susu yang mengalir pertama kali atau saat
5 menit pertama
Lebih encer
Rendah lemak
Tinggi laktosa, gula, protein, mineral, air

Hindmilk :
Kaya lemak dan nutrisi
Membuat bayi lebih cepat kenyang
Kekurangan susu botol
- Meningkatkan resiko infeksi
- Obesitas
Pemberian ASI
- ASI ekslusif selama 6 bulan (100%)
- Dari 6 bulan-12 bulan (60-70%)
masih merupakan makanan utama
bayi, perlu ditambah MPASI
- > 12 bulan 2 tahun (30%) tetap
dianjurkan
LO 7

KONTRASEPSI
KB
Perencanaan kehidupan masing masing pasangan
suami istri, melahirkan dan mendidik anak
Program KB Nasional tahun 2010 mempunyai 2
komponen penting :
pengendalian kelahiran dan pembinaan kesehatan reproduksi
Pembangunan keluarga sebagai beyond family planning(KB
berorientasi pd satu keluarga, bukan 1 individu lg)
Tujuan KB
Mengendalikan jumlah populasi
Menekan angka kelahiran
Meningkatkan derajat kesehatan wanita
Mengurangi kemungkinan AKI
Mengurangi kemungkinan AKB

146
JENIS ALAT KONTRASEPSI (KB) Alamiah

Metode Suhu Basal Tubuh ukur


(termometer suhu basal) + pencatatan
suhu basal mengetahui waktu masa
subur/ovulasi (suhu akan lalu - 37/38
derajat, tetap, 3-4 hr, progesteron - no
corpus luteum)
Metode Kalender ovulasi (14 hr
sebelum menstruasi); masa menstruasi
teratur
Withdrawal methods/senggama
terputus/coitus Interuptus - pria
147
mengeluarkan penis dari vagina sebelum
KB Alamiah
Coitus Interruptus (senggama
terputus): ejakulasi dilakukan di luar
vagina. Efektivitasnya 75-80%. Faktor
kegagalan biasanya terjadi karena ada
sperma yang sudah keluar sebelum
ejakulasi, orgasme berulang atau
terlambat menarik penis keluar.
Prolonged lactation atau menyusui,
selama 3 bulan setelah melahirkan saat
bayi hanya minum ASI dan menstruasi
belum terjadi, otomatis tidak akan hamil.
Tapi begitu Ibu hanya menyusui < 6
148
KB suntik
Wanita yang ingin memakai KB
suntik mendapat suntikan periodik
untuk mencegah kehamilan.
Ada bermacam KB suntik yang
dipasarkan di Indonesia yakni:
Depo Provera (suntikan setiap 3 bulan
sekali)
Noristerat (suntikan setiap 2 bulan
sekali)
Cyclofem (suntikan 1 bulan sekali)
149
KB spiral

Suatu benda kecil dari plastik yang


lentur
Dimasukkan ke dalam rahim melalui
vagina
Kebanyakan punya lilitan tembaga
(Copper, Cuprum, Cu),
Kebanyakan mempunyai benang
namun ada juga yang tidak
berlogam; 150
KB PIL
Pil KB kombinasi (Combined Oral Contraceptives = COC)
Mengandung 2 jenis hormon wanita yaitu estrogen dan
progesteron.
Mekanisme kerjanya untuk mencegah kehamilan adalah
sebagai berikut:
Mencegah pematangan dan pelepasan sel telur
Mengentalkan lendir leher rahim, sehingga menghalangi penetrasi
sperma
Membuat dinding rongga rahim tidak siap untuk menerima dan
menghidupi hasil pembuahan
Pil KB progesteron (Mini pill = Progesterone Only Pill =
POP) hanya berisi progesteron, bekerja dengan
mengentalkan cairan leher rahim dan membuat kondisi
rahim tidak menguntungkan bagi hasil pembuahan.

151
KONDOM PRIA
Selubung tipis terbuat dari karet, plastik (polivinil) atau
bahan alamiah, tanpa atau diberi spermisida untuk
menambah efek kontraseptif.
Selubung harus disarungkan pada penis saat penis telah
dalam kondisi ereksi.
Kualitas kondom tergantung bahan dasarnya, bentuk,
warna, lubrikasi/ pelumasan, ketebalan, tekstur dan ada-
tidaknya tambahan spermisida (biasanya nonoxynol-9).
Jenis-Jenis Kondom Pria
Lateks (karet)
Plastik (polivinil)
Bahan alamiah (bahan hewani)

152
153
KONDOM WANITA

Kondom wanita adalah kondom yang


dirancang khusus untuk digunakan oleh
perempuan yang berbentuk tabung
silinder yang dimasukkan ke dalam alat
kelamin atau kemaluan wanita.
Kondom khusus kaum perempuan memiliki
dua ujung di mana ujung yang satu yang
dimasukkan ke arah rahim tertutup
dengan busa untuk menyerap sperma dan
ujung yang lain ke arah luar terbuka.
154
155
156
157
Vasektomi dan Tubektomi

158
OBAT SPERMATISID
Terdiri dari 2 komponen :
Nonilfenoksi polietanol berbentuk busa krim, tissue atau agar
Daya guna daya guna teoritis: 3 kehamilan/100 tahun
Daya guna pemakaian 30 kehamilan/100 tahun
Efek samping : alergik, rasa tidak enak
TUBEKTOMI
Cara: pomeroy, knoener (fimbriektomi), irving, Uchida, pemasangan cincin
falope, klip Filshie, elktokoagulasi disertai pemutusan tuba

Indikasi Tubektomi:
1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup
2. 30 tahun dengan 3 anak hidup
3. 35 tahun dengan 2 anak hidup
Dikenal sebagai indikasi 100 (umur ibu X anak =100)

PKMI menganjurkan 3 syarat:


Sukarela, bahagia dan sehat

Anda mungkin juga menyukai