Anda di halaman 1dari 18

STRUKTUR BANGUNAN TINGGI

ANALISA GAYA PADA


BANGUNAN TINGGI

DOSEN:
IR. SENTJIAKI P, MT

KELOMPOK:
1. DIANE EKA S ( 1441401995)
2. QONITAH PUSPITA H ( 1441502132 )
3. LUTHFIA ADIANA ( 1441502151 )
BEBAN-BEBAN PADA
STRUKTUR BANGUNAN
BERTINGKAT
Beban-beban pada struktur bangunan bertingkat, menurut
arah bekerjanya dapat dibagi menjadi dua, yaitu : (PBI, 1983)

1. Beban Vertikal (Gravitasi).


a. Beban Mati (Dead Load).
b. Beban Hidup (Live Load).
c. Beban Air Hujan.

2. Beban Horizontal (Lateral).


a. Beban Gempa (Earthquake).
b. Beban Angin (Wind Load).
c. Tekanan Tanah dan Air Tanah.

Pada perencanaan konstruksi bangunan bertingkat ini, beban-


beban yang diperhitungkan adalah beban mati, beban hidup,
beban air hujan pada atap, beban angin pada atap, dan
beban gempa.
1.1. Beban Mati
Beban mati adalah berat semua bagian dari suatu gedung Besarnya beban mati pada suatu gedung dapat di lihat pada tabel di bawah ini :
yang bersifat tetap, termasuk segala beban
Tabel 2.3.1. Berat sendiri bangunan dan komponen gedung
tambahan,finishing,mesin-mesin serta peralatan tetap
yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung N
Berat
tersebut. Bahan Bangunan Sendiri
O
(Kg/m3)
Beban mati yang di perhitungkan terdiri dari : 1 Baja 7850
2 Batu alam 2600
a.Berat kolom sendiri 3 Batu belah, batu bulat, atau batu gunung(berat 1500
4 tumpuk) 700
b.Berat sendiri balok induk, baloksloof,balok anak, balok 5 Batu karang (berat tumpuk) 1450
ring. 6 Batu pecah 7250
7 Besi tuang 2200
c.Berat dindingprecast
8 Beton 2400
d.Berat pelat lantai 9 Beton bertulang 1000
10 Kayu (kelas I) 1650
e.Berat penutup lantai 11 Kerikil, koral (kering udara sampai lembab, 1700
12 tanpa ayak) 2200
13 Pasangan bata merah 2200
14 Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung 1450
15 Pasangan batu cetak 1600
16 Pasangan batu karang 1800
17 Pasir (kering udara sampai lembab) 1850
18 Pasir (jenuh air) 1700
19 Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembab) 2000
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983) 20 Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai 11400
lembab)
Tanah, lempung dan lanau (basah)
1.2. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat pemakaian dan
penghunian suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang
berasal dari barang-barang yang dapat berpindah dan/ atau beban
akibat air hujan pada atap.(SNI 03-2847-2002, Pasal 3.8)
Termasuk beban berat manusia dan perabotnya atau beban menurut
fungsinya :
Ruang Kantor
Ruang Pertunjukkan
Parkir
Pada atap termasuk juga beban akibat air hujan(berat genangan
dan akibat tekanan jatuh), beratmanusia, perabot, barang yang
disimpan, dan bebanyang diakibatkan oleh salju atau air hujan,
jugatemasuk ke dalam beban hidup
Tabel 2.3.2. Beban Hidup
Berat
N
Bahan Bangunan Sendiri
O
(Kg/m3)
1 a. Lantai dan tangga, kecuali yang di sebut 200
2 dalam (b) 125
b. Lantai dan rumah tinggal sederhana dan
gudang-gudang tidak penting, yang bukan
3 untuk toko atau ruang kerja 250
c. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko,
4 restorant, hotel, asrama dan rumah sakit. 400
5 d. Lantai ruang olahraga 500
e. Lantai ruang dansa
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983)
2.1. Beban Angin
Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau
bagiannya karena adanya selisih tekanan udara (hembusan
angin kencang). Beban angin ini ditentukan dengan
menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif
(isapan angin), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang
bangunan yang ditinjau. (
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/civil-eng
ineering/2005/Artikel_10300035.pdf
)

2.2. Beban Gempa


Beban gempa adalah semua beban statistic ekuivalen
yang bekerja pada gedung atau bagiangedung yang
menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa
itu. Dalam hal pengaruh gempa pada struktur gedung di
tentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka
yang di artikan dengan beban gempa di sini adalah
gaya gaya dalam struktur tersebut yang terjadi oleh
gerakan tanah akibat gempa itu.
3. Beban additional
Beban additional adalah beban yang memiliki nilai lebih besar dari nilai beban mati atau beban hidup dan merupakan bagian
dari struktur yang harus ditinjau ulang. Contoh beban additional adalah :

Tandon air di atas bangunan

Kuda Kuda

Tangga

Lift

4. BebanKhusus(particularlyload):
Akibatselisihsuhu,pengangkatandanpemasangan(mis.padastrukturbetonpracetak),perbedaanpenurunanfon
dasi,gaya rem, gaya dinamik dari mesin2 etc.)
GAYA STRUKTURAL PADA
BANGUNAN
Sistem Gaya Gravitasi (Vertical
Force)
Beban gravitasi merupakan beban yang berasal dari struktur beban mati &
beban hidup (beban hidup sesuai fungsi bangunan). Beban tersebut
sementaraditampungolehplatlantai diteruskan pada balok menuju
kolom penyangga, ditambah beban balok dan kolom untuk di distribusikan
ke pondasi.

Penyaluranbebanverticalinidapatmelalui kolom atau bidang tegak baik


solid atau bidang rangka yang bekerja sebagai penahan/ memikul beban
vertikal.

Elemenpadabangunanyangdapatmenahan gaya gravitasi / gaya


vertikal yang berasal dari beban mati & beban hidup tersebut diantaranya
adalahelemen-elemenutamastrukturyang berupaKolom, balok, plat
lantai dimana beban-beban didistribusikan secara struktural.

(Sumber : http://www.academia.edu/15999776/Beban_and_Gaya_Pada_Bangunan)
Sistem Gaya Lateral (Horizontal
Force)
Elemen pada bangunan yang dapat menahan gaya lateral / gaya horizontal yang
berasal dari beban angin maupun beban gempa tersebut diantaranya adalah elemen-
elemen utama struktur yang berupa pengaku gaya lateral seperti portal penahan
momen, dinding geser atau juga rangka pengaku (bracing).

Tetapi untuk pencapaian stabilitas serta daktilitas yang optimum dapat digunakan cara
penggabungan antara portal penahan momen dengan dinding geser.

Yang paling penting pada struktur bangunan tinggi adalah stabilitas serta kemampuan
untuk menahan gaya lateral. Gaya lateral (gaya horizontal) ini bisa disebabkan angin
yang terkait pada ketinggian bangunan juga beban gempa yang terkait pada massa
bangunan.
Sistem Gaya Tekan
Gaya tekan (compression force) adalah gaya yang menekan elemen dan cenderung akan menyebabkan kehancuran
atau tekuk pada elemen. Elemen yang pendek cenderung hancur, dan mempunyai kekuatan relatif setara dengan
kekuatan elemen tersebut apabila mengalami tarik. Sebaliknya, kapasitas pikul beban elemen tekan semakin kecil
untuk elemen yang semakin panjang. Material yang paling baik menahan gaya tekan adalah beton.

Sistem Gaya Tarik


Gaya tarik adalah gaya yang mempunyai kecenderungan untuk menarik elemen hingga putus. Tegangan tarik dan
tegangan tekan ini bekerja dalam arah tegak lurus permukaan penampang. Kekuatan elemen yang mengalami
lentur tergantung pada distribusi material pada penampang, juga jenis materialnya. Sebagai respon atas adanya
lentur, penampang mempunyai bentuk-bentuk khusus, misalnya profil sayap lebar dari baja, atau penampang
beton bertulang yang menggunakan tulangan baja sebagai pemikul tarik. Material yang paling baik menahan gaya
tarik adalah baja.
Sistem Gaya Geser
Gaya geser (shear ) adalah keadaan gaya yang berkaitan dengan aksi gaya-gaya berlawanan arah, yang
menyebabkan satu bagian struktur tergelincir terhadap bagian di dekatnya. Tegangan yang timbul disebut sebagai
tegangan geser (shear stress), yang bekerja dalam arah tangensial permukaan gelincir. Tegangan geser umum
terjadi pada balok. Material yang paling baik menahan gaya geser adalah baja dalam bentuk sengkang.
Sistem Gaya Puntir
Torsi (torsion) adalah gaya puntir. Baik tegangan tarik maupun tekan terjadi pada elemen yang mengalami torsi. Tegangan
tumpu (bearing stress) terjadi antara bidang muka dua elemen apabila gaya-gaya disalurkan dari satu elemen ke elemen
lainnya. Sebagai contoh, tegangan tumpu pada ujung-ujung balok yang terletak di atas dinding atau kolom. Tegangan-
tegangan yang terjadi mempunyai arah tegak lurus permukaan elemen. Defleksi (deflection) yang diakibatkan beban pada
elemen harus dibatasi pada taraf yang diijinkan. Tegangan dan interaksi tegangan dapat saja terjadi pada elemen struktur.
Material yang paling baik menahan gaya puntir (torsi) adalah baja dan kawat baja dalam bentuk sengkang yang mengikat
beberapa tulangan baja didalam beton bertulang.
Sistem Gaya Tekuk

Gaya tekuk adalah gaya yang terjadi karena elemen tekan panjang tidak stabil, dan dapat secara tiba-tiba
menekuk pada taraf beban kritis. Ketidakstabilan tiba-tiba yang menyebabkan elemen tidak dapat memikul beban
tambahan sedikitpun, bisa terjadi tanpa terjadi kelebihan tegangan pada material. Fenomena ini disebut tekuk
(buckling). Karena adanya fenomena tekuk ini, maka elemen tekan yang panjang tidak dapat memikul beban yang
sangat besar. Material yang paling baik menahan gaya tekuk adalah baja dan tulangan baja didalam beton.
Sistem Gaya Normal

Gaya normal adalahgaya yang bekerja sejajar dengan sumbu memanjang balok atau batang . gaya ini dapat
mengakibatkan balok tertekan atau tertarik tergantung pada arah gaya. Apabila suatu balok tidak mampu
menahan gaya normal yang bekerjamaka suatu balok akan menalami perubahan dimensi dan dapat
menyebabkanpecah .
Sistem Gaya Lentur

Gaya lentur adalahgaya lentur yang bekerja pada suatu balok atau batang. Besarnya gaya lentur padasuatutitik
sama dengangaya di kali jarak terhadap titik tersebut . gaya ini dapat mengakibatkan perubahan bentuk
penampang . apabila suatu balok tidak mampu menahan gaya geser yang bekerja maka balok tersebut akan
melengkung dan akan patah atauhancur.
NAMA OBJEK: HARRIS HOTEL
SKYLINE TOWER
ALAMAT: JL MAYJEND SUNGKONO NO. 173, SURABAYA

HARRIS HOTEL SKYLAND


SURABAYA merupakan
Hotel berbintang 4 yang
dirancang dengan gaya
minimalis modern. Dengan
lokasi premium di pusat
Surabaya Barat yang
berkembang pesat,
dukungan insfrasruktur
high-end serta fasilitas
bisnis berkualitas lainnya,
SKYLINE OFFICE TOWER
menjadi daya tarik
tersendiri bagi market
bisnis medium hingga
kelas atas. Baik skala
nasional maupun
multinasional yang
menginginkan gedung
perkantoran berkualitas
premium grade A.
GAYA
TEKAN
Dari lantai 1 hingga 5 menjadi gaya yang menekan elemen dari lantai 6 sampai
lantai 29. Elemen yang pendek cenderung hancur, dan mempunyai kekuatan
relatif setara dengan kekuatan elemen tersebut apabila mengalami tarik.
Sebaliknya, kapasitas pikul beban elemen tekan semakin kecil untuk elemen
yang semakin panjang. Material yang paling baik menahan gaya tekan adalah
beton.
GAYA
PUNTIR
Terdapat balok pada tiap lantainya yang
menjadikan gaya puntur pada bangunan
ini. Torsi (torsion) adalah gaya puntir.
Baik tegangan tarik maupun tekan terjadi
pada elemen yang mengalami torsi.
Tegangan tumpu (bearing stress) terjadi
antara bidang muka dua elemen apabila
gaya-gaya disalurkan dari satu elemen
ke elemen lainnya.
GAYA TARIK
Gaya tarik adalah gaya yang mempunyai kecenderungan
untuk menarik elemen hingga putus. Tegangan tarik dan
tegangan tekan ini bekerja dalam arah tegak lurus
permukaan penampang.
GAYA
NORMAL

Gaya normal adalahgaya yang bekerja sejajar dengan sumbu memanjang balok atau batang . gaya ini dapat
mengakibatkan balok tertekan atau tertarik tergantung pada arah gaya. Apabila suatu balok tidak mampu
menahan gaya normal yang bekerjamaka suatu balok akan menalami perubahan dimensi dan dapat
menyebabkanpecah .
GAYA GEMPA
VERTIKAL
BANGUNAN YANG RUSAK
Menara miring Pisa (dalam Bahasa Italia: Torre pendente di Pisa) atau yang biasa disebut The Tower
of Pisa (La Torre di Pisa) adalah sebuah menara lonceng dari sebuah katedral di kota Pisa, Italia. Menara
ini terletak di belakang katedral dan merupakan struktur ketiga di Campo dei Miracoli (keajaiban) Pisa.

Walaupun rencana semula dibangun secara vertikal, menara itu mulai miring ke arah tenggara segera
setelah dilakukan konstruksi di tahun 1173, dikarenakan pondasi yang tak sempurna.
Menara itu pertama kali miring setelah lantai ketiga dibangun di tahun 1178, dikarenakan amblasnya
pondasi sedalam tiga meter, akibat pergerakan tanah. Ini berarti bahwa desain dari menara tersebut telah
cacat sejak pada awalnya.
Untuk mengimbangi kemiringan dibuat bangunannya lebih tinggi pada satu sisi, ini membuat menara ini
miring kearah lain. Dengan demikian bangunan ini sendiri menjadi melengkung.

Kemiringannya tercatat sampai 5.5 derajat atau 3.9 meter dari seharusnya jika tegak lurus.

Tahun 1964 pemerintah meminta bantuan agar bangunan tidak rubuh tetapi tetap mempertahankkan
kemiringanya untuk menarik minat wisatawan.
Spesifikasi

Tinggi menara 55.86 meter dari bagian terendah dan 56.70


meter dari bagian tertinggi bangunan. Lebar tembok di dasar
4.09 meter dan lebar di puncak bangunan 2.48 meter. Jumlah
tangga keatas 294-296. Kemiringan sebelum distabilkan adalah
5.5 derajat, setelah proses stabilisasi kemiringannya menjadi
3.99 derajat. Atau miring 3, 9 meter pada puncak menara.

Jumlah lantai 8, jumlah lonceng 7 buah dengan masing-masing


seberat 562 kg lonceng ketujuh, 1,000 kg lonceng keenam,
1,014 kg lonceng kelima, 300 kg lonceng keempat 1,448 loceng
ketiga, 2,462 kg lonceng kedua serta 3,620 kg lonceng pertama.
Semua lonceng ini dibuat pada tahun yang berbeda bahkan ada
yang jaraknya sampai 400 tahun.

Anda mungkin juga menyukai