Oleh:
Rina Yuniarti, S.Farm, Apt
Pengertian ??
Kata anestesi berasal dari bahasa yunani yang
berarti keadaan tanpa rasa sakit.
Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu
anestesi lokal dan anestesi umum. Pada
anestesi lokal hilangnya rasa sakit tanpa disertai
hilangnya kesadaran, sedangkan pada anestesi
umum hilangnya rasa sakit disertai hilangnya
kesadaran.
ANESTESI UMUM
Anestesi umum adalah tindakan
menghilangkan rasa nyeri/sakit secara
sentral disertai hilangnya kesadaran dan
dapat pulih kembali (reversible).
Komponen trias anestesi ideal terdiri dari
hipnotik, analgesik, dan realksasi otot.
Cara pemberian anestesi umum:
Parenteral (intramuskular/intravena). Digunakan untuk tindakan
yang singkat atau induksi anestesi. Umumnya diberikan
Tiopental, namun pada kasus tertentu dapat digunakan ketamin,
diazepam, dll. Untuk tindakan yang lama anestesi parenteral
dikombinasikan dengan cara lain.
Perektal. Dapat dipakai pada anak untuk induksi anestesi atau
tindakan singkat.
Anestesi inhalasi, yaitu anestesi dengan menggunakan gas atau
cairan anestesi yang mudah menguap sebagai zat anestesi
melalui udara pernafasan. Zat anestetik yang digunakan berupa
campuran gas (dengan O2) dan konsentrasi zat anestetik
tersebut tergantung dari tekanan parsialnya. Tekanan parsial
dalam jaringan otak akan menentukan kekuatan daya anestesi,
zat anestetik tersebut dikatakan bila dengan tekanan parsial yang
rendah sudah dapat memberikan annestesi yang adekuat.
ANESTESI LOKAL
Merupakan tindakan menghilangkan nyeri/sakit secara lokal tanpa
disertai hilangnya kesadaran.
Pemberian anestetik lokal dapat dengan teknik:
Anestesi permukaan, yaitu pengolesan atau penyemprotan
analgetik lokal diatas selaput mukosa seperti mata, hidung atau
faring.
Anestesi infiltrasi, yaitu penyuntikan larutan analgetik lokal langsung
diarahkan di sekitar tempat lesi, luka atau insisi. Cara infiltrasi yang
sering digunakan adalah blokade lingkar dan obat disuntikkan
intradermal atau subkutan.
Anestesi blok, yaitu penyuntikan analgetik lokal langsung ke saraf
utama atau pleksus saraf.
Analgesi regional intravena, yaitu penyuntikan larutan analgetik
lokal intravena.
OBAT PREMEDIKASI
Pemberian obat premedikasi bertujuan:
a) Menimbulkan rasa nyaman pada pasien
(menghilangkan kekhawatiran, memberikan
ketenangan, membuat amnesia, memberikan analgesi)
b) Memudahkan/memperlancar induksi, rumatan, dan
sadar dari anestesi
c) Mengurangi jumlah obat-obatan anestesi
d) Mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardi, mual,
dan muntah pasca anestesi
e) Mengurangi stress fisiologis (takikardia, nafas cepat, dll)
f) Mengurangi keasaman lambung
Obat-obat yang dapat diberikan sebagai
premedikasi pada tindakan anestesi
A. Analgetik Narkotik
Morfin
Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg (0,1-0,2 mg/kgBB)
intramuskular. Diberikan untuk mengurangi kecemasan
dan ketegangan pasien menjelang operasi, dan agar
anestesi berjalan dengan tenag dan dalam.
Petidin
Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg (1-1,5 mg/kgBB)
intravena. Diberikan untuk menekan tekanan darah dan
pernafasan serta merangsang otot polos.
B. Barbiturat
Pentobarbital dan Sekobarbital
Diberikan untuk menimbulkan sedasi. Dosis
dewasa 100-200 mg, pada anak dan bayi 1
mg/kgBB secara oral atau intramuskular.
Keuntungannya adalah masa pemulihan tidak
diperpanjang dan kurang menimbulkan reaksi
yang tidak diinginkan. Yang mudah didapat
adalah fenobarbital dengan efek depresan yang
lemah terhadap pernafasan dan sirkulasi serta
jarang menyebabkan mual dan muntah.
C. Antikolinergik
Atropin
Diberikan untuk mencegah hipersekresi
kelenjar ludah dan bronkus selama 90
menit. Dosis 0,4-0,6 mg intramuskular
bekerja setelah 10-15 menit.
D. Obat Penenang (transquillizer)
Diazepam
Diazepam (valium) merupakan golongan
benzodiazepin. Pemberian dosis rendah bersifat
sedatif sedangkan dosis besar hipnotik.
Dosis premedikasi dewasa 10 mg intramuskular
atau 5-10 mg oral (0,2-0,5 mg/kgBB) dengan
dosis maksimal 15 mg. Dosis sedasi pada
analgesi regional 5-10 mg (0,04-0,2 mg/kgBB)
intravena. Dosis induksi 0,2-1 mg/kgBB
intravena.
OBAT ANESTESI INHALASI
Dinitrogen Oksida (N2O/ gas gelak)
N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau
manis, tidak iritatif, tidak berasa, lebih berat dari pada
udara, tidak mudah terbakar/meledak dan tidak bereaksi
dengan soda lime absorber (pengikat CO2).
Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dalam
kombinasi N2O:O2 yaitu 60%:40%, 70%:30%, dan
50%:50%. Dosis untuk mendapatkan efek analgesik
digunakan dengan perbandingan 20%;80%, untuk
induksi 80%:20%, dan pemeliharaan 70%:30%.
Halotan
Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enek,
tidak iritatif, mudah menguap, tidak mudah
terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime, dan
mudah diuraikan cahaya. Halotan merupakan obat
anestetik dengan kekuatan 4-5 kali eter atai 2 kali
kloroform. Keuntungan penggunaan halotan adalah
induksi cepat dan lancar, tidak mengiritasi jalan nafas,
bronkodilatasi, pemulihan cepat, proteksi terhadap syok,
jarang menyebabkan mual/muntah. Kerugiannya adalah
sangat poten, relatif terjadi over dosis, analgesi dan
relaksasi yang kurang, harus dikombinasika dengan obat
analgetik dan relaksan, harga mahal,menimbulkan
hipotensi, aritmia, dll.
Etil Klorida
Merupakan cairan tidak berwarna, sangat
mudah menguap, dan mudah terbakar. Anestesi
dengan etil klorida cepat terjadi namun cepat
hilang. Induksi dapat dicapai dalam 0,5-2 menit
dengan waktu pemulihan 2-3 menit sesudah
pemberian anestesi dihentikan. Etil klorida
sudah tidak dianjurkan digunakn sebagai
anestesi umum. Sebagai anestesi lokal etil
klorida digunakan dengan cara disemprotkan
pada kulit sampai beku.
Eter (Dietil Eter)