Anda di halaman 1dari 17

IgE- mediated soy protein sensitization in

children with cows milk allergy


Sensitisasi protein soya dimediasi IgE pada anak dengan alergi susu sapi

Rezha Adhitya Lebang


2013730091

Pembimbing : dr. Aswita, Sp.A


PENDAHULUAN
Meningkatnya jumlah pemberian formula susu sapi, terutama pada anak
yang asupan ASI-nya tidak adekuat, membuat kejadian alergi susu sapi pada
anak semakin meningkat.

Studi di RSCM menunjukkan Diperkirakan terdapat 30.000


angka kejadian alergi susu sapi anak yang alergi susu sapi di
pada anak sebesar 2,4%5 Yogyakarta6

Formula berbasis protein soya digemari sebagai Namun, sensitisasi


pengganti formula susu sapi karena terhadap susu formula
hipoalergenik, relatif murah, rasanya lebih soya dapat terjadi pada
mudah diterima, dan mengandung nutrisi anak dengan alergi susu
adekuat untuk tumbuh kembang 7 sapi

5. Indonesian Pediatrics Association. Alergi susu sapi. In: Standar pelayanan medis kesehatan anak. 1st ed. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI; 2004. p. 3-6.
6. Juffrie M. Alergi makanan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2003.
7. Seppo L, Korpela R, Lonnedal B, Mersaniitty L, Backman KJ, Klemola T. A follow-up of nutrient intake, nutritional status, and
growth in infants with cow milk alergy fed either a soy formul or an extensively hydrolized whey formula. Am J Clin Nutr. 2005;82:
TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui apakah alergi susu sapi merupakan


faktor risiko untuk sensitisasi protein soya pada anak
METODE
Studi eksperimental dengan pemberian formula soya
pada kelompok anak dengan alergi susu sapi dan
kelompok anak yang tidak alergi susu sapi

Studi ini dilaksanakan di RS Bhakti Ibu Yogyakarta dari


september 2007 -maret 2008 pada anak di bawah 4
tahun dengan riwayat atopi.

Anak dengan kelainan kongenital dan reaksi alergi


berat diekslusi (anafilaktik syok dan dermatitis atopi
berat)

Kedua kelompok diberikan susu formula soya dan pada


minggu ke 6 di uji sensitisasinya terhadap soya
Kriteria inklusi :
Anak usia <4 tahun
Kriteria eksklusi:
Riwayat atopi
Kelainan
Tidak pernah konsumsi
kongenital
formula soya
Reaksi alergi berat
Uji cukit kulit terhadap
protein soya negatif

Subjek dibagi menjadi dua kelompok :


Kelompok dengan uji cukit kulit
susu sapi positif
Kelompok dengan uji cukit kulit
susu sapi negatif (kontrol)

Pemberian susu formula soya dan follow up


setelah 6 bulan dengan uji cukit kulit
terhadap protein soya
HASIL
Setelah 6 minggu follow up tidak ditemukan sensitisasi
terhadap protein soya pada semua subjek dari kedua
kelompok (uji cukit kulit negatif pada semua subjek)
DISKUSI
Penemuan utama

Pada penelitian ini, tidak ditemukan adanya sensitisasi


terhadap protein soya pada semua subjek dari kedua
kelompok (uji cukit kulit negatif pada semua subjek)

Kemungkinan alasan :
1. Subjek mengalami toleransi lebih awal terhadap protein soya
karena konsumsi makanan berbasis protein soya seperti
tempe, tahu, kecap, oncom, dan tauco.
2. Pada penelitian ini yang digunakan adalah isolat protein soya
yang kemungkinan kurang alergenik
KESIMPULAN

Alergi susu sapi tidak meningkatkan risiko


sensitisasi terhadap protein soya yang dimediasi
IgE pada anak
PEMBAGIAN REAKSI HIPERSENSITIVITAS
MENURUT MEKANISME

Reaksi hipersensitivitas oleh Robert Coombs dan Philip


Gell (1963) dibagi dalam 4 tipe reaksi berdasarkan
kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi yaitu tipe I, II,
III dan IV.
Tipe I : Hipersensitivitas cepat (Anafilaktik)
Tipe II : Hipersensitivitas sitotoksik
Tipe III : Hipersensitivias kompleks imun
Tipe IV : Hipersensitivitas lambat (berperantara sel)
Catatan : Tipe I, II, III berperantara antibodi
Tipe I : Hipersensitivitas cepat
(anafilaktik)
Hipersensitivitas cepat timbul sebagai reaksi
jaringan yang terjadi dalam beberapa menit
setelah antigen (alergen) bergabung dengan
antibodi yang sesuai. Pada reaksi tipe I
alergen yang masuk ke dalam tubuh
menimbulkan respons imun berupa produksi
IgE dan penyakit alergi seperti rinitis alergi,
asma dan dermatitis atopi.
Urutan kejadian reaksi tipe I
Fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan IgE
sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada
permukaan sel mast dan basofil.
Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara
pajanan ulang dengan antigen yang spesifik
Fase efektor yaitu waktu terjadinya respons yang
kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator-
mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas
farmakologik.
Langkah mekanisme umum pada
hipersensitivitas cepat
Antigen menginduksi sel B untuk membentuk
antibodi IgE yang mengikat erat dengan bagian
Fc-nya pada sel mast dan basofil.
Beberapa minggu kemudian, apabila tubuh
terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka
antigen akan diikat oleh IgE yang sudah ada
pada permukaan sel mast dan basofil.
Akibat ikatan antigen-IgE, sel mast dan basofil
mengalami degranulasi dan melepas mediator
dalam waktu beberapa menit.
Tipe II: Hipersensitivitas sitotoksik
Antibodi yang diarahkan pada antigen per-
mukaan sel akan mengaktifkan komplemen
untuk merusak sel. Antibodi (IgG atau IgM)
melekat pada antigen lewat daerah Fab dan
bekerja sebagai suatu jembatan ke komplemen
lewat daerah Fc. Akibatnya dapat terjadi lisis
yang berperantara-komplemen, seperti yang
terjadi pada anemia hemolitik, reaksi transfusi
ABO,atau penyakit hemolitik Rh.
Tipe III : Hipersensitivitas kompleks
imun
Bila antibodi bergabung dengan antigen
khususnya, terbentuklah kompleks imun.
Biasanya, kompleks imun ini dengan cepat
dibuang oleh RES, tetapi kadang-kadang
kompleks ini tetap bertahan dan diendapkan
dalam jaringan, sehingga mengakibatkan
beberapa penyakit.
Pada infeksi bakteri atau virus yang kronis,
kompleks imun dapat diendapkan pada organ
tubuh (misalnya ginjal), sehingga fungsinya
terganggu
Tipe IV : Hipersensitivitas lambat
(berperantara sel)
Hipersensitivitas berperantara sel merupakan
fungsi limfosit T, bukan fungsi antibodi.
Hipersensitivitas ini dapat dipindahkan oleh sel
T yang terlibat secara imunologik tetapi tidak
oleh serum.
Respons ini lambat artinya, dimulai beberapa
jam (atau hari) setelah kontak dengan antigen
dan sering berlangsung selama beberapa hari.

Anda mungkin juga menyukai