Anda di halaman 1dari 28

PRAJURIT TNI

TELADAN
SOEDIRMAN
MASA KECIL HINGGA DEWASA
Soedirman dilahirkan pada tgl 24 Januari 1916. Ayahnya bernama
Karsid Kartawiradji dari Tinggarwangi Jatilawang, seorang mandor
tebu pada pabrik gula di Kalibagor. Ibunya bernama Siyem, berasal
dari Parakan Onje Purwokerto, mereka adalah keluarga petani.
Sejak dalam kandungan Ibunya, Soedirman telah diangkat sebagai
anak oleh R.Tjokrosunaryo, Asisten Wedana (Camat) di Rembang,
Distrik Cahyana, Kab. Purbalingga yang nikah dengan bibi
Soedirman.
Pada th 1930 Soedirman tamat dari HIS, Pd 1932 Soedirman
memasuki Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs ( MULO ) setingkat
SLTP di Cilacap. Setahun kemudian pindah ke Perguruan Parama
Wiworotomo dan tamat pd th 1935. Di sekolah Soedirman termasuk
murid yang cerdas dan rajin mengikuti pelajaran yang di ajarkan
gurunya. Soedirman menunjukan minatnya yg besar pd pelajaran
bhs Inggris, Ilmu tata negara, sejarah dunia, sejarah kebangsaan dan
agama Islam. Demikian tekunnya Soedirman mempelajari agama
islam sehingga oleh teman temannya diberi julukan Kaji
Ia juga aktif di Organisasi kepanduan (sekarang
Pramuka ) Hizbul Wathon ( HW ) yg di asuh oleh
Muhammadiyah. Melalui kegiatan kepanduan ini, bakat
bakat kepemimpinan Soedirman mulai kelihatan, Ia ternyata
seorang pandu yang berdisiplin , militan dan bertanggung
jawab. Hal ini terlihat ketika Hizbul Wathon mengadakan
Jambore di lereng gunung Slamet yg terkenal berhawa
dingin. Pd malam hari udara sedemikian dinginnya,
sehingga anak anak HW tidak tahan tinggal di kemah.
Mereka pergi ke rumah penduduk yang ada di dekat tempat
tersebut, hanya Soedirman sendiri yang tetap tinggal di
kemahnya dengan mengatakan biarlah saya tetap tinggal
disini, inilah latihan untuk dikemudian hari dan boleh jadi
kita alami yang lebih dingin dari pada ini
Setelah lulus dari Parama Wiworo Tomo, Ia menjadi
Guru di HIS Muhammadiyah, Pada th 1936 Soedirman
memasuki hidup baru Ia menikah dengan Siti Alfiah, puteri
Bapak Sastro Atmojo dari Plasen Cilacap yg sudah
dikenalnya sewaktu bersekolah di Parama Wiworo Tomo.
Dari perkawinan ini mereka dikaruniai 7 orang anak. Pada
awal pendudukan Jepang, sekolah Muhammadiyah tempat
mengajar ditutup, berkat perjuangan Soedirman sekolah
tersebut akhirnya boleh dibuka kembali.
Soedirman dan temannya mendirikan koperasi dagang
yg diberi nama Perbi. Dengan berdirinya Perbi, kemudian
Soedirman berusaha mempersatukannya dan akhirnya
berdirilah Persatuan Koperasi Indonesia Wijayakusuma.
Semangat Soedirman untuk aktif membina Badan Pengurus
Makanan Rakyat ( BPMR ), pada th 1943 pemerintah Jepang
mengangkat Soedirman menjadi anggota Syu Sangikai.
Pd pertengahan th 1943 tentara Jepang mulai
terdesak oleh sekutu, Pd bulan Oktober 1943 pemerintah
pendudukan Jepang mengumumkan pembentukan
Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Soedirman sebagai
tokoh masyarakat ditunjuk untuk mengikuti latihan Peta
angkatan kedua di Bogor, selesai pendidikan, Ia
diangkat menjadi Daidanco (Komandan Batalyon)
PETA berkedudukan di Kroya. Disanalah Soedirman
memulai karirnya sebagai seorang prajurit. Pd bulan
Juli 1945 Soedirman dan beberapa orang perwira Peta
lainnya yg termasuk Perwira Militan dipanggil ke Bogor
dengan alasan akan mendapatkan latihan lanjutan.
Hanya kemudian ada kesan bahwa Jepang berniat untuk
menawan mereka.
Sekalipun mereka sudah berada di Bogor pelatihan
lanjutan di batalkan, karena Tgl 14 Agustus 1945 Jepang
sudah menyerah kepada sekutu sesudah itu Soedirman
dan kawan kawannya kembali lagi ke Daidan masing
masing. Pd saat Proklamasi kemerdekaan RI
dikumandangkan Soedirman berada di Kroya, esok
harinya tgl 18 Agustus 1945 Jepang membubarkan Peta
dan Senjata mereka dilucuti.
Setelah pengumuman pembentukan Badan Keamanan
Rakyat (BKR) Soedirman berusaha mengumpulkan
mereka kembali dan menghimpun kekuatan BKR
Banyumas dan sekitarnya. Bersama Residen Banyumas
Mr Iskak Tjokroadisurjo dan beberapa tokoh lainnya,
Soedirman mengambil alih kekuasaan secara damai dari
tangan Jepang.
Sewaktu Tentara Sekutu, yg diwakili oleh Inggris dgn
dibuntuti oleh Belanda dibelakangnya berusaha merebut
kembali kota Magelang, maka meletuslah pertempuran-
pertempuran baru. Soedirman sebagai Panglima Divisi
Divisi V, mengirimkan pasukan Resimen Letkol Isdiman
untuk menghadapi serangan-serangan dari Inggris dan
NICA, Letkol Isdiman gugur di medan pertempuran shg
Kol Soedirman selaku Panglima Divisi V menuntut bela
memimpin langsung pertempuran di Magelang. Dgn
kehadiran Soedirman dimedan laga, semangat dan moril
para prajurit terangkat dan berhasil memukul mundur
Inggris dan NICA sampai dgn Ambarawa.
Untuk membangun ketentaraan Indonesia, R. Urip
Sumoharjo selaku Kepala Staf Markas Besar Umum TKR
menyelenggarakan suatu pertemuan yg dihadiri oleh Kepala
Divisi dan Kepala Resimen se-Jawa dan Sumatera untuk
memilih pimpinan tertinggi TKR. Berkat kewibawaan,
kepemimpinan dan kharismanya, Soedirman terpilih menjadi
pimpinan tertinggi TKR pd 12 Nopember 1945, inilah satu-
satunya pemilihan pimpinan tertinggi tentara yg dilakukan
bukan oleh Pemerintah. Dari pertemuan tsb dihasilkan saran
kpd pimpinan Negara yaitu calon Menhan Sri Sultan HB IX,
calon pucuk pimpinan tertinggi TKR Kol. Soedirman, calon
Kepala Staf Umum TKR Letjen Urip Sumoharjo.
Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah
mempertahankan kedaulatan Negara dan menjaga
keselamatannya. Sudahlah cukup kalau tentara teguh
memegang kewajiban ini. Lagi pula sebagai Tentara
disiplin harus dipegang teguh. Tunduk kepada Pimpinan
atasannya, dengan ikhlas mengerjakan kewajibannya.
Harus diingat pula, bahwa Negara Indonesia tidak cukup
dipertahankan oleh Tentara saja, maka perlu sekali
mengadakan kerja sama yang seerat eratnya dengan
golongan serta badan badan diluar Tentara. Tentara
tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau orang
siapapun juga. Tunduk kepada perintah Pimpinannya,
inilah yang merupakan kekuatan dari Tentara .
Brigade Bathel mendarat di Semarang pd tgl 19 Okt
1945, selanjutnya menuju ke Magelang untuk membebaskan
para tawanan tentara Sekutu. Pasukan Sekutu bertindak
sebagai penguasa yg mencoba melucuti TKR & membuat
kekacauan, Resimen Magelang pimpinan M. Sarbini, Divisi V
dipimpin oleh Kol Soedirman, barisan rakyat, tentara rakyat
mataram dan gabungan barisan Kyai-kyai membalas
tindakan tsb dgn mengepung tentara Sekutu, Gurkha dan
Nica sampai dengan di Ambarawa. Dgn tekanan yg terus
menerus yg dilakukan oleh pasukan yg dipimpin oleh Kol
Soedirman, tepat pukul 04.30 pagi tgl 12 Des 1945
serangan mulai dilancarkan. Pertempuran segera
berkobar di sekitar Ambarawa. Satu setengah jam
kemudian, jalan yg menghubungkan Ambarawa dgn
Semarang sdh dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR.
Pertempuran berlangsung sengit, Kol Soedirman
langsung memimpin pasukannya yg menggunakan taktik
Supit Urang atau pengepungan rangkap shg musuh benar-
benar terkurung. Setelah bertempur 4 hari 4 malam,
akhirnya musuh mundur ke Semarang, maka pada tgl 15
Des 1945 seluruh kota Ambarawa jatuh ketangan pasukan
kita dan Bendera Merah Putih berkibar dgn megahnya di
Benteng Ambarawa yg sejak th 1834 merupakan lambang
kekuasaan pemerintahan Kolonial Belanda. Kemenangan
gemilang di medan Ambarawa telah membuktikan
kemampuan Soedirman sbg seorang panglima perang yg
tangguh. Episode gemilang diabadikan dalam bentuk
Monumen Palagan Ambarawa & diperingati setiap tahun
oleh TNI AD sebagai hari Infanteri atau Hari Juang Kartika.
Amanat Pangsar Soedirman yang sering diucapkan adalah
Pertahankan setiap jengkal tanah pekarangan dan lebih baik
di Bom atum dari pada hidup dijajah kembali hal ini
disampaikan mengingat disana-sini didapat laporan mengenai
kegiatan musuh yg ingin kembali menguasai wilayah kita.
Pertempuran-pertempuran masih terus berlangsung di
Semarang. Hingga awal tahun 1947 berpuluh puluh Kompi
TRI dan Laskar tetap melakukan pengepungan terhadap
kedudukan lawan di Kota tsb. Bukan hanya di Semarang
saja terjadi pertempuran pertempuran semacam itu, tetapi
juga daerah daerah lain. Di pantai Pulaki Bali, Padang
Resimen III dipimpin Kapten Rasyid, kesatuan TRI di antara
Cimahi-Padalarang, di fron Medan dll terjadi pertempuran-
pertempuran besar ataupun kecil untuk berjuang
mempertahankan Kemerdekaan terus menerus berlangsung
dgn semangat Merdeka atau Mati.
Pasukan Belanda terdesak di mana-mana, posisi pasukan kita
dalam keadaan menang disemua fron. Pemerintah
menghendaki perundingan dengan pihak Inggris dan Belanda,
pada tgl 1 Nop 1946 di Linggar Jati. Tentara Patuh, Setia dan
Disiplin terhadap tiap-tiap keputusan Pemerintah Republik .
Belanda mengakui de Facto RI atas Jawa dan Madura, militer
bersepakat menghentikan permusuhan dan mengosongkan
garis perbatasan di daerah-daerah yang didudukinya di Jawa
dan Sumatra dari tentara masing-masing. Bagi para politikus
Kemerdekaan dan Kedaulatan Tanah Air ditentukan dimeja
perundingan, bagi para pejuang bersenjata semua ditentukan
di medan pertempuran melalui tetesan darah dan keringat.
Satu alur perbedaan pendapat mulai membentang antara
kedua kekuatan perjuangan. Setelah bubarnya kabinet Syahrir
pd tgl 27 Juni 1947, Belanda melakukan serangan dimana-
mana, persetujuan Linggar Jati tdk lagi berarti, Belanda
kemudian melaksanakan serangan umum pd tgl 21 Juli 1947.
Dengan peristiwa tsb, Panglima Besar Soedirman memberi
komando lewat radio : Kode, Ibu pertiwi memanggil ,
SIAAAP, MAJUUU JALAN. Dengan seruan tsb segala
lapisan masyarakat wajib berjuang menyelamatkan
kemerdekaan nusa bangsanya dgn bersatu erat menggunakan
alat yang ada. Kemerdekaan yang telah dimilki dan telah
dipertahankan jangan sekali-kali dilepaskan dan jangan
diserahkan kepada siapapun yang akan menjajah dan
menindas kita. Serangan umum agresi Belanda telah
mendapat tantangan yang hebat dijawab dgn curahan darah,
keringat dan airmata sehingga membangkitkan sipati pihak
luar negeri Amerika, PBB yg menekan Belanda untuk
menghentikan pertempuran. Perintah Panglima APRI :
1. Psk kita tetap tinggal ditempatnya masing-masing.
2. Selama tidak ada gerakan serangan dari Belanda sikap
kita tetap defensif.
3. Jangan lengah, tetap awas, hati-hati dan waspada.
4. Perintah dan instruksi lain-lainnya menyusul.
Persetujuan Reville membawa akibat tersendiri bagi
Angkatan Perang RI. Semua kesatuan TNI yang berada di
luar Garis Van Mook harus meninggalkan daerahnya dan
memasuki daerah Republik Indonesia. Pahit bagi TNI,
pahit bagi semuanya. Muncullah perintah siasat No1 yang
isinya :
1. Tidak akan dilakukan pertahanan linier.
2. Tugas memperlambat kemajuan serbuan musuh,
pengungsian total serta bumi hangus total.
3. Tugas membentuk kantong kantong di tiap onderdistrik
militer yang mempunyai pemerintahan gerilya ( disebut
wehrkreise) yang totaliter dan mempunyai pusat di beberapa
kompleks pegunungan. 4. Tugas
pasukan pasukan yang berasal dari daerah federal
untuk ber Wingate dan membentuk kantong kantong
sehingga seluruh pulau Jawa akan menjadi satu medan
perang gerilya yang besar.
Soedirman beserta stafnya pantang menyerah, semua
kekalahan dan kesalahan dikaji secara mendalam.
Organisasi TNI yang menggelembung harus diperbaiki, TNI
harus direorganisasi. Konsep total peoples, defence
sebagai kebijakan nasional harus segera dijabarkan. Para
pemikir dalam Markas Besar akhirnya menemukan strategi
perongrongan atau attrition strategy. Strategi ini untuk
perang jangka panjang dijabarkan dalam organisasi dan
sistim Wehrkreise. Wehrkreise artinya lingkungan
pertahanan, atau pertahanan daerah. Sistim ini dipakai
sejak dari pertahanan pulau sampai daerah-daerah.
Sistim Wehrkreise disahkan penggunaannya dalam Surat
Siasat No. 1, yang ditandatangani oleh Panglima Besar
Soedirman pada bulan Nopember 1948.
Strategi perongrongan yang dilancarkan TNI
bersama rakyat berhasil menjemukan kemauan
perang pasukan musuh. Apalagi sesudah
dilancarkannya serangan umum ke Yogyakarta
pada 1 Maret 1949 pimpinan Letkol Soeharto,
Komandan Wehrkreise III, yang merupakan titik
balik bagi kemenangan TNI. Belanda kemudian
mengajak kembali berunding pada tanggal 7 Mei
1949, Roem-Royen Statement ditandatangani.
Berdasarkan statement ini, akhir Juni 1949
Presiden dan pejabat pemerintah RI yg ditawan
Belanda di P.Bangka dikembalikan ke
Jogyakarta.
Perkiraan TNI bahwa Belanda sewaktu-waktu akan
menyerang RI, ternyata tidak meleset. Belanda
melancarkan agresi militernya yang kedua pada tanggal
19 Des 1948. Pada jam-jam terakhir sebelum jatuhnya
Yogyakarta, dalam keadaan sakit Soedirman menghadap
Presiden dan melaporkan bahwa pasukan TNI sudah
siap melakukan rencananya, termasuk mengungsikan
para pimpinan nasional. Jawaban Presiden mengejutkan
Soedirman, Soedirman dinasehati agar tetap tinggal di
kota untuk dirawat sakitnya, tawaran Presiden dijawab
dgn kata-kata Tempat saya yang terbaik adalah di
tengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan
perjuangan, Met Of Zonder Pemerintah, TNI akan
berjuang terus.
Perintah Kilat No. I/PB/D/48. Isinya :
1. Kita telah di serang.
2. Pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan Perang
Belanda telah menyerang kota Yogyakarta dan lapangan
terbang Maguwo.
3. Pemerintah Belanda telah membatalkan persetujuan
genjatan senjata.
4. Semua Angkatan Perang menjalankan rencana untuk
menghadapi serangan Belanda.
5. pada hari itu juga Jenderal Soedirman meninggalkan
Yogya dan memimpin Perang Gerilya yang berlangsung
kurang lebih tujuh bulan lamanya. Dengan ditandu, ia
melakukan perjalanan gerilya naik turun gunung, masuk
hutan keluar hutan, berpindah-pindah tempat. Tidak jarang
Soedirman mengalami kekurangan makanan selama
berhari-hari, belum lagi penderitaannya karena pengejaran
tentara Belanda yang ingin menangkapnya.
Jenderal Soedirman di minta turun pulang kembali ke
Yogjakarta, Ia dengan tegas menolak perundingan.
Beberapa kali utusan pemerintah dikirim ke Sobo,
namun tidak berhasil melunakan pendiriannya.
Akhirnya pemerintah meminta jasa baik Kol. Gatot
Subroto, Panglima Divisi II karena hubungan pribadi
kedua tokoh ini cukup baik. Namun gerilya tetap
dilanjutkan dan akhirnya pada tgl 10 Juli 1949
Panglima Besar serta rombongan kembali ke
Yogjakarta disambut sebagai pejuang bangsa oleh
masyarakat di sepanjang jalan dan para tokoh
pimpinan bangsa antara lain Bung Karno, Bung Hatta dan
Mr. Syarifudin, karena telah berhasil mempertahankan
kemerdekaan dari tangan penjajah.
Tanggal 29 Januari 1950 Panglima Besar Jenderal
Soedirman Wafat, berita tentang wafatnya Soedirman
yang disiarkan berulang ulang oleh radio, menyusul
perintah harian pejabat kepala Staf Angkatan Perang RIS,
Kolonel T.B Simatupang yang ditujukan kepada seluruh
Tentara berisi seluruh Angkatan Perang RIS
diperintahkan berkabung selama tujuh hari dengan
melaksanakan pengibaran bendera Merah Putih
setengah tiang pada masing masing kesatuan
dijalankan dengan penuh khidmat serta hormat,
menjauhkan segala tindakan dan tingkah laku yang
dapat mengganggu suasana berkabung .
Pkl. 11.00 tgl 30 Januari 1950 iring iringan
jenazah Panglima Besar Jenderal Soedirman
perlahan lahan meninggalkan kota Magelang
menuju Yogjakarta. Setelah disembahyangkan di
Masjid Agung, jenazah dikebumikan dengan
upacara Militer di Taman Makam Pahlawan
Semaki Yogjakarta, disamping makam Letjend
TNI Urip Soemoharjo.
TENTARA HANYA MEMPUNYAI KEWAJIBAN SATU, IALAH
MEMPERTAHANKAN KEDAULATAN NEGARA DAN MENJAGA
KESELAMATANNYA, SUDAH CUKUP KALAU TENTARA TEGUH
MEMEGANG KEWAJIBAN INI, LAGI PULA SEBAGAI TENTARA, DISIPLIN
HARUS DIPEGANG TEGUH.

TUNDUK KEPADA PIMPINAN ATASANNYA DENGAN IKHLAS


MENGERJAKAN KEWAJIBANNYA, TUNDUK KEPADA PERINTAH
PIMPINANNYA ITULAH YANG MERUPAKAN KEKUATAN DARI SUATU
TENTARA.

BAHWA NEGARA INDONESIA TIDAK CUKUP DIPERTAHANKAN OLEH


TENTARA SAJA, MAKA PERLU SEKALI MENGADAKAN KERJA SAMA
YANG SEERAT ERATNYA DENGAN GOLONGAN SERTA BADAN
BADAN DILUAR TENTARA.

TENTARA TIDAK BOLEH MENJADI ALAT SUATU GOLONGAN ATAU


ORANG SIAPAPUN JUGA.

Yogyakarta 12 Nopember 1945


ANAK ANAKKU. TENTARA INDONESIA, KAMU
BUKANLAH SERDADU SEWAAN, TETAPI TENTARA
YANG BERIDIOLOGI, YANG SANGGUP BERJUANG
DAN MENEMPUH MAUT UNTUK KELUHURAN
TANAH AIRMU. PERCAYA DAN YAKINLAH, BAHWA
KEMERDEKAAN SATU NEGARA, YANG DIDIRIKAN
DIATAS TIMBUNAN RUNTUHAN RIBUAN JIWA, HARTA,
BENDA DARI RAKYAT DAN BANGSANYA, TIDAK AKAN
DAPAT DILENYAPKAN OLEH MANUSIA SIAPAPUN JUGA.
BERJUANG TERUS, SAYA TETAP MEMIMPIN KAMU
SEKALIAN, TUHAN INSYA ALLAH MELINDUNGI
PERJUANGAN SUCI KITA.
Yogyakarta, Januari 1948
ROBEK ROBEKLAH BADANKU, POTONG
POTONGLAH JASADKU INI TETAPI JIWAKU
DILINDUNGI BENTENG MERAH PUTIH, AKAN TETAP HIDUP, TETAP
MENUNTUT BELA, SIAPAPUN LAWAN YANG AKU HADAPI.
KALIMAT PROKLAMASI MENGGUGAT KITA, MENAGIH
JANJI KITA SEKALIAN, MENUNTUT
PEMENUHANNYA SUMPAH YANG KITA IKRARKAN, HENDAK
MEMPERTAHANKAN HABIS HABISAN ISI DAN JIWA
PROKLAMASI
ISILAH MULAI SEKARANG JIWA KITA DENGAN JIWA
PROKLAMASI, DENGAN JIWA SANG MERAH
PUTIH, MAKA INSYA ALLAH AKAN LEBUR
SEGALA HALANGAN YANG BERANI MERINTANGI JALANNYA
PERJUANGAN KITA, JALAN MENUJU
INDONESIA RAYA MERDEKA DAN BERDAULAT
Yogyakarta, 17 AGUSTUS 1948
JANGAN MUDAH TERGELINCIR DALAM SAAT SAAT SEPERTI
SEKARANG INI, SEGALA TIPU MUSLIHAT DAN PROVOKASI
PROVOKASI YANG TAMPAK ATAU TERSEMBUNYI DAPAT DILALUI
DENGAN SELAMAT, KALAU KITA WASPADA DAN BERTINDAK
SEBAGAI PATRIOT. ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA
LAHIR DIMEDAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN NASIONAL,
DITENGAH TENGAH DAN DARI REVOLUSI RAKYAT DALAM
PERGOLAKAN MEMBELA KEMERDEKAAN ITU, KARENA ITU,
ANGKATAN PERANG REPUBLIK INDONESIA ADALAH :
1. TENTARA NASIONAL
2. TENTARA RAKYAT
3. TENTARA REVOLUSI
Yogyakarta, 17 AGUSTUS 1948
SURAT- EDARAN
NOMOR : SE / 05 / III / 1977
Tentang
TEMPAT TNGGAL KELAHIRAN ALMARHUM
JENDERAL SOEDIRMAN PANGLIMA BESAR ANGKATAN PERANG
REPUBLIK INDONESIA

1. Diberitahukan, bhwa Putusan Pengadilan Negri Purbalingga nomor 50/1976 Pdt, tanggal 4
Desember 1976 telah ditetapkan dan tanggal kelahiran almarhum Jenderal Sudirman, Panglima
Besar Angkatan Perang Republik Indonesia sebagai berikut :
a. Tempat lahir : Dukuh Rembang, Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Kabupaten
Daerah Tingkat II Purbalingga.
b. Hari dan tanggal lahir : Senin Pon, tanggal 24 Januari 1916
2. Berhubung dengan itu diminta kepada seluruh jajaran ABRI bilamana menulis riwayat hidup
atau mengadakan kegiatan kegiatan lain yang menggunakan tempat, hari dan tanggal lahir
almarhum Jenderal Sudirman, Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia sebagai
pedoman, supaya Putusan Pengadilan Negeri Purbalingga tersebut titik 1 diatas dijadikan dasar
resmi.
3. Demikian agar menjadikan maklum.
Dikeluarkan di : Jakarta
Pada tanggal : 15 - 3 1977
MENTERI PERTAHANAN KEAMANAN
PANGLIMA ANGKATAN PERANG BERSENJATA
WAPANGAB
SURONO
JENDERAL TNI

Anda mungkin juga menyukai