Anda di halaman 1dari 18

Alergi Susu Sapi

Pembimbing : dr.Aswita, Sp.A

OLEH :RIZKY RIVONDA 2012730090

STASE PEDIATRI
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
Pendahuluan

Dalam survei nasional ahli alergi anak:


 3,4% di Amerika Serikat.
 Denmark, pada studi kohort dari 1.749 bayi baru lahir dilaporkan
besarnya insidensi dalam 1 tahun adalah 2,2%.

 Penelitian prospektif :42% bayi mengalami gejala akibat intoleransi


protein susu sapi terjadi dalam waktu 7 hari (70% dalam waktu 4
minggu)

 Hasil uji kulit terhadap 69 penderita alergi di Poliklinik Alergi Imunologi


Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM tahun 2009, didapatkan
45.31% positif, diantaranya penderita alergi susu sapi sekitar 2.4%.
Definisi

 Alergi susu sapi (ASS) : suatu reaksi yang tidak diinginkan yang
diperantarai secara imunologis terhadap protein susu sapi.
Prevalensi

 Prevalensi alergi susu sapi sekitar 2-7,5% dan reaksi alergi terhadap
susu sapi masih mungkin terjadi pada 0,5% pada bayi yang
mendapat ASI eksklusif.
 Sebagian besar reaksi alergi susu sapi diperantarai oleh IgE dengan
prevalens 1.5%, sedangkan sisanya adalah tipe non-IgE.
Klasifikasi

1. IgE mediated,
 diperantarai oleh IgE.
 TIMBUL : 30 menit sampai 1 jam (sangat jarang > 2 jam)
 Manifestasi klinis: urtikaria, angioedema, ruam kulit, dermatitis
atopik, muntah, nyeri perut, diare, rinokonjungtivitis, bronkospasme,
dan anafilaksis.
Lanjutan...

2. Non-IgE mediate
 yaitu: yang tidak diperantarai oleh IgE, tetapi diperantarai oleh IgG
dan IgM.
 Gejala klinis : allergic eosinophilic, gastroenteropathy, kolik,
enterokolitis, proktokolitis, anemia, dan gagal tumbuh.
 Gejala klinis timbul lebih lambat (1-3 jam)
Patofisiologi
Lanjutan...
IMUNOPATOLOGI HIPERSENSITIFITAS

Rx hipersensitifitas typ 1 Rx hipersensitifitas typ 3 Rx hipersensitifitas typ 4

Gen,paparan Antibodi (IgG,IgM) Rx yang paling jelas


Produksi IgE berekasi dg antigen dapat menyebabkan
yang berlebih kerusakn berat pada
Genetik / BBL kadar IgA mukosa usus
rendah bila Mediator peradangan
terpapar Kerusakan jaringan lokal Antigen menembus
terjadi proses lanjutan mukosa usus melalu plak
Alergen berikatan dg IgE payeri ditangkap
sel mast terangsang oleh sel APC (antigen
antigen terikat presenting sel)
Mediator peradangan Sel APC mengaktifkan
Timbul reaksi cepat makrofag Th1
Rx anafilaksis sistemik, terpicu
lokal menghasilkan IFN a
Radang dan kerusakan
mukosa usus. Dan TNF +
Rx Hipersensitifitas tipe 1 Rx hipersensitifitas tipe 3 IL-1 metalo- proteinase
= rx cepat = kompleks imun kerusakan
mukosa
Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang dapat terjadi pada ketiga sistem


tersebut adalah :
 Kulit: urtikaria, kemerahan kulit, pruritus, dermatitis atopik
 Saluran napas: hidung tersumbat, rhinitis, batuk berulang dan asma
 Saluran cerna: muntah, kolik, konstipasi, diare, buang air besar
berdarah
 Gejala sistemik: syok
Diagnosis

Anamnesis
 Jangka waktu timbulnya gejala dengan minum susu sapi/ makanan
yang mengandung susu sapi
 Jumlah
 Penyakit atopi :asma, rhinitis alergi, dermatitis atopi, urtikaria, alergi
makanan, dan alergi obat pada keluarga dan pasien sendiri.
 Gejala klinis pada kulit seperti urtikaria, dermatitis atopik,
 Saluran napas: batuk berulang terutama pada malam hari, rhinitis
alergi
 Saluran cerna, muntah, diare, dan obstipasi.
Pemeriksaan Fisik
 Pada kulit tampak kekeringan kulit, urtikaria, dermatitis atopik
allergic shiner’s, geographic tongue, mukosa hidung pucat, dan
mengi.
Pemeriksaan Penunjang
1. IgE spesifik
-Uji tusuk kulit (Skin prick test )
- IgE RAST (Radio Allergo Sorbent Test)
-Uji eliminasi dan provokasi
definisi
PROGNOSIS
prevalensi

klasifikasi

patofisiologi

Manifestasi Klinis
Penegakan
diagnosis

penatalaksanaan

prognosis

pencegahan
Prognosis

 umumnya baik,
 angka remisi 45-55% pada tahun pertama, 60-75% pada tahun
kedua dan 90% pada tahun ketiga.
 Namun, terjadinya alergi terhadap makanan lain juga meningkat
hingga 50% terutama pada jenis: telur, kedelai, kacang, sitrus, ikan
dan sereal serta alergi inhalan.
Pencegahan

Pencegahan primer
 sejak pranatal pada janin dari keluarga yang mempunyai bakat atopik
.
Pencegahan sekunder
 Dilakukan setelah terjadi sensitisasi tetapi belum timbul manifestasi
penyakit alergi (pemberian susu sapi non alergik)

Pencegahan tersier
 pada anak yang sudah mengalami sensitisasi + manifestasi alergi masih
dini misalnya dermatitis atopik atau rhinitis tetapi belum menunjukkan
gejala alergi yang lebih berat
 dengan pemberian susu sapi yang dihidrolisis sempurna atau
pengganti susu sapi,
Penutup..

Protein susu sapi merupakan protein asing yang pertama kali dikenal
oleh bayi, sehingga ASS sering diderita pada bayi usia dini. Alergi susu
sapi dapat bermanifestasi berbagai macam penyakit alergi.
Penghindaran harus dilakukan dengan pemberian susu sapi
hipoalergenik yaitu susu sapi yang dihidrolisis parsial untuk merangsang
timbulnya toleransi susu sapi di kemudian hari. Bila sudah terjadi
sensitisasi terhadap protein susu sapi atau sudah terjadi manifestasi
penyakit alergi, maka harus diberikan susu sapi yang dihidrolisis
sempurna atau pengganti susu sapi misalnya susu kacang kedele.

Anda mungkin juga menyukai