Anda di halaman 1dari 12

TEKS EDITORIAL

KELOMPOK 4
NAMA : 1. LUCKY ANDANI ALPIONERI
2. R.A PUTRI NABILAH
3. RIZKA MUSTIKA RANI
4. VERA FEBRIANI
KELAS : XII IPA 2
SMA UNGGUL NEGERI 8 PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2016-2017
PENGERTIAN TEKS EDITORIAL

■ Teks editorial adalah teks yang berisi pendapat secara umum atau mayoritas dewan
redaksi dari sebuah surat kabar atau koran terhadap suatu isu aktual. Isu tersebut
bisa mengenai sosial politik, budaya, ataupun ekonomi. Teks Editorial setiap hari
selalu ada sebagai tanggapan dari isu utama yang diangkat sebuah media massa,
dengan membeberkan fakta dan bukti dari kejadian yang diulas ataupun isu hangat
yang diangkat sebagai tema utama.
STRUKTUR TEKS EDITORIAL

Sebuah teks editorial/opini memiliki struktur teks yang sama dengan struktur yang membangun
teks eksposisi, yaitu pernyataan pendapat (tesis), argumentasi, dan pernyataan/penegasan ulang
pendapat (reiteration). Untuk lebih jelasnya lihat lah dibawah ini.

■ Pernyataan pendapat (thesis), bagian ini berisi sudut pandang penulis terhadap
permasalahan yang diangkat. Istilah ini mengacu ke suatu bentuk penryataan atau bisa juga
sebuah teori yang nantinya akan diperkuat oleh argumen.
■ Argumentasi, merupakan bentuk alasan atau bukti yang digunakan untuk mempekuat
pernyataan dalam tesis walaupun dalam pengertian umum, argumentasi juga dapat
digunakan untuk menolak suatu pendapat. Argumentasi dapat berupan pernyataan umum
(generalisasi) atau dapat juga berupa data hasil penelitian, pernyataan para ahli, atau fakta-
fakta yang didasari atas referensi yang dapat dipercaya.
■ Pernyataan/Penegasan ulang pendapat (Reiteration), bagian ini berisi penguatan kembali
atas pendapat yang telah ditunjang oleh fakta-fakta dalam bagian argumentasi. Terdapat
pada bagian akhir teks.
KAIDAH TEKS EDITORIAL

Ciri-ciri atau kaidah kebahasaan yang dipergunakan oleh teks Editorial adalah
adverbia, konjungsi, verba material, verba relasional dan verba mental, adapun
penjelasan dari masing-masing ciri tersebut sebagai berikut:
■ Adverbia, adalah bentuk kalimat untuk dapat membuat pembaca lebih yakin
dengan memberikan ekspresi kepastian, yang dipertegas kembali memakai
kata keterangan atau adverbia frekuentatif, yakni adverbia yang
menggambarkan makna berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya
sesuatu yang diterangkan adverbia itu. Contoh dari kata adverbia
frekuentatif adalah sering, kadang-kadang, selalu, jarang, biasanya,
sebagian besar waktu, dan lainnya.
■ Konjungsi, atau kata sambungan adalah kata yang dipergunakan untuk
menghubungkan kalimat-kalimat, kata, ungkapan dan sebagainya yang tidak
untuk maksud serta tujuan lain, fungsi konjungsi menghubungkan Kata
dengan kata, Frasa dengan frasa, Klausa dengan klausa, Kalimat dengan
kalimat, Paragraf dengan paragraf. Contoh katanya dan, atau, tetapi, ketika,
seandainya, supaya, walaupun, seperti, oleh karena, sehingga, bahwa.
■ Verba Material, adalah kata kerja atau verba yang mengacu pada perbuatan
fisik atau peristiwa. Contoh: Memasak, Mencuci. Susunannya yakni
Subjek(aktor) + Verba Material + objek(sasaran)
■ Verba relasional, adalah kata kerja atau verba yang memiliki fungsi sebagai
kata penghubung antara subyek dan pelengkap. Susunan kata verba
relasional yakni Subjek + Verba relasional + pelengkap. Contoh: merupakan,
bagaikan
■ Verba Mental, adalah kata kerja atau verba yang menjelaskan aksi atau
persepsi contohnya: melihat, merasa, contoh afeksi: suka, khawatir, dan
contoh kognisi: berpikir, mengerti.
CIRI-CIRI TEKS EDITORIAL

Berikut ini adalah ciri-ciri teks editorial :


■ Berisi opini dari redaksi mengenai suatu peristiwa yang sedang ramai
dibicarakan
■ Berisi ulasan mengenai masalah biasanya berskala nasional maupun
internasional
■ Bersifat subjektif
■ Gaya bahasa formal / baku
■ Bertujuan memberikan pandangan kepada masyarakat mengenai suatu
kejadian yang sedang ramai dibicarakan
PERBANDINGAN TEKS EDITORIAL DENGAN TEKS YANG
LAIN

■ Contoh teks editorial


PENGGUSURAN LAHAN SALAH SIAPA?

(1)Banjir yang selalu melanda Ibu Kota Jakarta sudah tidak bisa ditoleransi dan
dimaklumi. Harus ada solusi yang cepat dan tepat untuk mengatasinya sebelum
Jakarta benar-benar tenggelam. Salah satu solusi yang diusung Pemkot DKI Jakarta
adalah program normalisasi sungai. Program tersebut berupa pengosongan lahan di
sekitar sungai-sungai yang ada di Jakarta. Pengosongan lahan pun akan berimbas
pada seluruh warga yang tinggal di permukiman sekitar sungai. Dengan demikian, akan
banyak relokasi yang dilakukan Pemkot DKI. Namun, relokasi ke rusunawa ternyata
bukanlah kabar gembira bagi warga sekitar bantaran sungai sebab itu artinya mereka
harus menata kembali hidup mereka dari awal sehingga tidak sedikit warga yang
melakukan aksi menolak penggusuran.
(2)Masih segar dalam ingatan kita semua tragedi Kampung Pulo pada 20
Agustus 2015 kemarin. Tiga hari setelah rakyat Indonesia merayakan
kemerdekaan yang ke-70 ternyata menjadi momen mengerikan bagi warga
Kampung Pulo. Mereka harus bersitegang dengan petugas yang hendak
menggusur permukiman mereka. Bahkan, bentrokan fisik yang memakan
korban luka pun tak terelakan dalam kejadian nahas itu. Hal ini sebenarnya
membuat saya dilema sekaligus kesal karena dalang dari semua keributan ini
bukanlah pemerintah bukan juga rakyat di sekitar bantaran Sungai Ciliwung.
Lalu siapakah yang sebenarnya salah?
(3)Jika kita telusuri, akar permasalahan ini adalah pihak yang mengizinkan
orang-orang untuk membuat perkemahan di bantaran sungai. Menurut
masyarakat sekitar, mereka telah membayar uang sewa kepada sejumlah
oknum. Entah kita harus menyebut mereka apa? Entah preman, entah yang
lainnya. Yang pasti mereka itulah yang mengaku bahwa daerah tersebut, yang
berplang milik pemerintah, merupakan wilayah kekuasaannya sehingga mereka
yang ingin membuat bangunan harus meminta izin dan menyerahkan sejumlah
uang untuk dapat memiliki lahan di tempat tersebut.
(4)Sayangnya, oknum tersebut tidak pernah muncul setiap pemerintah melakukan
penggusuran. Mereka (oknum) tidak pernah bertanggung jawab, dan mereka pun tidak
pernah ditindak tegas oleh pemerintah bahkan aparat keamanan. Keberadaannya
hanya muncul ketika hendak menerima keuntungan, sedangkan selanjutnya mereka
tak mau menanggung kerugian yang diterima warga bantaran sungai.
(5)Dengan demikian, jelaslah siapa otak yang seharusnya digusur dan dibasmi. Para
oknum tak bertanggung jawab yang mengaku sebagai penguasa, sebab rakyat
bantaran sungai tentu tidak akan mendirikan bangunan jika tidak ada yang memberi
izin sebab mereka pasti mengerti maksud plang yang dipasang di sepanjang bantaran
sungai. Pemerintah pun tidak akan melakukan penggusuran jika tidak ada bangunan
yang didirikan di pinggir sungai yang menyebabkan penyempitan area sungai sehingga
banjir selalu menimpa Jakarta yang notabene ibu kota negara. Jika normalisasi sungai
tidak dilakukan, seluruh penduduk Jakartalah yang rugi. Oleh karena itu, marilah kita
sama-sama pahami maksud pemerintah yang hendak merelokasi semua penghuni
bantaran ke rusunawa yang pemerintah siapkan. Tujuannya tiada lain agar tidak ada
pihak yang kembali dirugikan.
(6)Banjir yang selalu melanda Ibu Kota Jakarta sudah tidak bisa ditoleransi dan
dimaklumi. Begitu pun pihak-pihak yang mendatangkan orang-orang yang
menyebabkan kebanjiran tersebut harus ditindak tegas oleh seluruh aparat.
■ Contoh teks anekdot

Bodrex

suatu hari dibulan puasa , ada seoarang kakek sedang puasa tiba tiba
kepalanya sakit, dengan panik sikakek langsung meminum obat bodrex yang
tersedia dirumahnya, cucunya melihat kejadian itu langsung bertanya, “Kakek
kan lagi puasa, kenapa minum obat ?” tanpa tampang berdosa, si kakek pun
langsung menjawab, “ itulah okenya bodrex, bisa diminum kapan saja !!"
■ Perbedaan antara teks editorial dan teks anekdot
Pembeda Teks Editorial Teks Anekdot
Pengertian Teks editorial adalah teks yang berisi Anekdot merupakan sebuah
pendapat secara umum atau mayoritas cerita singkat yang lucu dan
dewan redaksi dari sebuah surat kabar menarik, yang mungkin
atau koran terhadap suatu isu aktual menggambarkan tentang
kejadian tertentu atau orang
sebenarnya
Struktur 1. Pernyataan pendapat (thesis) 1. Abstraksi
2. Argumentasi 2. Orientasi
3. Pernyataan / penegasan ulang 3. Krisis
pendapat (reiteration) 4. Reaksi
5. Koda
Kaidah 1. Adverbia 1. Menggunakan pertanyaan
2. Konjungsi retorik
3. Verba material 2. Menggunakan kata sambung
4. Verba relasional 3. Menggunakan kata
5. Verba mental keterangan waktu lampau
4. Menggunakan kata kerja
5. Menggunakan kalimat
perintah
Pembeda Teks editorial Teks anekdot
Ciri 1. Berisi opini dari reaksi mengenai 1. Bersifat humor, menyindir, dan
suatu peristiwa yang sedang ramai lelucon
dibicarakan 2. Memiliki tujuan tertentu
2. Berisi ulasan mengenai masalah, 3. Menceritakan hewan maupun
biasanya berskala nasional manusia secara umum dan
maupun internasional realistis
3. Bersifat subjektif
4. Gaya bahasa formal / baku
5. Bertujuan memberikan
pandangan kepada masyarakat
mengenai suatu kejadian yang
sedang ramai dibicarakan
Tujuan memberikan pandangan kepada Untuk menghibur, namun anekdot
masyarakat mengenai suatu bukanlah hanya suatu lelucon, hal ini
kejadian yang sedang ramai karena tujuan utama anekdot adalah
tidak hanya membangkitkan tawa si
dibicarakan
pembaca, tetapi untuk
mengungkapkan kebenaran yang
lebih umum daripada kisah singkat
tersebut. Anekdot terkadang bersifat
sindiran alami.

Anda mungkin juga menyukai