Blok Medikolegal
Kelompok B.05
Ketua : Tamara Firdaus Anindhita (1102012292)
Sekretaris : Soraya Dwi Khairunnisa (1102012285)
Anggota : Nur Isnaeni Evry .K. (1102012203)
Nuryadi Hermita (1102012209)
Rania Merriane Devina (1102012224)
Rika Dwi Angriani (1102012247)
Rivanti Medyana Putri (1102012249)
Septha Amelia Dewi (1102012269)
Syifa Ananta Khairunnisa (1102012290)
Yunisa Trivarsary (1102012314)
Mayat seorang permepuan diduga berusia 23 tahun ditemukan meninggal di
kamar kos-kosannya di daerah Salemba. Korban ditemukan setengah telanjang
dengan tangan diikat dan mulut di sumpal. Mayat dalam keadaan mulai membusuk,
berbau, ditemukan belatung pda bagian lubang hidungnya, kulit mulai mengelupas
dan tampak pembuluh darah mulai melebar pada bagian dada dan leher.
Diperkirakan kejadian sekitar 3 hari yang lalu.
Polisi menduga korban diperkosa sebelum dibunuh. Tim identifikasi
mengambil sidik jari korban dan mengambil swab vagina untuk memastikan adanya
sperma pelaku.
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Investigasi Kasus Pemerkosaan
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Thanatologi
LO 2.1. Memahami dan Menjelaskan Perubahan Pasca Kematian
LO 2.2. Memahami dan Menjelaskan Perkiraan Waktu Kematian
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Visum Et Repertum
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Hukum dan Sanksi Perkosaan dan Pembunuhan
dalam Islam
Tugas dokter adalah membuktikan :
Adanya persetubuhan
Adanya tanda kekerasan
Tergantung pada kasusnya:
- Luka tangkisan, cekikan, usaha perlawanan, dsb.
- Tanda bekas pingsan/ tidak berdaya/ pengaruh obat tertentu.
- Benda bukti biologis pelaku
C. Pemeriksaan tersangka
Bila memang telah terjadi persetubuhan, maka akan
terlihat epitel vagina (sel yang besar-besar berwarna
coklat).
Epitel penis akan berwarna kekuning-kuningan.
beberapa menit kemudian, misalnya:
Kerja jantung dan peredaran darah terhenti,
Pernafasan berhenti,
Refleks cahaya dan kornea mata hilang, Tanda tidak pasti kematian
PERTUMBUHAN RAMBUT
Landasan hukum :
Bagian-bagian visum et repertum:
Pasal 133 KUHAP
1. PRO JUSTISIA.
Pasal 179 KUHAP
2. PENDAHULUAN
Pasal 216 KUHP : 3. PEMBERITAAN.
4. KESIMPULAN.
Pasal 222 KUHP
5. PENUTUP.
Pasal 224 KUHP :
KLASIFIKASI JINAYAT PEMBUNUHAN
Jinayat (tindak pidana) terhadap badan terbagi dalam dua jenis:
1. Jinayat terhadap jiwa (jinayat an-nafsi) = jinayat yang mengakibatkan hilangnya
nyawa (pembunuhan). Pembunuhan jenis ini terbagi tiga:
a. Pembunuhan dengan sengaja (al-‘amd)
b. Pembunuhan yang mirip dengan sengaja (syibhu al-’amdi) = Membunuh dengan
cara dan alat yang biasanya tidak membunuh.
Diyat = 100 unta, di antaranya 40 ekor yang sedang hamil
c. Pembunuhan karena keliru (al-khatha’) atau pembunuhan tidak sengaja,
kesalahan semata tanpa direncanakan, dan tidak ada maksud membunuh sama
sekali.
Diyat berupa 100 ekor unta secara berangsur-angsur selama tiga tahun.
2. Jinayat kepada badan selain jiwa = Penganiayaan yang tidak sampai
menghilangkan nyawa:
ُ ش َجا ُج َو ْال َج َرا
Luka-luka ح ُ ال
Lenyapnya fungsi anggota tubuh ِف ْال َمنَافِع
ُ َإِتْال
Hilangnya anggota tubuh اء
ِ ضَ ف األ َ ْع
ُ َِإتْال
HUKUM PERKOSAAN DALAM ISLAM
Perkosaan dalam bahasa Arab disebut al wath`u bi al ikraah (hubungan seksual
dengan paksaan).
Jika seorang laki-laki memerkosa seorang perempuan, seluruh fuqaha sepakat
perempuan itu tak dijatuhi hukuman zina (had az zina), baik hukuman cambuk 100
kali maupun hukuman rajam.
Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkan dan tidak
(pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS Al An’aam [6] : 145).
Jika seorang perempuan mengklaim di hadapan hakim (qadhi) bahwa dirinya telah
diperkosa oleh seorang laki-laki, sebenarnya dia telah melakukan qadzaf (tuduhan zina)
kepada laki-laki itu. Kemungkinan hukum syara’ yang diberlakukan oleh hakim dapat
berbeda-beda sesuai fakta (manath) yang ada, antara lain adalah sbb:
Pertama, jika perempuan itu mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, yaitu kesaksian
empat laki-laki Muslim, atau jika laki-laki pemerkosa mengakuinya, maka laki-laki itu
dijatuhi hukuman zina, yaitu dicambuk 100 kali jika dia bukanmuhshan, dan dirajam
hingga mati jika dia muhshan. (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm.
358).
Kedua, jika perempuan itu tak mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, maka
hukumnya dilihat lebih dahulu; jika laki-laki yang dituduh memerkosa itu orang baik-
baik yang menjaga diri dari zina (al ‘iffah an zina), maka perempuan itu dijatuhi hukuman
menuduh zina (hadd al qadzaf), yakni 80 kali cambukan sesuai QS An Nuur : 4. Adapun
jika laki-laki yang dituduh memperkosa itu orang fasik, yakni bukan orang baik-baik
yang menjaga diri dari zina, maka perempuan itu tak dapat dijatuhi hukuman menuduh
zina. (Ibnu Hazm, Al Muhalla, Juz 6 hlm. 453; Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al
Muhadzdzab, Juz 20 hlm.53; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm.
346).
Atmadja. DS., Thanatologi;Ilmu Kedokteran Forensik;Edisi Pertama; Bagian
Kedokteran Forensik FKUI;1997:5:37-55.
Coe, John I M.D and Curran William J.LL.M,SMHyg; Definition and Time of
Death;Modern Legal Medicine, Psychiatry, and Forensic Science;F.A. Davis
Company; ;1980:7:141-164.
Di Maio Dominick J. and Di Maio Vincent J.M; Time of Death; Forensic
Pathology;CRC Press,Inc;1993:2:21-41.
http://www.mediaumat.com/
Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.1997. Thanatologi. Halaman 25-35.