Anda di halaman 1dari 45

PEDOMAN

PENCEGAHAN
PENGENDALIAN
DEMENSIA

SUBDIT MASALAH KESWA DEWASA LANSIA


DIT P2 MKJN
DITJEN P2P KEMENKES RI

3/1/18 demensia 1
DAFTAR ISI
 BAB I PENDAHULUAN
 Latar Belakang
 Tujuan
 Ruang Lingkup
 Sasaran Pedoman
 Dasar Hukum
 Terminologi

 BAB II MASALAH DEMENSIA


 Definisi
 Tipe dan Patogenesis
 Faktor Risiko
 Gejala dan Tahapan Demensia

3/1/18 demensia 2
BAB III GANGGUAN PERILAKU DAN PSIKOLOGIS
PADA DEMENSIA

Definisi dan Dampak GPPD


Pencetus GPPD
Pemeriksaan/Skrining GPPD

BAB IV PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


DEMENSIA

 Pencegahan Demensia
 Pengendalian Demensia
 Dukungan bagi Caregiver
 Kerjasama Terpadu Lintas Sektor
3/1/18 demensia 3
BAB V. PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan
Pelaporan

BAB VI. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


BAB VII. PENUTUP

LAMPIRAN
 Lampiran 1: Instrumen AD8
 Lampiran 2: Instrumental Activities of Daily Living
(IADL)
 Lampiran 3: Modifikasi HVLT versi 2009
 Lampiran 4: Tes menggambar jam / Clock Drawing Test (CDT)
 Lampiran 5: NPI (neuro psikiatri inventori)
Lampiran 6: Pemeriksaan problem perilaku / neuro-Psikiatri pada
Demensia (behaviour and psychological symptoms of
demensia – bpsd)
 Lampiran 7: GDS (Geriatric Depression Scale)
 Lampiran 8: Panduan Penilaian GDS (Geriatric Deppression
Scale)

3/1/18 demensia 4
PENDAHULUAN
Peningkatan pelayanan kesehatan berkontribusi pada peningkatan
Umur Harapan Hidup. Dampak UHH yang meningkat adalah
terjadinya peningkatan jumlah penderita penyakit tidak menular;
DEMENSIA.
Jumlah penderita Demensia (dunia) tahun 2015 sekitar 46,8 juta jiwa
dan kecenderungannya akan terus meningkat....(131,5 juta jiwa pada
tahun 2050)
Prevalensi Demensia di Indonesia berjumlah 1,2 juta jiwa (2015) dan
kecenderungan juga meningkat (4 juta jiwa di tahun 2050)
Kesadaran dan pengertian demensia di masyarakat masih kurang...
Dampaknya Stigmatisasi dan Hambatan dalam Dx, asuhan dan
menjadi beban bagi caregivers, keluarga, dan komunitas secara fisik,
psikologis, dan ekonomi.

3/1/18 demensia 5
TUJUAN
Tujuan Umum:
Memberikan panduan/acuan untuk menyelenggarakan program
Pencegahan dan Pengendalian Demensia kepada petugas kesehatan
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup orang dengan Demensia
(ODD) melalui keluarga dan masyarakat.

Tujuan Khusus:
 Memberikan panduan dalam deteksi dini dan rujukan pasien
demensia di layanan primer.
 Memberikan panduan terlaksananya Komunikasi Informasi
Edukasi (KIE) mengenai faktor risiko demensia
 Memberikan panduan evaluasi Gejala Perilaku dan Psikososial
Demensia (GPPD) pada layanan primer
 Memberikan panduan tatalaksana nonfarmakologis pada pasien
demensia

3/1/18 demensia 6
RUANG LINGKUP
 Masalah Demensia
 Gangguan Perilaku dan Psikososial ODD
 Pencegahan dan Pengendalian Demensia
 Pencatatan dan Pelaporan
 Pembinaan dan Pengawasan

Sasaran Pedoman
Langsung:
 Dinkes provinsi dan kabupaten/kota
 Tenaga Kesehatan Fasyankes tingkat primer
 Tenaga profesional lain
Tidak Langsung:
 Kader kesehatan
 Pekerja sosial masyarakat
 Organisasi masyarakat dan kelompok lansia
 Caregivers (pelaku rawat) dan keluarga ODD
3/1/18 demensia 7
DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
3. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
5. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
7. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

3/1/18 demensia 8
Cont’d
 Undang Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan
 Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019
 Permenkes RI No 104/Menkes/PER/II/1999 tentang Pemeliharaan dan
Peningkatan Derajat Kesehatan dan Kemampuan lanjut Usia
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan

3/1/18 demensia 9
Cont’d
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 79 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat Kesehatan
Masyarakat
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
 Kepmenkes RI No 1114/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan Daerah.
 Kepmenkes RI No 1193/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan
 Kepmenkes RI No 587/Menkes/SK/VII/2009 tentang Pedoman
Pemeliharaan dan Peningkatan Kesehatan Intelegensia Pada Usia Lanjut
dan Anak
 Kepmenkes RI No 264/Menkes/SK/II/2010 tentang Pedoman

3/1/18 demensia 10
TERMINOLOGI
1. PENCEGAHAN
Pencegahan adalah upaya promotif dan preventif dalam rangka
mengurangi risiko terjadinya demensia berdasarkan pendekatan siklus
hidup (upaya pemeriksaan, pemantauan, dan pemeliharan kesehatan
otak sejak kandungan dan di setiap tahap perkembangan manusia hingga
meninggal dunia).
2. PENGENDALIAN
Pengendalian adalah upaya perlindungan dengan mengelola berbagai
risiko yang mempengaruhi terjadinya demensia. Dengan demikian yang
menjadi target sasaran dari pengendalian adalah mereka yang sudah
memiliki faktor risiko demensia, mengalami Hendaya Kognitif Ringan
(HKR), dan terdiagnosis demensia

3/1/18 demensia 11
PRA DEMENSIA
Pra-Demensia adalah kondisi seseorang
menunjukkan gejala Hendaya Kognitif Ringan
(HKR) atau Mild Cognitive Impairment (MCI)
namun belum mengalami Demensia. HKR ditandai
dengan adanya: (1) keluhan memori subyektif, yang
dapat dikonfirmasi oleh informan; (2) adanya
hendaya (ketidakmampuan) untuk mengingat
memori obyektif sesuai usia dan tingkat
pendidikannya, namun (3) fungsi kognitif secara
umum masih baik; (4) aktivitas harian masih
mandiri dan belum memenuhi kriteria diagnostik
Demensia (Petersen, 1999).

3/1/18 demensia 12
DEMENSIA
Demensia adalah kumpulan gejala defisit kognitif
(daya ingat dan daya pikir lainnya) yang
berlangsung terus menerus dan progresif, meliputi
penurunan daya ingat, kemunduran kemahiran
berbahasa, kemunduran intelektual, dan fungsi –
fungsi otak lainnya sehingga mengganggu
aktivitas sehari – hari dan umumnya disertai
perubahan perilaku dan psikologis.

3/1/18 demensia 13
ORANG DENGAN DEMENSIA (ODD)
Orang dengan demensia adalah orang yang
mengalami demensia. Istilah ini dipergunakan
untuk semua penderita demensia jenis apapun.
CAREGIVERS (PELAKU RAWAT)
Pelaku rawat atau lebih dikenal dengan istilah
caregivers adalah orang yang memberikan
perawatan dan bantuan bagi ODD dalam
melakukan aktivitas sehari-harinya. Caregiver ada
yang digaji untuk melakukan pekerjaan tersebut
(profesional) maupun yang tidak digaji (keluarga).

3/1/18 demensia 14
GEJALA PERILAKU DAN PSIKOLOGIS PADA
DEMENSIA
Gejala Perilaku dan Psikologis pada Demensia
(GPPD) atau Behavioural and Psychological
Symptoms of Dementia(BPSD) menurut
Konsensus IPA (International Psychogeriatric
Association) pada tahun 1999 didefinisikan
sebagai gejala gangguan persepsi, isi pikir, mood
atau perilaku yang sering terjadi pada pasien
dengan Demensia.

3/1/18 demensia 15
PROMOSI
Promosi adalah upaya komunikasi, informasi dan
edukasi tentang Demensia kepada ODD, keluarga
dan masyarakat sekitarnya.

3/1/18 demensia 16
BAB II
MASALAH DEMENSIA
A. DEFF:
Demensia adalah suatu sindroma progresif yang
ditandai dengan adanya penurunan kemampuan
beberapa aspek fungsi otak. International
Classification of Diseases(ICD) mendefinisikan
Demensia sebagai gejala yang dialami ≥ 6 bulan
pada seseorang yang tidak memiliki gangguan
kesadaran.

3/1/18 demensia 17
B. Tipe dan Patogenesis
 Demensia Alzheimer (DA)
Merupakan penyebab pada 50-75% kasus Demensia
Demensia Vaskular (DV)
Demensia Vaskular merupakan tipe kedua terbanyak setelah DA
yaitu 20-30% dari seluruh kasus Demensia
 Demensia Frontotemporal (DF) atau Penyakit Pick
(Pick’s Disease)
Demensia jenis ini mencakup 5-10% dari seluruh kasus demensia,
yang ditandai dengan degenerasi sel saraf di lobus frontal dan
temporal otak.
Demensia Lewy Body
Demensia Lewy Body hanya mencakup5% dari seluruh kasus
demensia, dan lebih sering terjadi pada pria.

3/1/18 demensia 18
 Penyebab lain
Korsakoff Syndrome, trauma kepala, cedera otak, Huntington’s
disease, HIV dementia dan mixed dementia

C. Faktor Risiko
1. NON-MODIFIABLE RISK FACTORS
a. USIA
b. GENETIK
2. MODIFIABLE RISK FACTORS
 Merokok
 Kadar kolesterol tinggi tak terkontrol
 Hipertensi tidak terkontrol
 Kegemukan
 Diabetes Melitus tipe 2
 Kurang gerak badan
 Depresi
 Tingkat pendidikan rendah

3/1/18 demensia 19
D. Gejala dan Tahapan Demensia
1. Gangguan daya ingat
2. Sulit melakukan kegiatan yang familiar
3. Gangguan berkomunikasi
4. Disorientasi waktu dan tempat
5. Salah membuat keputusan
6. Kesulitan memahami visuospasial
7. Menaruh barang tidak pada tempatnya
8. Perubahan suasana hati dan perilaku
9. Perubahan kepribadian
10. Menarik diri dari pergaulan

Demensia bersifat progresif, artinya gejala-gejalanya akan


memberat seiring berjalannya waktu. Perjalanan penyakit
demensia dapat dibagi menjadi 7 tahap menurut Functional
Assessment Staging (FAST):
3/1/18 demensia 20
Cont’d
Tahap 1: Orang dewasa normal tanpa hendaya kognitif
Tahap 2: Lansia normal
Terkadang ada kesulitan mencari kata-kata atau
lupa tempat meletakkan suatu benda.
Tahap 3: Demensia tahap awal/Hendaya Kognitif Ringan
Terdapat penurunan kinerja dalam pekerjaan yang
disadari oleh rekan kerja, kesulitan bepergian ke
tempat baru --- (7 thn)
Tahap 4: Demensia ringan
Kesulitan untuk melakukan tugas-tugas yang lebih
kompleks (merencanakan keuangan, membayar
tagihan, mengadakan undangan makan malam
untuk tamu-tamu) --(2 thn)
3/1/18 demensia 21
Cont’d
Tahap 5: Demensia sedang
Seseorang di tahap ini membutuhkan bantuan
memilih pakaian yang pantas dan sesuai dengan
situasi dan cuaca/musim -----> (1.5 thn)
Tahap 6: Demensia sedang-berat
Membutuhkan bantuan untuk mandi, ke toilet, atau
makan --- (4 – 10 bln)
Tahap 7: Demensia berat
Kemampuan bahasa, mobilisasi, duduk, tersenyum,
dan mengangkat kepala hilang. Tahap ini dapat
berlangsung lama, hingga penderita meninggal
dunia. Penyebab meninggalnya ODD sering
disebabkan oleh tirah baring lama yang berujung
pada pneumonia
3/1/18 demensia 22
BAB III
GANGGUAN PEERILAKU DAN PSIKOLOGIS pd DEMENSIA
A. Definisi dan Dampak GPPD
Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia
(BPSD), atau sering pula dikenal sebagai gejala
neuropsikiatrik merupakan suatu kelompok gejala
perilaku dan non-kognitif yang muncul pada 90% orang
dengan demensia (ODD). GPPD meliputi gangguan
persepsi, isi pikir, suasana hati dan perubahan perilaku
yang sering terjadi pada ODD.
1. Waham
2. Halusinasi
3. Agitasi
4. Depresi
5. kecemasan
3/1/18 demensia 23
Cont’d
6. Euforia
7. Apatis
8. Disinhibisi
9. Iritabilitas
10. Perilaku motorik abnormal
11. Perilaku di malam hari
12. Perubahan pola makan

3/1/18 demensia 24
B. Pencetus GPPD

Dalam mengkaji GPPD digunakan akronim PIECES


1. P : Physical
2. I : Intellectual
3. E : Emotion
4. C : Capabilities
5. E : Environment
6. S : Social

3/1/18 demensia 25
C. Pemeriksaan/Skrining GPPD
Pemeriksaan awal GPPD dapat menggunakan
Neuropsychiatric Inventory (NPI)
Setiap pertanyaan dinilai dengan memberikan tanda
ada atau tidak ada (perilaku). Setiap perilaku (behavior)
akan dinilai tingkat keparahan dan kesulitan yg
ditimbulkan:
Keparahan: 1(ringan) – 3(parah).
Kesulitan yang ditimbulkan : 0(tidak ada kesulitan) –
5(sangat menyulitkan)
NPI diperiksa setiap 6 bulan atau bila ada keluhan
GPPD yang bertambah buruk.

3/1/18 demensia 26
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DEMENSIA
Penyakit Alzheimer, yang merupakan penyebab
tersering dari demensia, risikonya dapat dikurangi
dengan:
1. Menjaga kesehatan jantung
2. Bergerak, berolahraga produktif
3. Mengkonsumsi sayur/buah (gizi seimbang)
4. Menstimulasi otak (fisik-mental-spiritual)
5. Bersosialisasi dan beraktivitas positif
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah
mengeluarkan slogan CERDIK sebagai strategi
pencegahan penyakit tidak menular (PTM).
3/1/18 demensia 27
CONT’D
1. C- Cek kesehatan rutin, termasuk fungsi otak
2. E-Enyahkan asap rokok
3. R-Rajin aktivitas fisik, spiritual, dan stimulasi otak
4. D-Diet seimbang
5. I-Istirahat cukup
6. K-Kelola stress dan bersosialisasi

3/1/18 demensia 28
B. PENGENDALIAN DEMENSIA
Pengendalian demensia adalah upaya perlindungan
dengan mengelola berbagai risiko yang mempengaruhi
terjadinya Demensia.
TARGET :
1. Orang yang memiliki faktor risiko Demensia
2. ODD

3/1/18 demensia 29
Pengendalian pada orang yang memiliki faktor risiko
demensia mencakup faktor-faktor risiko yang dapat diubah
(modifiable risk factors):
VASKULER
 Rokok
 Kadar kolesterol tinggi
 Hipertensi
 Obesitas
 Diabetes mellitus (DM) tipe 2
 Sedentary lifestyle
NON VASKULER
 Depresi
 Pendidikan rendah dan kurangnya aktifitas mental

3/1/18 demensia 30
Skrining Demensia di Layanan Kesehatan Primer
Skrining/penapisan demensia dapat dilakukan oleh tenaga medis
dokter. Pemeriksaan dilakukan pada:
 Subyek dengan gangguan memori dan gangguan kognitif,
baik yang dilaporkan oleh pasien itu sendiri maupun oleh
orang lain
 Gejala pikun yang progresif
 Subyek Subyek yang dicurigai memiliki gangguan perilaku
saat dilakukan pemeriksaan oleh dokter pada saat
pemeriksaan, walaupun subyek tidak mengeluhkan
adanya keluhan kognitif atau memori
 berusia 45 tahun ke atas yang memiliki minimal 2 faktor
risiko demensia atau ada riwayat keluarga inti dengan
demensia
 Subyek berusia 60 tahun ke atas
3/1/18 demensia 31
Pemeriksaan meliputi:
Anamnesis:
 Gangguan memori (10 tanda Demensia)
 Riwayat keluarga dengan demensia
 Riwayat penyakit dahulu terkait sistem kardiovaskular
(adakah: stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung)
 Riwayat cedera kepala berat/berulang atau infeksi otak
 Riwayat asupan gizi (adakah penurunan asupan
makanan/cairan selama beberapa hari terakhir)
 Riwayat konsumsi obat-obatan

3/1/18 demensia 32
Cont’d
 Adanya keluhan yang timbul mendadak bersamaan atau
dalam waktu berdekatan dengan munculnya keluhan
gangguan memori, seperti:
 kelemahan anggota gerak sesisi
 kelemahan otot-otot wajah sesisi

 rasa baal atau kesemutan satu sisi tubuh

 menjadi tidak bisa membaca/menulis/melakukan


penghitungan yang selama ini bisa dilakukan

3/1/18 demensia 33
Pemeriksaan fisik ;
Sistem CV
Adanya bunyi jantung tambahan (murmur, gallop) atau gangguan
irama jantung
Neurologi
 Pemeriksaan motorik:
 Periksa tonus otot (adakah rigiditas)
 Bandingkan kekuatan dan refleks fisiologis anggota gerak kiri dan kanan

 Periksa refleks patologis (Babinski)

 Periksa adanya kelemahan sesisi pada otot-otot wajah

 Pemeriksaan sensorik
 Periksa
adanya keluhan baal atau perbedaan sensasi antara wajah kiri
dan kanan serta anggota gerak kiri dan kanan
 Koordinasi
 Periksa
adanya gangguan keseimbangan, tremor, dan gangguan
koordinasi lainnya
3/1/18 demensia 34
PEMERIKSAAN FISIK ;
Neuro-psychiatric Inventory (NPI)
Gejala-gejala GPPD dapat diketahui dan dipantau
menggunakan NPI. NPI ditanyakan kepada
informan yang terpercaya, yaitu caregiver atau
orang yang tinggal bersama ODD.
Geriatric Depression Scale (GDS)
Untuk penapisan adanya depresi, dapat
dipergunakan GDS-4 yang merupakan komponen
pertanyaan nomor 1, 3, 6, dan 7 dari GDS-15

3/1/18 demensia 35
INSTRUMEN PEMERIKSAAN FUNGSI KOGNITIF;
Hopkins Verbal Learning Test (HVLT) Modifikasi
2009
Skor normal HVLT adalah 15 sampai dengan 36.
HVLT dapat digunakan baik pada subyek yang dapat
membaca maupun yang buta huruf.
Tes Menggambar Jam (Clock Drawing Test)
Skor CDT dikategorikan abnormal bila skor < 4.

3/1/18 demensia 36
Instrumen Pemeriksan Kapasitas Fungsional
AD8 Indonesia
 AD8 ditanyakan pada keluarga/caregiver dari subyek, dan
berguna untuk menilai penurunan kapasitas fungsional
terkait memori, orientasi, judgment.
 Skor 0-1 menandakan kemampuan kognitif normal, skor
> 2 mengindikasikan kemungkinan adanya gangguan
kognitif.
Instrumental Activities of Daily Living (IADL)
 IADL ditanyakan pada caregiver atau ODD sendiri.
Instrumen ini digunakan untuk mengevaluasi
kemampuan subyek dalam melakukan aktivitas sehari-
hari secara mandiri. Hasil skor total < 24
mengindikasikan adanya gangguan kognitif.

3/1/18 demensia 37
Pengendalian tehadap ODD:
Tatalaksana farmakologis
 Belum ada obat definitif untuk demensia. Obat yang
saat ini ada hanya bersifat memperlambat perjalanan
penyakit. Pemberian obat-obatan untuk kontrol faktor
risiko tetap diteruskan.
Tatalaksana nonfarmakologis
 Tatalaksana nonfarmakologis lebih bermanfaat untuk
mengatasi gejala-gejala demensia, terutama GPPD.
Dalam pemberian tatalaksana nonfarmakologis ini,
prinsip-prinsip person-centred care atau asuhan
berbasis individu serta strategi komunikasi yang baik
harus selalu diterapkan. Berikut ini adalah beberapa
cara tatalaksana nonfarmakologis.

3/1/18 demensia 38
Reminiscence
 Mengenang hal-hal di masa lampau merupakan aktivitas yang
menarik bagi ODD, karena memberikan rasa tenang dan
memperbaiki mood ODD. Memori masa lampau biasanya masih
lebih diingat oleh ODD. Ajak ODD melihat foto-foto atau benda-
benda lama, minta ia bercerita tentang foto/benda itu.
Modifikasi lingkungan dan aktivitas
 Jaga lingkungan rumah agar rapi dan tidak banyak barang
berceceran
 Cat pintu WC, lemari, dan pintu-pintu penting lainnya dengan
warna kontras dari tembok.
 Samarkan pintu keluar rumah – misalnya dengan
mengecat/menutupi dengan korden berwarna sejenis dengan
tembok, untuk mengurangi impuls yang memancing ODD untuk
wandering.
3/1/18 demensia 39
Cont’d
Tidur:
 Usahakan WC atau pispot dapat terlihat dari kamar tidur
 Hindari menggantung pakaian di tembok yang dapat menimbulkan bayangan

yang memicu halusinasi


 Bila ODD telah mengalami inkontinensia, tempatkan alas tahan air di bawah

seprai dan underpad di atas seprai


 Atur waktu tidur yang teratur setiap harinya

Mandi dan buang air:


 Usahakan terdapat area kering dan area basah di kamar mandi.
 Pasanglah pegangan yang kokoh, sediakan kursi dan keset anti-slip di kamar

mandi untuk keamanan ODD.


 Pastikan kamar mandi rapi dan kering sebelum membawa ODD ke kamar

mandi.
 Selalu memberitahu ODD apa yang Anda akan lakukan (misalnya: membantu

membuka pakaiannya, menyiramkan air ke kaki/kepalanya), agar ia tidak


kaget.
Tempatkan handuk di bahu atau pangkuan ODD saat memandikannya, untuk
mengurangi rasa malu sekaligus untuk dipergunakan ODD menggosok tubuh
3/1/18 demensia 40
Cont’d
Berpakaian:
 Beri label pada lemari dan laci pakaian
 Berikan pakaian dengan kancing jepret atau velcro untuk memudahkan. Pilih

pakaian berkancing depan atau samping untuk membantu ODD tetap


mandiri. Sebaliknya, pilihkan pakaian berkancing belakang bagi ODD yang
memiliki kecenderungan membuka pakaian di depan umum (disinhibisi).
 Beri kesempatan ODD memilih pakaian dengan membatasi pilihannya,

misalkan dengan menunjukkan 2 buah baju, dan bertanya mana yang ia ingin
kenakan.
 Jejerkan pakaian yang akan ODD pakai sesuai urutannya (dari terdalam ke

terluar) untuk memudahkan ODD mengenakannya.


Makan:
 Gunakan alatmakan yang berwarna kontras dengan makanan maupun taplak
meja agar ODD mudah melihat makanan. Pilihlah alat makan dari bahan yang
tidak mudah pecah. Usahakan garpu dan sendok memiliki pegangan yang
besar dan mudah digenggam.
 Libatkan ODD dalam proses menyiapkan makanan. Aroma makanan yang

sedang dimasak akan memancing timbulnya nafsu makan.


3/1/18 demensia 41
Cont’d
Terapi musik
Memutarkan musik yang disukai ODD dapat
memperbaiki mood, mengurangi kecemasan
pada ODD. Ajak ODD bernyanyi, bermain
musik, atau bersenandung bersama.
Terapi Cahaya
Paparan sinar matahari selama 2 x 30 menit di
pagi dan sore hari terbukti mengurangi
gangguan tidur dan sundowning.

3/1/18 demensia 42
Asuhan Berbasis Individu (Person-centred Care)
Menekankan Pada:
 Selalu menghormati ODD
 Mempelajari dan memahami riwayat, aktivitas,
keyakinan dan identitas kultural ODD
 Melibatkan ODD dalam memutuskan hal-hal
yang menyangkut dirinya
 Mendukung ODD untuk tetap mandiri
 Memahami GPPD sebagai upaya komunikasi dari
kebutuhan ODD yang tak terpenuhi

3/1/18 demensia 43
DUKUNGAN BAGI CAREGIVER
Caregiver ODD rentan mengalami distress karena
menghadapi GPPD pada ODD.
Dukungan bagi caregiver dari layanan kesehatan primer
dapat diselaraskan dengan program yang telah berjalan.
Mi
Puskemas dapat memfasilitasi pertemuan sesama
caregiver selama para lansia beraktivitas. Dengan
demikian, para caregiver dapat saling memberi
dukungan dengan berbagi pengalaman dan tips
merawat ODD.salnya dalam Posyandu Lansia.

3/1/18 demensia 44
KERJASAMA TERPADU LINTAS SEKTOR
Program pencegahan dan pengendalian demensia
ini membutuhkan peran serta multisektor dan
multidisiplin baik dalam maupun luar negeri.
Upaya mewujudkan hal tersebut memerlukan
koordinasi para pemangku kepentingan yang
meliputi: Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas
Lansia), pemerintah (melalui koordinasi
Kemenkokesra) dan keterlibatan masyarakat
untuk menghasilkan dan menjalankan kegiatan
yang bersifat lintas sektor dan lintas program.

3/1/18 demensia 45

Anda mungkin juga menyukai