Anggota : 1. Fadhilah Rahmawati (7) 2. Fareza Harum Putri (8) 3. Salsabila Zahra (27) Hamzah Sulaeman Pendiri Mirota Batik
Hamzah merupakan anak bungsu dari
pendiri Grup Mirota, yaitu Hendro Sutikno dan Tini . Ia berkuliah di UGM jurusan Biologi tetapi tidak sampai tuntas. Selanjutnya, Hamzah berkuliah di Universitas Sanata Dharma mengambil jurusan bahasa Inggris. Setelah lulus, Hamzah bekerja sebagai pelayan di kapal pesiar pada tahun 1970. Selanjutnya, ia bekerja di Amerika Serikat selama tiga tahun sebelum akhirnya kembali ke Indonesia karena ayahnya sakit. Bersama saudara-saudaranya, Hamzah mengembangkan bisnis peninggalan orang tua mereka yang berupa Toko Mirota. Hamzah juga membuka butik yang ia beri nama Mirota Batik Mirota batik
Mirota mampu menarik minat
Nama Mirota sendiri berasal dari banyak pembeli karena toko ini nama toko roti milik ibunya dikelola dengan cara unik.
Selain memasukkan ornamen
jawa, Hamzah juga memiliki kiat Untuk itu, ia menerapkan sistem lain dalam mengelola tokonya bagi hasil. Jika penjualan di toko agar bisa sukses. Salah satunya meningkat, karyawan akan dengan memperhatikan kesejahteraan karyawan Latar Belakang Usaha
Kisah pria kelahiran Yogyakarta, 62 tahun
silam, ini mengembangkan Mirota, bermula dari "terpaksa". Saat berumur 25 tahun, ayahnya, Hendro Sutikno, meninggal pada tahun 1975. Hendro adalah pendiri cikal bakal Mirota. mau tak mau, Hamzah harus mewarisi toko kelontong di Malioboro warisan orang tuanya. Perkembangan Usaha
Semuanya dimulai ketika ayah Hamzah,
Hendro Sutikno meninggal dunia di tahun 1975. Kala itu, Hamzah yang baru menginjak usia 25 tahun mewarisi warung kelontong ayahnya
Di tangannya, warung kelontong
tersebut disulap menjadi Mirota Batik. Kecintaan pada seni dan budaya Jawa yang mendorongnya membuka toko batik. Toko ini mulai dirintis tahun 1977 dengan modal Rp 80 juta
Saat awal didirikan Mirota Batik
belum sebesar sekarang. Selain tempatnya kecil, pembelinya juga masih sepi. Tapi Hamzah tak patah arang. Meski sepi pembeli, ia tetap memasarkan batik-batik hasil desainnya di Mirota.
Usahanya mulai berkembang
saat ia menjalin kerja sama dengan pemilik Batik Danar Hadi. Agar isi tokonya lebih bervariasi, ia pun mulai memasarkan barang-barang kerajinan khas Jawa.
Selain isi toko makin bervariasi,
desain interior toko yang unik juga menjadi daya tarik Mirota Batik.
Setelah Mirota Batik di
Malioboro makin berkembang, Hamzah pun melakukan ekspansi dengan membuka cabang baru Hambatan
• Di tengah pesatnya pertumbuhan bisnis yang
dikelolanya, sebuah musibah datang menghampiri. Pada 2 Mei 2004, Mirota Batik di Mailoboro terbakar. Tidak ada satu pun yang tersisa pasca kebakaran tersebut. Semuanya ludes dilalap si jago merah. Solusi
Untungnya, ia masih memiliki sisa tabungan untuk membangun kembali
Mirota. Hanya dalam waktu setahun, Hamzah berhasil membangun kembali gedung Mirota Batik di Malioboro.
Bahkan, gedung baru tersebut
tampak lebih megah dari bangunan Untungnya, ia masih memiliki sisa lama. Terdiri dari empat lantai, tabungan untuk membangun Mirota Batik kini menyerupai mal. kembali Mirota. Hanya dalam Yang memakan waktu agak lama waktu setahun, Hamzah berhasil ketika ia harus mengisi dan membangun kembali gedung mengembalikan detail toko. Mirota Batik di Malioboro.