BAGIAN BEDAH FK UNSRAT RSU Prof. dr. RD. Kandou Manado PENDAHULUAN Atresia esofagus : • penanganan sulit, butuh waktu yang lama di meja operasi • perlu pengelolaan pasca bedah yang tepat, dan follow up yang lama • membutuhkan perhatian dan kesiapan ahli bedah anak • merupakan kelainan yang sangat fatal dan tantangan dalam perawatan untuk dapat hidup normal. Esofagus dan trakhea divertikulum ventralis foregut pada janin usia 22-23 hari. Divertikulum memanjangproliferasi sel endodermal pada dinding lateral. Rosenthal : temukan massa sel yang tumbuh jadi tonjolan jaringanmembagi foregut atas saluran trakhea dan esofagussempurna setelah hari ke 34 atau 36 fertilisasilapisan submukosa dan otot sudah jelas terlihat pada esofagus dan trakhea Lapisan otot sirkulerminggu ke-6 Pembuluh darah dari aorta minggu ke-7 Lapisan otot longitudinalminggu ke-9 Minggu ke 7-8epitel esofagus proliferasi sampai seluruh lumen tertutup Pada awalnya epitel esofagus bersilia, setelah minggu ke-20 digantikan stratified squamous epitelium Minggu ke 4 : terjadi interupsi, pemanjangan dan pembagian dari saluran esofagus dan trakhea terhambat timbul fistel yang persisten dan celah diantara kedua saluran tersebut pertumbuhan inkomplit dari esofagus Kelainan Penyerta Hampir 50% dari 218 kasus atresia esofagus (Waterstoon, dkk) disertai berbagai malformasi, misalnya : - kelainan jantung bawaan - Imperforatus ani - Obstruksi saluran cerna VACTERL : kelainan vertebral, anal, cardiac, tracheoesophageal,renal, limb anomali SEJARAH Durston (1670) : Pertama yang menemukan atresia esophagus Gibson (november 1696) yang pertama men-diskripsikan atresia esofagus dengan fistula distal, pada outopsi klinis Hill (1840) : Pertama menemukan AE yang disertai MAR Holmes(1869) dan Steel (1888) mulai mencoba operasi penderita AE Richter (1913) pertama melakukan ligasi fistula dan melakukan anastomosis esofagus Simpson and Smith (1936) dari Great Ormond Street Hospital, London, UK yang pertama mengpublikasi keberhasilan operasi pada AE Lenman (1936) pertama operasi dengan teknik extrapleural repair. (1940) 30 kasus tapi meninggal semua Leven and Ladd (1939) berhasil dan hidup. Haight and Towsly (1943) berhasil operasi primer. Grosfeld dan Ballantine : 84 kasus atresia esofagus disertai : 31 kasus (37%) dengan kelainan jantung bawaan (VSD, PDA, TF) 18 kasus (21,4%) dengan malformasi saluran cerna 11 kasus (13%) dengan imperforatus ani 6 kasus (7%) dengan VACTERL Insidens Holden :1000 kasus kelainan esofagus: 1. Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus : 86,5% 2. Atresia esofagus tanpa fistula trakeoesofagus : 7,7% 3. Fistula trakeoesofageal tanpa atresia esofagus (tipe-H) : 4,2% 4. Atresia esofagus dengan fistula diantara pouch pada esofagus proksimal dengan trakhea : 0,8% 5. Atresia esofageal dengan fistula pada ke dua pouch : 0,7% Relative Frequency of Esophageal Atresia (EA) and Tracheoesophageal Fistula (TEF) Anomalies (%)
Survey-1058 Present Series-118
Patients, 1964 Patients
EA, distal TEF 86..5 100* (85)
EA without TEF 7.7 3 (2.5) TEF without EA 4.4 7 (6) EA, proximal and distal TEF 0.7 6+(5) EA, proximal TEF 0.8 2+(1.5) Gejala Klinis Awal : regurgitasi saliva yang terkumpul didalam esofagus bagian proksimal yang buntu sampai jelas kelihatan sekitar mulut sebagai buih Minum pertamatersedak, batuk, dan regurgitasi Distensi abdomenpaling dominan, karena adanya udara lewat fistel ke dalam gaster Seringkali cairan gaster naik ke atasesofagus bagian distalfistel trakeo esofagealmenyebar ke trakhea dan parupneumonia kimiawi Nafas sulit karena atelektasis dan terdorongnya diafragma oleh gaster yang distensi Pemeriksaan Tambahan Foto polos abdomen : dengan memasukkan NGT ke dalam gaster Foto dengan kontras, dengan proyeksi lateralmemperlihatkan panjang esofagus yang buntu dan ekstensinya ke dalam mediastinum Gambaran udara dalam usus fistel trakeoesofageal (+) Thorax foto : pneumonia atau atelektasis akan tampak Atresia esofagus isolated tanpa TEF (5%)
- Terdapat gap esofagus yang panjang
- karena tidak adanya fistel pada segmen distal esofagusujung segmen distal sangat pendek ± 1 atau 2 cm dari diafragma (sebab tidak adanya cairan amnion yang masuk ke gaster saat dalam kandungangaster berukuran kecil) Atresia esofagus dengan TEF proksimal (1%)
- fistel berada 1--4 cm bagian proksimal
dari ujung esofagus bagian atas, dengan posisi diagonal dan berhubungan dengan lapisan membranosus trakhe - tidak didapatkan TEF bagian distal , ujung distal esofagus kecil, sehingga gap esofagus menjadi panjang Atresia esofagus dengan TEF distal (86%)
- esofagus bagian proksimal buntu, setinggi VTh3
- ujung bagian proksimal bisa lebih pendek dan bisa lebih panjang (setinggi VC7-VTh5) - lapisan muskularis segmen proksimal tipis dan diameternya lebih lebar dibanding segmen distal - fistel berasal dari lapisan membranosus trakhea bagian distal - sering disebut sebagai trakhea “trifurcates”, karena fistel berada diantara percabangan bronkus kanan dan kiri - fistel jarang berhubungan langsung dengan bronkus - suplai darah pada segmen proksimalbronkus thyrocervical sedang suplai darah segmen disatalsegmental TEF isolated tanpa atresia esofagus (3%)
- ± 2-3 ml diameternya dengan posisi
diagonal dan menempel pada lapisan membranosus trakhea dengan esofagus anterior - TEF ini berada setinggi level mulai cricoid sampai dengan karina tetapi sering juga pada VC atau VTh bagian proksimal - bisa double atau triple fistel - fistel ini sering disebut H type atau N type TEF, dimana esofagus intake Atresia esofagus dengan TEF proksimal dan distal (3%)
- ujung proksimal esofagus dan ujung
distal esofagus dan fistel bisa diketahui sejak awal. - gap yang terjadi tidak panjang Kategori Waterstoon Tahun 1962 A. berat badan lahir ≥ 2 ½ kg, KU baik B. 1. berat badan lahir 1,8-2 ½ kg, KU baik 2. berat badan lahir ≥ 2 ½ kg, dengan pneumonia sedang dan disertai kelainan congenital lain C. 1 berat badan lahir < 1,8 kg 2 berat badan lahir ≥ 2 ½ kg dengan pneumonia berat dan kelainan congenital lain yang berat Kriteria Lewis Spitz (Tahun 1994) Group 1 : Birth weight >1500 g without major cardiac anomaly. (survival 97%) Group 2 : Birth weight <1500 g or major cardiac anomaly. (survival 59%) Group 3 : Birth weight <1500 g and major cardiac anomaly. (survival 22%) Pengelolaan 1. Bayi ditempatkan pada boks bayi dengan penghangat (warmer) 2. Posisi head up 3. Terapi cairan intravena 4. Terapi antibiotika 5. Pemasangan NGT pada esofagus yang buntu, dan dihisap reguler, jika tidak memadai maka dilakukan gastrostomi sementara. Manajemen Post Operatif Dirawat di neonatal intensive care unit Cairan intravenus Antibiotik profilaksis dilanjutkan Nutrisi lewat transanatomotic nasogastric tube diberikan pada hari ke 2-3 post op Oesophagogram dilakukan 7 hari post op, dan jika tidak didapatkan leakage thorax drain dapat di lepas Oral feeding bisa dimulai setelah thorax drain dilepas Fisiotherapi napas dilakukan secara terus menerus dengan suction nasopharingeal Komplikasi Kematian Anastomotic leakage Gastro-oesophageal reflux Tracheomalacia Recurrent tracheo-oesophageal fistula Anastomotic strictures Division and Primary Anastomosis