Anda di halaman 1dari 44

ANATOMI FISIOLOGI

UNDANG-UNDANG
KEPERAWATAN

Dewi Irawaty, M.A., PhD


Ketua Umum PPNI Pusat

Seminar Nasional Keperawatan


PPNI Jawa Tengah

1
ANATOMI

BAB I : KETENTUAN UMUM


BAB II : JENIS PERAWAT
BAB III : PENDIDIKAN KEPERAWATAN
BAB IV : REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN REGISTRASI ULANG
BAB V : PRAKTIK KEPERAWATAN
BAB VI : HAK DAN KEWAJIBAN
BAB VII : ORGANISASI PROFESI
BAB VIII : KOLEGIUM KEPERAWATAN
BAB IX : KONSIL KEPERAWATAN
BAB X : PENGEMBAANGAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN
BAB XI : LARANGAN
BAB XII : SANKSI ADMINISTRATIF
BAB XIII : KETENTUAN PERALIHAN
BAB XIV : KETENTUAN PENUTUP

2
BAB I
KETENTUAN UMUM

• Pasal 1 (terdiri dari 22 butir) : Ketentuan umum


• Pasal 2 : Azaz keperawatan
• Pasal 3 : Tujuan pengaturan keperawatan

3
BAB II
JENIS PERAWAT
Pasal 4
1) Jenis perawat
a. Perawat profesi
b. Perawat vokasi
2) Perawat profesi sebagaimana yang
dimaksud pada ayat 1
a. Ners
b. Ners spesialis

4
BAB III
PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN
Pasal 5
Jenis pendidikan tinggi keperawatan
a. Vokasi
b. Akademik
c. Profesi

Pasal 6
Jenjang jenis vokasi
1. Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud dalam pasal
5 huruf a merupakan program diploma keperawatan.
2. Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud dalam pasal
5 huruf a paling rendah adalah program diploma tiga
5
keperawatan.
Pasal 7
Jenjang jenis akademik
a. Sarjana keperawatan
b. Magister keperawatan
c. Doktor keperawatan

Pasal 8
Jenjang jenis profesi
a. Profesi keperawatan
b. Spesialis keperawatan

6
Pasal 9
Penyelenggaraan institusi pendidikan

Pasal 10
1. Perguruan tinggi Keperawatan
diselenggarakan oleh Pemerintah atau
masyarakat sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
2. Perguruan tinggi Keperawatan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 melaksanakan
tridarma perguruan tinggi.

7
Pasal 11 : SNPTK
Pasal 12 : Jumlah mahasiswa terkait kuota
Pasal 13 : Dosen (Perguruan Tinggi dan
Wahana Pendidikan)
Pasal 14 : Hak dan kewajiban dosen dari
wahana
Pasal 15 : Tenaga pendidikan
Pasal 16 : Mahasiswa keperawatan mengikuti
uji kompetensi dan mendapat
sertifikasi

8
BAB IV
REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN
REGISTRASI ULANG
Pasal 17
Pembinaan dan pengawasan mutu perawat untuk
melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan
kesehatan

Pasal 18
Kewajiban perawat memiliki STR

Pasal 19
Izin praktik berupa SIPP

Pasal 20
Pemberlakuan SIPP
9
Pasal 21 : Papan nama praktik keperawatan

Pasal 22 : Jenis kondisi SIPP yang tidak berlaku

Pasal 23 : Ketentuan perizinan diatur dalam


peraturan menteri

Pasal 24 : Evaluasi kompetensi dengan


penilaian kelengkapan administratif
dan kemampuan melakukan praktik
untuk perawat WNA

10
Pasal 25 : STR sementara bagi perawat WNA

Pasal 26 : Pendayagunaan dan praktik perawat


WNA diatur dengan Peraturan
Pemerintah

Pasal 27 : Evaluasi kompetensi dengan


penilaian kelengkapan administratif
dan kemampuan melakukan praktik
untuk perawat WNI lulusan LN.
Kemudian, perawat WNI lulusan LN
akan mendapatkan STR apabila telah
lulus uji kompetensi

11
BAB V
PRAKTIK KEPERAWATAN
Pasal 28
1. Lokasi pelaksanaan praktik keperawatan : fasilitas
pelayanan kesehatan dan tempat lain yang sesuai dengan
klien sasaran
2. Jenis praktik keperawatan : praktik keperawatan mandiri dan
praktik keperawatan di fasilitas pelayanan kesehatan
3. Sebagaimana dimaskud ayat 1, pelaksanaan praktik
keperawatan harus didasarkan pada kode etik, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional
4. Sebagaimana dimaskud ayat 2, praktik keperawatan
didasarkan pada prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan
dan atau keperawatan masyarakat dalam suatu wilayahl
12
Pasal 29
Tugas perawat:
1. Pemberi asuhan
2. Penyuluh dan konselor klien
3. Pengelola pelayanan keperawatan
4. Peneliti keperawatan
5. Pelaksana tugas limpah
6. Pelaksana tugas dalam keterbatasan
tertentu

13
Pasal 30
1. 10 wewenang perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan di bidang upaya kesehatan
perorangan
2. 13 wewenang perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan di bidang upaya kesehatan
masyarakat

Pasal 31
1. Wewenang perawat sebagai penyuluh dan konselor
bagi klien
2. Wewenang perawat sebagai pengelola pelayanan
keperawatan
3. Wewenang perawat sebagai peneliti keperawatan

14
Pasal 32
1. Pelimpahan dalam bentuk tertulis oleh tenaga medis
2. Dapat secara delegatif atau mandat
3. Tugas delegatif dapat diberikan pada perawat
profesi dan atau perawat vokasi terlatih yang
memiliki kompetensi

Pasal 33
Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan pada
keadaaan tidak adanya tenaga medis dan kefarmasian
berwenang:
1. Melakukan pengobatan
2. Merujuk pasien
3. Melakukan pelayanan kefarmasian
15
Pasal 34 : Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas
dan wewenang perawat diatur dalam
peraturan menteri

Pasal 35 : Pertolongan dalam keadaan darurat


1. Pertolongan pertama dengan tindakan medis
dan pemberian obat
2. Pertolongan untuk menyelamatkan nyawa dan
mencegah kecacatan lanjut
3. Keadaan darurat adalah yang mengancam
nyawa
4. Ditetapkan oleh perawat berdasar hasil
evaluasi dan keilmuannya 16
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 36
Hak perawat dalam melaksanakan praktik
keperawatan
1. Perlindungan hukum bila sesuai standar
pelayanan, standar profesi, standar prosedur OP
2. Memperoleh informasi dari klien
3. Menerima imbalan jasa
4. Menolak keinginan klien yang bertentangan
secara etik, SOP, standar profesi
5. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan
standar
17
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 37 : Kewajiban perawat dalam melaksanakan


praktik keperawatan

Pasal 38 : Hak klien dalam praktik keperawatan

Pasal 39 : Aturan pengungkapan rahasia kesehatan


klien

Pasal 40 : Kewajiban klien dalam praktik


keperawatan
18
BAB VII
ORGANISASI PROFESI PERAWAT

Pasal 41
1. Organisasi Profesi Perawat dibentuk sebagai
satu wadah yang menghimpun Perawat secara
nasional dan berbadan hukum.
2. Organisasi Profesi Perawat bertujuan untuk:
a. Meningkatkan dan/atau mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan, martabat,
dan etika profesi Perawat; dan
b. Mempersatukan dan memberdayakan
Perawat dalam rangka menunjang
pembangunan kesehatan.
19
Pasal 42
Organisasi Profesi Perawat berfungsi sebagai
pemersatu, pembina, pengembang, dan pengawas
Keperawatan di Indonesia.

Pasal 43
Organisasi Profesi Perawat berlokasi di ibukota
negara Republik Indonesia dan dapat membentuk
perwakilan di daerah

20
BAB VIII
KOLEGIUM KEPERAWATAN
Pasal 44
1. Kolegium Keperawatan merupakan badan otonom di
dalam Organisasi Profesi Perawat.
2. Kolegium Keperawatan bertanggung jawab kepada
Organisasi Profesi Perawat.

Pasal 45
Kolegium Keperawatan berfungsi mengembangkan
cabang disiplin ilmu Keperawatan dan standar
pendidikan tinggi bagi Perawat profesi.

Pasal 46
Ketentuan lebih lanjut mengenai Kolegium Keperawatan
diatur oleh Organisasi Profesi Perawat
21
BAB IX
KONSIL KEPERAWATAN

Pasal 47
1. Untuk meningkatkan mutu Praktik Keperawatan
dan untuk memberikan pelindungan serta
kepastian hukum kepada Perawat dan
masyarakat, dibentuk Konsil Keperawatan.
2. Konsil Keperawatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan bagian dari Konsil
Tenaga Kesehatan Indonesia.

22
Pasal 48 : Konsil Keperawatan sebagai mana
dimaksud dalam Pasal 47
berkedudukan di ibukota negara
Republik Indonesia.

Pasal 49 : Fungsi dan tugas konsil keperawatan

Pasal 50 : Wewenang konsil keperawatan

Pasal 51 : Pendanaan untuk pelaksanaan konsil


keperawatan

Pasal 52 : Keanggotaan konsil keperawatan


23
BAB X
PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN
PENGAWASAN
Pasal 53 : Pengembangan praktik keperawatan

Pasal 54 : Pendidikan Keperawatan dibina oleh


kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang
pendidikan dan berkoordinasi dengan
kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.

24
Pasal 55 : Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Konsil Keperawatan, dan Organisasi
Profesi membina dan mengawasi
Praktik Keperawatan sesuai dengan
fungsi dan tugas masing-masing.

Pasal 56 : Tujuan pembinaan dan pengawasan


praktek keperawatan

Pasal 57 : Peraturan mentri

25
BAB XI
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 58
1. Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 18 ayat (1),
Pasal 21, Pasal 24 ayat (1), dan Pasal 27 ayat dikenai
sanksi administratif.
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa:
a. Teguran lisan;
b. Peringatan tertulis;
c. Denda administratif; dan/atau
d. Pencabutan izin.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Pemerintah. 26
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 59
STR dan SIPP yang telah dimiliki oleh Perawat sebelum Undang-
Undang ini diundangkan dinyatakan tetap berlaku sampai jangka
waktu STR dan SIPP berakhir.

Pasal 60
Selama Konsil Keperawatan belum terbentuk, permohonan untuk
memperoleh STR yang masih dalam proses diselesaikan dengan
prosedur yang berlaku sebelum Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 61
Perawat lulusan sekolah perawat kesehatan yang telah melakukan
Praktik Keperawatan sebelum Undang-Undang ini diundangkan
masih diberikan kewenangan melakukan Praktik Keperawatan
untuk jangka waktu 6 (enam) tahun setelah Undang-Undang ini
27
diundangkan.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 62
Institusi Pendidikan Keperawatan yang telah
ada sebelum Undang-Undang ini diundangkan
harus menyesuaikan persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 paling lama 3 (tiga)
tahun setelah Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 63
Konsil Keperawatan dibentuk paling lama 2
(dua) tahun sejak Undang-Undang ini
diundangkan.
28
Pasal 64
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,
semua Peraturan Perundang-undangan yang
mengatur mengenai Keperawatan dinyatakan
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
atau belum diganti berdasarkan Undang-Undang
ini.

Pasal 65
Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini
harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun
terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 66
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
29
IMPLIKASI PADA PRAKTIK KEPERAWATAN

30
IMPLIKASI KEBIJAKAN SNPT
• Harmonisasi standar pendidikan dan standar
kompetensi bidang keperawatan dengan SN-
Dikti
• Perlu disepakati mekanisme koordinasi
berbagai stakeholders dalam menyusun
standar nasional pendidikan keperawatan
• Perlu kesepakatan terkait aspek legal
penetapan standar nasional pendidikan
keperawatan oleh Menristek-Dikti

31
IMPLIKASI KEBIJAKAN DOSEN
PADA WAHANA PENDIDIKAN

• Dosen asal wahana perlu sinkronisasi dengan


substansi penugasan di wahana

32
PASAL 9
• Perguruan tinggi dalam menyelenggarakan
pendidikan tinggi keperawatan harus menyediakan
fasilitas pelayanan kesehatan sebagai wahana
pendidikan serta berkoordinasi dengan organisasi
profesi perawat
• Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dapat
dilakukan melalui: kepemilikan atau kerja sama.
• Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan ingkat
pertama yang memenuhi persyaratan, termasuk
jejaring dan komunitas di dalam wilayah
binaannya.
33
34
IMPLIKASI UJI KOMPETENSI
SEBAGAI EXIT EXAM

• Mengembangkan uji kompetensi sebagai exit


exam termasuk pengelolaan dan kesiapan
mahasiswa

35
PASAL 54
Pendidikan Keperawatan dibina oleh kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendidikan dan berkoordinasi dengan
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.

Implikasi Kebijakan
• Perlu pengaturan lebih lanjut tentang lingkup
koordinasi antar kementerian dalam pengelolaan
atau pembinaan

36
IMPLIKASI TERHADAP PERCEPATAN
KEBERADAAN PERATURAN DAN
KEBIJAKAN PRAKTIK KEPERAWATAN
NO PERLU REGULASI:
1 Peraturan Menteri Kesehatan tentang Jenis Perawat
2 Peraturan Pemerintah tentang Wahana Pendidikan
3 Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar
Kompetensi Kerja Perawat
4 Peraturan Pemerintah tentang pendayagunaan dan
praktik Perawat Warga Negara Asing
5 Peraturan Menteri Kesehatan tentang kebutuhan
pelayanan kesehatan dan/atau Keperawatan dalam
suatu wilayah
37
Lanjutan…….
NO PERLU REGULASI

6 Peraturan Menteri Kesehatan tentang tugas dan


wewenang Perawat
7 Peraturan Menteri Kesehatan tentang Peran
perawat dalam melakukan tindakan medis dan
pemberian obat sesuai dengan kompetensinya
pada kondisi darurat
8 Peraturan Menteri Kesehatan tentang Rahasia
Kesehatan Klien
9 Peraturan Menteri Kesehatan tentang pembinaan
dan
pengawasan Praktik Keperawatan
38
IMPLIKASI TERHADAP PRAKTIK
KEPERAWATAN DI RS
Meningkatkan Mutu Pelayanan & Asuhan
Keperawatan Melalui Praktik Keperawatan Benar,
Sesuai Standar dan Legal

• Praktik Keperawatan Berdasarkan Kode Etik, Standar


Pelayanan Keperawatan, Standar Profesi & SPO
• Perlu Identifikasi Kebutuhan & Jenis Standar, Pedoman
dan Juklak Pelayanan Keperawatan, Stadar Profesi ,
SPO
• Program Pembinaan etika profesi dalam pelayanan
keperawatan
• Perlu Supervisi, Monev Pelaksanaan Pelayanan
Keperawatan 39
Lanjutan…….

• Penguatan Fungsi Manajemen Pelayanan


Keperawatan
• Standarisasi Fasilitas-Sarana Pelayanan
Keperawatan
• Penguatan Lingkungan Kerja yang aman
• Pelaksanaan praktik keperawatan dimulai
dengan EBNP

40
IMPLIKASI TERHADAP SDM PERAWAT
SEBAGAI PEMBERI PELAYANAN DI RS

Meningkatkan Profesionalisme perawat dlm melaksanakan praktik


keperawatan

1. Kejelasan Pengaturan jumlah, rasio & komposisi perawat sesuai dgn


jenis pelayanan keperawatan/kesehatan:
a. Perawat anak, Perawat Maternitas, Perawat Penyakit Dalam dan
Perawat Bedah, dll
b. Jenis Perawat: Vokasi dan Profesi
2. Penguatan profesdionalisme perawat dalam melaksanakan praktik
keperawatan
a. Perawat memiliki kompetensi (sertifikat kompetensi), diakui terdaftar
(STR) dan jelas kewenangan (surat keputusan kewengan klinik)
b. Kejelasan tugas dan wewengan
c. Kejelasan hak dan kewajiban
d. Kejelasan Pola dan Jenjang Karir
e. Kejelasan Sistem Remunerasi perawat 41
Lanjutan…….
3. Pengembangan praktik melalui Pendidikan
formal dan CPD
4. Pemilik/pengelola RS memfasilitasi CPD
5. Pengaturan Praktik yang dilakukan oleh
perawat asing

Diperlukan :
1. Penataan Pola Ketenagaan Perawat di RS
2. Penguatan fungsi ketenagaan perawat
(staffing)
3. Program –Program pembinaan kompetensi dan
profesionalisme perawat
4. Pengembangan SIM Ketenagaan Perawat
5. Penguatan sistem penghargaan bagi perawat42
IMPLIKASI TERHADAP PROGRAM
PENGEMBANGAN, PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN
Membangun Kerja Sama Pemerintah (Pusat, Daerah),
Organisasi Profesi(PPNI), dan Institusi Pendidikan Tinggi
Keperawatan

1. Penyusunan peraturan dan kebijakan terkait praktik


keperawatan
2. Penyusunan standar dan pedoman pelayanan keperawatan
3. Pengembangan wahana pembelajaran klinik bagi perawat
4. Penyusunan dan pelaksanaan program pembinaan bagi
anggota perawat dalam melaksanakan praktik
5. Pemerintah, Pemda, Konsil Keperawatan, PPNI membina
dan mengawasi praktik keperawatan sesuai fungsi dan
tugas masing-masing 43
Terima Kasih
44

Anda mungkin juga menyukai