Anda di halaman 1dari 71

Kuliah Ke 2

BIAYA PRODUKSI

Riwayadi
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari topik ini,
mahasiswa diharapkan mampu
untuk:
1. mendefinisikan biaya produksi dan menjelaskan
komponen biaya produksi
2. menjelaskan biaya bahan baku dan akuntansi biaya
bahan baku langsung
3. menjelaskan biaya tenaga kerja dan akuntansi
biaya tenaga kerja langsung
4. menjelaskan biaya overhead pabrik dan
akuntansi biaya overhead pabrik
5. menjelaskan akuntansi untuk produk selesai
dan harga pokok penjualan
6. menggambarkan dan menjelaskan diagram arus
biaya produksi
7. menyusun laporan harga pokok produksi (cost
of goods manufactured Statement) untuk tujuan
pelaporan kepada pihak luar
Tujuan 1: Biaya Produksi
• Biaya produksi (manufacturing cost) adalah biaya
yang terjadi pada fungsi produksi, yaitu fungsi yang
mengolah bahan baku menjadi barang jadi.

Pabrik
Bahan Tenaga Kerja dan Barang
Baku Fasilitas Pabrik Jadi

Gambar 3-1: Proses Produksi


• Tiga komponen biaya produksi:
1. Biaya bahan baku langsung/BBBL (direct raw
material cost)
2. Biaya tenaga kerja langsung/BTKL (direct
labor cost)
3. Biaya overhead pabrik/BOP (factory overhead
cost)

• BBBL + BTKL = biaya utama (prime cost)


• BTKL + BOP = biaya konversi
Tujuan 2: Biaya Bahan Baku
• Dua klasifikasi biaya bahan baku
1. Biaya bahan baku langsung (direct raw material
cost)
Yaitu biaya bahan yang dapat secara mudah dan
akurat ditelusuri ke produk jadi (komponen utama
produk jadi). Contohnya, kayu untuk pembuatan
perabot, kain untuk pembuatan baju, dan kulit
untuk pembuatan sepatu.
2. Biaya bahan baku tidak langsung (indirect raw
material cost)
Yaitu biaya bahan yang tidak dapat secara
mudah dan akurat ditelusuri ke produk (biaya
penelusurannya lebih mahal dari manfaatnya).
Contohnya adalah paku yang dipakai untuk
pembuatan perabot, benang untuk pembuatan
baju, dan lem untuk pembuatan sepatu.
Biaya bahan baku tidak langsung dikelompokkan
sebagai biaya overhead pabrik
Perhitungan Harga Pokok Bahan Baku
Langsung
• Bahan baku langsung dalam hal ini adalah
sebagai objek biaya
• Idealnya, semua biaya yang berkaitan dengan
perolehan bahan baku langsung harus menjadi
komponen harga pokok bahan baku, seperti
harga beli, diskon pembelian, ongkos angkut
pembelian, asuransi bahan baku yang dibeli,
biaya pembelian, biaya gudang, dan biaya
akuntansi.
Bahan A Bahan B
Biaya Langsung:
Harga beli Rp xx Rp xx
Potongan Pembelian (xx) (xx)
Total B. Langsung Rp xx Rp xx
Biaya Tidak Langsung:
Ongkos Angkut Rp xx Rp xx
Biaya Asuransi xx xx
Biaya Pembelian xx xx
Biaya Penerimaan xx xx
Biaya Gudang xx xx
Biaya Akuntansi xx xx
Total biaya tidak langsung Rp xx Rp xx
Total Harga Pokok BBL Rp xx Rp xx
Total kuantitas yang dibeli xx unit xx unit
Harga pokok BBL per unit Rp xx Rp xx
• Driver biaya yang mungkin digunakan untuk
membebankan biaya tidak langsung ke bahan
baku langsung:
Biaya Tidak Langsung Driver Biaya
Ongkos angkut pembelian Berat BBL
Biaya asuransi Nilai BBL
Biaya pembelian Jumlah order pemb.
Biaya penerimaan Jumlah order pemb.
Biaya gudang Luas gdg terpakai
Biaya akuntansi Jumlah transaksi
Gambar 3-1: Pembebanan biaya langsung dan biaya
tidak langsung ke bahan baku langsung

Biaya Langsung: Biaya tidak langsung: Ongkos


Harga beli bahan angkut, biaya pembelian,
baku, dan potongan biaya asuransi, biya gudang,
harga dan biaya akuntansi

Driver Biaya

Bahan Baku Langsung


Soal
Dibeli 50 kg garam dengan harga Rp 1.000 per kg, 350 kg
tepung dengan harga Rp 5.000 per kg dan 100 kg gula
dengan harga Rp 4.000 per kg. Ongkos angkut yang
dibayarkan Rp 200.000, dan asuransi Rp 100.000.
a. Hitung berapa harga pokok garam tepung, dan gula per
kg. Perusahaan ini bergerak pada usaha pembuatan kue
(bakery)
b. Jika untuk menghasilkan 200 unit kue Donat dipakai 5 kg
garam, 50 kg tepung, dan 20 kg gula, berapa biaya bahan
bahan baku langsung per unit donat?
Sistem Pencatatan Persediaan Bahan Baku
Langsung

• Sistem Perpetual
– Dalam sistem ini, perubahan persediaan bahan
baku langsung karena pembelian dan
pemakaian dicatat dalam akuntansi dengan
menggunakan buku besar persediaan bahan
baku langsung dan buku pembantu persediaan
bahan baku langsung
• Sistem Pisik
– Dalam sistem ini, perubahan persediaan bahan
baku langsung tidak dicatat dalam akuntansi
sehingga saldonya tidak dapat diketahui setiap
saat.
Perbedaan sistem perpetual dengan sistem pisik
SISTEM PERPETUAL SISTEM PISIK

• Saat Persediaan BBL…xx Pembelian……….xx


pembelian BB Kas/Hut Dg……... xx Kas/Hut Dg…..… xx

•Saat Persediaan BDP. xx Tidak ada jurnal


pemakaian BB Persediaan BBL.. xx

Saldo persediaan BB dapat Saldo persediaan


•Penentuan saldo
diketahui dari buku diketahui setelah
persediaan BB
pembantu persediaan BB dilakukan stock-op
(kartu persediaan BB). Stock name persediaan BB di
opname dilakukan hanya gudang pada akhir
untuk mengecek apakah periode. Memunculkan
kuantitas BB yang ada nilai persediaan BB di
digudang sama dengan neraca dengan
kuantitas BB menurut menggunakan jurnal
cacatan di kartu persediaan penyesuaian.
BB.
Contoh:
Beli gula 100 kg @ Rp 5.000, dan dipakai sebanyak 60 kg

Perpetual system
• Saat pembelian
Persediaan BBL 500.000
Kas(100x5.000) 500.000
• Saat dipakai
Persediaan Barang
Dalam Proses (BDP) 300.000
Persediaan BBL 300.000
(60 kg x Rp 5.000)
Sistem pisik
• Saat pembelian
Pembelian 500.000
Kas 500.000
• Saat pemakaian
tidak ada jurnal
BBB dg sistem pisik dihitung sbb:

• Persediaan awal BBL 0


• Pembelian BBL(100kg) 500.000
• BBL tersedia dipakai 100kg 500.000
• Persediaan akhir (40kg)
(hasil stock opname) (200.000)
BBBL (BBL terpakai) 60kg 300.000
Soal
PT Minang Food menjual dedeng rabu. Pembelian rabu (paru)
secara tunai sebanyak 100 kg dengan harga Rp 50.000 per kg.
Selama sebulan perusahaan menghasilkan sebanyak 60 kg
Dedeng Paru dengan pemakaian paru sebanyak 80 kg. Ongkos
angkut pembelian paru sebesar Rp 500.000.
Diminta;
a. Berapa harga pokok (paru) per kg dengan sistem perpetual
b. Buat ayat jurnal dengan sistem perpetual dan sistem pisik
c. Hitung BBBL per kg dendeng
d. Hitung BBBL (pemakaian BBL) dengan sistem pisik
Metode Penilaian Harga Pokok Persediaan
Bahan Baku Langsung

• Metode masuk pertama, keluar


pertama/MPKP (first in, first out/FIFO
method)
– Metode MPKP mengasumsikan bahwa bahan
baku yang mula-mula dibeli yang akan
digunakan terlebih dahulu. Persediaan akhir
bahan baku langsung dinilai berdasarkan harga
beli akhir.
• Metode masuk terakhir, keluar
pertama/MTKP (last in, first out/LIFO
method)
– Metode MPKP mengasumsikan bahwa bahan
baku langsung yang terakhir dibeli yang akan
digunakan terlebih dahulu. Persediaan akhir
bahan baku langsung dinilai berdasarkan harga
beli awal.
• Metode harga pokok rata-rata (average cost
method)
– Dalam metode ini, harga pokok persediaan
akhir bahan baku langsung dinilai berdasarkan
harga pokok rata-rata.
Nilai BBL tersedia dipakai
(persediaan awal + pembelian)
HP rata-rata = -------------------------------------
Total kuantitas BBL tersedia dipakai
• Metode ini cocok diterapkan pada perusahaan
yang memiliki jenis bahan baku yang jumlahnya
banyak dan nilainya relatif kecil sehingga bila
metode MPKP atau MTKP digunakan,
perhitungan harga pokok persediaan akhir bahan
baku tidak praktis.
Soal
Berikut ini informasi sehubungan dengan BB-Tepung
bulan Oktober 2007:
1/10 persediaan 100 kg @ 5.000
5/10 dibeli 400 kg Rp 4.000
10/10 dipakai 450 kg
20/10 dibeli 500 kg @ Rp 6.000
25/10 dipakai 300 kg
Hitung nilai persediaan akhir BB dan BBB dengan
sistem pisik dan perpetual menggunakan metode
FIFO, LIFO, dan Average cost.
Kuliah ke 3
BTKL DAN BOP
Tujuan 3: Biaya tenaga kerja langsung

• Tenaga kerja langsung (direct labor) adalah tenaga


kerja yang terlibat langsung dalam pembuatan
produk jadi dan pembayaran upahnya berdasarkan
unit yang dihasilkan atau berdasarkan jam kerja,
misalnya upahnya Rp 50.000 per unit atau Rp
5.000 per jam.
• Tenaga kerja yang terlibat langsung dalam
pembuatan produk jadi, tetapi upahnya dibayar
harian atau bulanan tidak dapat dikategorikan
sebagai tenaga kerja langsung, tetapi sebagai
tenaga kerja tidak langsung (indirect labor) karena
upahnya tidak dapat ditelusuri secara mudah dan
akurat ke produk jadi.
• Biaya tenaga kerja langsung (direct labor
cost) adalah upah yang dibayarkan kepada
tenaga kerja langsung. Biaya tenaga kerja
langsung dapat secara mudah dan akurat
ditelusuri ke produk jadi.
BTK-Tidak Langsung (BTK-TL)

• TK-TL adalah tenaga kerja yang terlibat


langsung dalam pembuatan produk jadi tetapi
pembayaran upahnya secara harian atau
bulanan atau tenaga kerja yang tidak terlibat
langsung dalam pembuatan produk jadi, seperti
manajer pabrik, mandor, cleaning service,
karyawan adm. Pabrik.
• BTK-TL adalah upah/gaji yang dibayarkan
kepada TK-TL
• BTK-TL diklasifikasikan sebagai biaya
overhead pabrik (BOP)
• Berkembangnya otomasi di pabrik
berdampak pada berkurangnya biaya tenaga
kerja langsung. Komposisi biaya tenaga
kerja langsung semakin tidak signifikan
dibandingkan dengan total biaya produksi.
• Biaya tenaga kerja tidak langsung masuk
dalam komponen biaya overhead pabrik
(factory overhead cost).
• Selain upah pokok (basic wages), pekerja
juga menerima tunjungan, seperti tunjangan
uang makan, uang transpor, tunjangan
pajak, dan lainnya.
• Dalam pembayaran upah seringkali juga ada
potongan-potongan, seperti iuran serikat
pekerja seluruh Indonesia (SPSI), iuran
Jamsostek, pajak penghasilan orang pribadi
(pajak penghasilan pasal 21 / PPh – 21), dan
lainnya.
Perhitungan gaji/upah yang
dibayarkan
Gaji/upah pokok xx
Tunjangan:
Tunjangan uang makan xx
Penghasilan bruto xx
Potongan:
PPh 21 xx
Iuran SPSI XX
BPJS tenaga kerja xx (xx)
Gaji/upah bersih xx
Akuntansi BTKL
Soal 1
Anton bekerja pada Jepara Perabot dengan upah Rp
50.000 per kursi Model 707 yang dihasilkan.
Disamping upah, Anton mendapat tunjangan uang
makan Rp 5.000 per hari. Anton tidak hanya
mengerjakan kursi tersebut, tetapi juga mengerjakan
produk-produk lainnya. Jepara Perabot masuk asuransi
Jamsostek. Anton harus membayar premi asuransi
Jamsostek 5% dari upah pokok yang diterimanya. Bila
Anton menghasilkan kursi Model 707 selama 25 hari
kerja sebanyak 10 bh, berapa biaya tenaga kerja
langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung, serta
berapa penghasilan bersih Anton? Perusahaan
memotong PPh-21 Anton sebesar Rp 20.000.
• Biaya tenaga kerja langsung adalah upah
yang dibayarkan untuk pembuatan kursi
Model 707, yaitu sebesar Rp 500.000 (10 bh
x Rp 50.000), sedangkan biaya tenaga kerja
tidak langsung adalah tunjangan uang
makan karena Anton tidak hanya
mengerjakan kursi Model 707 tetapi juga
produk lainnya, yaitu sebesar Rp 125.000
(25 hari x Rp 5.000).
Upah pokok 500.000
Tunjangan 125.000
Penghasilan kotor 625.000
Potongan:
Jamsostek: 5%x 500.000(25.000)
PPh-21 (20.000)
Total potongan 45.000
Penghasilan bersih 580.000
JURNAL BTKL
1. Mencatat terutangnya gaji dan upah (setelah disetujui oleh
manajer keuangan)
Biaya Gaji dan Upah (payroll) 625.000
Hutang Gaji dan Upah 580.000
Hutang Jamsostek 25.000
Hutang PPh-21 20.000

2. Pembayaran kepada pihak-pihak yang terkait (Anton,


Jamsostek, dan Kantor Pajak).
Hutang Gaji dan Upah 580.000
Hutang Jamsostek 25.000
Hutang PPh-21 20.000
Kas 625.000
3. Mencatat distribusi gaji dan upah
Persediaan Barang Dalam Proses
(untuk BTK-L) 500.000
Biaya overhead pabrik
(untuk BTK-TL) 125.000
Biaya Gaji dan Upah 625.000
Soal 2
• Untuk menghasilkan 500 unit produk A
diperlukan lama produksi 1.000 jam kerja
langsung dengan tarif upah Rp 5.000 per jam.
PPh 21 15%.
Diminta: buat ayat jurnalnya dan berapa biaya
tenaga kerja langsung per unit
Soal 3
Dedi bekerja pada PT X. Selama sebulan Dedi menghasilkan
produk A sebanyak 100 unit, produk B 500 unit, dan
produk C 50 unit. Tarif upah untuk produk A Rp 10.000 per
unit, produk B Rp 7.000 per unit dan produk C Rp 15.000
per unit. PT X memberikan tunjangan uang makan Rp
500.000 per bulan. PPh 21 15%
a. Berapa upah bersih yang diterima oleh Dedi
b. Berapa BTKL dan BTK-TL
c. Buat ayat jurnal
Tujuan 4: Biaya Overhead
Pabrik (BOP)
• Biaya overhead pabrik (factory overhead
cost) adalah semua biaya produksi selain
dari BBBL dan BTKL.
• Biaya overhead pabrik merupakan biaya
tidak langsung produk (indirect cost of
product).
• Bila dikaitkan dengan konsep biaya tidak
langsung, maka biaya overhead pabrik
adalah semua biaya produksi yang tidak
dapat secara mudah dan akurat ditelusuri ke
produk.
• Contohnya adalah biaya listrik pabrik, biaya
penyusutan mesin, biaya asuransi pabrik, biaya
bahan bakar, biaya bahan baku tidak langsung,
biaya tenaga kerja tidak langsung, dan pajak bumi
dan bangunan pabrik.
• Biaya overhead pabrik dibebankan terlebih dahulu ke pool
biaya (cost pool) dan selanjutnya ke produk. Dalam
akuntansi biaya tradisional yang dikenal dengan
penentuan harga pokok berdasarkan fungsi (functional-
based costing), pabrik atau departemen produksi dijadikan
sebagai pool biaya.
Gambar 3-2: Pembebanan Biaya Overhead Pabrik ke
Produk

Biaya Overhead Pabrik

Pool Biaya:
Pabrik atau Departemen
Produksi

Produk
• Pada perusahaan yang berproduksi berdasarkan
pesanan (job shop companies), seperti pembuat
perabot biaya overhead pabrik (tahap kedua)
dibebankan ke produk berdasarkan tarif yang
ditentukan dimuka (predetermined rate).
• Bila pabrik dijadikan pool biaya, maka tarif biaya
overheadnya disebut tarif pabrik (plant-wide
rate) atau tarif tunggal.
• Bila departemen produksi dijadikan pool biaya,
maka tarif biaya overheadnya disebut tarif
departemen (departmental rates) atau multi tarif.
Penentuan tarif BOP (Plant-Wide Rate)

Anggaran BOP selamaFactory Overhead Budgets


setahun
Factory Overhead Application rate = ----------------------------------
Tarif BOP= ------------------------------------- Application Base

Kapasitas Normal Unit driver

Terdapat dua dasar pembebanan biaya overhead


pabrik ke produk:
1.Dasar Unit atau Volume (Unit or Volume Basis)
Dasar unit atau istilah umumnya adalah unit driver
mengasumsikan bahwa biaya overhead pabrik
memiliki hubungan langsung dengan unit
yang dihasilkan. Traditional costing hanya
menggunakan unit driver.
Unit Driver:
Unit Men-drive Men-drive
JM
dihasilkan BOP
JKL
BBBL
BTKL

Gambar 3-3: Hubungan Unit Dihasilkan, cost driver,


dan biaya overhead pabrik
• Asumsi bahwa biaya overhead
pabrik memiliki hubungan
langsung dengan unit yang
dihasilkan tidak selamanya
benar karena ada beberapa biaya
yang tidak berhubungan dengan
unit yang dihasilkan, seperti
biaya penyusutan bangunan
pabrik, biaya asuransi pabrik,
pajak bumi dan bangunan, gaji
manajer produksi, dan lainnya.
2. Dasar Non-Unit atau Aktivitas (Non-Unit Basis).

– Dasar non-unit atau non-unit driver digunakan


karena tidak semua biaya overhead pabrik
berubah karena perubahan unit yang
dihasilkan. Misalnya, biaya pembelian bahan
baku, pengecekan bahan baku per sampel,
pemindahan produk ke gudang, tidak
berhubungan dengan unit yang dihasilkan.
• Alasan pembebanan biaya overhead pabrik ke
produk menggunakan tarif ditentukan dimuka
(predetermined rate) pada perusahaan yang
berproduksi berdasarkan pesanan (job shop
companies) adalah karena produk yang
dihasilkan bersifat heterogen atau unik
sehingga setiap pesanan mengkonsumsi
sumber daya yang berbeda. Sementara itu,
pada saat produk selesai, tidak semua biaya
sumber daya (resources) dapat diketahui. Jadi,
penggunaan tarif ditentukan dimuka agar
pembebanan merata ke semua produk yang
dihasilkan
• Pembebanan biaya overhead pabrik
dengan menggunakan tarif
ditentukan dimuka dan pembebanan
biaya sesungguhnya untuk biaya
bahan baku langsung dan biaya
tenaga kerja langsung disebut
perhitungan harga pokok normal
(normal costing).
• Umumnya, dasar pembebanan yang
digunakan untuk menghitung tarif
biaya overhead pabrik ke produk
didasarkan pada kapasitas normal
(normal capacity).
Contoh 3
Anggaran biaya overhead pabrik yang terdiri
penyusutan, listrik, asuransi, BTK-TL,
BBB-TL dll. selama setahun Rp 1.000.000
Taksiran total jam mesin selama setahun
berdasarkan kapasitas normal 5.000 jam

Tarif biaya overhead pabrik:


Rp 1.000.000
= ---------------- = Rp 200 per jam mesin
5.000 JM
• Biaya overhead pabrik yang dibebankan ke
produk dihitung dengan formula sebagai
berikut:

Biaya overhead dibebankan = kapasitas


sesungguhnya x tarif BOP

• Oleh karena biaya overhead pabrik yang


dibebankan ke produk menggunakan tarif
yang ditentukan dimuka berdasarkan
anggaran biaya overhead pabrik, maka besar
kemungkinan biaya overhead pabrik
sesungguhnya (actual factory overhead cost)
berbeda dengan biaya overhead pabrik
dibebankan (applied factory overhead cost).
• Bila biaya overhead pabrik
dibebankan (applied overhead
cost) lebih besar dari biaya
overhead pabrik sesungguhnya
(actual overhead cost), maka
disebut pembebanan biaya
overhead pabrik terlalu besar
(over-applied overhead cost),
dan selisihnya adalah
menguntungkan (favorable)
karena biaya overhead
sesungguhnya lebih kecil dari
yang dianggarkan.
• Bila biaya overhead dibebankan
terlalu kecil dari biaya biaya
overhead sessungguhnya, maka
disebut pembebanan biaya
overhead pabrik terlalu kecil
(under-applied overhead cost) dan
selisihnya adalah rugi
(unfavorable) karena biaya
overhead sesungguhnya terlalu
besar dari yang dianggarkan.
• Jika selisih biaya overhead pabrik
adalah signifikan, maka selisih
biaya overhead pabrik distribusikan
ke persediaan barang dalam proses,
persediaan barang jadi, dan harga
pokok penjualan.
• Jika selisih biaya overhead pabrik
tidak signifikan, maka selisih biaya
overhead pabrik dapat ditutup
langsung ke harga pokok penjualan.
• Misalkan, berdasarkan contoh 3 di atas, untuk
menghasilkan 100 unit produk A memerlukan
500 jam mesin dengan biaya overhead pabrik
sesungguhnya Rp 80.000, maka ayat jurnal
untuk mencatat biaya overhead adalah sebagai
berikut:
a. Mencatat BOP sesungguhnya
Biaya Overhead Pabrik (BOP)..80,000
Berbagai rekening dikredit
(penyusutan, asuransi, BBBTL dll) 80,000
b. Mencatat pembebanan biaya overhead
pabrik ke produk
Persediaan BDP… 100,000
BOP……………….. 100,000
(500 jam x Rp 200 = Rp 100.000)
BIAYA OVERHEAD PABRIK

Ayat jurnal (a) Rp 80.000 Ayat jurnal (b) Rp 100.000


(sesungguhnya) (dibebankan)

BOP dibebankan 100.000


BOP sesungguhnya 80.000
Selisih BOP (laba) 20.000 di kredit
C. Menutup biaya overhead pabrik dengan
selisih menguntungkan
BOP 20.000
Selisih BOP 20.000
• Menutup selisih biaya overhead pabrik
(diasumsikan selisihnya tidak signifikan
dan ditutup langsung ke harga pokok
penjualan )
Selisih BOP 20,000
Harga Pokok Penjualan 20,000
PT X
Laporan Laba Rugi
Tahun 200x

Penjualan xx
Harga pokok penjualan (normal cost) (xx)
Penyesuaian:
Selisih BOP (menguntungkan) xx
HPP disesuaikan (actual cost) (xx)
Laba Kotor xx
Perhitungan harga pokok produk
A B C
BBBL (B.ssg) xx xx xx
BTKL (B. Ssg) xx xx xx
BOP dibebankan xx xx xx
Total HP produk (A) xx xx xx
Unit produksi (B) yy yy yy
HP per unit (A/B) xx xx xx
Soal 1
Anggaran BOP tahun 200x sebesar $ 10.000.
Perusahaan memiliki kapasitas normal 5.000
jam mesin. BOP sesungguhnya $ 8.000.
Pemakain mesin selama tahun 200x 6.000
jam.
Diminta: buat ayat jurnal yang diperlukan
Soal 2
• Anggaran BOP tahun 200x $ 100.000 dan kapasitas
normal 5.000 jam kerja langsung (JKL).
• Produk yang dihasilkan selama tahun 200x sbb.:
A B C
Produksi 1.000 5.000 2.000
JKL ssg 1.500 2.500 1.000
BOP ssg $ 32.000 $ 45.000 $ 22.000
1. Hitung BOP per unit
2. Buat ayat jurnal yang diperlukan
Kuliah ke 4
ARUS BIAYA PRODUKSI DAN
LAPORAN HARGA POKOK
PRODUKSI
Rekap jurnal B. produksi
• BBB (mencatat 1) pembelian dan 2) pemakaian)
• BTKL ( mencatat 1) terjadinya/terutangnya dan 2)
pembebanan)
• BOP (mencatat 1) BOP sesungguhnya, 2) BOP
dibebankan, 3) Menutup BOP, dan 4) Menutup
Selisih BOP)
Tujuan 5: Akuntansi Produk Selesai dan Harga
Pokok Penjualan

Ayat jurnal untuk mencatat produk selesai


adalah sebagai berikut:
Persediaan Barang Jadi…………… xx
Persediaan BDP…………. xx

Bila menggunakan alternatif 2, ayat jurnalnya


adalah sbb.:
Persediaan Barang Jadi..…….… xx
BDP – BBB Langsung……… xx
BDP – BTK Langsung…… xx
BDP – BOP….……..………. xx
• Bila perusahaan menggunakan alternatif
kedua ini, masih diperlukan lagi ayat jurnal
untuk mencatat persediaan barang dalam
proses akhir sebagai berikut:
Persediaan BDP……….. xx
BDP – BBB Langsung… xx
BDP – BTK Langsung…… xx
BDP – BOP……..………. xx
• Ayat jurnal untuk mencatat penjualan
barang jadi dengan menggunakan sistem
perpetual adalah sebagai berikut:
1) Kas / Piutang Dagang…. xx
Penjualan…………………. xx
2) Harga Pokok Penjualan…… xx
Persediaan Barang Jadi…... xx
Tujuan 6: Arus Biaya Produksi
Gambar 3-4 Arus Biaya Produksi Versi 1
(BDP dicatat sebagai aset)
Persediaan BBL Persediaan BDP Persediaan Barang Jadi
B. Ssg B. Ssg NC
B. Ssg NC NC
B. Ssg
B. Dibebankan
B. Gaji & Upah
HPP
B. Ssg B. Ssg
NC

BOP Selisih BOP

B. Ssg B. Dibebankan Rugi Laba

NORMAL COSTING
Gambar 3-5 Arus Biaya Produksi Versi 2

Persediaan BBL BDP BBL


B. Ssg B. Ssg B. Ssg

Persediaan Barang Jadi


BTKL BDP BTKL
B. Ssg B. Ssg B. Ssg

BOP Sesungguhnya BDP BOP Persediaan BDP

B. Ssg B. Dibebankan

BOP Dibebankan Selisih BOP HPP


B. Dibebankan
Rugi Laba
Tujuan 7: Laporan Harga Pokok Produksi dan laporan
laba rugi untuk pihak luar (menggunakan sistem pisik)
PT Sumbar PT Sumbar
Laporan Harga Pokok Produksi Laporan Laba Rugi
Tahun 200x
Tahun 200x
Persediaan BBL awal….. xx
Pembelian BBL bersih. xx Penjualan bersih…………….. xx
BBL tersedia utk dipakai xx Persediaan BJ awal…. (xx)
Persediaan BBL akhir... (xx) Harga Pokok Produksi.. (xx)
BBL dipakai (BBBL) .. xx
Barang tersedia dijual... (xx)
BTKL.……………….. xx
BOP dibebankan..……. xx Persediaan BJ akhir.. …. xx
Total b. produksi……… xx Harga pokok penjualan.……… (xx)
Persediaan BDP awal… xx Laba kotor.…………………… xx
B. Produksi diperhitungkan xx
Beban operasi.………………… (xx)
Persediaan BDP akhir... (xx)
Harga pokok produksi… xx Laba bersih operasi.…………… xx
Gambar 3-6 laporan harga pokok produksi dan hubungannya dengan laporan laba rugi
Soal 1
Transaksi selama bulan Agustus 200x sbb:
1. Pembelian BBL secara tunai sebanyak 1.000 kg
dengan harga Rp 5.000 per kg dan semuanya
telah terpakai
2. Dibayar upah Rp 2.000.000 untuk 4.000 JKL
3. Tarif BOP Rp 300 per JKl. BOP sesungguhnya Rp
1.500.000.
4. Produk selesai sebanyak 1.000 unit dengan
rincian biaya produksi sbb.:
• BBBL Rp 2.000.000
• BTKL Rp 1.500.000
• BOP dibebankan Rp 1.000.000

5. Sebanyak 800 unit telah dijual dengan harga Rp 10.000 per


unit
Diminta:
a. Buat semua ayat jurnal terkait dengan alternatif I – BDP
dicatat sebagai persediaan (aset) dan alternatif II – BDP
dicatat sebagai beban (expense)
b. Buat arus biaya produksi (manufacturing cost flow) untuk
kedua alternatif diatas

`
Latihan
Produk A Produk B Produk C
BBBL 1.000.000 2.000.000 800.000
BTKL 700.000 1.500.000 600.000
BOP sesungguhnya 500.000 1.200.000 400.000
Produksi 500 unit 1.000 unit 100 unit

Tarif BOP 60% dari biaya tenaga kerja langsung.


Pembelian Bahan baku Rp 4.000.000
Diminta:
a. Hitung harga pokok per unit untuk masing-masing produk
dengan asumsi tidak ada persediaan BDP
b. Hitung harga jual per unit jika laba diinginkan 30% dari harga
pokok
c. Buat ayat jurnal untuk pemakaian bahan baku, pembebanan
BTKL, dan semua jurnal yang berkaitan dengan BOP serta
mencatat produk selesai dan penjualan jika penjualan
produk A 400 unit, produk B 600 unit, dan produk C 80 unit
d. Hitung laba kotor
Soal 2
30 Sep 31 Okt
Persd BBL 100.000 200.000
Persd BDP 50.000 40.000
BTKL Rp 500.000
Pembelian BB Rp 1.000.000
Harga Pokok Produksi Rp 3.000.000
Kapasitas sesungguhnya1.000 jam mesin
Diminta: (a) susun laporan harga pokok produksi,
(b) hitung tarif BOP, dan (c) buat jurnal

Anda mungkin juga menyukai