Anda di halaman 1dari 23

Anggota Kelompok

 Sitti Shabrina Junita Suryantini (H1A011063)


 Siti Zulfiana (H1A011065)
 Umara Lani Anika (H1A011067)
 I Gusti Putu Yoga Kusmawan (H1A011069)
Pendahuluan
 Cairan amnion atau air ketuban berasal dari urin
janin, transudasi dari darah ibu, dan sekresi dari epitel
amnion.
 Volume cairan amnion pada kehamilan aterm rata –
rata adalah 800 ml.
 Cairan amnion yang terlalu banyak (>2 liter) disebut
Polihidramnion sedangkan cairan amnion yang kurang
disebut Oligohidramnion.
Polihidramnion
Definisi
Polihidramnion: volume cairan ketuban >2000 ml
atau indeks cairan ketuban >24cm.

Epidemiologi
 Insidensi polihidramnion sekitar 0,7%
 Terbanyak: usia 21 – 25 tahun, pada remaja hamil
dengan malnutrisi.
Etiologi
Polihidramnion
 Akibat penurunan absorpsi, produksi yang berlebih
idiopatik.
 Kegagalan janin menelan (akibat atresia trakea,
obstruksi trakea/usus, kelainan neurologis), kelainan
kromosom, diabetes
Patogenesis
 Volume cairan amnion tergantung dari: jumlah
produksi air kencing, dan jumlah air ketuban yang
ditelan janin.
Polihidramnion
 Produksi air ketuban bertambah:
 Masuknya cairan lain kedalam rongga amnion,
seperti urin janin, produksi cairan paru-paru.
 Reflex menelan janin terganggu
Manifestasi Klinis
 Ukuran uterus lebih besar dari seharusnya
 Identifikasi janin melalui palpasi sulit dilakukan,
balotemen (+)
 DJJ sulit terdengar
 Sesak nafas maupun ketidakmampuan bernafas
 Asites, efusi pericardial dan pleura
 Pembengkakan pada ekstrimitas bawah, vulva, dan dinding
perut
 Penurunan produksi urin, gangguan pencernaan, edema
 Nyeri abdomen akut disertai mual
 Kulit abdomen terlihat mengkilat
Diagnosis
Anamnesis
 Perut dirasa lebih besar
 Keluhan pada organ sekitar uterus: sesak nafas, nyeri ulu hati
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
 Perut besar dan tegang, kulit berkilat, striae sangat jelas, umbilicus
mendatar
 Ibu terlihat sesak serta kelelahan
Palpasi
 Perut tegang, nyeri tekan, serta terdapat edema pada dinding abdomen
dan ekstrimitas,
 Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan sebenarnya,
 Bagian janin sulit diidentifikasi
 Balotement (+)
Diagnosis
Auskultasi:
 DJJ tidak terdengar atau sangat halus
Pemeriksaan Penunjang
 Foto Rontgen (bahaya radiasi)
 USG
 Indeks cairan amnion (ICA) melebihi 24-25
cm
Tatalaksana
Saat Hamil
 Observasi, terapi simptomatis, diet rendah garam,
obat diuresis.
 Amniosentesis
 Terapi endometasin
Saat partus
 Bila keluhan hebat: pungsi transvaginal
Post Partum
 Atasi perdarahan
 Antibiotik
Prognosis dan Komplikasi
Prognosis
 Jika masih ringan, prognosisnya baik, namun jika
keparahannya cukup berat prognosisnya buruk hal ini
terkait dengan penyulit.
Komplikasi
 Solution plasenta
 Disfungsi uterus
 Perdarahan postpartum.
Oligohidramnion
Definisi
 Oligohidramnion: volume cairan ketuban
<200/<500 ml atau indeks cairan ketuban <5cm.

Epidemiologi
 Insidensi oligohidroamnion bervariasi, sekitar 0,5 –
5%.
Etiologi
Oligohidramnion
 Akibat kurangnya produksi, hilangnya cairan amnion,
atau idiopatik.
 Disfungsi ginjal atau anuria fetus, obstruksi traktus
urinaria, fungsi plasenta yang abnormal atau dehidrasi
maternal, rupturnya membrane secara prematur
(ketuban pecah dini).
Patogenesis
Oligohidramnion
 Cairan amnion ↓
 Gangguan produksi urin janin: agenesis ginjal,
obstruksi sistem urinarius.
 Dehidrasi maternal
 Oligohidramnion → tidak ada bantalan terhadap
dinding Rahim → penekanan janin, anggota gerak
tubuh abnormal, dan gangguan maturitas paru pada.
Manifestasi Klinis
 Uterus tampak lebih kecil, balotemen (-)
 Ibu merasakan nyeri akibat pergerakan janin
 DJJ terdengar lebih awal dan dan lebih jelas
 Nyeri berlebih saat kontraksi
 Bila ketuban pecah, cairannya sangat sedikit
 Pada fetus:
 Deformitas pada fetus akibat penekanan
intrauterine, kompresi ekternal, facies
mendatar, hipertelorisme, telinga rendah,
kompresi toraks dan hipoplasia pulmonal
Diagnosis
Anamnesis
 Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan
 Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak dan
saat his
Pemeriksaan Fisik
Palpasi
 molding : uterus mengelilingi janin
 janin dapat diraba dengan mudah, balotemen (-)
Auskultasi: DJJ terdengar terdengar lebih awal dan jelas.
Pemeriksaan Penunjang
 Foto Rontgen (bahaya radiasi)
 USG
 Indeks cairan amnion (ICA) kurang dari 5 cm
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
 Amnioskopi
 Kekeruhan air ketuban
 Pewarnaan dengan mekonium
 USG
 Indeks cairan amnion (ICA) kurang dari 5 cm
Tatalaksana
 Tirah baring
 Pemberian nutrisi
 Amniofusi : infus kristaloid untuk menggantikan
cairan amnion yang berkurang secara patologis. Paling
sering digunakan selama persalinan untuk mencegah
kompresi tali pusat.
Prognosis dan Komplikasi
Prognosis
 Prognosis dari oligohidroamnion adalah buruk.
Komplikasi
Oligohirdramnion menyebabkan tekanan langsung pada
janin:
 Deformitas janin: leher menekuk, bentuk kepala janin
tidak bulat, deformitas ekstremitas
 Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat
menimbulkan fetal distress
 Penekanan pada dada sehingga terjadi kesulitan bernafas,
karena paru mengalami hypoplasia sampai atelaktase paru.

Anda mungkin juga menyukai