Epidemiologi
Insidensi polihidramnion sekitar 0,7%
Terbanyak: usia 21 – 25 tahun, pada remaja hamil
dengan malnutrisi.
Etiologi
Polihidramnion
Akibat penurunan absorpsi, produksi yang berlebih
idiopatik.
Kegagalan janin menelan (akibat atresia trakea,
obstruksi trakea/usus, kelainan neurologis), kelainan
kromosom, diabetes
Patogenesis
Volume cairan amnion tergantung dari: jumlah
produksi air kencing, dan jumlah air ketuban yang
ditelan janin.
Polihidramnion
Produksi air ketuban bertambah:
Masuknya cairan lain kedalam rongga amnion,
seperti urin janin, produksi cairan paru-paru.
Reflex menelan janin terganggu
Manifestasi Klinis
Ukuran uterus lebih besar dari seharusnya
Identifikasi janin melalui palpasi sulit dilakukan,
balotemen (+)
DJJ sulit terdengar
Sesak nafas maupun ketidakmampuan bernafas
Asites, efusi pericardial dan pleura
Pembengkakan pada ekstrimitas bawah, vulva, dan dinding
perut
Penurunan produksi urin, gangguan pencernaan, edema
Nyeri abdomen akut disertai mual
Kulit abdomen terlihat mengkilat
Diagnosis
Anamnesis
Perut dirasa lebih besar
Keluhan pada organ sekitar uterus: sesak nafas, nyeri ulu hati
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Perut besar dan tegang, kulit berkilat, striae sangat jelas, umbilicus
mendatar
Ibu terlihat sesak serta kelelahan
Palpasi
Perut tegang, nyeri tekan, serta terdapat edema pada dinding abdomen
dan ekstrimitas,
Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan sebenarnya,
Bagian janin sulit diidentifikasi
Balotement (+)
Diagnosis
Auskultasi:
DJJ tidak terdengar atau sangat halus
Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgen (bahaya radiasi)
USG
Indeks cairan amnion (ICA) melebihi 24-25
cm
Tatalaksana
Saat Hamil
Observasi, terapi simptomatis, diet rendah garam,
obat diuresis.
Amniosentesis
Terapi endometasin
Saat partus
Bila keluhan hebat: pungsi transvaginal
Post Partum
Atasi perdarahan
Antibiotik
Prognosis dan Komplikasi
Prognosis
Jika masih ringan, prognosisnya baik, namun jika
keparahannya cukup berat prognosisnya buruk hal ini
terkait dengan penyulit.
Komplikasi
Solution plasenta
Disfungsi uterus
Perdarahan postpartum.
Oligohidramnion
Definisi
Oligohidramnion: volume cairan ketuban
<200/<500 ml atau indeks cairan ketuban <5cm.
Epidemiologi
Insidensi oligohidroamnion bervariasi, sekitar 0,5 –
5%.
Etiologi
Oligohidramnion
Akibat kurangnya produksi, hilangnya cairan amnion,
atau idiopatik.
Disfungsi ginjal atau anuria fetus, obstruksi traktus
urinaria, fungsi plasenta yang abnormal atau dehidrasi
maternal, rupturnya membrane secara prematur
(ketuban pecah dini).
Patogenesis
Oligohidramnion
Cairan amnion ↓
Gangguan produksi urin janin: agenesis ginjal,
obstruksi sistem urinarius.
Dehidrasi maternal
Oligohidramnion → tidak ada bantalan terhadap
dinding Rahim → penekanan janin, anggota gerak
tubuh abnormal, dan gangguan maturitas paru pada.
Manifestasi Klinis
Uterus tampak lebih kecil, balotemen (-)
Ibu merasakan nyeri akibat pergerakan janin
DJJ terdengar lebih awal dan dan lebih jelas
Nyeri berlebih saat kontraksi
Bila ketuban pecah, cairannya sangat sedikit
Pada fetus:
Deformitas pada fetus akibat penekanan
intrauterine, kompresi ekternal, facies
mendatar, hipertelorisme, telinga rendah,
kompresi toraks dan hipoplasia pulmonal
Diagnosis
Anamnesis
Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan
Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak dan
saat his
Pemeriksaan Fisik
Palpasi
molding : uterus mengelilingi janin
janin dapat diraba dengan mudah, balotemen (-)
Auskultasi: DJJ terdengar terdengar lebih awal dan jelas.
Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgen (bahaya radiasi)
USG
Indeks cairan amnion (ICA) kurang dari 5 cm
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Amnioskopi
Kekeruhan air ketuban
Pewarnaan dengan mekonium
USG
Indeks cairan amnion (ICA) kurang dari 5 cm
Tatalaksana
Tirah baring
Pemberian nutrisi
Amniofusi : infus kristaloid untuk menggantikan
cairan amnion yang berkurang secara patologis. Paling
sering digunakan selama persalinan untuk mencegah
kompresi tali pusat.
Prognosis dan Komplikasi
Prognosis
Prognosis dari oligohidroamnion adalah buruk.
Komplikasi
Oligohirdramnion menyebabkan tekanan langsung pada
janin:
Deformitas janin: leher menekuk, bentuk kepala janin
tidak bulat, deformitas ekstremitas
Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat
menimbulkan fetal distress
Penekanan pada dada sehingga terjadi kesulitan bernafas,
karena paru mengalami hypoplasia sampai atelaktase paru.