Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

TERMINAL

Ricka Yuliassyahadah, M.Kep


PENYAKIT TERMINAL
Pengertian

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan


tidak ada obatnya, kematian tidak dapat
dihindari dalam waktu yang bervariasi.
(Stuard & Sundeen, 1995).

Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama


tidak dapat diobati, bersifat progresif,
pengobatan hanya bersifat paliatif (mengurangi
gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup.
(Tim medis RS Kanker Darmais, 1996)

Bisa karena kecelakaan


Kriteria penyakit terminal
• Penyakit tidak dapat disembuhkan
• Mengarah pada kematian
• Diagnosa medis sudah jelas
• Tidak ada obat untuk
menyembuhkan
• Prognosis jelek
• Bersifat progresif
• Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual
tergantung kondisi fisik, psikologis, social yang dialami,
sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu
juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan
dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.

• Perawat harus memahami apa yang dialami klien


dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat
menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga
pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna
dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan
damai.
Kematian adalah suatu pengalaman
tersendiri, setiap individu akan
mengalaminya seorang diri dan
merupakan suatu kehilangan
Dying & Death
• Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien
yang sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu
untuk meninggal
• Kematian ( death) merupakan kondisi
terhentinya pernafasan, nadi, dan tekanan
darah, serta hilangnya respon terhadap
stimulus eksternal, ditandai denagn
terhentinya aktifitas listrik otak, atau dapat
juga dikatakan terhentinya fungsi jantung dan
paru secara menetap atau terhentinya kerja
otak secara menetap.
Tanda-Tanda Klinis Menjelang
Kematian
Kehilangan tonus otot, ditandai :
• relaksasi otot muka sehingga turun
• kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan
hilangnya refleks menelan
• penurunan kegiatan traktus gastrointestinal,
ditandai dengan nausea, muntah, perut
kembung, konstipasi
• Penurunan kontrol spinter urinari dan rektal
• Gerakan tubuh terbatas
lanjutan...
Perubahan TTV
• Nadi lambat dan lemah
• Tekanan darah turun
• Pernafasan cepat, dangkal, dan tidak teratur
Gangguan sensoria
• Penglihatan kabur
• Gangguan penciuman dan perabaan
Tanda-Tanda Klinis Saat Akan
Meninggal
• Pupil lebar
• Tidak mampu untuk bergerak
• Kehilangan reflek
• Nadi cepat dan kecil
• Pernafasan chyene-stoke dan ngorok
• Tekanan darah sangat rendah
• Mata agak tertutup atau sedikit membuka
Indikasi Kematian
• Tidak ada respon terhadap rangsangan dari
luar secara total
• Tidak adanya gerak dari otot, khususnya
pernafasan
• Tidak ada refleks
• Gambaran EKG mendatar
Perubahan tubuh setelah kematian
• Algor mortis (dingin)
suhu tubuh perlahan – lahan turun
• Rigor mortis ( kaku mayat)
terjadi sekitar 2 – 4 jam setelah kematian.
• Livor mortis (lebam mayat)
sel darah mengalami hemolisis dan darah
turun kebawah
• Pembekuan darah
• Putrefaction (Pembusukan) dan autolisis
PERBEDAAN ANAK DENGAN DEWASA DALAM
MENGARTIKAN KEMATIAN

• 1. Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak


tentang arti kematian
• 2. anak tidak memiliki kematangan emosional
dalam mempersepsikan tentang arti kematian
• 3. mekanisme koping pada anak belum
terbentuk
• 4. Anak di ajak berdiskusi mengenai / tentang
tuhan,surga, dan benda-benda yang tidak
terlihat
KEBUTUHAN ANAK YANG TERMINAL
• 1. Komunikasi,
• Dalam hal ini anak sangat perlu di ajak untuk
berkomunikasi atau berbicara dengan yang
lain terutama oleh kedua orang tua
• 2. Memberitahu kepada anak bahwa ia tidak
sendiri dalam menghadapi penyakit tersebut
• 3. Berdiskusi dengan siblings (saudara
kandung) agar saudara kandung mau ikut
berpartisipasi dalam perawatan atau untuk
merawat
MENJELASKAN KEMATIAN PADA
ANAK
• 1. Kebanyakan seorang psikolog percaya
bahwa dengan berkata jujur merupakan
strategi yang terbaik dalam mendiskusikan
kematian dengan anak
• 2. Respon anak terhadap pertanyaan
mengenai kematian merupakan dasar tingkat
kematangan anak dalam mengartikan
kematian
3. pada anak pra sekolah, anak mengartikan
kematian sebagai : kematian adalah sudah tidak ada
nafas, dada dan perut datar, tidak bergerak lagi,dan
tidak bisa berjalan seperti layaknya orang yang dapat
berjalan seperti orang sebelum mati / meninggal
4. kebanyakan anak- anak( anak yang menderita
penyakit terminal ) membutuhkan keberanaian, bahwa
ia di cintai dan tidak akan merasa di tinggalkan
5. Tanpa memandang umur, sebagai orang tua
seharusnya sensitife dan simpati, mendukunng apa yang
anak rasakan
Masalah – Masalah Pada Pasien
Penyakit Terminal

A. Masalah fisik
- Nyeri
- perubahan kulit
- Distensi
- Konstipasi
- kelemahan otot
B. Masalah psikologi
• Ketergantungan tinggi
• Kehilangan kontrol
• Kehilangan produktifitas
• Hambatan dalam berkomunikasi
C. Masalah sosial
• Menarik Diri
• Isolasi sosial

D. Masalah spiritual
• Kehilangan harapan
• Perencanaan saat ajal tiba
KEHILANGAN DAN BERDUKA
• Kehilangan (loss) adalah suatu situasi aktual
maupun potensial yang dapat dialami individu
ketika terpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, baik sebagian atau
keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam
hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan.
Bentuk – bentuk kehilangan
1. Kehilangan yang nyata (actual loss)
– kehilangan orang atau objek yang tidak lagi
dirasakan, dilihat, diraba
Ex. Kehilangan anggota tubuh, anak, peran,
hubungan.
2. Kehilangan yang dirasakan (Perceived loss)
– kehilangan yang sifatnya unuk menurut orang
yang mengalami kedukaan.
Ex. Kehilangan harga diri, percaya diri
Jenis kehilangan
1. Kehilangan objek eksternal
2. Kehilangan lingkungan yang dikenal
3. Kehilangan sesuatu atau seseorang
yang berarti
4. Kehilangan suatu aspek diri
5. Kehilangan hidup
Dampak Kehilangan
1. Anak – anak
kehilangan dapat mengancam untuk
berkembang  regresi  takut ditinggal dan
sepi
2. Remaja atau dewasa muda
kehilangan dapat menyebabkan desintegrasi
dalam keluarga
3. Dewasa tua
kehilangan khususnya kematian pasangan
hidup  pukulan berat dan menghilangkan
GRIEVING
• Berduka (grieving) merupakan reaksi
emosional terhadap kehilangan.
• Berduka diwujudkan dalam berbagai cara yang
unik pada masing-masing orang dan
didasarkan pengalaman pribadi, ekspektasi
budaya, dan keyakinan spiritual yang
dianutnya.
• Berkabung adalah periode penerimaan
terhadap kehilangan dan berduka.
• Berkabung terjadi dalam masa kehilangan dan
sering dipengaruhi oleh kebudayaan atau
kebiasaan .
Jenis Berduka
1. Berduka normal
Perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal
2. Berduka antisipatif
Proses melepaskan diri yang muncul sebelum
kehilangan sesungguhnya terjadi.
3. Berduka yang rumit
Seseorang sulit maju ke tahap berikutnya.
Berkabung tidak kunjung berakhir.
4.Berduka tertutup
Kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat
diakui secara terbuka.
RESPON BERDUKA
Tahap respon berduka menurut Kubler - Ross
:
• Denial
• Anger
• Bargainning
• Depression
• Acceptance
1. Denial (Penolakan)
• Reaksi pertama
• Syok, tidak percaya, mengerti, atau mengingkari
kenyataan.
• Reaksi fisik :
- Letih - lemah - pucat
- mual - diare - menangis
- gangguan pernafasan - gelisah
- detak jantung cepat
- tidak tahu berbuat apa
• Berlangsung beberapa menit hingga beberapa
tahun
2. Anger (Marah)
• Individu menolak kehilangan.
• Kemarahan timbul sering diproyeksikan kepada
orang lain atau dirinya sendiri.
• Perilaku :
- agresif - bicara kasar
- menyerang orang lain - menolak pengobatan
- menuduh dokter atau perawat tidak kompeten
• Respon fisk :
- muka merah - denyut nadi cepat
- gelisah - susah tidur
- tangan mengepal
3. Bargainning (Tawar – menawar)
• Penundaan kesadaran atas kenyataan
terjadinya kehilangan.
• Berupaya melakukan tawar – menawar
dengan memohon kemurahan Tuhan.
4. Depression ( Depresi)
• Menunjukan sikap menarik diri
• Kadang bersikap sangat penurut
• Tidak mau bicara
• Menyatakan keputusasaan
• Rasa tidak berharga
• Bisa muncul keinginan bunuh diri
• Gejala fisik :
- menolak makan - susah tidur
- letih - libido turun
5. Acceptance ( Penerimaan)
• Reorganisasi perasaan kehilangan
• Pikiran tentang objek yang hilang akan mulai
berkurang atau hilang beralih ke objek baru.
• Menerima kenyataan kehilangan
• Mulai memandang ke depan.
• Apabila dapat memulai tahap ini dan
menerima dengan perasaan damai  tuntas
• Apabila kegagalan masuk ketahap penerimaan
 mempengaruhi dalam mengatasi perasaan
kehilangan selanjutnya
Askep kehilangan dan berduka
• Pengkajian
1. Faktor genetik
2. Kesehatan fisik
3. Kesehatan mental
4. Pengalaman kehilangan dimasa lalu
5. Struktur kepribadian
6. Adanya stresor perasaan kehilangan
Diagnosa Keperawatan
1. Berduka b.d kehilangan aktual atau
kehilangan yang dirasakan
2. Berduka antisipatif b.d perpisahan atau
kehilangan
3. Berduka disfungsional b.d kehilangan
orang/benda yang dicintai atau memiliki arti
besar
Perencanaan Tindakan Keperawatan
Secara umum :
1. Membina dan meningkatkan hubungan
saling percaya dengan cara :
- Mendengarkan pasien berbicara
- Memberi dorongan agar agar pasien mau
mengungkapkan perasaannya.
- Menjawab pertanyaan pasien secara langsung
- Menunjukkan sikap menerima dan empati
Lanjutan...
2. Mengenali faktor-faktor yang mungkin
menghambat.
3. Mengurangi atau menghilangkan faktor
penghambat.
4. Memberi dukungan terhadap respons
kehilangan pasien.
5. Meningkatkan rasa kebersamaan antar
anggota keluarga.
6. Menentukan tahap keberadaan pasien.
Secara khusus :
1. Tahap Denial
– Memberikan kesempatan pasien
untuk mengungkapkan perasaan
– Menunjukan sikap menerima dengan
ikhlas dan mendorong pasien untuk
berbagi rasa
– Memberi jawaban yang jujur
terhadap pertanyaan pasien tentang
sakit, pengobatan
2. Tahap Anger
Mengijinkan dan mendorong pasien
mengungkapkan rasa marah sacara verbal
tanpa melawan kemarahan :
– Menjelaskan kepada keluarga bahwa
kemarahan pasien sebenarnya tidak
ditujukan kepada mereka.
– Membiarkan pasien menangis
– Mendorong pasien untuk membicarakan
kemarahannya
3. Tahap Bargainning
Membantu pasien mengungkapkan rasa bersalah
dan takut :
– Mendengarkan ungkapan dengan penuh
perhatian
– Mendorong pasien untuk membicarakan rasa
takut atau rasa bersalahnya
– Bila psien selalu mengungkapkan “kalau” atau
“seandainya ….” beritahu pasien bahwa perawat
hanya dapat melakukan sesuatu yang nyata.
– Membahas bersama pasien mengenai penyebab
rasa bersalah dan rasa takunya.
5. Tahap Depression
- Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah
dan takut :
– Mengamati perilaku pasien dan bersama
dengannya membahas perasaannya
– Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri
sesuai derajat risikonya
- Membantu pasien mengurangi rasa bersalah :
– Menghargai perasaan pasien
– Membantu pasien menemukan dukungan yang
positif dengan mengaitkan dengan kenyataan
– Memberi kesempatan menangis dan
mengungkapkan perasaan
– Bersama pasien membahas pikiran negatif yang
selalu timbul
5. Tahap Acceptance
Membantu pasien menerima kehilangan yang
tidak bisa dielakan :
– Membantu keluarga mengunjungi pasien
secara teratur
– Membantu keluarga berbagi rasa
– Membahas rencana setelah masa
berkabung terlewati
– Memberi informasi akurat tentang
kebutuhan pasien dan keluarga.
CARA MENGKAJI TINGKAT KESADARAN
1. Compos Mentis : Kesadaran penuh.
2. Apatis : Kesadaran dimana pasien terlihat mengantuk
tetapi mudah di bangunkan dan reaksi penglihatan,
pendengaran, serta perabaan normal.
3. Somnolent : Kesadaran dapat dibangunkan bila
dirangsang, dapat disuruh dan menjawab pertanyaan.
Bila rangsangan berhenti pasien tidur lagi.
4. Sopor : Kesadaran yang dapat dibangunkan dengan
rangsangan kasar dan terus menerus.
5. Sopora Coma : Reflek motoris terjadi hanya bila
dirangsang nyeri.
6. Coma :Tidak ada reflek motoris sekalipun dengan
rangsangan nyeri.
Pemantauan tingkat kesadaran dengan mengunakan
pemeriksaan Glasgow Coma Skala (GCS ),
Respon motorik ( M ) Nilai 6
• Ikut perintah :6
• Melokalisir nyeri :5
• Fleksi norma :4
• Dekortasi (fleksi abnormal) :3
• Deserebrasi (ekstensi bila dberi rangsa nyeri) :2
• Tidak ada respon :1

Respon Verbal ( V ) Nilai 5


• Orientasi baik :5
• Bicara kacau / bingung :4
• Kata-kata tidak teratur :3
• Suara tidak jelas :2
• Tidak ada respon :1
Respon buka mata ( E ) Nilai 4
• Spontan :4
• Terhadap suara :3
• Terhadap nyeri :2
• Tidak ada :1

KETERANGAN :
• Skor GCS 14-15 : Compos Mentis/Alert/Sadar Penuh
• Skor GCS 11 – 13: Somnolent
• Skor GCS 9 – 11 : Sopor
• Skor GCS 3-8 : Koma
Tugas Individu di kerjakan pada jam ke 2 (13.00
– 14.30) Membuat SOP cara memandikan
jenazah
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai