KELAS : 7 M Defisini : Suatu pengujian khasiat obat baru pada manusia, dimana sebelumnya diawali oleh pengujian pada binatang atau Pra Klinik.
Tujuan : membuktikan atau menilai manfaat
klinik suatu obat, pengobatan atau strategi terapeutik tertentu seacara objektif dan benar. Untukmelihat apakah dalam suatu obat memiliki efek terapi.
Padafase II awal, pengujian efek terapi awal
obat dikerjakan secara terbuka karena masih merupakan penelitian eksporatif, karena belum itu belum dapat diambil kesimpulan yang mantap mengenai efikasi obat yang bersangkutan. Hasil uji klinik fase II belum dapat digunakan sebagai bukti adanya kemanfaatan klinik
Pada fase II ini tercakup juga penelitian
dosis-efek untuk penelitian dosis optimal yang akan digunakan selanjutnya.
Sertapenelitian lebih lanjut mengenai
eliminasi obat, terutama metabolisnya. Pasien: 100-200 relawan yang sakit. Waktu studi: beberapa bulan sampai 2 tahun. Tujuan: khasiat/Fungsi. Judul:2 trial of romidepsin in patients with peripheral T-cell lymphoma pravastatin for acute myelogenous leukemia (AML)
“Uji klinik fase 2 romidepsin pada pasien
dengan limfoma sel T perifer” Subjek : 47 pasien Waktu : 8,9 bulan Tujuan : Untuk mengetahui toleransi Romodepin terhadapa pasien limfoma sel T perifer dan kutaneus A. Inklusi : usia ≥ 18 tahun, Status kinerja ECOG 0-2, dan harapan hidup > 12 minggu. Nilai laboratorium yang diperlukan termasuk jumlah neutrofil absolut (ANC) ≥ 1x 109 sel / L, trombosit ≥ l00x 109 / L, bilirubin 1.5 batas atas institusional normal (ULN), AST 3 ULN, dan kreatinin 1,5 ULN. B. Eksklusi : Pasein dengan penyakit SSP, HIV, atau terapi sebelumnya dengan inhibitor HDAC Hamil Metode : Diberikan infus romidepsin dengan dosis awal 14 mg / m2 selama 4 jam pada hari 1, 8, dan 15 dari siklus 28 hari. Jadwal diubah untuk diperbaiki tolerabilitas. Dosis ditahan untuk tingkat 3 atau toksisitas nonhematologic yang lebih buruk, ANC di bawah 0,5x10⁹ sel / L, atau jumlah trombosit di bawah 50x 10⁹ / L. Dosis dikurangi dari 14 mg / m2 menjadi 10,5 untuk ANC antara 0,5 dan 1x10⁹ sel / L atau jumlah trombosit antara 50 dan 75x10⁹ / L pada hari ke-8 atau 15. Hasil : Dari 47 pasien dua pasien dikeluarkan dari penilaian respon: satu pasien ditemukan tidak memenuhi syarat untuk pendaftaran setelah menerima dosis pertama dan satu pasien yang Limfoma sel-T telah direklasifikasi sebagai DLBCL. Romidepsin ditoleransi dengan baik. Toksisitas diamati serupa dengan yang diamati sebelumnya termasuk kelelahan, mual, muntah, dan neutropenia transien dan trombositopenia. Judul : Uji Klinik Fase II Ramuan Jamu sebagai Pelindung Fungsi Hati
Subjek : 200 orang
Waktu : selama 42 hari Tujuan penelitian : untuk membuktikan khasiat dan keamanan ramuan jamu hepatoprotektor pada jumlah subjek yang lebih besar. A. Inklusi : pasien dengan gangguan fungsi hati ringan (mild liver injury) yang ditandai dengan peningkatan SGPT 2x-3x harga normal (70-105 U/L) umur pasien antara 20-55 tahun bersedia mengikuti jadwal follow up uji dan menandatangani informed consent B. Eksklusi : Paseien dengan hepatitis virus, thypoid fever dan DHF Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen bahan uji pasien dengan komplikasi penyakit berat. Metode : Jumlah subjek masing-masing kelompok 100 pasien. Kelompok perlakuan meminum rebusan jamu 2 kali sehari selama 42 hari, sedangkan kelompok kontrol menelan kapsul silymarin 140 mg, 2x sehari selama 42 hari. Ramuan jamu berbentuk simplisia dikemas dalam dosis harian, yaitu 28 gram rimpang temulawak, 6 gram rimpang kunyit dan 12 gram daun jombang (dosis sesuai dengan uji pra klinik dan obervasi klinik). Dosis : Untuk kelompok perlakuan ramuan jamu direbus dengan 4 gelas air (800 cc) sampai mendidih dan dibiarkan air rebusan tinggal 2 gelas (400 cc), disaring dan didinginkan. Bahan uji untuk kelompok control menggunakan kapsul berisi silymarin 140 mg yang dijual secara komersil dengan merek dagang Liparin. Hasil : Pemberian ramuan jamu hepatoprotektor yang terdiri atas 28 gram rimpang temulawak, 6 gram rimpang kunyit dan 12 gram daun jombang memberikan manfaat sebagai hepatoprotektor yang dibuktikan dengan perbaikan gejala klinis dan menurunnya rerata SGPT dan SGOT.
Dari segi keamanan ramuan jamu aman
dibuktikan dengan pemeriksaan darah rutin dan fungsi ginjal yang tidak mengalami perubahan bermakna pada akhir uji dibandingkan awal.