Anda di halaman 1dari 80

Dunia atas

- Para (Langit-
langit)

Dunia tengah
- Palupuh
(Lantai)
Dunia bawah
- Kolong
Rumah Adat Kampung Naga “Belah Jolompong”

Rumah ini merupakan bangunan yang menjadi hak individu/keluarga


warga Kampung Naga. Sama dengan bangunan lainnya di Kampung Naga,
bangunan rumah harus dibangun di atas permukaan tanah atau bangunan
panggung serta dibangun dengan saling berhadapan atau saling membelakangi,
memanjang dari barat ke timur dengan pintu rumah menghadap Utara atau
Selatan.

Kondisi serupa juga berlaku pada rumah yang berdampingan, sisi yang
berdampingan adalah bagian yang sama dengan rumah di sebelahnya, bagian
tepas (ruang tamu) suatu rumah akan berdampingan dengan bagian teras rumah
yang lain, demikian pula posisi pawon (dapur) akan berdampingan pula dengan
pawon pada bagian lain.
Tampak Depan
Rumah-rumah di Kampung Naga bentuknya sama dan letaknya teratur.
Rumah-rumahnya berbentuk persegi panjang dengan jenis rumah termasuk jenis
rumah panggung, dengan ketinggian kolong kira-kira 50–60 cm. Atapnya
menggunakan gaya suhunan julang ngapak, yaitu bentuk atap panjang yang kedua
sisinya diperpanjang atau ditambah, sehingga merupakan rentangan sayap
burung. Bidang atap tambahan yang melambai ini disebut leang-leang. Dengan
atap yang seragam ini tampak seperti bentuk segitiga bila dipandang dari arah
muka dan belakang, yang merupakan pertemuan kedua sisi atap segi empat
panjang. Pada pertemuan kedua belah atap bagian ujung merupakan titik
pertemuan yang membentuk sudut puncak bagian muka dan belakang, biasanya
dipasang gelang-gelang yang terbuat dari bambu membentuk setengah lingkaran
atau lurus menyerupai tanduk lengkung atau tanduk lurus. Bagian yang seperti
tanduk ini disebut “cagak gunting atau capit hurang”.

Tampak Samping
Denah Tipe Bumi panto dua
(Rumah pintu dua)
Material Rumah Adat Kampung Naga

Bahan atap rumah pada umumnya menggunakan bahan daun kelapa,


daun tepus dan ijuk.Sementara itu plafon/langit-langit terbuat dari bilah-
bilah bambu yang dianyam (bilik). Tiang dari kayu yang mendukung
rangka atap. Untuk pondasi (tapakan) tiang digunakan batu alam yang
dipotong berbentuk persegi panjang. Dinding rumah di Kampung Naga
terbuat dari anyaman bambu “bilik” yang pola anyamannya ada dua
macam yaitu kepang dan sasag. Pintu terbuat dari bilik dan kayu. Pintu
ini berbentuk persegi panjang berukuran 1,75 meter x 0,75
meter.Jendela berbentuk persegi panjang dan dipasang kayu dengan
jarak tertentu secara vertical disebut jalosi, serta daun jendela kayu
sebagai penutupnya. Kaca juga dipakai sebagai penutup jendela.
Lantai dari papan, yang sebelumnya merupakan lantai dari lempengan-
lempengan bambu (papuluh). Golodog terbuat dari papan. Selain
terbuat dari papan, golodog di Kampung Naga dibuat dari bambu,
tetapi ada juga yang meletakkan batu sebagai ganti golodog tersebut.
Pola Permukiman Kampung Naga
Pola pemukimannya adalah mengelompok. Dimana rumah-rumah berkelompok dilereng bukit disuatu area
tanah yang tidak sama ketinggiannya. Rumah tinggal pada umumnya mengelompok pada bagian utara dan
selatan kampung. Letak bangunan tersebut saling berhadapan dan tidak boleh membelakangi bagian depan
rumah lainnya. Ditengah terletak Masjid dan Bale ( balai pertemuan) yang letaknya berdampingan. Disebah
timur Masjid dan Bale terdapat tanah lapang/halaman yang disebut alun-alun. Sejajar dengan Masjd
dibagian yanah yang lebih tinggi terdapat bangunan yang dikeramatkan, yang disebut Bumi Agung. Sarana
produksi sawah terdapat disebelah barat dan timur permukiman penduduk. Terdapat juga Sung Lisung, yaitu
bangunan yang digunakan masyarakat untuk menumbuk padi. Bagian di timur Kampung Naga terdapat
Hutan Keramat yang dikelilingi oleh sungai Ciwulan yang disakralkan.
BETAWI
Orang Betawi adalah penduduk “asli” Jakarta yang diduga kuat merupakan
percampuran antara orang-orang Jawa, Melayu, Bali, Bugis, Makasar, Sunda,
dan Mardijkers (keturunan Indo-Portugis) yang mulai menduduki Kota Pelabuhan
Batavia sejak awal abad ke 15. Penduduk asli Betawi adalah pemeluk agama Islam
yang taat. Akan tetapi, mereka bukan termasuk pemeluk agama yang fanatik karena
sikap mereka yang tetap terbuka dan memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap
agama lainnya.
Rumah rumah adat betawi
Ada 3 jenis rumah adat betawi :

RUMAH GUDANG
RUMAH KEBAYA

RUMAH JOGLO
Rumah kebaya atau bapang
Ciri khas rumah ini mempunyai serambi yang cukup luas dan berfungsi sebagai ruang tamu dan bale tempat
bersantai untuk pemilik rumah. Ruang semi terbuka atau teras hanya dibatasi dengan pagar setinggi 80 cm dan
biasanya lantainya lebih tinggi dari permukaan tanah dan ada tangga yang terbuat dari batubata dan disemen
paling banyak 3 anak tangga sebagai jalan masuk menuju rumah. Rumah bapang berbentuk kotak sederhana
atau bujursangkar sama sisi. Dan biasanya ada sumur dihalaman. Ciri khas rumah terlihat pada bentuk atapnya
yang mempunyai beberapa pasang atap. Apabila dilihat dari samping berlipat-lipat seperti lipatan kebaya.

Atap rumah landai,


diteruskan dengan atap
pelana di bagian teras.

Lisplang terbuat dari kayu


dengan ornament segitiga
sejajar disebut “gigi balang”

Lantai teras depan “


gojengan” selalu
dibersihkan untuk tamu.
DENAH RUMAH
KEBAYA ATAU BAPANG

Pembagian ruangan dari depan ke


belakang berdasarkan hierarki sifat
public ke service dibagian belakang.

Service

Privat

Publik
BACK
Rumah JOGLO BETAWI BACK

Rumah ini merupakan bangunan dengan bentuk atap limas (atap perisai/jurai) dengan peninggian ekstrem
pada bagian bubungan. Bentuk atap ini dipengaruhi langsung oleh budaya Jawa. Meski begitu, dari segi tata
ruang dalam, detail dan interior berbeda dari rumah adat Jawa.

Atap
beberbentuk
limas

Ruang depan disebut


BELAKANG
serambi depan karena
bersifat terbuka

Rumah joglo memiliki denah


bujur sangkar dan bertata ruang
tiga yang terdiri dari ruang depan, TENGAH
ruang tengah , dan ruang
DEPAN
belakang.
Rumah gudang
Rumah tradisional betawi ini berdiri di atas tanah yang berbentuk persegi panjang, rumahnya memanjang dari depan
ke belakang. Atap rumahnya tampak seperti pelana kuda atau perisai, dan di bagian muka rumah terdapat atap kecil.

Atapnya
berbentuk
pelana

Dindingnya
dibangun dengan
cara knock down
bias bongka
pasang dengan
mudah.
MADURA
RUMAH TANEAN LANJHANG
Tanean Lanjhang sebetulnya bukan sebutan untuk satu rumah saja, melainkan mencakup beberapa
rumah dan kelengkapannya dalam satu lingkungan. Dalam satu Tanean Lanjhang terdapat beberapa
rumah yang berjajar dan memanjang dari arah Barat ke Timur dilengkapi dengan adanya mushola
sebagai tempat ibadah keluarga serta kandang ternak, sumur, dan halaman yang memanjang.

Letak lingkungan rumah adat Jawa Timur ini biasanya berada dekat lahan garapan, ladang, sawah,
sungai, dan jalan.
Rumah Hunian di Bali
Rumah Hunian
Gapura Candi
Bentar
Rumah Hunian sebagian besar
penduduk Bali dan terdapat
beberapa nilai-nilai Hindu

Gapura Candi Bentar


Memiliki
julukan gerbang
terbelah.Karena pada
bentuk bangunannya
seolah
menggambarkan satu
bangunan candi yang
dibelah menjadi dua
bagian.

Pintu masuk utama untuk menuju ke halaman area rumah


Angkul-angkul merupakan sebuah
bangunan berupa pintu masuk utama dan
satu satunya untuk menuju ke dalam
rumah adat Bali.

Angkul-angkul
Aling-aling berfungsi sebagai
pembatas antara angkul-angkul
dengan halaman pekarangan atau
tempat suci.

Aling-aling
Sanggah atau Pamerajan merupakan sebuah tempat
suci bagi seluruh rumah yang biasanya ruangan
tersebut terletak disudut timur laut dari rumah. Dengan
begitu berbagai kegiatan sembahyang dan berdoa
biasanya dilakukan ditempat tersebut.
Bale Menten merupakan sbeuah
ruangan yang dikhususkan untuk tidur
bagi kepala keluarga atau anak gadis.

Bale Menten
Bale Dauh atau Bale Tiang Sanga
Bangunan Bale Dauh ternyata juga
sering dijuluki dengan Bale Loji yang
merupakan suatu tempat untuk
menerima tamu dan juga tempat tidur
untuk anak remaja

Bale Dauh atau Bale Tiang Sanga


Bale Sekapat adalah
sebuah bangunan yang
hampir sama
dengan gazebo.

Bale Sekapat
Bale Dangin digunakan
sebagai tempat upacara adat
dan juga untuk beristirahat.

Bale Dangin
Paon sebenarnya memiliki
fungsi yang sama dengan
dapur yaitu tempat untuk
mengolah dan memasak
makanan

Paon atau Paweregen


Jineng atau Klumpu adalah sebuah lumbung padi atau
gudang untuk menyimpan bahan pokok seperti beras.

Jineng atau Klumpu


RUMAH TRADISIONAL BALI
Pura Taman Ayun
Pura Taman Ayun

Bale tiang sanga

Pamerajan

Pura Luhur Gapura Besakih


Batukaru

Bale Dangin
Pura Besakih
Pura dalam kompleks rumah
Suasana di kompleks rumah tradisional Bali
Pura Luhur Batukaru
Suasana di kompleks rumah tradisional Bali
RUMAH TRADISIONAL BALI
YOGYAKARTA
RUMAH JOGLO

https://www.google.co.id/search?q=rumah+joglo
https://www.google.co.id/search?q=rumah+joglo
• Rumah joglo adalah rumah tradisional jawa
yang paling sempurna. Bangunan ini
mempunyai bentuk yang besar dan
membutuhkan kayu yang lebih banyak dalam
pembuatannya. bentuk khas dari bangunan
joglo adalah menggunakan blandar bersusun
melebar ke atas yang disebut blandar
tumpangsari.
• Bangunan tersebut mempunyai empat tiang
pokok yang terletak di tengah yang
disebut sakaguru. Terdapat pula kerangka yang
berfungsi sebagai penyiku atau penguat
bangunan agar tidak bergeser posisinya yang
disebut sunduk kili. letak kerangka tersebut
terletak di ujung sakaguru di bawah blandar.
• Apabila pada masing-masing sisi itu terdapat
sunduk, maka sunduk keliling itu
disebut koloran atau kendhit (ikat pinggang).
bentuk bangunan joglo ini mempunyai ukuran
bujur sangkar.

RUMAH JOGLO
https://www.senibudayaku.com/2018/02/rumah-adat-yogyakarta.html
https://www.google.co.id/search?q=rumah+joglo
• Susunan rumah joglo biasanya dibagi tiga, yaitu
ruangan pertemuan yang disebut pendapa,
ruang tengah atau ruang tempat pentas wayang
(ringgit) yang disebut pringgitan, dan ruang
belakang yang disebut dalem atau omah jero
sebagai ruang keluarga.
• Dalam ruang keluarga terdapat tiga buah
sentong (bilik): sentong kiwo (bilik kiri), sentong
tengah (bilik tengah), dan sentong tengen (bilik
kanan).

RUMAH JOGLO
https://www.senibudayaku.com/2018/02/rumah-adat-yogyakarta.html
https://www.google.co.id/search?q=bagian-bagian+rumah+joglo
https://www.google.co.id/search?q=rumah+joglo
RUMAH LIMASAN
Rumah limasan adalah rumah tradisional yang banyak
dibangun oleh masyarakat Yogyakarta. Rumah ini cukup
sederhana dan tidak membutuhkan banyak biaya dalam
pembuatannya.

Limasan berasal dari kata limolasan yang berarti limabelasan.


Perhitungan sederhana dalam pembuatan rumah limasan adalah
dengan ukuran molo 3 m dan blandar 5 m. Molo adalah kerangka
rumah paling atas yang bentuknya memanjang horizontal di ujung
atap. Ibarat manusia, molo adalah kepalanya. Oleh karena itu
sebelum molo dipasang, orang tidak boleh melangkahinya. Inilah
bagian rumah yang dianggap paling keramat. Jika kita menggunakan
molo 10 m, maka blandarnya harus berukuran 15 m.
Dalam perkembangannya bangunan limasan
mempunyai bentuk sesuai dengan kebutuhan.
Karena itu, muncul macam-macam limasan,
seperti limasan lawakan, limasan gajah
ngombe, limasan gajah njerum, limasan
apitan, limasan klabang nyander, limasan
pacul gowang, limasan gajah mungkur,
limasan cere gancet. limasan apitan pengapit,
limasan lambang teplok, limasan semar
tinandhu, limasan trajumas lambang gantung,
limasan trajumas, limasan trajumas lawakan,
limasan lambangsari, dan limasan sinom
lambang gantung rangka kuthuk ngambang.
KUDUS
RUMAH TRADISIONAL
KUDUS
JAWA TIMUR
RUMAH JOGLO SITUBONDO
Pendahuluan
Rumah adat joglo jawa timuran merupakan rumah adat yang berasal dari
provinsi Jawa Timur. Rumah adat ini mempunyai kemiripan dengan rumah adat
joglo Jawa Tengah. Ciri khas rumah adat ini adalah bentuknya lebih minimalis
tetapi artistik.
Selain itu rumah adat ini mempunyai filosofi dan sanepan yang terkandung
didalam rumah adat ini. Sehingga rumah adat ini kental akan kebudayaan
leluhur terdahulu
Bagian-Bagian Rumah
1. Pendopo
Bagian terdepan dari Rumah Joglo Situbondo dan juga jenis rumah joglo
lainnya disebut dengan pendopo. Area ini berukuran cukup luas tepat di
depan rumah yang digunakan sebagai area menerima tamu. Selain itu,
pendopo juga berfungsi sebagai sebuah balai pertemuan masyarakat Jawa
untuk berdiskusi, bermusyawarah, dan bermufakat tentang acara adat
maupun hajatan yang akan digelar.

2. Ruang Belakang
Ruang belakang dalam Rumah Joglo Situbondo hanya dibagi menjadi dua
ruangan lagi, yaitu dapur dan juga kamar tidur. Kamar tidur di rumah
adat ini bisa dibagi menjadi beberapa kamar sesuai dengan kebutuhan
pemilik rumah. Penyekat kamar atau ruangan biasanya bukan terbuat
dari dinding, melainkan papan kayu sebagai pembatas. Dapur Rumah
Joglo juga termasuk jenis dapur yang tradisional karena masing
menggunakan tungku sebagai sumber perapian.
Ciri khas yang utama dari sebuah Rumah Joglo Situbondo adalah penggunaan kayu jatinya
sebagai bahan dasar pembangunan rumah. Kayu ini sudah terbukti memiliki kekokohan
yang baik untuk rumah sejak jaman dulu. Ketika Anda melihat sebuah Rumah Joglo, Anda
akan menemui banyak bahan kayu yang digunakan untuk dinding, tiang rumah dan juga
lantai rumah.
Pembagian Ruang berdasarkan letak

1. Kamar Kanan
Ruangan di kamar ini sangat berada pada bagian kanan rumah joglo. Biasanya masyarakat situbondo menyebutnya dengan
sebutan dengan sentong tengen. Pada bagian ruangan ini ada juga sebuah dapur, pendaringan dan juga gudang yang biasanya
difungsikan untuk menyimpan peralatan pertanian.

2. Kamar Tengah
Ruangan ini memang berada pada bagian tengah dari rumah joglo. Biasanya masyarakat situbondo dengan istilah sentong
tengan. Bagi masyarakat Situbondo ruangan ini sering dikatakan sebagai sebuah ruangan yang sakral.

3. Kamar Kiri
Ruangan ini letaknya berada dibagian kiri pada rumah joglo. Biasanya masyarakat Situbondo menyebutnya dengan istilah
dengan sentong kiwo. Pada kamar ini juga terdapat dempil yaitu ruangan tidur bagi orang tua.
NUSA TENGGARA BARAT
ISTANA DALAM LOKA
RUMAH DALAM LOKA
• Rumah Adat Nusa Tenggara Barat / Nusa Tenggara Barat selain dikenal memiliki eksotisme alam yang
luar biasa indah, ternyata juga menyimpan berjuta keunikan dalam budaya masyarakatnya. Masyarakat
suku Sasak, Sumbawa, dan suku Bima sebagai mayoritas dan pribumi provinsi ini telah membangun
peradabannya sejak masa silam melalui serangkaian peristiwa sejarah yang tidak bisa dilupakan begitu
saja. Kemajuan peradaban masyarakat Provinsi NTB tersebut salah satunya dicirikan dengan adanya
sebuah bangunan rumah yang kini telah ditetapkan sebagai rumah adat Nusa Tenggara Barat. Rumah
tersebut dikenal dengan nama Rumah Dalam Loka. Rumah ini disebut memiliki beberapa keunikan baik
dari sisi arsitekturnya maupun dari sisi nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya. Di artikel ini
kami akan mengulas sekilas keunikan tersebut sebagai wawasan budaya bagi pembaca sekalian.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/10/rumah-adat-ntb-istana-dalam-loka-gambar.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
STRUKTUR
• Struktur dan Arsitektur Rumah Dalam Loka sendiri berasal dari 2 kata dalam bahasa
Sumbawa, yakni “Dalam” yang berarti “Istana” dan “Loka” yang berarti “Dunia.
• Penamaan tersebut sesuai dan fungsi rumah adat ini yang memang digunakan untuk
pusat pemerintahan dan kediaman raja-raja Sumbawa pada masa silam. Sesuai
dengan fungsi tersebut, rumah adat NTB ini memiliki desain yang cukup besar.
Bangunan yang luasnya mencapai ini berdiri dengan ditopang oleh 99 tiang yang
melambangkan 99 sifat Alloh (asmaul husna) dalam ajaran Islam.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/10/rumah-adat-ntb-istana-
dalam-loka-gambar.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Tiang-tiang penyangga mampu menopang tegaknya rumah yang terbagi menjadi 2 ukuran sama besar (kembar) yang
bernama Bala Rea atau Graha Besar. Dalam Graha Besar ini ada beberapa ruangan yang dipisahkan dinding penyekat
sesuai dengan fungsi dan namanya masing-masing, yaitu:

• Lunyuk Agung terletak di bagian depan bangunan berfungsi sebagai tempat musyawarah, resepsi, atau acara pertemuan adat dan keagamaan.
• Lunyuk Mas terletak di sebelah Lunyuk Agung berfungsi sebagai ruangan khusus permaisuri, istri-istri menteri, dan staf penting kerajaan saat
dilangsungkan upacara adat.
• Ruang Dalam yang terletak di sebelah barat. Ada yang hanya disekat oleh kelambu dan berfungsi sebagai tempat shalat, dan di sebelah utaranya
merupakan kamar tidur dayang-dayang dan permaisuri.
• Ruang Dalam yang terletak di sebelah timur terdiri dari empat kamar. Kamar-kamar ini diperuntukan bagi putra/putri raja yang sudah menikah.
• Ruang sidang terletak di bagian belakang Bala Rea. Selain digunakan untuk bersidang, pada malam hari ruangan ini juga dijadikan tempat tidur
para dayang.
• Kamar mandi terletak di luar ruangan induk yang memanjang dari kamar peraduan raja hingga kamar permaisuri.
• Bala Bulo terletak di samping Lunyuk Mas dan terdiri dari dua lantai. Lantai pertama berfungsi sebagai tempat bermain anak-anak raja yang
masih kecil, dan lantai kedua berfungsi sebagai tempat menyaksikan pertunjukan di lapangan istana bagi permaisuri dan istri para bangsawan.
Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/10/rumah-adat-ntb-istana-dalam-loka-gambar.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
Selain bagian dalam, bagian luar rumah adat NTB ini juga tak kalah unik. Terdapat beberapa
kelengkapan sebagai penghias di sini, seperti kebun istana (kaban alas), gapura (bala buko),
rumah jam (bala jam), dan tempat untuk lonceng istana. Selain itu, tangga rumah yang
persis terletak di bagian depan juga tak kalah menarik. Tangga ini tidak dilengkapi dengan
anak tangga, melainkan hanya berupa susunan papan yang datar. Susunan tersebut
sengaja dibuat demikian agar setiap orang yang hendak masuk rumah merunduk sebagai
lambang penghormatan bagi raja.

Sumber: http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/10/rumah-adat-ntb-istana-dalam-loka-
gambar.html
Disalin dari Blog Adat Tradisional.
BALE LUMBUNG, NTB
DESKRIPSI BANGUNAN
Bale Lumbung adalah sebuah bangunan asli suku sasak yang sudah ada sejak pemerintahan Kerajaan Karang Asem (abad 17). Yang berfungsi sebagai rumah tinggal
dan tempat menyimpan harta benda. Memiliki fasilitas yang dibagi menjadi tiga bagian yakni ruang induk dapur, dan ruang tidur
Ruangan bale dalem dilengkapi amben, dapur, dan sempare (tempat menyimpan makanan dan peralatan rumah tangga lainnya) terbuat dari bambu ukuran 2 x 2
meter persegi atau bisa empat persegi panjang. Selain itu ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk dengan sistem geser. Di antara bale luar dan bale dalem ada
pintu dan tangga (tiga anak tangga) dan lantainya berupa tanah Undak-undak (tangga), digunakan sebagai penghubung antara bale luar dan bale dalem.
POLA PENATAAN RUANG

• Hal yang cukup menarik diperhatikan dari rumah adat Sasak adalah pola pembangunannya. Dalam membangun rumah, orang Sasak menyesuaikan dengan kebutuhan keluarga maupun
kelompoknya. Artinya, pembangunan tidak semata-mata untuk mememenuhi kebutuhan keluarga tetapi juga kebutuhan kelompok.

• Karena konsep itulah, maka komplek perumahan adat Sasak tampak teratur seperti menggambarkan kehidupan harmoni penduduk setempat.

• Ruangan pada bale lumbung dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya adalah inan bale (ruang induk) yang meliputi bale luar (ruang tidur) dan bale dalem berupa tempat menyimpan harta
benda, ruang ibu melahirkan sekaligus ruang disemayamkannya jenazah sebelum dimakamkan.
• Selain tempat berlindung, rumah juga memiliki nilai estetika, dan kehidupan sederhana para penduduk di masa lampau yang mengandalkan sumber daya alam sebagai tambang nafkah harian,
sekaligus sebagai bahan pembangunan rumah. Lantai rumah itu adalah dari tanah, getah pohon kayu banten dan bajur (istilah lokal), dicampur batu bara yang ada dalam batu bateri.

• Konstruksi rumah tradisional Sasak agaknya terkait pula dengan perspektif Islam. Anak tangga sebanyak tiga buah tadi adalah simbol daur hidup manusia: lahir, berkembang, dan mati.

• Juga sebagai keluarga batih (ayah, ibu, dan anak), atau berugak bertiang empat simbol syariat Islam: Al Quran, Hadis, Ijma’, Qiyas). Anak yang yunior dan senior dalam usia ditentukan lokasi
rumahnya.

• Rumah orangtua berada di tingkat paling tinggi, disusul anak sulung dan anak bungsu berada di tingkat paling bawah. Ini sebuah ajaran budi pekerti bahwa kakak dalam bersikap dan berperilaku
hendaknya menjadi panutan sang adik.
FILOSOFI DAN BUDAYA

• Rumah yang menghadap timur secara simbolis bermakna bahwa yang


tua lebih dulu menerima/menikmati kehangatan matahari pagi
ketimbang yang muda yang secara fisik lebih kuat.

• Tamu pun harus merunduk bila memasuki pintu rumah yang relatif
pendek. Posisi membungkuk itu secara tidak langsung mengisyaratkan
sebuah etika atau wujud penghormatan kepada tuan rumah dari sang
tamu.

• Kemudian lumbung, kecuali mengajarkan warganya untuk hidup hemat


dan tidak boros sebab stok logistik yang disimpan di dalamnya, hanya
bisa diambil pada waktu tertentu, misalnya sekali sebulan. Bahan logistik
(padi dan palawija) itu tidak boleh dikuras habis, melainkan disisakan
untuk keperluan mendadak, seperti mengantisipasi gagal panen akibat
cuaca dan serangan binatang yang merusak tanaman atau bahan untuk
mengadakan syukuran jika ada salah satu anggota keluarga meninggal.
• Berugak yang ada di depan rumah, di samping merupakan penghormatan
terhadap rezeki yang diberikan Tuhan, juga berfungsi sebagai ruang
keluarga, menerima tamu, juga menjadi alat kontrol bagi warga sekitar.
Misalnya, kalau sampai pukul sembilan pagi masih ada yang duduk di
berugak dan tidak keluar rumah untuk bekerja di sawah, ladang, dan
kebun, mungkin dia sakit.

• Sejak proses perencanaan rumah didirikan, peran perempuan atau istri


diutamakan. Umpamanya, jarak usuk bambu rangka atap selebar kepala
istri, tinggi penyimpanan alat dapur (sempare) harus bisa dicapai lengan
istri, bahkan lebar pintu rumah seukuran tubuh istri.

• Dalam masyarakat Sasak, rumah berada dalam dimensi sakral (suci) dan
profan duniawi) secara bersamaan

• Artinya, rumah adat Sasak disamping sebagai tempat berlindung dan


berkumpulnya anggota keluarga juga menjadi tempat dilaksanakannya
ritual-ritual sakral yang merupakan manifestasi dari keyakinan kepada
Tuhan, arwah nenek moyang (papuk baluk) bale (penunggu rumah), dan
sebaginya.
MATERIAL BANGUNAN
Sementara material yang dibutuhkan untuk membangun rumah antara lain:
kayu-kayu penyangga,
bambu, anyaman dari bambu untuk dinding,
jerami dan alang-alang digunakan untuk membuat atap,
lantai tanah. getah pohon kayu banten dan bajur, abu jerami, digunakan sebagai bahan campuran untuk mengeraskan lantai.
TRANSFORMASI BENTUK DAN ARSITEKTUR

HOTEL OCEAN BEACH : SENGGIGI LOMBOK BANDARA INTERNASIONAL LOMBOK

Anda mungkin juga menyukai