Anda di halaman 1dari 12

VOC:

PIETER BOTH
DAN
JAN PIETERZOON COEN
By : Indira, Michelle, Kristo, Rizky, Livia (3 Sc 4)
<< Jan Pieterzoon Coen
Pieter Both >>
Kebijakan VOC dan Pengaruhnya
◦ VOC adalah badan / kongsi perdagangan Belanda yang berdiri sejak tahun 1602. Sebutan kompeni Belanda
yang dialamatkan pada orang-orang VOC merupakan istilah dari kata Compagnie. Lidah orang-orang
Indonesia menyebut nama compagnie menjadi kompeni. Ingat, VOC kepanjangan dari Oostindische
Vereenigde Compagnie.

◦ Hampir keseluruhan pendapatan VOC diperoleh dari sumber ekonomi yang juga menjadi andalan para
penguasa local sebelumnya. VOC hanya membungkusnya secara resmi/ legal dan teratur. Staf administrasi
dan prajurit yang berjumlah tidak lebih dari 17.000 orang pada tahun 1700, telah merajalela di sebagian besar
pusat-pusat penghasil dan perdagangan rempah-rempah. Dengan demikian, cukup efektif pihak VOC untuk
menerapkan kebijakan-kebijakan di daerah koloni.
◦ Dengan memiliki hak untuk membentuk angkatan perang sendiri dan boleh melakukan
peperangan, maka VOC cenderung ekspansif. VOC terus berusaha memperluas daerah-daerah di
Nusantara sebagai wilayah kekuasaan dan monopolinya. VOC juga memandang bangsa-bangsa
Eropa yang lain sebagai musuhnya. Mengawali ekspansinya tahun 1605 VOC telah berhasil
mengusir Portugis dari Ambon. Benteng pertahanan Portugis di Ambon dapat diduduki tentara
VOC. Benteng itu kemudian oleh VOC diberi nama Benteng Victoria.
◦ Dalam upaya memperlancar aktivitas organisasi, VOC pada tahun 1610 memutuskan untuk
membentuk jabatan Gubernur Jendral yang pada waktu itu berkedudukan di Maluku. Pieter
Both sebagai orang pertama yang menduduki posisi itu.

◦ Sebagai gubernur jenderal yang pertama, Pieter Both sudah tentu harus mulai menata organisasi
kongsi dagang ini sebaik-baiknya agar harapan mendapatkan monopoli perdagangan di Hindia
Timur dapat diwujudkan. Pieter Both pertama kali mendirikan pos perdagangan di Banten pada
tahun 1610. Pada tahun itu juga Pieter Both meninggalkan Banten dan berhasil memasuki
Jayakarta.
◦ Tindakan VOC dengan adanya hak octroi sangat merugikan bangsa Indonesia. Hak octroi seolah
ijin usaha kepanjangan tangan pemerintah Belanda, bahkan bisa dikatakan VOC sebagai sebuah
‘negara dalam negara’.

◦ Pada tahun 1614 Pieter Both digantikan oleh Gubernur Jenderal Gerard Reynst (1614-1615).
◦ Tahun 1619 Gubernur Jenderal VOC Laurens Reael digantikan oleh Gubernur Jenderal Jan
Pieterzoon Coen (J.P. Coen). J.P. Coen dikenal gubernur jenderal yang berani dan kejam serta
ambisius. Oleh karena itu, merasa bangsanya dipermalukan pasukan Banten dan Inggris di
Jayakarta, maka J.P. Coen mempersiapkan pasukan untuk menyerang Jayakarta. Armada angkatan
laut dengan 18 kapal perangnya mengepung Jayakarta. Ternyata dalam waktu singkat Jayakarta
dapat diduduki VOC.

◦ Kota Jayakarta kemudian dibumihanguskan oleh J.P. Coen pada tanggal 30 Mei 1619. Di atas
puing- puing kota Jayakarta itulah dibangun kota baru bergaya kota dan bangunan di Belanda.
Kota baru itu dinamakan Batavia sebagai pengganti nama Jayakarta.
Benteng VOC
◦ Untuk menguasai perdagangan rempah-rempah, VOC menerapkan hak monopoli, menguasai
pelabuhan-pelabuhan penting dan membangun benteng-benteng. Benteng-benteng yang dibangun
VOC adalah :

◦ 1. Di Banten disebut benteng Kota Intan ( Fort Pellwijk ).

◦ 2. Di Ambon disebut benteng Victoria.

◦ 3. Di Makasar disebut benteng Retterdam.

◦ 4. Di Ternate di sebut benteng Orange.

◦ 5. Di Banda disebut benteng Nasao.


◦ Dengan keunggulan senjata, juga memanfaatkan kompetisi dan konflik di antara penguasa lokal
(kerajaan ), VOC berhasil memonopoli perdagangan pala dan cengkeh di Maluku. Satu persatu
kerajaan-kerajaan di Indonesia dikuasai VOC. Kebijakan ekspansif (menguasai) semakin gencar
diwujudkan ketika Jan Pieterszoon Coen diangkat menjadi Gubernur Jendral menggantikan Pieter
Both pada tahun 1817.

◦ Jan Pieterszoon Coen memiliki semboyan “tidak ada perdagangan tanpa perang, dan juga
tidak ada perang tanpa perdagangan”. Ialah yang memindahkan pos dagang
VOC di Banten dan kantor pusat VOC dari Maluku ke Jayakarta. Mengubah nama Jayakarta
menjadi Batavia.
J.P Coen kembali ke Belanda
◦ Setelah berhasil membangun Batavia dan meletakkan dasar-dasar penjajahan di Nusantara, pada
tahun 1623 J.P. Coen kembali ke negari Belanda. Ia menyerahkan kekuasaannya kepada Pieter de
Carpentier. Tetapi oleh pimpinan VOC di Belanda, J.P. Coen diminta kembali ke Batavia. Akhirnya
pada tahun 1627 J.P. Coen tiba di Batavia dan diangkat kembali sebagai Gubernur Jenderal untuk
jabatan yang kedua kalinya. Pada masa jabatan yang kedua inilah terjadi serangan tentara Mataram
di bawah Sultan Agung ke Batavia.
◦ Sumber :
◦ http://aminhidayatcenter.blogspot.com/2013/03/kebijakan-pemerintah-kolonial-dan.html
◦ AM, Sadirman, Amurwani Dwi Lestariningsih. Sejarah Indonesia. Jakarta: Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2014.
◦ http://en.wikipedia.org/wiki/Jan_Pieterszoon_Coen
◦ http://en.wikipedia.org/wiki/Dutch_East_India_Company_in_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai