Anda di halaman 1dari 64

SAMBUNGAN BAUT

 Merupakan sambungan tidak permanen.


 Terdiri dari baut dan mur.
DIFINISI TEKNIS.
 Diameter mayor / Diameter luar / Diameter nominal.
 Diameter minor / Diameter inti / Diameter dasar.
 Diameter efektif / Pitch diameter.
BENTUK ULIR
 Ulir Whitworth Standar British

 Pitch kasar

 Pitch halus
 Ulir Standar Nasional Amerika  Ulir Segi Empat

 H = 0,866 P
 Puncak dan dasar rata

 Ulir Standar Gabungan  Ulir Acme

 H = 0,866 P
 Ulir Metris

H = 0,86603 P
D1 = d – 1,0825 P
H1 = 5/6 H
D2 = d2 = d – 0,6495 P
d3 = d – 1,2268 P
h3 = 17/24 H
r = H/6
 Tipe - Tipe Pengikatan

1. Through bolt. 2. Tap bolt 3. Stud

 Kepala baut
 Perangkat pengunci.
1. Mur penekan / Mur pengunci 2. Mur benteng

3. Mengunci dengan pin 4. Ring pegas


UKURAN ULIR STANDAR (IS:1362-1962).
Tabel 1.
TEGANGAN DALAM BAUT PENGIKAT ( BEBAN STATIS)

1. Tegangan awal akibat gaya penyekrupan.


2. Tegangan akibat gaya luar.
3. Tegangan gabungan dari (1) dan (2).

A.Tegangan awal akibat gaya penyekrupan.


1.Tegangan tarik akibat penarikan pada baut.
2.Tegangan geser (torsional shear stress) akibat tahanan
gesek ulir selama pengencangan.
3.Tegangan geser pada ulir.
4.Tegangan tekan atau tegangan pecah pada ulir.
5.Tegangan bending jika permukaan kepala baut tidak tegak
lurus terhadap sumbu baut.
1. Tegangan tarik akibat penarikan pada baut.
Karena tidak dapat ditentukan secara tepat tegangan tarik akibat
pengencangan, maka baut direncanakan berdasarkan tegangan
tarik langsung dengan faktor keamanan yang besar untuk
mengantisipasi tegangan-tegangan yang tak menentu.
Berdasarkan pada hasil eksperimen, gaya tarik awal pada baut
bisa dicari dari hubungan berikut.

Pi = 284.d (kg) = 2840.d (N) .......(1)


d = diameter nominal baut (mm)
Pi = 2840.d (kg)  bila d (cm)
Persamaan (1) digunakan untuk sambungan kencang yang
berkaitan dengan antisipasi kebocoran fluida, misalnya untuk
sambungan tutup silinder mesin uap.
Bila sambungan tidak memerlukan kekencangan sebagaimana
diatas, maka gaya tarik awal dapat dikurangi menjadi setengah dari
nilai persamaan (1), yaitu :

Pi = 142.d (kg)
Jika baut tidak mendapat tegangan awal, maka beban aksial
maksimum yang aman untuk dipakai, bisa dipakai hubungan berikut.
P = tegangan ijin x luas penampang ulir paling kecil (stress area)
Stress area bisa didapat dari tabel 1 atau bisa dicari dari hubungan
berikut. 2
 d  dc 
Stress area =   p
  ......... (2)
4 2 
dp = pitch diameter ; dc = diameter minor (core diameter)
2. Tegangan geser (torsional shear stress) akibat tahanan gesek ulir
selama pengencangan.
Tegangan ini bisa dicari dengan menggunakan persamaan untuk
torsi, yaitu:

T fs T T dc 16. T
  fs = r =   fs = ......... (3)
J r J  4 2 . dc
3
dc
32
3. Tegangan geser pada ulir.
Tegangan geser rata-rata pada ulir baut, bisa didapat dari hubungan
berikut.
P
fb = ....... (4)
.dc .b.n
b = lebar bagian dasar ulir
Tegangan geser rata-rata pada ulir mur, bisa didapat dari hubungan
berikut.
P
fb = ........ (5)  d = diameter mayor
.d.b.n
4. Tegangan tekan atau pecah ulir.
Tegangan pecah antara ulir bisa didapat dari hubungan berikut.
P
fc = ....... (6)
(d - dc ) n
2 2

n = jumlah ulir yang saling berkait


5. Tegangan bending

Tegangan bending pada baut, didapat dari hubungan berikut.


x .E
f= ..... (7)
2. 
x = perbedaan tinggi dari kemiringan mur atau kepala baut dengan
bidang rata
ℓ = panjang bagian tak berulir baut
E = modulus Young’s bahan baut.

Contoh.
Dua bagian mesin diikat bersama secara kencang dengan baut tap
berdiameter 24 mm. Jika beban yang cenderung memisahkan kedua
bagian yang disambung tersebut diabaikan, cari tegangan yang terjadi
dalam baut yang disebabkan oleh pengencangan awal.
Penyelesaian.
Diameter nominal baut, d = 24 mm.
Core diameter dari ulir M 24, dc = 20,32 mm = 2,032 cm
Misal, ft = tegangan yang terjadi pada baut
Gaya tarik awal pada baut,
P = 284.d = 284 . 24 = 6816 kg

 2 
P= dc  ft  6816 =  2,032 2  f t  ft = 2100 kg/cm2
4 4
B. Tegangan akibat gaya luar
Berikut ini adalah tegangan yang terjadi pada baut ketika mendapat
beban luar.
1. Tegangan tarik
2. Tegangan geser
3. Gabungan tegangan tarik dan geser.
1. Tegangan tarik.

Baut biasanya membawa beban dalam arah sumbu baut yang


menyebabkan tegangan tarik pada baut.
Misal P = beban luar yang bekerja
ft = tegangan tarik ijin bahan baut
dc = core diameter ulir

 2  dc =
4. P
Maka P = dc  ft ..... (8)
4 .ft
Dari tabel 1 diperoleh diameter nominal baut dan stress area nya.
Catatan:
1. Jika beban luar dipikul oleh sejumlah baut, maka:
 2
P = dc  ft  n
4
2. Bila dalam tabel standar tidak ada, maka untuk ulir kasar,
dc = 0,84 . D
2. Tegangan geser.

Seringkali baut digunakan untuk mencegah gerak relativ dari dua


atau lebih bagian, seperti pada flange coupling, maka akan terjadi
tegangan geser pada baut.
Misal Ps = beban geser yang dipikul oleh baut
d = diameter mayor baut
n = jumlah baut
 2 4. P ...... (9)
Maka Ps = d  fs  n d=
4 .fs .n
3. Gabungan tegangan tarik dan geser.
Bila baut mendapat beban tarik dan geser, seperti baut coupling,
maka diameter baut diperoleh dari beban geser dan pada bagian ulir
diperoleh dari beban tarik.
Tegangan akibat beban gabungan ini harus dicek terhadap
tegangan-tegangan pokok berikut.
2
f 
  t  ....... (10) dan
2
Tegangan geser maksimum, fs (maks) = fs
2
2
f
Teganagn tarik maksimum ft (maks) = t  f 
  t  ...... (11)
2
fs
2 2
Tegangan pada (10) dan (11) tidak boleh melebihi tegangan yang
diijinkan.

TEGANGAN AKIBAT GABUNGAN GAYA-GAYA

Gaya aksial resultan pada baut tergantung


pada beberapa faktor berikut.
1. Gaya tarik awal akibat pengencangan
2. Beban luar.
3. Springness dari baut dan bagian
yang kontak dengan baut..
Jika bagian yang menghubungkan sangat lunak dibandingkan dengan
baut, misalnya soft gasket, maka beban resultan pada baut mendekati
sama dengan jumlah gaya tarik awal dan beban luar.
Jika baut sangat lunak dibandingkan dengan bagian yang
menghubungkan, maka beban resultannya adalah salah satu diantara
gaya tarik awal atau beban luar, pilih yang lebih besar.

Untuk menetukan beban resultan pada baut, persamaan berikut bisa


digunakan.

a a
P = P1 + P2 = P1 + k P2 ....... (12)  k =
1 a 1 a
P1 = gaya tarik awal akibat pengencangan
P2 = beban luar pada baut
a = Perbandingan elastisitas bagian yang menghubungkan
terhadap elastisitas baut.
Untuk soft gaskets dan baut yang besar, nilai a adalah tinggi dan nilai
a
mendekati sama dengan satu, sehingga beban resultannya sama
1 a
dengan jumlah gaya tarik awal dan beban luar.
Untuk hard gaskets atau kontak permukaan logam dengan logam dan
dengan baut kecil, nilai a kecil dan beban resultan utamanya adalah
gaya tarik awal (atau beban luar, bila beban luar lebih besar dari gaya
tarik awal).
Tabel 2.
PERENCANAAN BAUT UNTUK TUTUP SILINDER
Tutup silinder bisa ditutup rapat dengan
baut (bolt) atau skrup (stud).
Untuk mencari ukuran dan jumlah baut,
prosedur berikut bisa dipakai.
Misal,
D = diameter silinder (cm)
D1 = diameter efektif silinder, (D+0,5 cm)
P = tekanan dalam silinder (kg/cm2)
dc = core diameter baut atau skrup
n = jumlah baut atau skrup
ft = teg. tarik ijin bahan baut (kg/cm2)
 2
Gaya yang bekerja pada tutup silinder,= D1  P
4
Gaya yang bekerja pada tutup silinder, ditahan oleh sejumlah n baut.
 2 1
Jadi gaya pada tiap baut = D1  p  .......... (a)
4 n
 2
Gaya tahan tiap baut = dc  ft ...... (b)
4
Dengan menyamakan persamaan (a) dan (b) didapat,
 2 1  2
D1  p  = dc  ft  n bisa diperoleh
4 . n 4
Kekencangan atau kerapatan sambungan tergantung circumferential
pitch dari baut /skrup. Circumferential pitch tersebut harus diantara

20 d1 dan 30 d1 dimana d1 adalah lubang baut / skrup. Pitch circle


diameter (Dp) biasanya diambil (D1+3d1) dan diameter luar tutup
Do = DP + 3d1=D1 +6d1

Contoh.
Silinder mesin uap memiliki diameter efektif 35 cm dan tekanan uap
maksimum yang bekerja pada tutup silinder 12,5 kg/cm2. Hitung
jumlah dan ukuran skrup yang diperlukan, diasumsi tegangan ijin
skrup 330 kg/cm2.
Penyelesaian.
Diameter efektif silinder, D1= 35 cm

Jadi luas efektif, A =  D 2  962cm2


1
4
Tekanan uap maksimum, p = 12,5 kg/cm2
Tegangan ijin skrup, ft = 330 kg/cm2
Gaya yang bekerja pada tutup silinder,
= p x A = 12,5 x 962 = 12025 kg ....(a)
Diasumsi skrup yang digunakan M24, dari tabel 1 didapat d = 24 mm
dan dC= 20,32 mm = 2,032 cm
Jadi gaya yang ditahan oleh sejumlah n baut adalah,
 2 
dc  ft  n  2,032  330  n  1065.n
2
= kg .....(b)
4 4
Dari penyamaan (a) dan (b) didapat,
1065.n = 12025  n = ≈ 12
Pitch circle diameter, DP = D1 + 3d1  misal diambil d1= d+1mm=25 mm
= 35 + 3 . 2,5 = 42,5 cm

  Dp   42,5
Circumferential pitch skrup =   11,1 cm  111mm
n 12
Circumferential pitch skrup minimum = 20 d  20 25  100 mm
1
Circumferential pitch skrup maksimum = 30 d1  30 25  150 mm
Karena Circumferential pitch skrup berada diantara 100 mm dan 150
mm, maka ukuran baut yang dipilih memenuhi syarat.

Contoh.
Sebuah cylinder head mesin uap mendapat tekanan uap 0,7 N/mm2.
Tekanan tersebut ditahan oleh 12 baut. Soft copper gasket digunakan
untuk membuat sambungan tidak bocor. Diameter efektif silinder
300 mm. Cari ukuran baut bila tegangan pada baut tidak lebih dari
100 N/mm2
Penyelesaian.
Tekanan uap, p = 0,7 N/mm2
Jumlah baut, n = 12
Diameter efektif silinder, D1= 300 mm
Tegangan pada baut, ft= 100 N/mm2
Gaya total (beban luar) yang bekerja pada silinder head yaitu pada 12
baut,
 
= D1.p  3002.0,7  49500 N
4 4
49500
Jadi beban per baut, P2 =  4125 N
12
Ukuran baut:
Gaya tarik awal akibat pengencangan, P1= 2840. d (N)
Jadi beban aksial resultan pada baut, P = P1+ k.P2
Dari tabel 2, diperoleh nilai k = 0,5
Jadi P = 2840. d + 0,5. 4125 = (2840. d + 2062,5) (N)
Gunakan hubungan, P =  dc 2 .ft
4
 2
2840.d + 2062,5 = dc .100  78,55.dc 2
4
78,55. dC2 - 2840.d = 2062,5
Dengan mengambil dC = 0,84.d, maka persamaan diatas dapat ditulis,
78,55 (0,84.d)2 – 2840.d = 2062,5
Dari penyelesaian persamaan kwadrat, didapat d = 51,9 ≈ 52 mm
(digunakan baut M52).
SAMBUNGAN BAUT DENGAN BEBAN EKSENTRIS

Beban eksentris ini bisa bekerja:


1. Sejajar dengan sumbu baut.
2. Tegak lurus dengan sumbu baut.
3. Dalam bidang yang memuat baut.
1. Beban eksentris yang bekerja sejajar dengan sumbu baut.

Kita tinjau sebuah bracket yang


memiliki alas segi empat yang
dibaut ke dinding dengan 4 baut.
Dalam kondisi seperti ini tiap
baut akan mendapat beban tarik
langsung, yaitu:
W
Wt1 = ...... (13)
n
 n = jumlah baut
.
Selanjutnya beban W cenderung untuk memutar bracket pada ujung AA.
Misalkan,
w = beban baut per satuan jarak terhadap ujung jungkit (AA).
W1 = beban pada tiap baut pada jarak L1 dari ujung jungkit.
W2 = beban pada tiap baut pada jarak L2 dari ujung jungkit.
Maka beban pada tiap baut pada jarak L1, adalah: W1 = w . L1.
Momen dari beban W1 terhadap ujung jungkit = w . L1. L1 = w . L12
Beban pada tiap baut pada jarak L2 adalah, W2 = w . L2
Momen dari beban W2 terhadap ujung jungkit = w . L2 .L2 = w . L22
Total momen dari beban tiap baut terhadap ujung jungkit (AA) adalah,
= 2.w.L12 + 2.w.L22 ...... (14)  (ada 2 baut tiap jarak L1 dan L2)
Momen akibat beban W terhadap ujung jungkit = W.L ....... (15)
Dari persamaan (14) dan (15) diperoleh:
W.L = 2.w.L12 + 2.w.L22 ......... (16)
W .L
Jadi w = ...... (17)
 L2 )
2 2
2(L 1
Dari sini bisa dikatakan bahwa, beban baut terberat adalah pada baut
dengan jarak terjauh dari ujung jungkit. Dalam hal ini baut yang berjarak
L2 yang mendapat beban terberat.
Jadi beban tarik pada tiap baut yang berjarak L2 adalah:
W. L x L 2
Wt2 = W2 = w.L2 = ...... (18)
 L2 )
2 2
2(L1
dan beban tarik total pada baut yang berbeban terberat adalah,

Wt = Wt1 + Wt2 .......... (19)

 2
Wt = dC  ft ...... (20)  dC bisa didapat
4
ft = tegangan tarik ijin bahan baut
Contoh.
Sebuah bracket seperti gambar diatas, menahan beban 3000 kg.
Tentukan ukuran baut, jika tegangan tarik ijin bahan baut 600 kg/cm2.
Jarak L1= 8 cm; L2 =25 cm dan L = 50 cm.
Penyelesaian.
Beban, W = 3000 kg
Tegangan tarik ijin bahan, ft = 600 kg/cm2
W 3000
Beban tarik langsung pada baut, Wt1 =   750 kg
n 4
W.L 3000  50
Beban tiap baut per satuan jarak, w =   109 kg
2(L1  L 2 )
2 2
2(8 2  25 2 )

Beban pada baut yang berbeban terberat,


Wt2 = w.L2 = 109 x 25 = 2725 Kg
Jadi beban tarik maksimum pada baut yang berbeban terberat
adalah, Wt = Wt1 + Wt2 = 750 + 2725 = 3475 kg
Diameter inti baut (core diameter), didapat dari hubungan berikut:
 2  2 3475 x 4
Wt = dc x ft  3475 = dc x 600  dc =  2,72 cm
4 4  x 600
Dari tabel standar, ukuran baut adalah M33.

Contoh.

Sebuah crane runway bracket seperti


gambar. Tentukan tegangan tarik dan
tekan yang terjadi pada penampang X-X
jika besarnya beban roda 1,5 ton. Juga
cari tegangan maksimum pada baut yang
digunakan mengikat bracket ke dinding.
Penyelesaian:
Beban roda, W = 1,5 ton = 1500 kg
1. Mencari titik berat penampang X-X.
 17,5 
__ 13,5 x 2,5 x 1,25  17,5 x 2,5   2,5 
 2   6,9 cm
y 13,5 x 2,5  17,5 x 2,5
Momen inersia terhadap sumbu yang melewati titik berat penampang,
 13,5 x 2,5 3  2,5 
2

I =  13,5 x 2,5  6,9 -  
 12  2  

 2,5  17,5 3 2
  17,5  2,5 20  6,9  8,75  
 12 

I = 3038,2 cm4
Jarak titik berat dari bagian atas flange, y1 = 6,9 cm
Jarak titik berat dari bagian bawah flange, y2 = 17,5 + 2,5 – 6,9 = 13,1 cm
Akibat jungkitan beban W, penampang bracket pada X-X menerima
tegangan bending. Bagian atas flange mendapat tarikan maksimum dan
pada bagian bawah mendapat beban tekan.
Jadi modulus penampang untuk tegangan tarik maksimum,

I 3038,2
Z1 =   440,6 cm3
y1 6,9
Modulus penampang untuk tegangan tekan maksimum,

I 3038,2
Z2 =   231,8 cm3
y2 13,1
Momen bending pada penampang x-x,
M = 1500 (20 + 6,9) = 40350 kg-cm
Jadi tegangan bending maksimum (tarik) pada flange,
fb1 = M  40350  91,5kg/cm2
Z1 440,6
Tegangan bending maksimum (tekan) pada flange,
fb2 = M  40350  174 kg/cm2
Z2 231,8
Beban eksentris juga memberikan tegangan tarik langsung pada bracket.
Tegangan tarik langsung,

beban 1500
ft1 =   19,4 kg/cm2
luas penampang x - x 13,5  2,5  17,5  2,5
Tegangan tarik maksimum yang terjadi pada x-x, yaitu pada flange,
ft = fb1 + ft1 = 91,5 + 19,4 = 110,9 kg/cm2
Tegangan tekan maksimum yang terjadi pada x-x, yaitu pada web,
fc = fb2 – ft1 = 174 – 19,4 = 154,6 kg/cm2
Tegangan maksimum yang terjadi pada baut.

Akibat beban eksentris, bracket cenderung


terjungkit pada ujung EE. Karena beban
yang bekerja adalah sejajar terhadap sumbu
baut, maka beban tarik langsung adalah,
W 1500
Wt1 =   375 kg
n 4
Bila,
w = beban pada tiap baut per cm jarak dari ujung EE.
L1 = jarak baut 1 dan 4 dari ujung jungkit EE = 5 cm
L2 = Jarak baut 2 dan 3 dari ujung jungkit EE = 5 + 32,5 = 37,5 cm
W.L 1500  52,5
w =   27,52kg
2(L 1  L 2 )
2 2
2(5 2  37,5 2 )

Beban terberat akan terjadi pada baut 2 dan 3, yaitu yang terjauh
jaraknya dari EE.
Jadi beban tarik maksimum yang terjadi pada tiap baut 2 dan 3 adalah,
Wt2 = w . L2 = 27,52 . 37,5 = 1031 kg
dan beban tarik total pada tiap baut 2 dan 3 adalah,
Wt = Wt1 + Wt2 = 375 + 1031 = 1406 kg

Wt =  d 2 . f  1406 = 0,84  2,52 . ft  ft = 406 kg/cm2
4
c t 4
2. Beban eksentris yang bekerja tegak lurus pada sumbu baut
Dalam kondisi seperti ini baut
mendapat beban geser langsung
yang sama pada semua baut.
Beban geser pada tiap baut adalah

W
Ws =
n
Beban eksentris W juga akan memutar bracket dalam arah jarum jam
terhadap ujung A-A. Beban tarik maksimum pada baut berbeban
terberat (Wt) bisa diperoleh dengan cara yang sama seperti pada
beban eksentris yang bekerja sejajar sumbu baut. Dalam kondisi ini
baut berbeban terberat adalah baut 3 dan 4.
Jadi beban tarik maksimum pada baut 3 dan 4,

W. L  L 2
Wt2 = Wt =
2(L 1  L 2 )
2 2

Karena baut mendapat beban geser dan tarik, maka beban ekivalen bisa
dicari dengan hubungan berikut.

1
Beban tarik ekivalen, Wte = Wt  Wt 2  4 Ws2 
2  

Beban geser ekivalen Wse = 1  Wt 2  4 Ws 2 


2  

Dengan diketahui nilai beban ekivalen, ukuran baut bisa ditentukan dari
tegangan yang diijinkan.
Contoh.
Untuk mendukung pergerakan crane di bengkel
dipasang bracket pada kolom baja (seperti
gambar).
Bracket diikat ke kolom dengan 4 baut dalam 2
baris, tiap barisnya berisi 2 baut. Tentukan
ukuran baut jika tegangan tarik ijin bahan baut
840 kg/cm2. Juga cari penampang lengan segi
empat.
Penyelesaian.
Beban maksimum W = 1200 kg
Jarak beban dari permukaan kolom, L= 40 cm
W 1200
Beban geser pada tiap baut, Ws =   300 kg
n 4
Karena beban W akan menjungkit bracket dalam arah jarum jam pada ujung
bagian bawah, maka baut akan mendapat beban tarik akibat momen. Baut
yang berbeban terberat adalah baut 3 dan 4.
Beban tarik maksimum yang terjadi pada baut 3 dan 4 adalah,

W L . L2 1200  40  37,5
Wt =   629 kg
2 (L1
2
 L2 )
2
2 (5  37,5 )
2 2

Karena baut mendapat beban geser dan juga tarik, maka:


Beban tarik ekivalen,

1 2 1 2 
Wte = Wt  Wt 2
 4. Ws   629  6292
 4.300   749 kg
2 
 
 2 

Ukuran baut,
 2  2
Wte = dc . ft  749  dc .840  dc  1,065 cm  10,65 mm
4 4
Dari tabel standar diambil ukuran baut M14
Penampang lengan bracket.
Bila, t = tebal lengan bracket ; b = lebar lengan bracket

1
Jadi modulus penampang, Z = t . b3
6
Momen bending maksimum pada bracket, M = 1200 x 40 = 48000 kg-cm

Kita tahu bahwa, ft = M atau Z  M  48000  55,5


Z ft 640

t . b3 = 6 . Z = 6 . 55,5 = 333
333
Bila diasumsi lebar b = 25 cm, maka t = 3
 0,53  0,6 cm
25
Contoh:
Sebuah bracket memiliki lengan
berpenampang I dipasang pada
kolom baja dengan 4 baut seperti
pada gambar. Beban tarik 1 ton
bekerja miring 600 terhadap vertikal.
Tentukan diameter baut dan
dimensi lengan bracket bila
perbandingan b dan t adalah 3:1.

Penyelesaian.
Beban tarik yang bekerja,
W = 1 ton = 1000 kg
Sudut kemiringan beban, θ = 600
Tegangan tarik ijin, ft = 1000 kg/cm2
Tegangan geser ijin, fs = 600 kg/cm2
Komponen horisontal,
WH = 1000. Sin 600 = 866 kg
Komponen vertikal,
WV = 1000. Cos 600 = 500 kg
Akibat komponen gaya horisontal WH, yang bekerja sejajar terhadap
sumbu baut, maka ada efek yang terjadi.
a. Beban tarik langsung yang sama besarnya untuk semua baut.
b. Momen puntir terhadap titik berat sambungan baut. Karena titik berat
(G) untuk ke empat baut berada ditengah (karena simetri), maka
momen puntir dalam arah jarum jam.
WH 866
Jadi beban tarik langsung, Wt1 =   216,5 kg
n 4
Jarak komponen horisontal terhadap titik berat baut = 50 mm = 5 cm
Jadi momen puntir akibat WH terhadap G,
MH = WH . 5 = 866 . 5 = 4330 kg-cm
Akibat komponen gaya vertikal WV yang bekerja tegak lurus terhadap
sumbu baut, ada dua efek yang ditimbulkan.
a. Beban geser langsung yang besarnya sama untuk semua baut.
b. Momen puntir terhadap ujung bracket dalam arah berlawanan arah
jarum jam.
WV 500
Beban geser langsung, Ws =   125 kg
n 4
Jarak komponen vertikal dari ujung bracket = 300 mm = 30 cm
Jadi momen puntir terhadap ujung bracket,
MV = WV .30 = 500. 30 = 15000 kg-cm
Kita lihat momen dalam arah yang berlawanan dengan arah jarum jam
lebih besar dari yang searah dengan arah jarum jam, maka:
Momen puntir bersih = 15000 – 4330 = 10670 kg-cm .......(a)
Akibat momen yang berlawanan arah jarum jam ini, bracket cenderung
terjungkit pada E.
250  175
L1 = jarak baut 1 dan 2 dari ujung E =  37,5 mm  3,75 cm
2
L2 = jarak baut 3 dan 4 dari ujung E = 37,5 + 175 = 212,5 mm = 21,25 cm
Total beban momen pada baut terhadap ujung jungkit,
= 2 (w.L1) . L1 + 2 (w.L2) . L2
Karena dua baut masing-masing jaraknya sama dengan L1 dan L2,
maka,
= 2.w.L12 + 2.w.L22 = 2.w(3,75)2 + 2.w (21,25)2 = 931,25.w kg-cm .....(b)
Dari persamaan (a) dan (b) didapat,
10670
931,25.w = 10670  w =  11,46 kg/cm
931,25

Beban baut terberat ada pada baut 3 dan 4 karena jarak terjauh.
Jadi beban tarik maksimum pada tiap baut 3 dan 4, adalah,
Wt2 = w.L2 = 11,46 . 21,25 = 243,5 kg
Beban tarik totalnya, Wt = Wt1 + Wt2 = 216,5 + 243,6 = 460 kg
Karena tiap baut 3 dan 4 mendapat beban tarik 460 kg dan geser 125 kg,
maka,
Beban tarik ekivalen Wte = 1  Wt  Wt 2  4 Ws 2   472 kg
2  

Diameter baut, Wte =  dc 2 .ft  dc  472  4  0,77 cm  7,7 mm


4 .1000

Dari tabel standar, kita ambil baut dengan core diameter 8,16 mm atau
d = 10 mm.
Dimensi lengan bracket.
Luas penampang bagian I dari lengan, A = 3bt = 3 .3t . t = 9 t2
Momen inersia penampang I dari lengan terhadap sumbu yang
melewati G, adalah:

b(2t  b) 3 (b  t)b 3 3t(2t  3t) 3 (3t  t)(3t) 2 321 4


I=     t
12 12 12 12 12

I 321. t 4
Modulus penampang I, Z =   10,7. t 3 cm3
b 12(t  1,5 t)
t
2
Akibat komponen gaya horisontal WH , ada dua tegangan yang terjadi
pada lengan, yaitu:
a. Tegangan tarik langsung, ft1 = WH  866 kg/cm2
A 9. t 2
b. Tegangan bending yang menyebabkan tarik pada bagian bawah
flange dan menyebabkan tekan pada bagian atas flange.
Momen bending dari WH terhadap G,
MH = WH . 5 = 866. 5 = 4330 kg-cm
MH 4330
Jadi tegangan bending, ft2 =  3
kg/cm2
Z 10,7. t
Akibat komponen gaya vertikal WV, terjadi dua tegangan pada lengan.
WV 500
a. Tegangan geser langsung, WS =  2 kg/cm
2
A 9. t
b. Tegangan bending yang menyebabkan tarik pada bagian atas
flange dan menyebabkan tekan pada bagian bawah flange.

Jadi momen bending akibat WV, MV = WV . 30 = 500. 30 =15000 kg-cm

Tegangan bending, ft3 = MV  15000 kg/cm2


3
Z 10,7. t
Kita tinjau bagian atas flange, maka tegangan tarik bersih pada lengan
866 4330 15000 96,2 997
bracket, = ft1 – ft2 + ft3 =    
9t 2 10,7t 3 10,7t 3 t2 t3
Karena tegangan geser pada bagian atas adalah nol, maka persamaan
diatas sama dengan tegangan tarik ijin yaitu 1000 kg/cm2.

96,2 997
2
 3
 1000  t  1,05 atau 1,1 cm dan b  3.t  3.1,1  3,3 cm
t t

3. Beban eksentris pada bracket dengan circular base.


Bila, R = radius column flange.
r = radius pitch circle baut.
w = beban tiap baut per satuan
jarak dari ujung jungkit.
L = jarak beban dari ujung
jungkit.
L1 .. L4 = jarak sumbu baut dari ujung
jungkit A.
Dengan menyamakan momen luar (W.L) dengan jumlah momen yang
ditahan oleh semua baut, maka: W.L = w (L12 + L22 + L32 + L42)
W. L
w= ......... (a)
L1  L 2  L 3  L 4
2 2 2 2
Dari geometri pada gambar diatas,
L1 = R - r cos α
L2 = R + r sin α
L3 = R + r cos α
L4 = R – r sin α
Dengan memasukkan nilai L1 --- L4 kedalam persamaan (a) diperoleh,
W. L
w=
4 R2  2 r2
W L. L1 WL(R  r cos )
Jadi beban pada baut 1, = w.L1= 
4 R2  2 r2 4 R2  2 r2

Beban ini akan maksimum jika cos α adalah minimum, yaitu ketika
cos α = -1 atau α = 1800.
WL(R  r )
Jadi beban maksimum pada baut =
4R  2r
2 2

Secara umum, jika ada n baut, maka beban pada satu baut,

2.W.L(R  r cos )
=
n (2 R 2  r 2 )
2.W.L (R  r)
dan beban maksimum pada satu baut, Wt =
n (2 R 2  r 2 )

Hubungan diatas digunakan jika jarak antar baut tidak sama.


Tetapi jika jarak antar baut sama, maka,

  180  
 R  r cos  
Wt =
2. W.L
  n 
n  2R 2  r 2 
 
 
Dengan diketauinya nilai beban maksimum, kita dapat menentukan
ukuran baut.
Contoh.
Tentukan ukuran baut pondasi untuk pillar crane dengan beban 5 ton,
dengan data-data sebagai berikut:
Jarak beban dari pusat pillar flange = 6 m
Diameter pillar flange, D = 1,8 m
Diameter bolt circle, d = 1,6 m
Jumlah baut = 8 (jarak antar baut tidak sama)
Tegangan tarik ijin baut = 700 kg/cm2
Penyelesaian.
Beban yang disangga, W = 5 ton = 5000 kg
Jarak beban dari pusat pillar,e = 6 m = 600 cm
Diameter pillar flange, D = 1,8 m
Radius pillar flange, R = 0,9 m = 90 cm
Jarak beban dari ujung jungkit AA,
L = e – R = 600 – 90 = 510 cm.
Diameter bolt circle,
d = 1,6 m ; r = 0,8 m = 80 mm
Jumlah baut, n = 8
Tegangan tarik ijin, ft = 700 kg/cm2
Beban maksimum pada satu baut,

2.W.L (R  r)
Wt =
n (2R 2  r 2 )

2  5000  510(90  80)


Wt =  4701,3 kg
8(2  90  80 )
2 2

 2  2
Wt = dc . ft  4701,3 = dc .700
4 4

4  4701,3
dc =  2,924 cm  29,24 mm
.700
Contoh.
Sebuah flange bearing diikat ke
frame dengan 4 baut dengan
jarak antar baut sama pada bolt
circle 500 mm.

Diameter bearing flange 650 mm dan beban 400 KN yang bekerja


pada jarak 250 mm dari frame. Tentukan ukuran baut bila tegangan
tarik ijin bahan baut 60 N/mm2
Penyelesaian.
Jumlah baut, n = 4
Diameter pitch circle baut, d = 500 mm; r = 250 mm
Diameter bearing flange, D = 650 mm; R = 325 mm
Beban pada flange, W = 400 kN = 400.103 N
Jarak beban dari frame, L = 250 mm
Tegangan tarik ijin bahan baut, ft = 60 N/mm2
Untuk jarak antar baut yang sama, beban maksimum baut adalah,

  180     180  
R  r cos   325  250 cos 
2.W.L   n   2  400  103  250   4 
Wt =      91500 N
n  2R  r
2 2
 4  2  325  250
2 2

   
   

Ukuran baut.

 2  2
Wt = dc . ft  91500 = dc . 60  dc = 44,06 mm
4 4
Dari standar yang ada dipilih baut M56.
Contoh.
Sebuah pillar crane memiliki circular
base berdiameter 60 cm yang
ditempatkan ke pondasi dengan 4
baut. Baut berdiameter 30 mm
ditempatkan dengan jarak antara
baut sama pada circle diameter baut
50 cm.

Tentukan
a. Jarak beban dari pusat pillar sepanajng garis xx (lihat gambar).
Beban yang diangkat 6000 kg dan tegangan tarik ijin bahan baut
600 kg/cm2.
b. Tegangan maksimum yang terjadi pada baut jika beban
diaplikasikan sepanjang garis yy pada pondasi pada jarak yang
sama seperti pada (a)
Penyelesaian.
Diameter circular base, D = 60 cm ; R = 30 cm
Jumlah baut, n = 4
Ukuran baut = 30 mm
Stress area, A = 5,61 cm2 (dari tabel berkaitan dengan M30)
Bolt circle diameter, d = 50 cm; r = 25 cm
Beban yang diangkat, W = 6000 kg
Tegangan tarik ijin bahan baut, ft = 600 kg/cm2.
Beban maksimum pada tiap baut,
= stress area x ft = 5,61 x 600 = 3366 kg
W 6000
Beban tarik langsung pada tiap baut =   1500 kg
n 4
Jadi beban total pada tiap baut = 3366 + 1500 = 4866 kg .......(a)

Dari geometri gambar diatas,


L1= R - r cos 450 = 30 – 25 x 1 = 12,3 cm
2

L2= R + r cos 450 = 30 + 25 x 1 = 47,7 cm


2
Beban total pada tiap baut = w.L2 ...... (b)
Dari persamaan (a) dan (b),diperoleh,
4866
w.L2 = 4866  w =  102 kg
47,7
Momen yang ditahan oleh semua baut,
= 2.w (L12 +L22) = 2.102(12,32 + 47,72) = 495000 kg-cm

a. Jarak beban dari pusat pilar.


Bila L = jarak beban dari pusat pilar (cm)
Momen putar akibat beban W terhadap ujung jungkit,
= W (L-30) = 6000 (L-30)
Samakan momen putar dengan momen yang ditahan oleh semua baut.
6000 (L – 30) = 495000

L – 30 = 495000  82,5 cm
6000

L = 82,5 +30 = 112,5 cm


b.Tegangan maksimum pada baut
Karena beban diaplikasikan pada garis y-y dan pada jarak yang sama
yaitu 82,5 cm dari ujung jungkit BB, maka,
Momen putar = W x 82,5 = 6000 x 82,5 = 495000 kg-cm
Momen penahan oleh semua baut terhadap BB,
= w (L12 + 2 L22 + L32 ) = w (52 + 2. 302 + 552) = 4850.w (kg-cm)
Samakan momen putar dengan momen penahan baut,
495000 = 4850.w  w = 102 kg
Karena baut pada jarak L3 yang berbeban terberat, maka beban yang
dipikul oleh baut ini adalah = w.L3 = 102 x 55 = 5610 kg
Gaya netto yang terjadi pada baut = 5610 – 1500 = 4110 kg
Jadi tegangan maksimum yang terjadi pada baut,
gaya 4110
=   732,6 kg/cm2
stress area 5,61
4. Beban eksentris yang bekerja pada bidang.

Jika beban eksentris bekerja pada bidang


seperti gambar disamping, maka prosedur
pada beban eksentris untuk sambungan
keling bisa dipakai.

Contoh.
Sebuah bracket mendapat beban 13,5 kN
melalui pusat lubang. Flange segi empat
dibaut ke dinding dengan 4 baut. Hitung
diameter D dan d untuk lengan bracket jika
tegangan tarik ijin 110 N/mm2 dan tegangan
geser ijin 65 N/mm2.
Perkirakan juga beban tarik tiap baut dan
gaya geser maksimum baut.
Penyelesaian.
Diameter D untuk lengan bracket.
Momen bending,
M = 13500 (300 – 25) = 3712,5 . 103 N - mm
Momen puntir, T = 13500 x 250 = 3375.103 N - mm
Momen puntir ekivalen,

Te = M2  T2

= 3712,5  10 
3 2
 (3375  103 )2  5017.103 N - mm

Te =  fs . D 3
16

5017.103 = 65. D3
16

D= 16  5017.103
3  73,24  75 mm
.65
Diameter d untuk lengan bracket.
Bagian lengan bracket yang berdiameter d hanya mendapat beban
momen bending.
Momen bending,

M = 13500  250 
75 
  2868,8.10
3

 2 

M M  3 2868,8.103
ft = Z  d 
Z ft 32 110

d = 64,3 atau 65 mm

Beban tarik pada tiap baut.


Akibat beban W, bracket cenderung terjungkit pada ujung EE.
Total momen beban pada baut terhadap ujung jungkit,
= 2 (w.L1) L1 + 2 (w.L2) L2 = 2 w (L12 + L22)
= 2.w (37,52 + 237,52) = 115600.w (N-mm)
Momen putar beban terhadap ujung jungkit,
= W . L = 13500 x 300 = 4050.103 N-mm.
115600.w = 4050.103  w = 35,04 N/mm.
Jadi beban tarik pada tiap baut = w . L2 = 35,04 x 237,5 = 8322 N.

Gaya geser maksimum pada tiap baut.


Beban geser pada tiap baut yang bekerja vertikal kebawah,

W 13500
Ws1 =   3375 N
n 4

Karena semua baut berada pada jarak yang sama dari titik berat G,
maka beban geser kedua pada tiap baut sama.
Jarak tiap baut dari titik berat G adalah,

ℓ1 = ℓ2 = ℓ3 = ℓ4 = 1002  1002  100 . 2 mm


Jadi beban geser kedua pada tiap baut,

W.e .  1
WS2 
1   2   3   4
2 2 2 2

13500  250  100. 2



4 (100. 2 ) 2

WS2 = 5960 N
Karena beban geser kedua bekerja tegak lurus terhadap garis yang
menghubungkan titik berat G dengan sumbu baut, maka resultan gaya
geser pertama dan kedua pada tiap baut, merupakan gaya geser
maksimum pada tiap baut.
Dari geometri pada gambar diperoleh,
θ1 = θ4 = 1350
θ2 = θ3 = 450
Gaya geser maksimum pada baut 1 dan 4,

 WS 1  WS 2  2 WS 1  WS 2 cos 1350
2 2

 33752  5960 2  2  3375  5960  0,7071  5335 N

dan gaya geser maksimum pada baut 2 dan 3,

 WS1  WS2  2 WS1  WS2 cos 450


2 2

 33752  59602  2  3375  5960  0,7071  8680 N


TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai