Anda di halaman 1dari 31

TRAUMA ABDOMEN

Ns. Aditya N.A M.Kep


Anatomi Abdomen
Hypocondriaca Dextra
• lobus kanan hepar, kantung
empedu, sebagian duodenum fleksura
hepatik kolon, sebagian ginjal kanan
dan kelenjar suprarenal kanan. Hypocondriaca Sinistra
• gaster, lien, bagian kaudal
pankreas, fleksura lienalis kolon,
Epigastrica bagian proksimal ginjal kiri dan
kelenjar suprarenal kiri.
• lobus kanan hepar, kantung
empedu, sebagian duodenum fleksura
hepatik kolon, sebagian ginjal kanan dan
kelenjar suprarenal kanan.
Lateralis Dextra
• kolon ascenden, bagian distal ginjal
kanan, sebagian duodenum dan jejenum
Umbilicalis
• Omentum, mesenterium,
bagian bawah duodenum,
jejenum dan ileum.
Lateralis Sinistra
• kolon ascenden, bagian distal
ginjal kiri, sebagian jejenum dan ileum.
Inguinalis dextra Inguinalis sinistra
• sekum, apendiks, bagian distal • kolon sigmoid, ureter kiri dan
ileum dan ureter kanan. ovarium kiri

Pubica
• kolon ascenden, bagian distal
ginjal kiri, sebagian jejenum dan ileum.
Trauma
• Mekanisme yang disengaja ataupun tidak
disengaja sehingga menyebabkan luka atau cedera pada bagian tubuh
• Cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera (Sjamsuhidajat,
1997)
• Penderita trauma berat mengalami gangguan faal yang penting, seperti
kegagalan fungsi membran sel, gangguan integritas endotel, kelainan sistem
imunologi, dan dapat pula terjadi koagulasi intravaskular menyeluruh

• Trauma abdomen adalah luka pada struktur yang berlokasi diantara diafragma dan
pelvis yang mana terjadi ketika abdomen berbenturan dengan benda tumpul atau
benda tajam yang dapat mengganggu faal tubuh
Mekanisme Trauma Abdomen

• Trauma Tumpul (Blunt) : tenaga kompresi (hantaman), tenaga deselerasi


dan akselerasi

• Trauma Tajam (Penetrating) : Trauma Tembak, Trauma Tusuk


Blunt Trauma
• Tidak menimbulkan kelainan yang jelas pada permukaan tubuh, tetapi
dapat mengakibatkan cedera berupa kerusakan daerah organ sekitar, patah
tulang iga, cedera perlambatan (deselerasi), cedera kompresi, peningkatan
mendadak tekanan darah, pecahnya viskus berongga, kontusi atau laserasi
jaringan maupun organ dibawahnya.
Trauma Tumpul
• Blunt trauma to abdomen without breaking
the skin
• MOIs:
• Steering wheel
• Bicycle handlebars
• Motorcycle collisions
• Falls

• Compression Organ yang sering cedera adalah:


 Limpa:40-55%
• Poorly placed lap belt
 Retroperitoneal: 15%
• Deceleration  Hati :35-45%
 Organ berongga
• Fast-moving vehicle strikes an immoveable object.
Manifestasi Klinis
• Signs and symptoms
 Pain : Diffuse, may be referred to another body location (such as the
Kehr sign)
 Blood in peritoneal cavity
 Guarding: stiffening of abdominal muscles
 Abdominal distention: result of free fluid, blood, or organ contents spilling into peritoneal
cavity
 Abdominal bruising and discoloration
Penetrating Trauma
• suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh dengan
penetrasi ke dalam rongga peritoneum yang disebabkan oleh tusukan
benda tajam
• Trauma akibat benda tajam ( Stab wound, Gunshot Wound)

 DO NOT REMOVE OBJECT


OR EXERT ANY FORCE
UPON IT!
 Perdarahan hebat dpt
menyebabkan syok
 Periksa denyut distal di tempat
luka tusuk
 Imobilisasi objeknya
Luka tusuk dan luka tembak kecepatan rendah / tinggi

hati (40%)
usus halus (30%)
Luka tusuk diafragma (20%)
usus besar (15%)

usus halus (50%),


usus besar (40%),
Luka tembak hati (30%),
vaskuler (35%)
Penetrating Trauma
• Evisceration: keluarnya organ dalam ke peritonium.
• Can be painful and visually shocking
• Do not push down on abdomen.
• Only perform visual assessment.
• Never pull on clothing stuck to or in the wound channel.

 Luka yg terlihat tidak mencerminkan tingkat keparahan cedera

 Kemungkinan perdarahan signifikan

 Kemungkinan terkena usus

 Pasien mungkin syok


Evisceration
• Signs and symptoms
Pain
Tachycardia
 Heart increases pumping action to compensate for blood loss
Later signs include:
• Evidence of shock
• Changes in mental status
• Distended abdomen
Manajemen Evisceration Injuries

 Gunakan balutan steril utk menempatkan organ yg


keluar di dekat luka (TIDAK ke dlm luka)
 Tutup organ & luka sepenuhnya dgn balutan
lembab & steril
 JANGAN buat TEKANAN KE LUKA atau ORGAN
YG KELUAR
 Ikatan yg longgar disekitar luka

 Persiapkan utk pembedahan


Komplikasi

• Perforasi
Disebabkan oleh zat kimia atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas,
misalnya lambung, maka terjadi perangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma
dan timbul gejala peritonitis hebat.Bila perforasi terjadi di bagian bawah seperti
kolon, mula-mula timbul gejala karena mikroorganisme membutuhkan waktu untuk
berkembang biak. Baru setelah 24 jam timbulgejala-gejala akut abdomen karena
perangsangan peritoneum.
Mengingat kolon tempat bakteri dan hasil akhirnya adalah faeses, maka jika kolon
terlukadan mengalami perforasi perlu segera dilakukan pembedahan. Jika tidak
segera dilakukanpembedahan, peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri dan
faeses. Hal ini dapatmenimbulkan peritonitis yang berakibat lebih berat.
• Perdarahan
Setiap trauma abdomen (trauma tumpul, trauma tajam, dan tembak) dapat menimbulkan
perdarahan. Yang paling banyak terkena robekan pada trauma adalah alat-alat parenkim,
mesenterium, dan ligamenta; sedangkan alat-alat traktus digestivus pada trauma tumpul
biasanya terhindar.
Diagnostik perdarahan pada trauma tumpul lebih sulitdibandingkan dengan trauma tajam,
lebih-lebih pada taraf permulaan. Penting sekali untuk menentukan secepatnya, apakah ada
perdarahan dan tindakan segera harus dilakukanuntuk menghentikan perdarahan tersebut.
Sebagai contoh adalah trauma tumpul yang menimbulkan perdarahan dari limpa.Dalam taraf
pertama darah akan berkumpul dalam sakus lienalis, sehingga tanda-tanda umum
perangsangan peritoneal belum ada sama sekali.
DIAGNOSTIK KHUSUS

 Trauma tumpul
DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage)
USG
CT scan

 Trauma penetrans
Anterior → eksplorasi luka
Posterior → foto ronsen + kontras.
MODALITAS DIAGNOSTIK

I. FAST
II. DIAGNOSTIC PERITONEAL LAVAGE (DPL)
III. ABDOMINAL CT - SCAN
IV. LAPAROSCOPY
INDIKASI OPERASI

A. Indikasi berdasarkan evaluasi abdomen

1. Trauma tumpul abdomen dengan DPL +


2. Trauma tumpul abdomen dengan hipotensi berulang setelah
resusitasi cairan
3. Peritonitis difusa
4. Hipotensi dengan luka tembus
5. Perdarahan dari gaster, anus, tr.urinarius akibat luka tembus
6. Luka tembak melalui rongga peritonium atau retroperitonium
7. Eviscerasi
A.Indikasi berdasarkan pemeriksaan ronsen

1. Udara bebas, udara retroperitoneal atau ruptur diafragma


akibat trauma tumpul
2. CT scan + kontras memperlihatkan perforasi organ
berongga akibat trauma tumpul dan penetrans
PATIENT ASSESSMENT OF ABDOMINAL
INJURIES

• Patient assessment steps


Scene size-up
Primary assessment
History taking
Secondary assessment
Reassessment
SCENE SIZE-UP

• Scene Safety
Standard precautions of gloves and eye protection should be a
minimum
Be sure scene is safe for you
PRIMARY ASSESSMENT (1 OF 2)

• Form a general impression. Evaluate patient’s ABCs.


• Lihat umur, jenis kelamin berat badan • Airway and breathing
• Lihat kondisi pasien secara visual • Ensure airway is clear and
• Posisi badan pasien patent.
• Lihat luka mayor dan perdarahan • Clear airway of vomitus (note
the nature)
• Cek kesadaran menggunakan AVPU
PRIMARY ASSESSMENT (2 OF 2)

• Circulation
Superficial abdominal injuries usually do not produce significant
external bleeding.
Internal bleeding can be profound specially trauma to liver, kidneys
and spleen.

• Transport decision
Abdominal injuries generally indicate a quick transport to the hospital.
HISTORY TAKING

• Investigate chief complaint, focus on MOI

• SAMPLE history
If patient is not responsive, obtain history from family or friends.
Ask if there is nausea, vomiting, diarrhea and appearance of any bowel
and urinary output.
Physical examinations SECONDARY ASSESSMENT
Inspect for bleeding.
Evaluate the bowel sounds.
Hypoactive = cannot hear sounds
Hyperactive = lots of gurgling and gas moving about
Use DCAP-BTLS
Perform full-body scan to identify injuries, beginning
with head
• Vital signs
Many abdominal emergencies can cause a rapid pulse
and low blood pressure.
• Repeat the primary assessment and reassess vital signs.
• Interventions
Manage airway and REASSESSMENT
breathing problems.
Provide spinal stabilization, treatment for shock
Cover wounds

• Communication and documentation


Communicate all relevant information to staff at receiving hospital.
THANK YOU FOR WATCHING!
• Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai