Pubica
• kolon ascenden, bagian distal
ginjal kiri, sebagian jejenum dan ileum.
Trauma
• Mekanisme yang disengaja ataupun tidak
disengaja sehingga menyebabkan luka atau cedera pada bagian tubuh
• Cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera (Sjamsuhidajat,
1997)
• Penderita trauma berat mengalami gangguan faal yang penting, seperti
kegagalan fungsi membran sel, gangguan integritas endotel, kelainan sistem
imunologi, dan dapat pula terjadi koagulasi intravaskular menyeluruh
• Trauma abdomen adalah luka pada struktur yang berlokasi diantara diafragma dan
pelvis yang mana terjadi ketika abdomen berbenturan dengan benda tumpul atau
benda tajam yang dapat mengganggu faal tubuh
Mekanisme Trauma Abdomen
hati (40%)
usus halus (30%)
Luka tusuk diafragma (20%)
usus besar (15%)
• Perforasi
Disebabkan oleh zat kimia atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas,
misalnya lambung, maka terjadi perangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma
dan timbul gejala peritonitis hebat.Bila perforasi terjadi di bagian bawah seperti
kolon, mula-mula timbul gejala karena mikroorganisme membutuhkan waktu untuk
berkembang biak. Baru setelah 24 jam timbulgejala-gejala akut abdomen karena
perangsangan peritoneum.
Mengingat kolon tempat bakteri dan hasil akhirnya adalah faeses, maka jika kolon
terlukadan mengalami perforasi perlu segera dilakukan pembedahan. Jika tidak
segera dilakukanpembedahan, peritonium akan terkontaminasi oleh bakteri dan
faeses. Hal ini dapatmenimbulkan peritonitis yang berakibat lebih berat.
• Perdarahan
Setiap trauma abdomen (trauma tumpul, trauma tajam, dan tembak) dapat menimbulkan
perdarahan. Yang paling banyak terkena robekan pada trauma adalah alat-alat parenkim,
mesenterium, dan ligamenta; sedangkan alat-alat traktus digestivus pada trauma tumpul
biasanya terhindar.
Diagnostik perdarahan pada trauma tumpul lebih sulitdibandingkan dengan trauma tajam,
lebih-lebih pada taraf permulaan. Penting sekali untuk menentukan secepatnya, apakah ada
perdarahan dan tindakan segera harus dilakukanuntuk menghentikan perdarahan tersebut.
Sebagai contoh adalah trauma tumpul yang menimbulkan perdarahan dari limpa.Dalam taraf
pertama darah akan berkumpul dalam sakus lienalis, sehingga tanda-tanda umum
perangsangan peritoneal belum ada sama sekali.
DIAGNOSTIK KHUSUS
Trauma tumpul
DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage)
USG
CT scan
Trauma penetrans
Anterior → eksplorasi luka
Posterior → foto ronsen + kontras.
MODALITAS DIAGNOSTIK
I. FAST
II. DIAGNOSTIC PERITONEAL LAVAGE (DPL)
III. ABDOMINAL CT - SCAN
IV. LAPAROSCOPY
INDIKASI OPERASI
• Scene Safety
Standard precautions of gloves and eye protection should be a
minimum
Be sure scene is safe for you
PRIMARY ASSESSMENT (1 OF 2)
• Circulation
Superficial abdominal injuries usually do not produce significant
external bleeding.
Internal bleeding can be profound specially trauma to liver, kidneys
and spleen.
• Transport decision
Abdominal injuries generally indicate a quick transport to the hospital.
HISTORY TAKING
• SAMPLE history
If patient is not responsive, obtain history from family or friends.
Ask if there is nausea, vomiting, diarrhea and appearance of any bowel
and urinary output.
Physical examinations SECONDARY ASSESSMENT
Inspect for bleeding.
Evaluate the bowel sounds.
Hypoactive = cannot hear sounds
Hyperactive = lots of gurgling and gas moving about
Use DCAP-BTLS
Perform full-body scan to identify injuries, beginning
with head
• Vital signs
Many abdominal emergencies can cause a rapid pulse
and low blood pressure.
• Repeat the primary assessment and reassess vital signs.
• Interventions
Manage airway and REASSESSMENT
breathing problems.
Provide spinal stabilization, treatment for shock
Cover wounds