Anda di halaman 1dari 46

SEORANG PEREMPUAN BERUSIA

55 TAHUN DATANG DENGAN


KELUHAN UTAMA SESAK YANG
SEMAKIN MEMBERAT SEJAK ± 1
HARI SMRS

Oleh:
Eksaka Fajarnata
71.2014.016
PENDAHULUAN
Kor pulmonal
Suatu Keadaan Timbulnya
Hipertrofi Dan Dilatasi Ventrikel
Kanan Hipertensi Pulmonal Oleh
Penyakit Yang Menyerang Struktur,
Fungsi Paru  Gagal Jantung Kanan.

Insidens Kor Pulmonal 6%


Sampai 7% Dari Seluruh Penyakit
Jantung.

Asma Bronkial, Tuberkulosis


Paru, Bronkitis Kronik, Emfisema,
Penyakit Interstisial Paru, Bronkiektasis.
LAPORAN KASUS
Identifikasi

• Nama : Ny. CI
• Jenis kelamin : Perempuan
• Usia : 55 tahun
• Alamat : Lorong Pratu Musa No 18,
Seberang Ulu II,Palembang,
Sumsel
• Pekerjaan : Ibu rumah tangga
• Agama : Islam
• No rekam medik : 53.48.96
• MRS : 19 Mei 2017
• Sesak nafas yang semakin memberat
KELUHAN
sejak 1 hari SMRS
UTAMA:

• Batuk kering, berkeringat malam


hari, berat badan menurun, badan
KELUHAN lesu dan lemas, pusing berputar saat
TAMBAHAN: berubah posisi.
Riwayat Perjalanan Penyakit
• Batuk tidak berdahak & berdarah
• Demam, berkeringat menjelang malam hari
• Nafsu makan menurun, berat badan menurun, & badan lemas.
• Os berobat tanpa pemeriksaan dahak & dinyatakan sakit paru-
paru,
• Os diberikan obat suntikan & tablet telah dikonsumsi 23 hari.
• Batuk belum berkurang setelah terapi.
Riwayat Perjalanan Penyakit
2 bulan SMRS • Batuk tidak berdahak & berdarah
• Demam, berkeringat menjelang malam hari
• Nafsu makan menurun, berat badan menurun, & badan lemas.
• Os berobat tanpa pemeriksaan dahak & dinyatakan sakit paru-
paru,
• Os diberikan obat suntikan & tablet telah dikonsumsi 23 hari.
• Batuk belum berkurang setelah terapi.

1 minggu • Sesak napas timbul secara tiba-tiba, mudah lelah saat beraktivitas
ringan, menyangkal tidur dengan bantal berlapis & terbangun
SMRS malam  sesak napas
• Os mengaku belum berobat kemanapun, hanya diurut-urut saja jika
sesak napas.
• Os menyangkal kaki & tangan membengkak.

1 hari • Sesak napas memberat, badan sangat lemas, nafsu makan menurun,
SMRS kepala pusing berputar-putar saat berubah posisi.
• Riwayat vertigo (+)
Riwayat • Riwayat penyakit paru (+) 8 tahun lalu &
Penyakit mengkonsumsi OAT 9 bulan dan sudah sembuh
• Riwayat penyakit hipertensi, kencing manis,
Dahulu jantung (-)

• Riwayat penyakit jantung, kencing manis,


Riwayat hipertensi (-)
Penyakit • Riwayat penyakit paru (+) anaknya yg tinggal
serumah dan sudah sembuh.
Keluarga

• Pekerjaan : Ibu rumah tangga


Riwayat • Perumahan : rumah sendiri
Sosial • Keuangan
menengah
: cukup, golongan ekonomi

Ekonomi
Kebiasaan
• Merokok, Obat- Obatan, Jamu, Minuman Alkohol : Disangkal
• Kopi, Teh, Olahraga : Jarang

Gizi Sebelum Sakit


• Penderita makan 3 x/hari, tiap makan dapat menghabiskan 1 porsi
makanan, secara tidak tentu
• Nafsu makan saat sakit menurun dari sebelum sakit , komposisi
makanan berupa nasi, tahu/tempe, sayuran, dan ikan dan ayam.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
• Keadaan sakit : tampak sakit sedang
• Kesadaran : compos mentis
• Tekanan Darah : 120/80 mmHg
• Nadi : 84 kali per menit, irreguler, isi
dan tegangan cukup
• Pernafasan : 24 kali per menit,
thoracoabdominal
• Suhu : 36,9oC
• Berat Badan : 30 kg
• Tinggi Badan : 145 cm
• IMT : 30 kg/(1,45m)2 = 30/2,1025 =
14,26 (underweight)
Keadaan spesifik
• Sawo matang , Efloresensi (-), Pigmentasi (-), Ikterus (-), Jaringan parut(-), Pucat (-)
Kulit

• KGB submandibular, leher, axilla, & inguinal (-) pembesaran, nyeri tekan (-).
KGB

• Normocephali, bulat, simetris, deformitas (-), nyeri tekan (-), rambut tidak mudah
dicabut, warna hitam sebagian putih.
Kepala • Exopthalmus , endopthalmus, edema palpebra, konjungtiva anemis, konjungtiva
hiperemis, sklera ikterik (-/-), pupil isokor, refleks cahaya normal, gerakan bola mata ke
segala arah dan simetris, lapangan penglihatan baik.
• Bagian luar tidak ada kelainan, deviasi septum (-), penyumbatan & perdarahan,
pernapasan cuping (-).
• Liang telinga normal, pendengaran baik, nyeri tekan tragus (-).
• Lidah kotor tidak ada, gusi berdarah tidak ada, stomatitis tidak ada, tonsil T1/T1, faring
hiperemis (-), bau pernapasan khas (-).

leher • Pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening (-), trakea normal,
JVP 5+2cmH2O, kaku kuduk (-).
thorax
Paru-
• Inspeksi : bentuk dada pigeon chest, venektasi (+), tampak pulsasi
paru pada ICS V linea parasternal sinistra, spider nevi (-), scar (-)
depan • Dinamis : asimetris pergerakan paru kanan tertinggal, retraksi (-/-).
• Statis : asimetris paru kanan tertinggal
• Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-), stem fremitus kanan dan kiri
sama, teraba pulsasi pada ICS V linea parasternal sinistra.
• Perkusi : sonor pada paru kanan dan kiri, batas paru hepar ICS VI,
peranjakan paru hepar ICS VII, nyeri ketuk (-)
• Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, rhonki basah kasar (+/+) pada
semua lapang paru, wheezing (-/-).

Paru- • Inspeksi : Scar (-), deformitas (-), retraksi (-)


paru • Dinamis : simetris pergerakan paru kanan dan kiri, retraksi
belakang • (-/-).
• Statis : simetris paru kanan dan kiri
• Palpasi : nyeri tekan (-), krepitasi (-), stem fremitus kanan dan kiri sama.
• Perkusi : sonor pada paru kanan dan kiri.
• Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, rhonki basah kasar (+/+) pada
semua lapang paru, wheezing (-/-).
Jantung
Inspeksi :iktus kordis terlihat di ICS VI linea axiilaris anterior,
terlihat pulsasi ICS V linea parasternal sinsistra
Palpasi : ictus kordis teraba pada ICS VI linea axillaris
anterior, thrill (-), teraba pulsasi ICS V linea
parasternal sinsistra
Perkusi :Atas : ICS II linea parasternalis dekstra et sinistra
Kanan : ICS V linea parasternalis sinistra
Kiri : ICS VI linea axilaris anterior
Auskultasi :HR 84 kali/menit irreguler, bunyi jantung I dan II (+)
normal, bunyi jantung tambahan spliting S1 (+)
terdengar jelas pada katup trikuspid, murmur (-),
gallop (-).
• Inspeksi : cekung, venektasi vena (-), caput medusa (-),
ikterik (-)
• Palpasi : lemas, nyeri tekan epigastrium (-), ballotement (-
), hepar dan lien tidak teraba
Abdomen • Perkusi:timpani (+), shifting dullness (-), undulasi (-)
• Auskultasi : BU (+) 5x/menit

• Superior : gerakan bebas, edema (-)/(-)


• Inferior: gerakan terbatas, pitting edema (-)/(-)
Ekstremitas
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,7 g/dl P : 12 – 14 g/dl Normal
Leukosit 7.800 /ul 5.000 – 10.000 /ul Normal
Trombosit 259.000 /ul 150.000 – 400.000 /ul Normal
Hematokrit 37 % P : 37 – 43 % Normal
Hitung jenis
- Basofil 0,8 % 0–1%
- Eosinofil 0,5 % 1–3%
- Batang 0,0 % 2–6%
- Segmen 60,2 % 50 – 70 %
- Limfosit 29,8 % 20 – 40 %
- Monosit 8,7 % 2–8%
KIMIA KLINIK
Uric Acid 10.0 P : 2,4 -5,7 mg/dl Meningkat
SGOT 32 u/l 0-35 u/l Normal
Deskripsi :
• Interval PR : Normal
• Irama sinus irreguler
• Komplek QRS : normal
• Interval R-R irreguler : • Interval QRS : normal
• Laju : normal, HR = 80 • Segmen ST : normal
x/menit • Gelombang T : T inverted di V4
• Axis jantung : kekiri dan V5
• Gelombang P : lead II, V1 = p Interpretasi :
pulmonal hipertrofi atrium kanan dan
iskemik miokard antero lateral
Rontgen thorax AP
Intepretasi :
- Cor membesar
- Infiltrat lapang kanan atas
- Diafragma kanan dan kiri licin
- Sinus kostofrenikus kanan dan
kiri lancip
- Tulng-tulang intak
- Soft tissue baik
Kesan :
Cardiomegali
KP aktif
• Kor Pulmonal Ec Sindrom Obstruksi
Diagnosis Pasca Tuberculosis + Susp. TB Kasus
Kambuh+ Hiperuresemia + BPPV
Banding • Kor Pulmonal Ec PPOK + Susp. TB
Kasus Kambuh+ Hiperuresemia + BPPV

Diagnosis • Kor Pulmonal Ec Sindrom Obstruksi


Pasca Tuberculosis + Susp. TB Kasus
Kerja Kambuh+ Hiperuresemia + BPPV
Pemeriksaan Anjuran
• Pemeriksaan sputum BTA
• Echocardiography
• Kultur sputum untuk uji
kepekaan terhadap OAT
• Pemeriksaan gene expert
Penatalaksanaan
Non • Istirahat
farmakologis • Diet TKTP

• Oksigen 2 l/m
• IVFD RL gtt XX x/menit
• Omeprazole 1 x 40 mg inj
• Aspilet 1 x 80 mg PO
Farmakologis • Allupurinol 1 x 100 mg PO
• Bethahistine 3 x 6 mg PO
• Neurodex 1x1 tab PO
• OAT ditunda sebelum pemeriksaan BTA

• a. quo ad vitam : dubia ad bonam


Prognosis • b. quo ad functionam : dubia ad malam
• c. quo ad sanationam : dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
Kor Pulmonal
• keadaan patologis dengan ditemukannya
hipertrofi ventrikel kanan yang disebabkan
Definisi oleh kelainan fungsional dan struktur paru
atau hipertensi pulmonal.

• Penyakit vaskular paru.


• Penekanan pada arteri pulmonal oleh tumor
mediastinum, aneurisma, granuloma atau
fibrosis.
Etiologi • Penyakit neuro muskular dan dinding dada.
• Penyakit yang mengenai aliran udara paru,
alveoli, termasuk Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK),

• insidensi sekitar 6-7 % dari seluruh kasus


epidemiologi penyakit jantung di Amerika Serikat
PATOGENESIS
HIPOKSIA ALVEOLAR

HIPOKSIA VASOKONTRIKSI
PULMONAL

RESISTENSI VASKULAR
PARU

HIPERTENSI PULMONAL

AFTERLOAD VENTRIKEL
KANAN
AFTERLOAD
VENTRIKEL KANAN

HIPERTROFI VENTRIKEL
KANAN

GAGAL JANTUNG KANAN

COR PULMONAL
• Sesak Nafas
• Batuk Lama Berdahak
• Hiperventilasi
• Mengi
Gambaran • Nafsu Makan Berkurang
• Berat Badan Berkurang
klinis • Cepat Lelah
Diagnosis
Anamnesis • keluhan (sesak, batuk, cepat lelah, nafsu makan berkurang,
berat badan berkurang, gelisah, somnolen),
• fx predisposisi (Infeksi Saluran Nafas Berulang, lingkungan
Asap Rokok, Polusi Udara.)

• tampak kurus, Barrel-Shaped-Chest, Penggunaan otot bantu


Pemeriksaan nafas, terlihat denyut vena jugularis di leher,
fisik
• Stem Fremitus berkurang atau tidak ada, Perkusi dada
hipersonor
• Suara napas vesikuler normal/melemah, ronki (+), wheezing
(+) Ekspirasi memanjang

Pemeriksaan
penunjang • Pemeriksaan laboratorium (Darah Lengkap, Analisis gas
darah)
• Pemeriksaan pencitraan (Foto Toraks, Ekokardiografi,
Elektrokardiogram)
FOTO TORAKS
• Dilatasi a. pulmonalis utama & cabang-
cabangnya, meruncing ke perifer.
• Diameter a.pulmonal desenden kanan lebih
lebar dari 16 mm & a. pulmonal kiri lebih lebar
dari 18 mm.
EKOKARDIOGRAFI
• (CT) scan, MRI, maupun ekokardiografi dua
dimensi dapat digunakan untuk menilai
dimensi ruang ventrikel kanan yang
membesar, tapi struktur dan dimensi ventrikel
kiri normal
ELEKTROKARDIOGRAM
• Deviasi sumbu ke kanan. Sumbu gel p + 90/ lebih.
• Rasio amplitude R/S di V1 > sadapan 1
• Rasio amplitude R/S di V6 < sadapan 1
• Pola p pulmonal di sadapan 2,3, dan aVF
• Pola S1 Q3 T3 dan RBBB komplet / inkomplet
• Gel. T terbalik, mendatar, / bifasik pada sadapan
prekordial.
• Gel. QRS dengan voltase lebih rendah terutama pada
PPOK
• kelainan irama jantung = supraventrikuler takikardi.
PENATALAKSANAAN
Penanganan bertujuan
• menurunkan hipertensi pulmonal
• mengobati gagal jantung kanan
• meningkatkan kelangsungan hidup
• mengobati penyakit dasar dan komplikasinya

• Tirah Baring dan Pembatasan Garam


• Terapi Oksigen
• Diuretika
• Vasodilator
• Digitalis
• Antikoagulan
Komplikasi dari cor
pulmonale adalah bisa terjadi
syncope, hypoxia dan kematian

Prognosis Pasien kor


pulmonal masih dapat hidup
antara 5 sampai 17 tahun
setelah serangan pertama
kegagalan jantung kanan,
asalkan mendapat
pengobatan yang baik.
Tuberculosis paru
Infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa dan ditandai oleh
pembentukan granuloma pada jaringan yang
terinfeksi.

Penularan melalui pasien TBC paru BTA (+). Pada


waktu batuk / bersinkuman ke udara dalam bentuk
droplet.

Diagnosis klinis : batuk terus menerus dan


berdahak selama 3 minggu atau lebih. Gejala
tambahan : batuk darah, sesak nafas, rasa nyeri dada,
badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan
turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat
malam walaupun tanpa kegiatan dan demam/meriang
lebih dari sebulan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan pertama pada keadaan umum pasien mungkin ditemukan :
1. konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia
2. suhu demam (subfebris),
3. badan kurus atau berat badan menurun.
4. Pada TB paru lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan
atrofi dan retraksi otot-otot interkostal.
5. Bila TB mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura sehingga paru
yang sakit akan terlihat tertinggal dalam pernapasan,
6. perkusi memberikan suara pekak,
7. auskultasi memberikan suara yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali.
8. kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin
yang positif.6
Tipe Penderita Tuberkulosis
• Kasus baru
• Kasus kambuh
• Pindahan
• Lalai
• Gagal
• Kronis
Pengobatan Tuberkulosis Paru
Kategori pengobatan Paduan pengobatan TB alternatif
TB Pasien TB Fase awal Fase lanjutan
(setiap hari / 3 x
seminggu)
I Kasus baru TB paru dahak 2 EHRZ (SHRZ) 6 HE
positif; kasus baru TB paru 2 EHRZ (SHRZ) 4 HR
dahak negatif dengan kelainan 2 EHRZ (SHRZ) 4 H3 R3
luas di paru; kasus baru TB
ekstra-pulmonal berat

II Kambuh, dahak positif; 2 SHRZE / 1 HRZE 5 H3R3E3


pengobatan gagal; pengobatan 2 SHRZE / 1 HRZE 5 HRE
setelah terputus

III Kasus baru TB paru dahak 2 HRZ atau 2H3R3Z3 6 HE


negatif (selain dari kategori I); 2 HRZ atau 2H3R3Z3
kasus baru TB ekstra-pulmonal 2 HRZ atau 2H3R3Z3 2 HR/4H
yang tidak berat
2 H3R3/4H
IV Kasus kronis (dahak masih TIDAK DIPERGUNAKAN
positif setelah menjalankan (merujuk ke penuntun WHO guna
pengobatan ulang) pemakaian obat lini kedua yang diawasi
pada pusat-pusat spesialis)
ANALISIS KASUS
Ny. CI , 55 tahun MRS 13 mei 2017,
dengan keluhan sesak napas dirasakan
memberat, timbul secara tiba-tiba, badan
sangat lemas, nafsu makan menurun, kepala
pusing berputar-putar bila berubah posisi.

Dyspnea : salah satu gejala dari


kelainan dalam tubuh, bisa dari paru,
jantung, hati maupun ginjal. Badan sangat
lemas, nafsu makan menurun dapat saling
berhubungan atau  kelainan organ-organ
tersebut. Sedangkan pusing berputar
dipengaruhi posisi dapat dipikirkan adanya
vertigo.
• RPP 2 bulan SMRS, sering batuk, demam, berkeringat
menjelang malam, nafsu makan, berat badan menurun, &
badan lemas. os berobat, dinyatakan sakit paru-paru tanpa
pemeriksaan penunjang, diberikan obat paru-paru suntikan &
tablet telah dikonsumsi selama 23 hari.
• RPP 1 minggu SMRS, sesak napas timbul secara tiba-tiba,
mudah lelah, saat beraktivitas ringan.
• RPD : vertigo (+), TBC (+) 8 tahun yang lalu dan
mengkonsumsi OAT 9 bulan dan dinyatakan sembuh.
• RPK : TBC (+), anaknya yang tinggal serumah dan sudah
dinyatakan sembuh.
• Riwayat SosEk : cukup, golongan ekonomi menengah.
• Gizi Sebelum Sakit : makan 3x/hari, tiap makan dapat
menghabiskan 1 porsi makanan, secara tidak tentu. Nafsu
makan saat sakit menurun dari sebelum sakit , komposisi
makanan berupa nasi, tahu/tempe, sayuran, dan ikan dan ayam
• Dari gejala yang ada dapat dipikirkan bahwa pasien menderita
tuberculosis paru kasus kambuh, namun disini dokter puskesmas
tidak seharusnya langsung memberikan terapi OAT sebelum
pasien terbukti menderita TBC paru.
• Selain itu keluhan sesak dipengeruhi aktivitas juga dapat
diakibatkan karena adanya gangguan dari jantung (kor pulmonal)
yang biasanya terjadi akibat penyakit paru seperti asma bronkial,
tuberkulosis paru, bronkitis kronik, emfisema dan sebagainya. Hal
ini terjadi karena kerusakan jaringan paru yang menyebabkan
peningkatan resistensi vaskuler paru dan hipertensi pulmonal.
Pemeriksaan fisik
• leher : JVP 5+2 cmH2O,
• thorax (paru): bentuk dada pigeon chest, venektasi (+), tampak
pulsasi pada ICS V linea parasternal sinistra, Dinamis & Statis :
asimetris pergerakan paru kanan tertinggal, teraba pulsasi pada ICS V
linea parasternal sinistra, sonor pada paru kanan dan kiri, rhonki basah
kasar (+/+).
• Jantung : iktus kordis terlihat dan teraba di ICS VI linea axiilaris
anterior, pulsasi ICS V linea parasternal sinsistra, thrill (-), batas
jantung atas : ICS II linea parasternalis dekstra et sinistra, Kanan : ICS
V linea parasternalis sinistra, Kiri : ICS VI linea axilaris anterior,
bunyi jantung I-II normal irreguler, bunyi jantung tambahan spliting
S1 (+) pada katup trikuspid.
• Abdomen : cekung.
• Dari pemeriksaan fisik dapat dilihat adanya kardiomegali, serta
adanya obstruksi vaskularisasi pulmonal sehingga dapat ditegakkan
diagnosis kor pulmonal.
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan laboratorium : terdapat peningkatan kada
ureum dalam darah.
• EKG : hipertrofi atrium kanan dan iskemik miokard antero
lateral
• Rongent thoraks : Cardiomegali, KP aktif.
Pada hasil pemeriksaan penunjang dapat
mempertegas penegakkan diagnosis kor
pulmonal e.c sindrom obstruksi pasca
tuberculosis paru + susp.TBC paru kasus
kambuh+ hiperurisemia + BPPV
Penatalaksanaan
• Non farmakologis: Istirahat, Diet TKTP.
• Farmakologis: Oksigen 2 l/m, IVFD RL gtt XX x/menit,
Omeprazole 1 x 40 mg inj, Aspilet 1 x 80 mg PO, Allupurinol 1 x
100 mg PO, Bethahistine 3 x 6 mg PO, Neurodex 1x1 tab PO, OAT
ditunda sebelum pemeriksaan BTA.
Penatalaksanaan yang diberikan berguna
untuk mengurangi keluhan sesak pada pasien,
memperbaiki keadaan gizi, mengurangi
keluhan dari pusing berputar, serta berguna
untuk mencegah terjadinya tromboemboli
akibat disfungsi dan pembesaran ventrikel
kanan dan adanya faktor imobilisasi pada
pasien.
PENUTUP
KESIMPULAN
• Cor Pulmonal adalah keadaan patologis
dengan ditemukannya hipertrofi ventrikel
kanan yang disebabkan oleh kelainan
fungsional dan struktur paru.
• Penyebab yang paling sering adalah PPOK
• Tatalaksana kor pulmonal, seperti pemberian
oksigen, tirah baring dan pembatasan garam,
diuretik, dan digitalis.

Anda mungkin juga menyukai