Anda di halaman 1dari 30

KELAINAN REFRAKSI

Oleh :
Muhammad Syakirby
70 2016 067

Pembimbing : dr. Ratna Juwita, Sp. M


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
BAB II
Tinjauan Pustaka
Anatomi Media Refraksi
 Kornea : jaringan transparan, yang mempunyai 5
lapisan  epitel, bowman, stroma, membran
descemet, endotel.

 Aqueous Humour: diproduksi oleh badan siliaris,


mengisi kamera okuli anterior sebanyak 250 μL serta
camera oculi posterior sebanyak 60 μL.

 Lensa: bikonveks, avaskular, tak berwarna,


transparan, dan memiliki kekuatan refraksi 15-10 D.

 Vitreous: jernih, dan avaskular yang membentuk dua


pertiga volume dan berat mata.
Fisiologi Penglihatan
Kelainan Refraksi

 Kelainan refraksi
atau ametropia
merupakan
keadaan dimana
bayangan tegas
tidak dibentuk
pada retina tetapi
di bagian depan
atau belakang
bintik kuning dan
tidak terletak pada
satu titik yang
tajam.
Kelainan Refraksi/Ametropia

 Ametropia aksial adalah ametropia yang terjadi akibat


sumbu optik bola mata lebih panjang atau lebih
pendek  bayangan benda difokuskan di depan/di
belakang retina.

 Ametropia indeks refraktif adalah ametropia akibat


kelainan indeks refraksi media penglihatan. Sehingga
walaupun panjang sumbu mata normal, sinar terfokus
di depan (miopia) atau di belakang retina
(hipermetropia).
Presbiopia
Presbiopia  hilangnya daya akomodasi mata yang terjadi
bersamaan dengan proses penuaan

 Usia >40 tahun

 Membaca dengan menjauhkan kertas yang


dibaca karena tulisan tampak kabur pada jarak
baca yang biasa

 Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat


dekat, terutama di malam hari

 Memerlukan sinar yang lebih terang untuk


membaca
Miopia
Miopia  suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan
pembiasan sinar yang berlebihan sehingga sinar yang datang
dibiaskan di depan retina (bintik kuning).
Gejala Klinis Miopia

 Melihat lebih jelas bila dekat bahkan terlalu dekat,


sedangkan melihat jauh kabur (rabun jauh),

 Kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk


mencegah aberasi sferis atau mendapatkan efek
pinhole (lubang kecil),

 Kadang-kadang terlihat bakat untuk menjadi juling.


Hipermetropia

 Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hiperopia


atau rabun dekat. Hipermetropia merupakan keadaan
gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar
sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik
fokusnya terletak di belakang makula lutea.
 Berdasarkan penyebabnya :

Hipermetropia sumbu atau aksial, merupakan kelainan


refraksi akibat bola mata pendek atau sumbu
anteroposterior yang pendek.

Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea


atau lensa kurang sehingga bayangan difokuskan di
belakang retina.

Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat


indeks bias yang kurang pada sistem optik mata.
Gejala Klinis Hipermetropia

 Pada pasien yang banyak membaca atau


mempergunakan matanya, terutama pada usia yang
lanjut, akan memberikan keluhan  kelelahan setelah
membaca. Keluhan tersebut berupa sakit kepala,
mata terasa pedas dan tertekan.

 Keluhan mata yang harus berakomodasi terus untuk


dapat melihat jelas adalah mata lelah, sakit kepala,
dan penglihatan kabur bila melihat dekat
Astigmatisme

 Astigmatisme adalah suatu keadaan dimana sinar


yang sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang
sama pada seluruh bidang pembiasan sehingga fokus
pada retina tidak pada satu titik.
 Bentuk Astigmastisme:

Astigmatisme regular  suatu keadaan refraksi dimana


terdapat dua kekuatan pembiasan yang saling tegak lurus
pada sistem pembiasan mata.

Astigmatisme iregular  astigmatisme yang terjadi tidak


mempunyai 2 meridian saling tegak lurus.
Astigmatisme lazim (astigmat with the rule)  suatu
keadaan kelainan refraksi astigmatisme regular dimana
koreksi dengan silinder negatif dengan sumbu horizontal
(45-90 derajat).

Astigmatisme tidak lazim (astigmat against the rule)


 suatu keadaan kelainan refraksi astigmatisme regular
dimana koreksi dengan silinder negatif dilakukan dengan
sumbu tegak lurus (60-120 derajat) atau dengan silinder
positif sumbu horizontal (30-150 derajat).
 Astigmatisma oblik, yakni jika dua meridian utamanya
tidak terletak pada 90 atau 180, namun terletak
lebih mendekati 45 dan 135

 Astigmatisma bioblik, yakni jika dua meridian utama


tidak terletak pada sudut yang sama satu sama lain,
misalnya salah satu pada 30 dan satunya lagi 100.
Gejala Klinis Astigmatisme
Anisometropia

 Gangguan penglihatan akibat adanya perbedaan


kekuatan refraksi lensa sferis atau silinder antara mata
kanan dan mata kiri (sebesar 1,00 D).

 Anisometropia  merupakan penyebab utama


ambliopia karena mata tidak dapat berakomodasi
secara independen dan mata yang lebih hiperopia
terus kabur
Cara Pemeriksaan Kelainan
Refraksi
Pemeriksaan tambahan pada
kelainan refraksi
 Uji aniseikonia

Pemeriksaan tajam penglihatan yang biasa dilakukan


pada pasien yang mengeluh penglihatan terganggu
meskipun sudah dikoreksi

 Uji ambliopia

- Crowding fenomena

- Worth four dots test  adanya penglihatan binokuler,


adanya fusi, abnormalitas retina, supresi satu mata/
strabismus
Penatalaksanaan Kelainan
Refraksi

 Kacamata,

 Lensa kontak,

 Bedah refraksi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
 Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas
tidak dibentuk pada retina tetapi di bagian depan atau
belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik
yang tajam.

 Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk, presbiopia, miopia


(rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), astigmatisme
(silinder) dan anisometropia.

 Cara pemeriksaan kelainan refraksi yaitu dengan


pemeriksaan ketajaman penglihatan (visus) dan
pemeriksaan kelainan refraksi dengan menggunakan
pinhole atau refraksionometer. Pemeriksaan tambahan; uji
aniseikonia dan ambliopia.

 Tatalaksana kelainan refraksi  pengkoreksian tajam


penglihatan. Untuk memperbaiki tajam penglihatan agar
dapat membiaskan sinar terfokus pada bintik kuning 
kacamata, lensa kontak atau dengan bedah refraksi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai