(201602043 ) Desy Puspita S. ( 201602056 ) Fiqih Aryo D. ( 201602058 ) Hanifa Ratna S. ( 201602060 )
Mariza ulfa ( 201602064 )
Regita Cahya N ( 201602068 ) Rusmiati ( 201602074 ) Agung Kurniawan ( 201502040 ) Gempa bumi adalah getaran yang dirasakan di permukaan bumi yang di sebabkan oleh gelombang seismic dari sumber gempa di dalam lapisan kulit bumi.
Gempa bumi adalah getaran bumi atau getaran kulit
bumi secara tiba-tiba,bersumber pada lapisan kulit bumi (litosfer) bagian dalam, dirambatkan oleh kulit bumi ke permukaan bumi Gempa vulkanisme karena adanya letusan gunung berapi. Gempa runtuhan terjadi karena guguran atau runtuhan tanah atau runtuhnya bagian atas litosfer karena sebelah dalam berongga. Gempa Tektonik di sebabkan oleh gerak lempeng tektonik dan merupakan akibat dari gerak orogenetik. Ledakan Nuklir Gempa ini terjadi di sebabkan oleh peledakan nuklir. Jalur Gempa Bumi di Indonesia
Jenis gempa yang banyak terjadi di Indonesia adalah
gempa vulkanik, alasannya di indonesia yaitu banyak gunung berapi yang masih aktif(deretan gunung aktif). Indonesia secara geologis merupakan pertemuan dari beberapa lempeng kulit bumi, yaitu : Lempeng Benua Eurasia (Eropa dan Asia) Lempeng Samudra Hindia Lempeng Benua Australia Lempeng Samudra Pasifik Contoh Gempa Bumi Yang Pernah Terjadi Di Indonesia
Gempa bumi Sumatera tahun 1797 berkekuatan 8,4 SR
Gempa bumi Bengkulu tahun 2007 berkekuatan 7,9 SR Gempa bumi Jawa tahun 2006 berkekuatan 7,7 SR Gempa bumi di Sumatera tahun 2009 berkekuatan 7,6 Gempa bumi di Papua tahun 2009 berkekuatan 7,6 SR Tanda – Tanda Gempa Bumi
1. Adanya awan berbentuk seperti angin tornado atau
seperti pohon / batang berbentuk lurus / memanjang vertikal 2. Terjadinya gangguan gelombangelektromagnetis. 3. Hewan yg bertingkah laku aneh, lari, menghilang. 4. Perhatikan juga apakah air tanah tiba - tiba menjadi surut tidak seperti biasanya. 1.Jika berada di dalam bangunan Usahakan tetap tenang dan tidak panik, gunakan pintu dan tangga darurat untuk keluar dan jangan menggunakan lift atau elevator.
2. Jika berada di luar bangunan
Carilah tanah lapang, jangan berlindung di bawah pohon atau di tempat dekat tiang/gardu listrik dan getaran gempa kuat, ambillah posisi duduk daripada berdiri 3. Jika sedang mengemudikan kendaraan Hentikan perjalanan dan segera menepi, jangan memberhentikan kendaraan di atas jembatan, jalan layang, atau persimpangan jalan, dan jangan segera melanjutkan perjalanan sebelum dipastikan tidak terjadi gempa susulan selang beberapa lama. Gempa bumi terjadi pada saat batuan di kerak bumi mengalami tekanan yang sangat hebat oleh pergerakan lempeng-lempeng yang menjadi landasan benua. Sebagian besar terjadi ketika dua lempengan di kerak bumi saling bergesekan. Proses terjadinya gempa bumi : lempeng samudera yang rapat massa lebih besar ketika bertumbukan dengan lempeng benua di area tumbukan (subduksi) akan bergerak menyusup ke bawah. Ketika batas elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses tersebut mengakibatkan getaran partikel ke segala arah yang disebut sebagai gelombang gempa bumi (seismic waves). Nah, di sekitar daerah tumbukan lempeng-lempeng itulah gempa bumi bisa terjadi. Gejala gangguan fisik : Gangguan kognitif :
•Pusing •gangguan pikiran seperti
•Gangguan pencernaan disorientasi •Sesak napas •Mengingkari kenyataan •Tidak bisa tidur •Linglung •Kehilangan selera makan •Melamun berkepanjangan •Impotensi, dan sejenisnya. •Lupa •Terus menerus dibayangi ingatan yang tak diinginkan •Tidak fokus dan tidak konsentrasi •Tidak mampu menganalisa dan merencanakan hal-hal yang sederhana •Tidak mampu mengambil keputusan. 1. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai) 2. Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, RS dan ambulans. 3. 3. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar 4. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut) 5. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat 6. Pendidikan kesehatan diarahkan kepada : melatih penanganan pertama korban bencana. mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda) mengenali instruksi ancaman bahaya; Keadaan Psikososial Korban Bencana Pengalaman hidup yang dialami seseorang sepanjang hidupnya juga merupakan salah satu penyebab terjadinya PTSD A. Gejala utama PTSD Gejala utama PTSD terbagi menjadi tiga, yaitu: 1. Re-experience phenomena Munculnya kembali perasaan tertekan atau terancam baik dalam imajinasi, pikiran ataupun persepsi. Munculnya mimpi-mimpi yang menakutkan. Adanya reaksi psikologis yang merupakan simbol/ terkait dengan peristiwa trauma. Adanya reaksi fisik yang merupakan simbol/ terkait dengan peristiwa trauma. 2. Avoidance or numbing reaction Menghindari pikiran, perasaan atau pembicaraan yang berkaitan dengan peristiwa traumatic. Menghindari kegiatan, tempat atau orang-orang yang terkait dengan trauma. Ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma. Berkurangnya minat atau partisipasi dalam kegiatan yang terkait. Kekakuan perasaan atau ketidakmampuan mengekspresikan perasaan seperti kasih sayang. Kehilangan harapan seperti tidak memiliki minat terhadap karir, perkawinan, keluarga atau kehidupan jangka panjang. 3. Symptoms of increased arousal: peningkatan gejala distress. Adapun kriterianya adalah : Seseorang biasanya mengalami atau dihadapkan pada ancaman yang serius termasuk bencana, kematian, kecelakan luar biasa, ancaman fisik terhadap diri maupun orang lain. Individu mengalami kondisi ketakutan, tidak berdaya dan selalui dihantui oleh peristiwa tersebut. Pada kasus anak sering terjadi perilaku yang disorganized atau agitasi. Jika kedua kriteria tersebut muncul maka dapat dilakukan pengelompokan gejala kedalam tiga gejala utama tadi. B. Fase-fase PTSD Fase-fase keadaan mental pasca bencana: 1. Fase kritis Fase dimana terjadi gangguan stres pasca akut (dini/cepat) yangmana terjadi selama kira-kira kurang dari sebulan setelah menghadap bencana. 2. Fase setelah kritis Fase dimana telah terjadi penerimaan akan keadaan yang dialami dan penstabilan kejiwaan, umumnya terjadi setelah 1 bulan hingga tahunan setelah bencana, pada fase ini telah tertanam suatu mindset yang menjadi suatu phobia/trauma akan suatu bencana tersebut (PTSD) sehingga bila bencana tersebut terulang lagi, orang akan memasuki fase ini dengan cepat dibandingkan pengalaman terdahulunya 3. Fase stressor Fase dimana terjadi perubahan kepribadian yang berkepanjangan (dapat berlangsung seumur hidup) akibat dari suatu bencana dimana terdapat dogma “semua telah berubah” Farmakologi Terapi anti depresan: Obat yang biasa digunakan adalah benzodiazepin, litium, camcolit dan zat pemblok beta– seperti propranolol, klonidin, dan karbamazepin. Dosis contoh, estazolam 0,5-1 mg per os, Oksanazepam10-30mg per os, Diazepam (valium) 5-10 mg per os, Klonaz-epam 0,25-0,5 mg per os, atau Lorazepam 1-2 mg per os atau IM. Antiansietas: alprazolam digunakan untuk mengatasi depresi dan panik pada pasien PTSD, buspirone dapat meningkatkan serotonin Non- farmakologi Psikoterapi yang dapat digunakan dan efektif untuk penanganan PTSD yaitu dengan Anxiety Management diamana terapis akan mengajarkan beberapa keterampilan untuk membantu mengatasi gejala PTSD dengan lebih baik melalui: Relaxation training Breathing retraining Positive thinking dan self-talk Assertiveness training Thought stopping, Cognitive therapy Exposure therapy Terapi bermain (play therapy) Gangguan stress pascatraumatik ternyata dapat mengakibatkan sejumlah gangguan fisik, kognitif,emosi,behavior (perilaku),dan sosial. Gejala gangguan fisik : Pusing Gangguan pencernaan Sesak napas Tidak bisa tidur Kehilangan selera makan Impotensi, dan sejenisnya. Gangguan kognitif : Gangguan pikiran seperti disorientasi Mengingkari kenyataan Linglung Melamun berkepanjangan Lupa Terus menerus dibayangi ingatan yang tak diinginkan Tidak fokus dan tidak konsentrasi Tidak mampu menganalisa dan merencanakan hal-hal yang sederhana Tidak mampu mengambil keputusan. A. Pengkajian Pengkajian untuk klien dengan PTSD meliputi empat aspek yang akan bereaksi terhadap stress akibat pengalaman traumatis, yaitu : 1. Pengkajian Perilaku ( Behavioral Assessment ) Yang dikaji adalah : Dalam keadaan yang bagaimana klien mengalami perilaku agresif yang berlebihan. Dalam keadan yang seperti apa klien mengalami kembali trauma yang dirasakan. 3. Bagaimana cara klien untuk menghindari situasi atau aktifitas yang akan mengingatkan klien terhadap trauma. Seberapa sering klien terlibat aktivitas sosial. Apakah klien mengalami kesulitan dalam masalah pekerjaan semenjak kejadian traumatis. 2. Pengkajian Afektif ( Affective Assessment ) Berapa lama waktu dalam satu hari klien merasakan ketegangan dan perasaan ingin cepat marah. Apakah klien pernah mengalami perasaan panik. Apakah klien pernah mengalami perasaan bersalah yang berkaitan dengan trauma. Tipe aktivitas yang disukai untuk dilakukan. Apa saja sumber - sumber kesenangan dalam hidup klien. Bagaima hubungan yang secara emosional terasa akrab dengan orang lain. 3. Pengkajian Intelektual ( Intellectual Assessment ) Kesulitan dalam hal konsentrasi. Kesulitan dalam hal memori. Berapa frekuensi dalam satu hari tentang pikiran yang berulang yang berkaitan dengan trauma. Apakah klien bisa mengontrol pikiran – pikiran berulang tersebut Mimpi buruk yang dialami klien. Apa yang disukai klien terhadap dirinya dan apa yang tidak disukai klien terhadap dirinya. 1. Sindrom pasca trauma berhubungan dengan respon maladaptif berulang terhadap peristiwa traumatik yang penuh tekanan. 2. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan aktifitas sebelumnya. 3. Ketakutan berhubungan dengan perubahan fisik. 4. Ansietas berhubungan dengan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.. 5. Koping defensif berhubungan dengan harapan diri yang tidak realistik. 6. Disfungsi proses keluarga berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua pada usia dini. 1. Sindrom pasca trauma berhubungan dengan respon maladaptif berulang terhadap peristiwa traumatik yang penuh tekanan. NIC : Konseling : penggunaan proses bantuan interaktif yang memfokuskan pada kebutuhan, masalah, atau perasaan pasien dengan orang yang berarti bagi pasien untuk meningkatkan atau mendukung koping, pnyelesaian masalah dan hubungan interpersonal. Aktivitas keperawatan: BHSP Tunjukkan empati, kehangatan dan kesejatian Gunakan teknik refleksi dan klarifikasi untuk memfasilitasi pengungkapan perasaan. Hindari membuat keputusan pada saat pasien berada dalam keadaan stress. 2. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan aktifitas sebelumnya. NIC I: Eksplorasi pencapaian keberhasilan sebelumnya. Dukung kekuatan- kekuatan diri yang dapat diidentifikasi oleh pasien. Sampaikan kepercayaan diri terhadap kemampuan pasien untuk menangani keadaan. NIC II : Fasilitasi Tanggung Jawab Diri Dorong pengungkapan perasaan, persepsi, dan ketakutan tentang rasa tanggung jawab Dorong kemandirian, tetapi bantu pasein jika tidak dapat melakukan. 3. Ketakutan berhubungan dengan perubahan fisik. NIC 1 : Pengurangan ansietas Sering berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang dapat menurunkan/ mengurangi takut Tetap bersama pasien selama dalam situasi baru Gendong atau ayun-ayun anak Sering berikan penguatan verbal/ non verbal yang dapat membantu menurunkan ketakutan pasien NIC 2 : Peningkatan koping Gunakan pendekatan yang tenang, meyakinkan Bantu pasien dalam membangun pemikiran yang objektif terhadap suatu peristiwa Tidak membuat keputusan pada saat pasien berada dalam stress berat Dukung untuk menyatakan perasaan, persepsi, dan ketakutan secara verbal Kurangi stimulasi dalam lingkungan yang dapat disalah interpretasikan sebagai ancaman 4. Ansietas berhubungan dengan perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. NIC : Penurunan kecemasan Tenangkan klien Berusaha memahami keadan klien Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkn rasa takut Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri dengan cara yang tepat Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan. Gunakan pendekatan dan sentuhan, verbalissi untuk meyakinkan pasien tidak sendiri dan mengajukan pertanyaaan. Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi. 5. Koping defensif berhubungan dengan harapan diri yang tidak realistik. NIC : Pencapaian Kesadaran Diri Bantu pasien untuk mengidentifikasi dampak penyakit terhadap konsep diri Ungkapkan secara verbal mengenai pengingkaran pasien terhadap kenyataanb dengan tepat. Bantu pasien untuk mendidentifikasi prioritas kehidupan Bantu pasien untuk mengidentifikasi aspek positif pada dirinya 6. Disfungsi proses keluarga berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua pada usia dini. NIC : Dukungan Keluarga Tingkatkan harapan yang realistis Dengarkan keluhan, perasaan , dan pertanyaan keluarga Fasilitasi pengkomunikasian keluhan/persaan antra pasien dan keluarga atau antar anggota keluarga Berikan perawatan kepada pasien selain keluarga untuk mengurangi beban mereka dan/ atau saat keluarga tidak mampu untuk memberikan perawatan