Anda di halaman 1dari 57

PROSEDUR PELAKSANAAN

OUTBREAK RESPON IMMUNIZATION (ORI)


DIFTERI TAHUN 2017 & 2018

Pedoman Pencegahan Dan


Pengendalian Difteri
Edisi I/2017
Difteri
Manusia adalah satu-satunya reservoir Corynebacterium
diptheriae.
Penularan terjadi secara droplet (percikan ludah) dari
batuk, bersin, muntah, melalui alat makan, atau kontak
langsung dari lesi di kulit.
Tanda dan gejala berupa infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA) bagian atas, adanya nyeri tenggorok, nyeri
menelan, demam tidak tinggi (kurang dari 38,5º C), dan
ditemui adanya pseudomembrane putih/keabu-
abuan/kehitaman di tonsil, faring, atau laring yang tak
mudah lepas, serta berdarah apabila diangkat.
Sebanyak 94 % kasus Difteri mengenai tonsil dan faring.
Difteri
Apabila tidak diobati dan penderita tidak
mempunyai kekebalan, angka kematian adalah
sekitar 50 %, sedangkan dengan terapi angka
kematiannya sekitar 10%,
(CDC Manual for the Surveilans of Vaccine Preventable Diseases, 2017).

Angka kematian Difteri ratarata 5 – 10% pada anak


usia kurang 5 tahun dan 20% pada dewasa (diatas
40 tahun)
(CDC Atlanta, 2016).
Siapa yang Berisiko Tertular ?
Kontak erat penderita dan karier meliputi :
• Anggota keluarga serumah
• Teman, kerabat, pengasuh yang secara teratur
mengunjungi rumah
• Kontak cium / seksual
• Teman di sekolah, teman les, teman mengaji,
teman sekerja
• Petugas kesehatan di lapangan dan di RS
LANGKAH-LANGKAH PENANGGULANGAN DIFTERI
1) Setiap suspek Difteri dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE) dan
mencari kasus tambahan dan kontak.
2) Dilakukan rujukan segera kasus Difteri ke Rumah Sakit untuk
mendapatkan pengobatan dan perawatan.
3) Pemberian profilaksis pada kontak dan karier.
4) Melaksanakan Outbreak Response Immunization (ORI) sesegera mungkin
di lokasi yang terjadi KLB Difteri dengan sasaran sesuai dengan kajian
epidemiologi sebanyak tiga putaran dengan interval waktu 0-1-6 bulan
tanpa memandang status imunisasi.
5) Meningkatkan dan mempertahankan cakupan imunisasi rutin Difteri
(baik imunisasi dasar maupun lanjutan) agar mencapai minimal 95%.
6) Edukasi mengenai difteri, berupa penegakkan diagnosis, tatalaksana, dan
pencegahan kepada tenaga kesehatan dan pemerintah daerah, serta
bekerjasama dengan media masa untuk melakukan edukasi pada
masyarakat mengenai difteri.
7) Edukasi kepada masyarakat untuk segera ke pelayanan kesehatan bila
ada tanda dan gejala nyeri tenggorok, serta menggunakan masker
termasuk di tempat umum bila mengalami tanda dan gejala infeksi
saluran pernafasan.
ANALISA DATA IMUNISASI PADA KLB (1)
• Validasi data cakupan imunisasi yang dilaporkan untuk membuktikan
bahwa data cakupan imunisasi yang dilaporkan sudah valid.
• Melihat “valid doses” dari waktu pemberian imunisasi. Untuk
mengetahui bahwa jadwal pemberian imunisasi yang diberikan telah
sesuai dengan prosedur.
• Melihat kualitas dan manajemen cold chain. Kualitas cold chain yang
jelek dan manajemen cold chain yang tidak baik, sangat berpengaruh
pada potensi vaksin tersebut
• Kegiatan imunisasi dalam KLB Difteri antara lain :
1. Penguatan imunisasi dasar dan lanjutan untuk mencegah KLB difteri:
a. Cakupan imunisasi dasar (DPT3), pada bayi harus mencapai
minimal 95%
b. Cakupan imunisasi lanjutan usia 18 bulan dan anak sekolah dasar
minimal harus mencapai 95%
ANALISA DATA IMUNISASI PADA KLB(2)
2. Melakukan Outbreak Response Immunisation (ORI) tanpa
menunggu hasil laboratorium suspek difteri (kasus indeks),
dengan sasaran sesuai dengan kajian epidemiologi tanpa
memandang status imunisasi sebelumnya. Luas wilayah ORI
adalah minimal tingkat kecamatan dan dilaksanakan 3 putaran
dengan jarak pemberian antara putaran pertama dan kedua 1
bulan, dan antara putaran kedua dan ketiga adalah 6 bulan.
Vaksin yang digunakan adalah:
a. anak usia 1 - < 5 tahun menggunakan vaksin DPT-HB-Hib,
b. anak usia 5 - <7 tahun menggunakan vaksin DT
c. anak usia ≥ 7 tahun menggunakan vaksin Td Cakupan ORI
minimal 90% pada lokasi yang telah ditetapkan
ANALISA DATA IMUNISASI PADA KLB (3)

3. Jika pertimbangan epidemiologi mengharuskan, maka seluruh populasi orang


dewasa harus disertakan dalam imunisasi massal.
4. Melakukan Rapid Convenience Assessment (RCA) pada wilayah yang ada
kegiatan imunisasi untuk mengetahui validitas cakupan dan tanggapan
masyarakat yang masih menolak imunisasi.
5. Memantau kualitas dan manajemen rantai vaksin. Potensi vaksin sangat besar
kontribusinya terhadap kualitas pelayanan imunisasi dan terbentuknya
kekebalan.
6. Memantau dan membina kompetensi petugas pengelola vaksin maupun
koordinator program imunisasi. Kualitas pengelola vaksin dan koordinator
program imunisasi yang tidak kualified akan berpengaruh pada kualitas
vaksinasinya.
7. Penderita difteri apabila telah sembuh dan yang tidak pernah diimunisasi
sebaiknya segera diberi satu dosis vaksin yang mengandung toksoid difteri
(sebaiknya Td) dan kemudian lengkapi imunisasi dasar sekurang-kurangnya 3
dosis.
8. Penderita dengan status imunisasi belum lengkap, harus melengkapi imunisasi
dasar dan lanjutan sesuai jadual program imunisasi nasional.
Titer Antibody Difteri
• Tingkat perlindungan minimal yang harus
dicapai adalah titer antibody sebesar 0,1
IU/mL
• Antibody dari vaksin bersifat sementara
• Akan menurun secara drastis (50%) selama
sebulan dan rata2 14% perminggu
Hasil Penelitian Kimura et al, 1991
Titer antibody Difteri pada Bayi (0-11 bln)
• Dosis pertama DPT-HB-Hib : <0.01IU/mL
• Dosis kedua DPT-HB-Hib berkisar <0.05 – 0.08
IU/mL
• Dosis ketiga DPT-HB-Hib 1,5-1,7 IU/mL
Perlu Tidak Booster ?
Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwa
• Imunisasi DPT harus diberikan 3 kali dan tambahan
(booster) pada usia 15-18 bulan
• Pada usia 15 bulan sudah terjadi penurunan titer
antibody --> booster wajib.
(ganti istilah : Dosis ke 4)

Perlindungan akan menurun setelah umur 4-12


tahun, sehingga diperlukan imunisasi tambahan
(booster) pada usia > 6 tahun (anak usia sekolah)
Kasus difteri menurut
status imunisasi
• 74% kasus tidak diketahui
• 9% tidak diimunisasi sama sekali
• 3% mendapat imunisasi 1 dosis
• 1% mendapat imunisasi 2 dosis
• 12% mendapat imunisasi 3 dosis
• 1% mendapat imunisasi 4 dosis
JUMLAH KASUS DIFTERI DAN JUMLAH KASUS DI VAKSIN
MENURUT KELOMPOK UMUR
DI JAWA BARAT TAHUN 2017
% KASUS DIFTERI MENURUT STATUS VAKSINASI
DI JAWA BARAT TAHUN 2017

VAKSIN
35%

TIDAK VAKSIN
65%
CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB-Hib 1 DI PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2015-2017
100.0

90.0

80.0

70.0

60.0

50.0

40.0

30.0

20.0

10.0

0.0
KtBd KtSmKtCm KtBg KtCr KtDp KtBk
Sbg Krw Idy Tsk Kng Bks Crb Grt Smd Mjk Bgr Bdg Pgn Cms Pwk Cjr Smi KBB KtTsk KtBjr Prov
g i h r b k s
DPT-HB-Hib 1 2015 125. 128. 106. 110. 110. 102. 126. 112. 88.6 94.4 96.0 90.2 95.2 100. 101. 102. 99.7 93.2 96.8 90.8 101. 93.7 98.1 110. 94.7 89.2 99.5 101.
DPT-HB-Hib 1 2016 124. 121. 117. 115. 108. 91.5 128. 101. 100. 105. 96.9 94.4 100. 101. 103. 103. 100. 99.3 98.6 101. 97.9 94.1 98.4 106. 92.2 96.3 98.0 102.
DPT-HB-Hib 1 2017 120. 114. 113. 112. 106. 104. 104. 103. 101. 100. 99.6 97.1 97.1 96.7 93.4 91.5 88.0 84.9 102. 100. 99.5 97.9 97.2 94.9 92.9 92.6 89.1 99.9
CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB-Hib 2 DI PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2015-2017
100.0

90.0

80.0

70.0

60.0

50.0

40.0

30.0

20.0

10.0

0.0
KtTs KtBd KtBg KtC KtSm KtDp KtCr KtBk
Sbg Idy Krw Tsk Grt Crb Bks Kng Smd Mjk Bgr Bdg Cms Pgn Pwk Cjr Smi KBB KtBjr Prov
k g r mh i k b s
DPT-HB-Hib 2 2015 123. 106. 126. 110. 109. 125. 96.7 112. 88.2 91.4 94.2 89.2 99.7 92.9 99.3 100. 96.4 93.8 109. 96.3 90.4 97.6 92.5 98.9 87.7 91.9 96.4 100.
DPT-HB-Hib 2 2016 121. 117. 124. 113. 100. 127. 89.8 108. 100. 108. 94.8 93.0 100. 99.9 94.2 102. 98.8 97.8 105. 98.8 101. 97.6 92.9 94.0 94.5 90.5 95.4 101.
DPT-HB-Hib 2 2017 117. 113. 112. 110. 103. 102. 101. 101. 100. 98.4 96.3 95.5 95.3 93.5 92.3 91.7 85.8 81.6 106. 101. 99.5 96.4 96.4 94.8 93.2 90.1 85.7 98.1
CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB-Hib 3 DI PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2015-2017
100.0

90.0

80.0

70.0

60.0

50.0

40.0

30.0

20.0

10.0

0.0
KtTs KtBd KtC KtSm KtBg KtDp KtCr KtBk
Sbg Idy Tsk Kng Grt Smd Bks Crb Cms Mjk Bgr Bdg Pgn Pwk Cjr Smi Krw KBB KtBjr Prov
k g mh i r k b s
DPT-HB-Hib 3 2015 122. 107. 108. 112. 109. 86.9 95.2 125. 102. 93.3 92.4 87.4 94.6 98.6 99.3 117. 123. 92.3 111. 96.0 89.6 90.0 98.1 96.6 85.9 91.2 95.4 100.
DPT-HB-Hib 3 2016 121. 117. 113. 110. 99.2 100. 89.1 127. 100. 105. 93.9 92.9 99.0 92.2 100. 52.3 123. 99.8 106. 97.1 99.1 90.4 93.4 95.4 93.2 86.9 93.7 98.3
DPT-HB-Hib 3 2017 118. 112. 110. 102. 102. 101. 100. 100. 99.7 98.1 96.3 95.1 95.0 91.5 87.4 85.4 83.8 81.7 107. 100. 99.9 95.5 95.2 95.0 90.9 86.3 85.4 96.1
CAKUPAN IMUNISASI BOOSTER DPT-HB-Hib DI PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2015-2017
100.0

90.0

80.0

70.0

60.0

50.0

40.0

30.0

20.0

10.0

0.0
KtTs KtBd KtDp KtBg KtC KtCr KtBk KtS
Sbg Krw Tsk Kng Bks Pwk Bdg Mjk Smd Cms Crb Grt Cjr KBB Pgn Bgr Smi Idy KtBjr Prov
k g k r mh b s mi
Booster DPT-HB-Hib 2017 93.5 88.5 83.1 78.5 75.4 71.6 68.1 64.0 64.0 62.4 61.0 60.2 57.5 51.6 51.1 47.7 34.9 24.9 107. 85.5 78.9 78.9 58.7 47.6 43.8 41.5 39.9 62.3
Booster DPT-HB-Hib 2016 77.8 101. 83.4 79.5 49.6 52.1 61.3 59.2 54.7 61.9 69.0 60.7 65.9 61.8 43.3 45.6 16.0 27.1 56.1 63.4 66.8 50.9 62.9 31.6 44.7 42.1 23.7 37.6
Booster DPT-HB-Hib 2015 75.2 96.7 75.0 81.6 33.3 51.9 40.7 48.7 43.4 56.7 71.7 48.1 56.0 44.7 49.5 38.7 28.2 18.4 50.3 57.9 45.0 41.9 56.3 31.5 37.7 41.2 24.7 48.4
CAKUPAN BIAS DT (KELAS 1) DI PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2015-2017
100.0

90.0

80.0

70.0

60.0

50.0

40.0

30.0

20.0

10.0

0.0
KtSm KtCm KtBd KtCr KtDp KtBk
Pgn Idy Mjk Crb Bks Kng Tsk Smi Cjr Bdg Smd KBB Krw Grt Bgr Pwk Sbg Cms KtBjr KtTsk KtBgr Prov
i h g b k s
BIAS DT 2017 109. 101. 98.3 97.6 97.1 97.1 96.7 96.7 96.0 95.9 95.7 95.4 95.2 94.5 93.3 91.8 91.8 90.5 96.9 96.1 95.8 93.7 93.3 92.7 92.5 87.9 81.1 94.3
BIAS DT 2016 98.9 97.5 97.7 97.7 96.5 98.4 97.5 95.4 97.8 92.2 97.7 95.1 92.1 95.1 93.5 93.2 96.5 98.4 93.4 96.5 96.3 90.6 92.5 91.1 93.9 90.1 79.2 94
BIAS DT 2015 98.7 96.9 101. 97.0 93.4 99.5 97.3 97.6 96.8 94.0 97.6 98.8 96.3 96.2 92.4 90.4 97.5 98.0 97.2 96.4 94.1 90.4 94.6 91.0 94.8 86.2 82.7 94.5
CAKUPAN BIAS Td (KELAS 2) DI PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2015-2017
100.0

90.0

80.0

70.0

60.0

50.0

40.0

30.0

20.0

10.0

0.0
KtSm KtC KtBd KtTs KtBg KtCr KtDp KtBk
Pgn Mjk Kng Crb Smd Tsk Cjr Bdg Smi KBB Bks Krw Idy Grt Sbg Bgr Pwk Cms KtBjr Prov
i mh g k r b k s
BIAS Td kls 2 2017 110. 98.3 98.3 97.7 96.8 96.8 96.6 96.3 95.9 95.7 95.3 94.8 94.6 94.6 93.9 93.5 92.3 91.6 96.4 96.0 95.6 94.0 93.4 92.8 92.6 88.9 82.3 94.5
BIAS Td kls 2 2016 98.7 98.7 98.5 97.6 98.2 99.2 100. 90.9 94.5 95.7 96.6 92.5 97.9 95.7 98.5 91.7 94 96.6 95.8 93.9 91.7 92.6 90.6 93.1 95.5 90.2 79.1 94.1
BIAS Td kls 2 2015 98.7 102. 102. 97.2 98.6 97.0 98.9 97.2 99.3 93.7 96.1 97.1 96.2 97.8 92.5 91.1 100. 96.3 95.4 98.0 94.1 90.6 91.0 95.3 87.2 82.6 94.9
CAKUPAN BIAS Td (KELAS 3) DI PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2015-2016
100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0
KtCr KtC KtSm KtBd KtBg KtTs KtDp KtBk
Cms Smd Pgn Kng Mjk Crb Idy Tsk Grt Bks Sbg Smi KBB Pwk Krw Bgr Cjr Bdg KtBjr Prov
b mh i g r k k s
BIAS Td kls 3 2016 99.3 98.7 98.7 98.6 98.3 97.9 97.8 97.3 96.6 96.6 95.8 95.7 95.1 93.7 92.9 92.3 91.8 81.9 97.2 96.4 94.9 91.8 91.4 91.1 90.8 89.6 78.1 92.9
BIAS Td kls 3 2015 95.1 98.1 98.6 99.6 98.9 97.0 97.2 97.6 96.5 94.3 97.6 93.3 100. 92.3 96.8 93.1 92.7 95.8 95.8 96.0 93.6 89.4 98.5 91.5 86.7 81.4 94.1
Upaya penanggulangan Difteri

• Penyakit difteri dapat dicegah dengan


imunisasi (PD3I)
• Imunisasi DPT di Indonesia telah
dilakukan sejak tahun 1977
• Program imunisasi nasional telah
menurunkan kematian dan kecacatan
PENOLAKAN TERHADAP IMUNISASI
• Sejak 20 tahun yang lalu muncul isu negatif tentang
imunisasi di berbagai negara baik maju maupun
berkembang termasuk Indonesia.
• Isu negatif terhadap imunisasi umumnya terkait
dengan pemberitaan dan penyebaran informasi yang
tidak benar tentang imunisasi melalui media cetak,
media elektronik dan tatap muka oleh kalangan
tertentu.
• Penolakan terhadap imunisasi berakibat pada munculnya
daerah kantong dengan cakupan imunisasi rendah yang
berisiko terjadinya KLB, termasuk KLB Difteri
KLB Difteri
• Suatu wilayah dinyatakan KLB Difteri jika
ditemukan satu kasus difteri klinis dilaporkan
dalam 24 jam

• Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas


Kesehatan Provinsi atau Menteri dapat menetapkan
daerah dalam keadaan KLB apabila
suatu daerah memenuhi salah satu kriteria KLB
(Permenkes 1501 Tahun 2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan
Wabah dan Upaya Penanggulangan)
SURAT EDARAN KEWASPADAAN : FEBRUARI 2015
SURAT EDARAN KEWASPADAAN : APRIL 2017
Dasar Hukum ORI
• Surat Dirjen P2P Kemkes RI Nomor :
SR.02.06./II/3149/2017 tanggal 6 Desember
perihal Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
Penyakit Difteri  Bupati / Walikota
• Surat Dirjen P2P Kemkes RI Nomor :
SR.02.06./II/3150/2017 tanggal 6 Desember
perihal Teknis Pelaksanaan Outbreak
Response Immunization (ORI) Difteri 
Kadinkes Kab/Kota
Dasar Hukum(2)
• Surat Edaran Dirjen Yankes Nomor :
HK.02.02/III/6138/2017 tanggal 18 Desember
Tentang Dukungan Penanggulangan
Peningkatan Kasus Difteri di Beberapa Daerah
• Surat Dirjen P2P Kemkes RI Nomor :
UM.01.05/1/3274/2017 tanggal 21 Desember
perihal Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
(KLB) Difteri  Kadinkes Provinsi dan Kadinkes
Kab/Kota
Dasar Hukum(3)
• Surat Kepala Dinas Kesehatan Nomor : 443.32/28023-
P2P tanggal 27 Desember Perihal Pelaksanan Outbreak
Response Immunization (ORI) di Jawa Barat  Kepala
Dinas Pendidikan Prov. Jawa Barat
• Surat Kepala Dinas Kesehatan Nomor : 443.32/28025-
P2P tanggal 27 Desember Perihal Pelaksanaan
Outbreak Response Immunization (ORI) di Jawa Barat
 Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat
• Surat Kepala Dinas Kesehatan Nomor : 443.32/28028-
P2P tanggal 27 Desember Perihal Surat Edaran Dirjen
Yankes RI  Kadinkes Kab/Kota
• Surat Kepala Dinas Kesehatan Nomor : 443.32/28340-
P2P tanggal 29 Desember Perihal Permohonan Logistik
Outbreak Response Immunization (ORI) di Jawa Barat
 Dirjen P2P Kemkes RI
Penjelasan Isi Surat Penanggulangan KLB
1. Melakukan kegiatan ORI di daerah yang ditemukan min 1 kasus
tersangka Difteri
2. ORI dilakukan di daerah yang telah ditetapkan dalam situasi KLB Difteri
3. Dalam pelaksanaan ORI agar diperhatikan :
a. Diberikan 3 dosis dengan jenis vaksin sesuai kelompok umur dan
dengan interval 1 bulan antara dosis pertama dan dosis kedua serta
interval 6 bulan antara dosis kedua dan dosis ketiga.
b. Kelompok sasaran sesuai kajian epidemiologi yang dilakukan oleh
Dinkes Kab/Kota setempat setelah melakukan konsultasi teknis ke
Pusat (Subdit Imunisasi)
c. Luas wilayah sekurang-kurangnya satu kecamatan di lokasi kasus
Difteri.
d. Logistik ORI (vaksin, alat suntik, safety box) menggunakan buffer
stock yang ada di Dinkes Kab/Kota. Jika ada kekurangan agar
meminta bantuan kepada Dinkes Provinsi setempat.
e. Biaya operasional bersumber pada APBD Provinsi/Kabupaten/Kota
Penjelasan Isi Surat Penanggulangan KLB(2)
4. Khusus untuk 82 kab/kota (sesuai daftar terlampir) pelaksanaan
ORI memperhatikan butir-butir :
a. Sasaran adalah kelompok umur 1 - < 19 tahun sebanyak 3
dosis dengan interval 0-1-6
b. Luas wilayah adalah Kab/Kota
c. Bagi kab/kota yang telah melaksanakan ORI dalam periode
Januari-Desember 2017 akan tetapi dengan luas wilayah yang
lebih kecil dari kab/kota agar diperhitungkan :
(i) Penentuan sasaran
(ii) Jumlah dosis vaksin yang diberikan
(iii) Perhitungan cakupan ORI
d. Logistik imunisasi (vaksin, alat suntik, safety box) disediakan
oleh Kemkes dan permintaan agar diajukan di Ditjen P2P
e. Biaya operasional bersumber pada APBD
Provinsi/Kabupaten/Kota
Penjelasan Isi Surat Penanggulangan KLB(3)

5. Dalam penanggulangan KLB Difteri, vaksin


Difteri yang disediakan oleh Kemkes hanya
dapat digunakan untuk pelaksanaan ORI yang
telah ditetapkan Dinkes Kab/Kota. Untuk
kelompok penduduk, di luar sasaran ORI yang
telah ditetapkan dan memerlukan imunisasi
Difteri, agar mendapatkan pelayanan secara
mandiri (dengan biaya pribadi)
Penjelasan Isi Surat Penanggulangan KLB(4)
6. Bagi Kab/Kota yang mengalami KLB Difteri Agar Kepala Dinas
Kesehatan Kab/Kota dapat menginstruksikan kepada Fasyankes
yang ada di wilayah Kab/Kota tersebut agar memberikan imunisasi
Difteri kepada semua petugas kesehatan di fasyankes baik
pemerintah, TNI/POLRI maupun swasta dengan ketentuan ;
a. Logistik (vaksin, alat suntik dan safety box) dan operasional
imunisasi Td ini ditanggung oleh institusi (secara mandiri).
b. Bila sudah pernah mendapatkan imunisasi Difteri sebelumnya
sebanyak 3 dosis, cukup diberikan 1 dosis imunisasi Td.
c. Bila belum pernah atau tidak diketahui riwayat imunisa Difteri
sebelumnya, harus mendapatkan 3 dosis imunisasi Td dengan
interval 0-1-6 bulan.
d. Bila sudah pernah mendapatkan imunisasi Difteri tapi kurang
dari 3 dosis, maka imunisasinya dilengkapi hingga 3 dosis.
e. Bagi fasyankes yang memerlukan vaksin Difteri dapat
berkoordinasi PT. Bio Farma atau agen pemasok resmi vaksin
Difteri laiinya.
Penjelasan Isi Surat Penanggulangan KLB(5)
7. Guna mencegah KLB Difteri di masa mendatang agar seluruh daerah di
Indonesia melakukan penguatan imunisasi rutin serta pemetaan daerah
beresiko secara berjenjang di setiap tingkat administrasi hingga unit
administrasi terkecil dengan ketentuan ;
a. Dinkes Provinsi melakukan pemetaan Kab/Kota berisiko.
b. Dinkes Kab/Kota melakukan pemetaan Puskesmas berisiko.
c. Puskesmas melakukan pemetaan Desa/Kelurahan berisiko.
d. Menggunakan matrik yang tersedia
e. Pemetaan cakupan dilakukan sekurang-kurangnya 3 tahun ke
belakang dengan menggunakan data ; (i) imunisasi dasar, (ii)
imunisasi lanjutan baduta, (iii) imunisasi lanjutan BIAS min 95%, (iv)
memperhatikan trend kasus Difteri.
f. Bagi daerah berisiko, hendaknya segera melakukan ; (i) Kegiatan
Drop Out Follow Up (DOFU) untuk melengkapi 3 dosis imunisasi saat
bayi, (ii) Kegiatan Backlog Figthing bagi anak usia 1 - <3 tahun, (iii)
imunisasi tambahan crash program untuk anak usia < 5tahun, dan
(iv) melengkapi imunisasi semua anak usia sekolah dasar dengan
imunisasi Difteri minimal 3 kali untuk menutup kesenjangan
imunitas di masyarakat.
Penjelasan Isi Surat Penanggulangan KLB(6)
8. Menyampaikan laporan hasil setiap kegiatan
imunisasi rutin dan imunisasi tambahan secara
berjenjang dan mendokumentasikan/mengarsipkan
semua kegiatan tersebut secara baik agar dapat
digunakan dikemudia hari. Untuk imunisasi rutin
dilaporan sbb ;
a. Puskesmas ke Dinkes Kab/Kota maksimal tanggal
5
b. Dinkes Kab/Kota ke Provinsi maksimal tanggal 10
c. Dinkes Provinsi ke Nasional maksimal tanggal 15
DAFTAR KAB/KOTA DI JAWA BARAT
YANG MELAKSANAKAN ORI
NO KAB/KOTA WAKTU MULAI KET
1 KAB. PURWAKARTA 11 DES 2017 Surat Dirjen P2P Tanggal 6 Desember 2017
2 KAB. KARAWANG 11 DES 2017 Surat Dirjen P2P Tanggal 6 Desember 2017
3 KAB. BEKASI 11 DES 2017 Surat Dirjen P2P Tanggal 6 Desember 2017
4 KOTA BEKASI 11 DES 2017 Surat Dirjen P2P Tanggal 6 Desember 2017
5 KOTA DEPOK 11 DES 2017 Surat Dirjen P2P Tanggal 6 Desember 2017
6 KAB. BOGOR Segera Surat Dirjen P2P Tanggal 21 Desember 2017
7 KAB. BANDUNG Segera Surat Dirjen P2P Tanggal 21 Desember 2017
8 KAB. GARUT Segera Surat Dirjen P2P Tanggal 21 Desember 2017
9 KAB. CIAMIS Segera Surat Dirjen P2P Tanggal 21 Desember 2017
10 KAB. CIREBON Segera Surat Dirjen P2P Tanggal 21 Desember 2017
11 KAB. BANDUNG BARAT Segera Surat Dirjen P2P Tanggal 21 Desember 2017
12 KOTA SUKABUMI Segera Surat Dirjen P2P Tanggal 21 Desember 2017
13 KOTA BANDUNG Segera Surat Dirjen P2P Tanggal 21 Desember 2017
Dasar Hukum(5)
• Surat Dirjen P2P Kemkes RI Nomor :
UM.01.05/1/102/2018 tanggal 11 Januari 2018
perihal Revisi Daftar Kab/Kota Pelaksana Outbreak
Response Immunization (ORI) Luas
• Pertimbangan ORI Luas
1. Ada kasus Difteri & hasil Lab Positif
2. Ada kasus Difteri dengan kematian
3. Adanya peningkatan kasus klinis yang signifikan
4. Cakupan Imunisasi dasar, Baduta, BIAS rendah
DAFTAR KAB/KOTA DI JAWA BARAT
YANG MELAKSANAKAN ORI
NO KAB/KOTA WAKTU MULAI KET
1 KAB. PURWAKARTA Des-Feb-Agst Surat Dirjen P2P Tanggal 11 Januari 2018
2 KAB. KARAWANG Des-Feb-Agst Surat Dirjen P2P Tanggal 11 Januari 2018
3 KAB. BEKASI Des-Feb-Agst Surat Dirjen P2P Tanggal 11 Januari 2018
4 KOTA BEKASI Des-Feb-Agst Surat Dirjen P2P Tanggal 11 Januari 2018
5 KOTA DEPOK Des-Feb-Agst Surat Dirjen P2P Tanggal 11 Januari 2018
6 KAB. BOGOR Jan-Jun-Des Surat Dirjen P2P Tanggal 11 Januari 2018
7 KAB. BANDUNG Jan-Jun-Des Surat Dirjen P2P Tanggal 11 Januari 2018
8 KAB. GARUT Jan-Jun-Des Surat Dirjen P2P Tanggal 11 Januari 2018
9 KAB. CIAMIS Jan-Jun-Des Surat Dirjen P2P Tanggal 11 Januari 2018
10 KAB. CIREBON Jan-Jun-Des Surat Dirjen P2P Tanggal 11 Januari 2018
11 KAB. BANDUNG BARAT Jan-Jun-Des Surat Dirjen P2P Tanggal 11 Januari 2018
12 KOTA SUKABUMI Jan-Jun-Des Surat Dirjen P2P Tanggal 11 Januari 2018
13 KOTA BANDUNG Jan-Jun-Des Surat Dirjen P2P Tanggal 11 Januari 2018
14 KOTA BOGOR Jan-Jun-Des Surat Dirjen P2P Tanggal 11 Januari 2018
Dasar Hukum(6)
• Surat Dirjen P2P Kemkes RI Nomor : UM.01.05/II/458/2018
tanggal 9 Februari 2018 perihal Update/Revisi Daftar
Kab/Kota Pelaksana Outbreak Response Immunization (ORI)
Luas
• Isi Surat
1. Perlu dilakukan update berupa revisi
2. Situasi KLB bersifat Dinamis --> jml kab/kota akan
berubah setiap bulan
3. Pertimbangan para ahli daftar kab/kota berubah
4. Kab/Kota memiliki kasus susfect difteri tetap harus
melakukan ORI
dengan lingkup kecamatan sebanyak 3 putaran
UPDATE /REVISI DAFTAR KAB/KOTA DI JAWA BARAT
YANG MELAKSANAKAN ORI
NO KAB/KOTA WAKTU MULAI KET
1 KAB. PURWAKARTA Des-Feb-Agst Surat Dirjen P2P Tanggal 9 Februari 2018
2 KAB. KARAWANG Des-Feb-Agst Surat Dirjen P2P Tanggal 9 Februari 2018
3 KAB. BEKASI Des-Feb-Agst Surat Dirjen P2P Tanggal 9 Februari 2018
4 KOTA BEKASI Des-Feb-Agst Surat Dirjen P2P Tanggal 9 Februari 2018
5 KOTA DEPOK Des-Feb-Agst Surat Dirjen P2P Tanggal 9 Februari 2018
6 KAB. BOGOR Feb-Jun-Des Surat Dirjen P2P Tanggal 9 Februari 2018
7 KAB. GARUT Feb-Jun-Des Surat Dirjen P2P Tanggal 9 Februari 2018
8 KAB. CIAMIS Feb-Jun-Des Surat Dirjen P2P Tanggal 9 Februari 2018
9 KAB. CIANJUR Feb-Jun-Des Surat Dirjen P2P Tanggal 9 Februari 2018
10 KAB. BANDUNG BARAT Feb-Jun-Des Surat Dirjen P2P Tanggal 9 Februari 2018
11 KAB. SUKABUMI Feb-Jun-Des Surat Dirjen P2P Tanggal 9 Februari 2018
12 KAB. TASIKMALAYA Feb-Jun-Des Surat Dirjen P2P Tanggal 9 Februari 2018
PETUNJUK PELAKSANAAN ORI
• Surat dari Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit (P2P)
• Nomor : SR.02.06/4/2119/2017
• Tanggal : 8 Desember 2017
• Hal : Prosedur Pelaksanaan Outbreak
Response Immunization (ORI)
SASARAN
Sasaran ORI adalah anak usia 1 tahun
sampai dengan <19 tahun dengan
pemberian 3 kali dengan interval 1
bulan dari dosis pertama ke dosis
kedua, interval 6 bulan dari dosis
kedua ke dosis ketiga tanpa
memandang status imunisasi .
Simulasi Sasaran ORI (CLUSTER 3)
Usia 1 - < 19 tahun
Putaran 1 :
1 Maret 2018

3 Bulan
Putaran 2 :
1 Juni 2018

6 Bulan
Putaran 3 :
1 Desember 2018
KARTU IMUNISASI - ORI
Nama : ……………………………………………..
Tanggal Lahir : ……………………………………………..
Nama Orang tua : ……………………………………………..
Alamat lengkap : ……………………………………………...................................................
……………………………………………………………………………………………….

No Jenis Imunisasi Putaran 1 Putaran 2 Putaran 3 Ket


(Tgl pelaksanaan) (Tgl pelaksanaan) (Tgl pelaksanaan)
1 DPT-HB-Hib
(1 - < 5 tahun)
Pos Pelayanan/Ttd Vaksinator

2 Difteri Tetanu (DT)


(5 - < 7 tahun)
Pos Pelayanan/Ttd Vaksinator

3 Tetanus Difteri (Td)


(7 - < 19 tahun)
Pos Pelayanan/Ttd Vaksinator

Catatan : …………………, ………………… 20 ….


1. Kekebalan diperoleh setelah dosis ke 3 Kepala Puskesmas ……………….

………………….………………….
NIP.
ALOKASI ALAT SUNTIK UNTUK PELAKSANAAN OUTBREAK RESPONSE IMMUNIZATION (ORI)
PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 & 2018
SASARAN (Pusdatin) Putaran 1, 2 & 3
NO KAB/KOTA Alat Suntik Safety Box
1 - < 5 Thn 5 - < 7 Thn 7 - < 19 Thn Jml
Distribusi Distribusi
Alokasi Sisa Alokasi Sisa
1 2 1 2
Cluster 1
1 KAB. PURWAKARTA 71.110 35.296 203.744 310.150 930.450 930.450 9.305 9.305
2 KAB. KARAWANG 164.520 82.976 465.591 713.087 2.139.261 700.000 1.439.261 14.393 14.393
3 KAB. BEKASI 285.069 146.765 668.612 1.100.446 3.301.338 3.301.338 33.013 33.013
4 KOTA BEKASI 199.604 102.098 534.958 836.660 2.509.980 2.509.980 25.100 25.100
5 KOTA DEPOK 166.574 85.238 417.023 668.835 2.006.505 2.006.505 20.065 20.065
Jumlah 886.877 452.373 2.289.928 3.629.178 10.887.534 - 700.000 10.187.534 101.875 - - 101.875

Cluster 2
6 KAB. BOGOR 456.662 225.845 1.306.245 1.988.752 5.966.256 720.000 1.000.000 4.246.256 42.463 42.463
7 KAB. BANDUNG 67.204 37.018 197.114 301.336 904.008 904.008 9.040 9.040
8 KAB. CIREBON -
9 KAB. GARUT 208.694 98.642 623.635 930.971 2.792.913 950.000 300.000 1.542.913 15.429 9.500 3.000 2.929
10 KAB. CIAMIS 71.250 34.000 227.139 332.389 997.167 997.167 9.972 9.972
11 KAB. BANDUNG BARAT 126.665 146.765 279.453 552.883 1.658.649 1.658.649 16.586 16.586
12 KOTA BANDUNG 160.337 82.377 450.026 692.740 2.078.220 2.078.220 20.782 20.782
Jumlah 1.090.812 624.647 3.083.612 4.799.071 14.397.213 1.670.000 1.300.000 11.427.213 114.272 101.772

13 CIANJUR 167.320 86.450 517.606 771.376 2.314.128 400.000 1.914.128 19.141 19.141

14 KAB. TASIKMALAYA 117.720 63.166 381.278 562.164 1.686.492 1.686.492 16.865 16.865
15 KAB. SUKABUMI 179.852 93.780 561.042 834.674 2.504.022 2.504.022 25.040 25.040
464.892 243.396 1.459.926 2.168.214 6.504.642 400.000 - 6.104.642 61.046 - - 61.046

TOTAL 2.442.581 1.320.416 6.833.466 10.596.463 31.789.389 2.070.000 2.000.000 27.719.389 277.194 - - 264.694
Vaksin yang Digunakan
• DPTHBHib untuk anak usia 1 tahun sampai
dengan < 5 tahun
• DT untuk anak usia 5 tahun sampai dengan < 7
tahun
• Td untuk anak usia 7 tahun sampai dengan < 19
tahun

Catatan : Imunisasi di berikan secara intramuskular


di area deltoid lengan kiri dengan dosis 0,5 ml
ALOKASI VAKSIN UNTUKPELAKSANAAN OUTBREAK RESPONSE IMMUNIZATION( ORI)
PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 & 2018
SASARAN (Pusdatin) Putaran 1, 2 & 3
N
KAB/KOTA 1 - < 5 5 - < 7 7 - < 19 DPT-HB-Hib DT Td
O Jml
Thn Thn Thn Distribusi Distribusi Distribusi
Alokasi Sisa Alokasi Sisa Alokasi Sisa
1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 5

Cluster 1
1 KAB. PURWAKARTA 71.110 35.296 203.744 310.150 53.333 17.778 20.000 15.555 13.236 2.500 1.912 1.500 3.400 3.924 76.404 10.000 4.757 5.300 20.168 15.000 21.179

2 KAB. KARAWANG 164.520 82.976 465.591 713.087 123.390 41.130 43.000 39.260 31.116 5.500 3.000 4.000 4.900 13.716 174.597 25.000 10.000 12.200 45.999 30.989 50.409

3 KAB. BEKASI 285.069 146.765 668.612 1.100.446 213.802 71.266 72.000 70.536 55.037 9.500 5.000 5.500 12.000 23.037 250.730 35.000 14.600 17.500 66.078 25.000 92.552

4 KOTA BEKASI 199.604 102.098 534.958 836.660 149.703 49.901 50.000 49.802 38.287 6.500 4.549 5.000 5.000 17.238 200.609 30.000 11.000 14.000 52.870 18.000 74.739

5 KOTA DEPOK 166.574 85.238 417.023 668.835 124.931 41.645 40.000 43.286 31.964 6.000 3.000 4.000 8.200 10.764 156.384 20.000 9.000 11.000 41.128 10.000 65.256

Jumlah 886.877 452.373 2.289.928 3.629.178 665.158 221.720 225.000 - 218.438 169.640 30.000 17.461 20.000 33.500 68.679 858.723 120.000 49.357 60.000 226.243 98.989 304.134

Cluster 2

6 KAB. BOGOR 456.662 225.845 1.306.245 1.988.752 342.497 41.250 57.083 244.164 84.692 6.000 20.000 58.692 489.842 64.174 52.500 30.000 343.168

7 KAB. BANDUNG 67.204 37.018 197.114 301.336 50.403 50.403 13.882 4.200 9.682 73.918 14.400 8.600 6.500 44.418

8 KAB. CIREBON 5.000 (5.000) 2.500 (2.500) 10.000 (10.000)

9 KAB. GARUT 208.694 98.642 623.635 930.971 156.521 26.087 26.087 104.347 36.991 4.500 32.491 233.863 38.977 20.000 174.886

10 KAB. CIAMIS 71.250 34.000 227.139 332.389 53.438 8.906 44.531 12.750 12.750 85.177 14.196 70.981
KAB. BANDUNG
11 126.665 146.765 279.453 552.883 94.999 15.833 15.000 15.833 48.333 55.037 7.500 10.000 37.537 104.795 17.466 10.000 7.500 69.829
BARAT
12 KOTA BANDUNG 160.337 82.377 450.026 692.740 40.084 20.042 20.000 7.200 (7.158) 10.297 2.500 338 7.459 56.253 28.127 30.000 7.200 (9.074)

Jumlah 1.090.812 624.647 3.083.612 4.799.071 737.941 117.118 118.170 23.033 479.620 213.648 27.200 30.338 - - 156.110 1.043.848 187.340 121.100 51.200 - 684.208

13 CIANJUR 167.320 86.450 517.606 771.376 125.490 20.900 104.590 32.419 5.400 27.019 194.102 32.000 162.102

14 KAB. TASIKMALAYA 117.720 63.166 381.278 562.164 88.290 14.715 73.575 23.687 3.948 19.739 142.979 23.830 119.149

15 KAB. SUKABUMI 179.852 93.780 561.042 834.674 134.889 22.482 112.408 35.168 5.861 29.306 210.391 35.065 175.326

464.892 243.396 1.459.926 2.168.214 348.669 58.097 - - 290.573 91.274 15.209 - - - 76.064 547.472 90.895 - - - - 456.577

TOTAL 2.442.581 1.320.41 6.833.466 10.596.463 1.751.767 396.934 343.170 23.033 988.630 474.562 57.200 47.799 20.000 33.500 300.854 2.450.043 307.340 170.457 111.200 226.243 1.444.919
6
Lakukan skrining status kesehatan dan
kontra indikasi
• Anamnesa riwayat penyakit sebelumnya,
riwayat alergi , riwayat imunisasi sebelumnya
dan kondisi saat ini serta lakukan pemeriksaan
fisik
• Kontra indikasi dan perhatian khusus vaksin
DPTHBHib / DT/ Td :
- Riwayat alergi berat terhadap vaksin
atau komponen vaksin ( anafilaksis)
- Dalam kondisi sakit
Lakukan penyuntikan yang aman(1)
• Pastikan vaksin yang akan digunakan belum kadaluarsa dan kondisi
baik ( VVM A atau B, tidak pernah beku atau terendam ai r ) .
• Penyuntikan menggunakan ADS 0,5 ml. Pastikan spuit belum
kadaluwarsa
• Keluarkan spuit dari bungkus plastik
• Kencangkan jarum pada spuit
• Lepaskan tutup jarum tanpa menyentuh jarum
• Masukkan jarum kedalam botol vaksin
• Tarik torak perlahan lahan agar larutan vaksin masuk kedalam spuit
dan keluarkan udara yang tersisa dengan cara mengetuk alat suntik
dan mendorong torak sampai pada skala 0, 5 cc, kemudian cabut
jarum dari vial.
• Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan kapas yang di
basahi dengan air matang. Apabila lengan anak tampak kotor di
minta untuk dibersihkan terlebih dahulu
Lakukan penyuntikan yang aman(2)
• Penyuntikan dilakukan pada area deltoid di
lengan kiri atas.
• Dosis pemberian adalah 0,5 ml diberikan secara
intramuskular ( sudut kemiringan penyuntikan
90⁰)
• Setelah vaksin disuntikkan, jarum ditarik keluar,
kemudian ambil kapas kering baru, lalu ditekan
pada bekas suntikan, jika ada perdarahan kapas
tetap ditekan pada lokasi suntikan hingga darah
berhenti
• Buang ADS langsung kedalam safety boks tanpa
melakukan penutupan jarum kembali (recapping)
Minta anak duduk kembali dan amati
sampai 30 menit

Amati adanya
tanda-tanda
anafilaksi
Tanda dan gejala anafilaksis
Lambat, gejala mengancam jiwa

Nafas berbunyi mengi


(wheezing), nafas berbunyi
seperti ngorok, sulit bernafas,
pingsan, tekanan darah rendah,
denyut nadi lemah dan tidak
teratur (irregular)
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN(1)
Terkait Prosedur Penyuntikan
• Jangan mengisi jarum suntik dengan vaksin dalam
jumlah banyak (prefilling).
• Pengisian jarum suntik dilakukan ketika sasaran sudah
siap untuk diimunisasi
• Jangan menyentuh jarum ADS dengan jari
• Jangan membuka karet penutup botol vaksin
• Jangan menutup kembali jarum dengan penutupnya
(recapping)
• Jangan memeras kapas basah kedalam wadah air
matang yang sedang digunakan
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN(2)

• Vaksin Td aman diberikan pada wanita hamil


• Apabila anak baru mendapat imunisasi difteri,
ORI difteri dapat diberikan lagi dengan jangka
waktu 1 bulan setelah pemberian imunisasi
tersebut .
• Bagi orang dewasa (usia 19 tahun keatas) yang
ingin mendapatkan imunisasi difteri, bisa
mendapatkan pada fasilitas pelayanan
kesehatan secara mandiri (tidak gratis)
LAPORAN HASIL PELAKSANAAN ORI KLB DIFTERI DI PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2017 & 2018
Bandung, 26 Februari 2018

SASARAN (Pusdatin) Putaran 1


NO KAB/KOTA 5-<7 1 - < 5 Thn 5 - < 7 Thn 7 - < 19 Thn JUMLAH
1 - < 5 Thn 7 - < 19 Thn Jml
Thn Abs % Abs % Abs % Abs %
Cluster 1
1 KAB. PURWAKARTA 71.110 35.296 203.744 310.150 62.397 87,7 39.367 111,5 189.489 93,0 291.253 93,9
2 KAB. KARAWANG 164.520 82.976 465.591 713.087 173.241 105,3 77.483 93,4 441.849 94,9 692.573 97,1
3 KAB. BEKASI 285.069 146.765 668.612 1.100.446 263.436 92,4 143.242 97,6 632.796 94,6 1.039.474 94,5
4 KOTA BEKASI 199.604 102.098 534.958 836.660 142.957 71,6 116.915 114,5 473.636 88,5 733.508 87,7
5 KOTA DEPOK 166.574 85.238 417.023 668.835 130.273 78,2 73.051 85,7 359.508 86,2 562.832 84,2

Cluster 2
6 KAB. BOGOR 456.662 225.845 1.306.245 1.988.752 - ,0 - ,0 - ,0 - -
7 KAB. BANDUNG 67.204 37.018 197.114 301.336 - ,0 - ,0 9.140 4,6 9.140 3,0
8 KAB. GARUT 208.694 98.642 623.635 930.971 115.126 55,2 23.528 23,9 349.950 56,1 488.604 52,5
9 KAB. CIAMIS 71.250 34.000 227.139 332.389 - ,0 - ,0 - ,0 - -
10 KAB. BANDUNG BARAT 126.665 146.765 279.453 552.883 53.485 42,2 16.389 11,2 275.633 98,6 345.507 62,5
11 KOTA SUKABUMI 23.114 11.548 65.953 100.615 14.402 62,3 11.564 100,1 68.683 104,1 94.649 94,1
12 KOTA BANDUNG 160.337 82.377 450.026 692.740 81.872 51,1 27.861 33,8 250.407 55,6 360.140 52,0

Cluster 3
13 CIANJUR 167.320 86.450 517.606 771.376 - ,0 - ,0 - ,0 -
14 KAB. TASIKMALAYA 117.720 63.166 381.278 562.164 - ,0 - ,0 - ,0 -
15 KAB. SUKABUMI 179.852 93.780 561.042 834.674 - ,0 - ,0 - ,0 -

TOTAL 2.000.803 1.088.568 5.439.493 8.528.864 1.037.189 51,8 529.400 48,6 3.051.091 56,1 4.617.680 54,1
Hatur Nuhun ….

Selamat Bekerja ………

Tinggal Pilih Pahala atau Lelah saja . . . .


Anda yang mentukan . . . .

Anda mungkin juga menyukai