Anda di halaman 1dari 51

PANDUAN TEKNIS TB

DALAM STANDAR AKREDITASI PUSKESMAS

MIEN HASANAH HAERUMAN


TO CTB KNCV JAWA BARAT DI KAB. BOGOR
AKREDITASI PUSKESMAS
DASAR HUKUM
o UNDANG-UNDANG NO. 36 TENTANG KESEHATAN
o PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO. 75 TENTANG PUSKESMAS
o SK MENKES NO. HK.02.02/MKES/59/2015 TENTANG KOMISI AKREDITASI FKTP

YANG DINILAI DLM STANDAR AKREDITASI FKTP  STANDAR PELAYANAN MINIMAL


o POKJA ADMINISTRASI MANAJEMEN  75%
o UKM  TB, HIV  60%  BPN TB & PED NAS PRAKTEK KEDOKTERAN TB (PNPK)
o UKP  20%
KEUNGGULAN KOMPETITIF  PENINGKATAN MUTU KINERJA
PELAYANAN YANG BERKUALITAS
MEMBANGUN KERJA TIM
MENINGKATKAN PENGELOLAAN RESIKO DAN KEAMANAN KERJA
MEMPERKUAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT
JAMINAN KUALITAS
SYARAT KREDENSIALING FKTP BAGI BPJS KESEHATAN
STANDAR AKREDITASI
BAB. I PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUSKESMAS (PPP)
BAB II. KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN PUSKESMAS (KMP)
BAB III. PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS (PMP)
BAB IV. UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT YANG BERORIENTASI
SASARAN (UKMBS)
BAB V. KEPEMIMPINAN & MANAJEMEN UKM (KMUKM)
BAB VI. SASARAN KERJA UKM (SKUKM)
BAB VII. LAYANAN KLINIS YANG BERORIENTASI PASIEN (LKBP)
BAB VIII. MANAJEMEN PENUNJANG LAYANAN KLINIS (MPLK)
BAB IX. PENINGKATAN MUTU KLINIS & KESELAMATAN PASIEN
(PMKP)
BAB. I PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUSKESMAS (PPP)

 Perencanaan Operasional yang terintegrasi melalui Public Private Mix (bauran


layanan pemerintah-swasta) TB.

Public Private Mix (PPM) adalah pelibatan semua fasilitas layanan kesehatan dalam
upaya ekspansi layanan pasien TB dan esinambungan program pengendalian TB
dengan pendekatan secara komperhensif.

Dalam pelaksanaan PPM dibutuhkan perencanaan yang melibatkan faskes dan pemberdayaan
masyarakat dalam jejaring, seperti :
 RUMAH SAKIT
 Dokter Praktik Mandiri (DPM)
 JKN  ASURANSI
 Laboratorium pemerintah dan swasta,
 Apotek
 Klinik (Rutan/Lapas/BUMN/Tempat kerja),
 NGO/CSO dalam integrasi layanan TB sebagai upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM).
 Melakukan pelacakan kasus dan upaya promotif preventif  *Tupoksi Puskesmas
BAB III. PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS (PMP)
Penanggung jawab manajemen mutu harus ditetapkan dengan kejelasan tugas tanggung
jawab dan wewenang. Terkait layanan TB, perlu ditunjuk petugas penanggung jawab TB yang
terdokumentasi. Tugas penanggung jawab TB adalah:
 Mengisi daftar terduga TB  TB 06,  TB 05, TB 04
 Mengisi kartu pengobatan pasien TB  TB 01, 02,  TB 15, 16, 01P, 03  SITT
 Menyiapkan slide untuk uji silang  LQAS
 Pengawas Menelan Obat
 Pelacakan kasus mangkir  BUKU BANTU
 Melaksanakan KIE
 Menyusun perencanaan terkait layanan TB (Laboratorium supply, OAT, form TB)
 Memfasilitasi kegiatan PPM  RUJUKAN / PINDAH  TB 09 & TB 10  BUKU BANTU

Pedoman peningkatan mutu dan kinerja


 Indikator program TB
1. Angka Kesembuhan (Cure Rate)  85%
Jumlah pasien baru TB paru Terkonfirmasi Bakteriologis yang sembuh
X 100%
Jumlah pasien baru TB paru Terkonfirmasi Bakteriologis yang diobati
2. Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate)  90%

Jumlah pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Biologis (sembuh + pengobatan lengkap)


X 100%
Jumlah pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Biologis yang diobati

3. Proporsi Pasien TB Baru terkonfirmasi Bakteriologis diantara terduga TB  5 – 15%

Jumlah pasien Baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis yg ditemukan


X 100%
Jumlah seluruh terduga TB Paru yg diperiksa

4. Proporsi Pasien TB Anak diantara seluruh pasien TB  10 – 15%

Jumlah pasien TB anak yang diobati


X 100%
Jumlah seluruh pasien TB yang diob
5. Proporsi anak yang kontak dengan BTA positif yang dilakukan skrining dan investigasi
diantara anak yang kontak dengan BTA positif

Jumlah anak yang kontak dgn pasien TB BTA Pos yang diskrining dan investigasi
X 100%
Jumlah anak yang kontak dgn pasien TB BTA Pos

CDR  JUMLAH SEMUA KASUS TB YANG DIOBATI DAN DILAPORKAN DIANTARA PERKIRAAN JUMLAH SEMUA KASUS TB
 BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK  130/100.000 PENDUDUK

CNR  JUMLAH SEMUA KASUS TB YANG DIOBATI DAN DILAPORKAN DIANTARA JUMLAH PENDUDUK

CAKUPAN PENEMUAN TB RO  JUMLAH KASUS TB RO TERKONFIRMASI RESISTEN THDP R DAN ATAU TB RO BERDASAR
KAN HASIL TCM MAUPUN KONVENSIONAL DIANTARA PERKIRAAN KASUS TB RO  2% X JML KASUS TB PARU BARU +
12% X JML KASUS TB PARU PENGOBATAN ULANG  HARUS SEMBUH 70% (75% PADA TH 2019)

PASIEN TB YANG MENGETAHUI STATUS HIV  JML PASIEN TB YANG MEMPUNYAI HASIL TES HIV YANG DICATAT DI
FORM RR TB BAIK HASIL TES HIV DIKET SEBLM PENGOBATAN TB ATAU SAAT DIAGNOSA TB DIANTARA SELURUH PASIEN
TB TERDAFTAR  DIHITUNG BERDASARKAN TARGET YANG MENGETAHUI STATUS HIV  80%
BAB. IV UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT YANG BERORIENTASI SASARAN (UKMBS)

Peluang inovatif upaya puskesmas


Inovasi layanan promotif dan preventif disiapkan melalui strategi mendekatkan layanan pada
masyarakat. Contoh adanya POS TB desa.  Peran pos TB desa, adalah:
1. Meningkatkan jumlah pasien TB baru yang dirujuk oleh masyarakat atau organisasi
kemasyarakatan yang tercatat.
2. Peningkatan keberhasilan pengobatan pasien TB yang diawasi oleh masyarakat atau
organisasi kemasyarakatan yang tercatat.
3. Penurunan angka putus berobat pasien TB yang diawasi oleh masyarakat atau organisasi
kemasyarakatan yang tercatat.
Akses masyarakat/sasaran terhadap kegiatan Upaya Puskesmas
Edukasi masyarakat/kader mengenai TB yang terdokumentasi   Penyuluhan TB,
pengembangan KIE, pelatihan kader.
BAB V. KEPEMIMPINAN & MANAJEMEN UKM (KMUKM)

Kepemimpinan dan Manajemen Upaya


Minimalisasi risiko terhadap lingkungan
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) TB dengan strategi TemPO (TEMukan
pasien secepatnya, Pisahkan secara aman, Obati secara tepat)

Salah satu risiko utama terkait dengan penularan TB di tempat pelayanan kesehatan adalah yang
berasal dari pasien TB yang belum teridentifikasi. Upaya yang dilakukan untuk
mencegah/mengurangi pajanan kuman m. tuberkulosis kepada petugas kesehatan, pasien,
pengunjung dan lingkungan dengan menyediakan, mendiseminasikan dan memantau pelaksanaan
standar prosedur dan alur pelayanan.

 Strategi TEMPO (TEMukan pasien secepatnya, Pisahkan secara aman, Obati secara tepat)

 Penyuluhan pasien mengenai etika batuk.


 Penyediaan tisu dan masker, tempat pembuangan tisu serta pembuangan dahak yang benar.
 Pemasangan poster, spanduk dan bahan untuk KIE.
 Skrining bagi petugas yang merawat pasien TB.
BAB VII. LAYANAN KLINIS YANG BERORIENTASI PASIEN (LKBP)

• Proses pendaftaran sesuai kebutuhan dan keselamatan


o Penerapan PPI TB atau TemPO
o Ada triase menemukan pasien batuk, kemudian dipisahkan dan diberikan akses
secepatnya ke tempat layanan untuk diobati secara tepat.

• Rencana layanan
 
o Dipandu dengan kebijakan dan prosedur yang efektif
o Terdapat dalam Panduan Praktik Klinik (PPK) dan dijabarkan melalui alur klinis
o Rujuk balik TB dari FKTP lainnya dan FKRTL yang terdokumentasi
Informasi rujukan
o Cara pemberitahuan tergantung system jejaring rujukan yang disepakati. (melalui kurir,
SMS, dan system komunikasi lainnya).
 
Dipandu oleh pedoman pelayanan klinis  Berdasarkan PPK TB dan jabaran SPO nya (alur
klinis, protocol, algoritme, prosedur dan standing order)
PENYIAPAN DOKUMEN AKREDITASI PUSKESMAS UNTUK PROGRAM P2TB

1. SK TIM TB DAN URAIAN TUGAS MASING-MASING ANGGOTA TIM


2. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TB (SOP)  ADA 25 SOP
1) SOP ALUR PASIEN TB
2) SOP PENEGAKKAN DIAGNOSA TB DEWASA
3) SOP KLASIFIKASI DAN TIPE PASIEN TB
4) SOP PENGOBATAN TB DEWASA
5) SOP FOLLOW UP DAHAK
6) SOP PENENTUAN HASIL AKHIR PENGOBATAN PASIEN TB
7) SOP PASIEN TB BEROBAT TIDAK TERATUR
8) SOP PENCATATAN DAN PELAPORAN TB  TB 06,05,01,02
9) SOP PENEGAKKAN DIAGNOSA TB PADA ANAK
10) SOP PENGOBATAN TB ANAK
11) SOP ALUR INVESTIGASI KONTAK TB SENSITIF PADA ANAK
12) SOP PEMBERIAN PP INH PADA ANAK
PENYIAPAN DOKUMEN AKREDITASI PUSKESMAS UNTUK PROGRAM P2TB

13) SOP PENENTUAN HASIL AKHIR PP INH PADA ANAK


14) SOP ALUR INVESTIGASI KONTAK TB RESISTEN OBAT PADA ANAK
15) SOP TB PADA KEADAAN KHUSUS UNTUK PASIEN ANAK (PERINATAL, DM, HIV)
16) SOP ALGORITME PENEMUAN DM PADA PASIEN TB
17) SOP ALGORITME PENAPISAN DAN DIAGNOSIS TB PADA PENYANDANG DM DEWASA
18) SOP PEMBUATAN SEDIAAN DAHAK
19) SOP PEWARNAAN
20) SOP PEMBACAAN
21) SOP KEAMANAN KERJA DI LABORATORIUM
22) SOP PEMELIHARAAN MIKROSKOP
23) SOP PEMBUANGAN LIMBAH TB
24) SOP ALUR TB MDR
25) SOP KOLABORASI TB-HIV  ALUR DAIGNOSIS TB PADA ODHA
PENYIAPAN DOKUMEN AKREDITASI PUSKESMAS UNTUK PROGRAM P2TB

. 3. KERANGKA ACUAN SETIAP KEGIATAN, meliputi:

- PENDAHULUAN / LATAR BELAKANG


- TUJUAN  TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
- OUTPUT
- SASARAN
- PETUGAS PELAKSANA
- WAKTU DAN TEMPAT
- BIAYA KEGIATAN
- JADWAL KEGIATAN
BAB VIII. MANAJEMEN PENUNJANG LAYANAN KLINIS (MPLK)

Pelayanan laboratorium

o Puskesmas rujukan laboratorium memeberikan layanan pemeriksaan BTA


o Puskesmas yang tidak dapat memberikan layanan pemeriksaan lab merujuk ke PKM RL
 
Pengambilan dahak dilakukan di tempat khusus (sputum booth).
 
Pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan pemeriksaan yang paling efisien, mudah, murah, bersifat spesifik,
sensitif dan dapat dilaksanakan di semua unit laboratorium yang sudah mendapat sertifikasi BLK dan petugas
yang sudah terlatih.
Puskesmas Rujukan Mikroskopis TB mampu membuat sediaan contoh uji , pewarnaan dan pemeriksaan
mikroskopis dahak, menerima rujukan dan melakukan pembinaan teknis kepada laboratorium Puskesmas
Satelit.
Menyiapkan slide uji silang sediaan dahak dalam boks
Dokumen umpan balik uji silang per triwulan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Pelayanan obat

o Obat yang tersedia merupakan obat program dalam bentuk paket OAT
o Pemberian disesuaikan dengan jadwal sesuai dengan SPO yang dibuat
o OAT lini pertama: Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) dan
Streptomisin (S). 
o paduan OAT dalam bentuk paket individual untuk setiap pasien. Paket OAT ini
dikemas dalam dua jenis kemasan, yaitu: kemasan Kombinasi Dosis Tetap (KDT)/Fix
Dose Combination (FDC) dan kemasan Kombipak.

Pelayanan radiodiagnostik

o Pemeriksaan radio dignostik dibutuhkan bagi pasien bila ada indikasi Apabila
pemeriksaan secara bakteriologis hasilnya negatif, maka penegakan diagnosis TB
dapat dilakukan secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan klinis dan penunjang
(pemeriksaan foto toraks) yang sesuai dan ditetapkan oleh dokter yang telah terlatih
TB.
o Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru,
sehingga dapat menyebabkan terjadi overdiagnosis ataupun underdiagnosis
HATUR NUHUN
PPM
HATUR NUHUN
1. TB ANAK “MANDATORY
“UPDATE TB 2016”
- ALUR DIAGNOSIS & PENGOBATAN NOTIFICATION  RAD”
IDENTIFIKASI &
- TB RESISTEN OBAT
PELIBATAN
- INVESTIGASI KONTAK DPM, KLINIK, PERAWAT,
- PP INH PADA ANAK BIDAN dll  EQA 
- TB ANAK PADA KEADAAN KHUSUS
C.CHECK  LQAS
- PENCATATAN & PELAPORAN  PP INH PADA ANAK
2. KOLABORASI TB – HIV
- PP INH PADA ODHA
3. INTEGRASI TB – DM
4. PEMANFAATAN TCM/GeneXPERT
0 1 2 3
Kontak Tidak jelas - Laporan BTA (+)
ortu, BTA
(-)
Uji tuberkulin negatif - - positif
Berat badan - BB/U < 80% BB/U < -
60%
Sistem Demam - > 2 minggu - -
Skoring Batuk >3minggu >3 minggu - -
Pembesaran - multipel , >1cm, nyeri (-) - -
KGB
Sendi - bengkak - -
Rontgen dada normal sugestive - -

Total score: _____13___


Dulu hanya Skor ≥ 6

Beri OAT
2 bulan terapi, evaluasi

Respons (+) Respons (-)

Terapi diteruskan
Teruskan terapi
Rujuk ke RS untuk evaluasi
Kasus 1 SKOR
Ibu Bambang, BTA (+++)
• Kontak BTA (+) = 3
Anak: Sinta, 4 tahun
• Gejala TB (-) • Uji tuberkulin (+) = 3
• Status gizi baik • Gejala klinis (-)
• Pemeriksaan fisik dan Rontgen dada: normal • Ro normal
• Uji tuberkulin: 15 mm
• Sputum tidak diperiksa

Berapa skor Sinta ? Total skor = 6


Apa diagnosis Sinta ? Diagnosis: ILTB
Kasus 2 SKOR
Bapak Dewa, pasien TB paru BTA negatif • Kontak BTA (-) = 2
Anak: Rama, 10 tahun • Uji tuberkulin (-) = 0
• Kontak serumah
• BB/U = 1
• Batuk 2 bulan, tidak membaik dg antibiotika
• Lesu, nafsu makan kurang
• Batuk > 2 minggu = 1
• BB/U < 80% • Ro = 1
• Rontgen dada: sugestif TB
• Uji tuberkulin: 5 mm
• BTA sputum (+/+/-) Total skor = 5
Diagnosis: TB paru
Berapa skor Rama ?
Apa diagnosis Rama ?
BTA (+)
ALUR DIAGNOSIS TB ANAK
(BARU)
Paduan Fase Fase
OAT
Kategori Diagnostik
Intensif Lanjutan
TB paru BTA negatif 2HRZ 4HR
TB Kelenjar
Efusi pleura TB
TB paru BTA positif 2HRZE 4HR
TB paru dengan kerusakan luas 
Cavitas, KP duplex
TB ekstraparu (selain TB Meningitis dan
TB Tulang/sendi)

TB Tulang/sendi 2HRZE 10 HR
TB Millier
TB Meningitis
Kriteria Terduga TB RO Pada Anak
Gejala TB dengan salah satu atau lebih kriteria berikut:
1. Riwayat pengobatan TB 6-12 bulan sebelumnya
2. Kontak erat dengan pasien TB RO
3. Kontak erat dengan pasien yang meninggal akibat TB, gagal pengobatan
TB atau tidak patuh dalam pengobatan TB
4. Tidak menunjukkan perbaikan setelah pengobatan dengan OAT lini
pertama selama 2-3 bulan
5. Anak dengan TB-HIV yang tidak respons terhadap pemberian OAT
Alur Diagnosis TB RO Pada Anak
TERDUGA TB RO ANAK

Pemeriksaan TCM TB
 

TB resistan rifampisin TB sensitif rifampisin MTB not detected

Pengobatan TB MDR Kondisi klinis stabil Kondisi klinis tidak


standar tanpa ada stabila) atau ada gejala
TB berat b)
Lakukan biakan dan kegawatan
uji kepekaan obat

Observasi gejala
klinis
Pertimbangkan
Sesuaikan paduan pengobatan secara
OAT berdasarkan empirisc)
OAT RHZE Gejala menetap Lakukan biakan dan uji
hasil uji kepekaan
obat kepekaan obat
 
Keterangan Alur Diagnosis TB RO Pada Anak
Catatan:
a
) suhu > 40 C, hipoksia, distress respirasi, hemoptysis, gizi buruk, kejang,
penurunan kesadaran
b
) TB meningitis, TB milier
c
) pemberian terapi secara empiris harus didiskusikan dan diputuskan
oleh Tim Ahli Klinis TB RO anak. Regimen terapi empiris disesuaikan
dengan pola resistensi dari kasus indeks penularannya
INVESTIGASI KONTAK
Langkah-langkah
Investigasi Kontak

Pemeriksaan untuk
Monitoring dan
Identifikasi menentukan ada Pengobatan atau evaluasi (termasuk
tidaknya infeksi pencegahan yang
kontak laten TB (ILTB) sesuai
pencatatan dan
pelaporan)
atau sakit TB
Anak berkontak dengan pasienTB
Alur sensitif OAT

Investigasi Gejala TB

Kontak TB
Tidak Ada

Umur > 5 thn dan HIV (-) Umur < 5 thn atau HIV (+)

Tidak perlu PP INH PP INH

Follow up rutin

Timbul gejala atau YA Lihat alur diagnosis TB


tanda TB pada Anak

TIDAK

Lengkapi pemberian
Observasi
INH selama 6 bulan
• Jika kasus indeks sensitif OAT, digunakan Pengobatan
Pencegahan dengan Isoniazid (PP INH)
• Dosis PP INH 10 mg/kg BB (maks 300 mg/hari).
PP INH • Obat dikonsumsi satu kali sehari, sebaiknya pada waktu
yang sama dan saat perut kosong.

• Pada pasien dengan gizi buruk dan infeksi HIV, diberikan


Vitamin B6 10 mg untuk dosis INH ≤200 mg/hari

• Lama pemberian 6 bulan (1 bulan = 28 hari pengobatan).


• Obat tetap diberikan sampai 6 bulan, walaupun kasus
indeks meninggal atau BTA kasus indeks sudah menjadi
negatif.
• Dosis obat disesuaikan dengan kenaikan BB setiap bulan.
Tata laksana pada anak kontak
Umur HIV Hasil pemeriksan Tata laksana

Balita (+)/(-) ILTB PPINH

Balita (+)/(-) Terpajan PPINH

> 5 th (+) ILTB PPINH

> 5 th (+) Terpajan PPINH

> 5 th (-) ILTB observasi

> 5 th (-) Terpajan observasi


Pengobatan lengkap Menyelesaikan pengobatan pencegahan INH selama 6
bulan

Hasil Putus berobat Tidak minum obat INH selama 1 bulan secara berturut

akhir turut atau lebih

pemberia Gagal Dalam pengobatan PP INH menjadi sakit TB


n PP
INH
Meninggal meninggal sebelum menyelesaikan PP INH selama 6
bulan dengan sebab apapun
ALUR PENCATATAN DAN PELAPORAN
IK dan PP INH

TB.01 Kontak Indeks


Pemeriksaan Kontak
PP INH
TB.15 TB.01 PP INH
Semua Kontak Dicatat
Hasil PP INH

TB.16

Rekap Kab/Kota Rekap Provinsi


Investigasi Kontak pada Anak Kontak dengan
Pasien TB RO

1. Kasus indeks adalah pasien TB RO

2. Anak yang berkontak dengan pasien TB RO dirujuk ke spesialis anak untuk pemeriksaan
lebih lanjut, sbb :

a. Jika kontak bergejala, periksa sputum atau spesimen lain dengan Tes Cepat Molekuler
(TCM).

b. Pengobatan TB sesuai hasil pemeriksaan uji kepekaan obat anak atau hasil uji
kepekaan obat kasus indeks.

c. Jika anak terbukti tidak sakit TB, tentukan  observasi atau pengobatan pencegahan.
Investigasi Kontak pada Anak Kontak dengan
Pasien TB RO

d. Pengobatan pencegahan untuk anak idealnya berdasarkan resistensi


OAT kasus indeks.
Paduan yang dapat diberikan adalah Levofloxacin dan Etambutol selama 6 - 9
bulan.

e. Anak yang tidak bergejala baik yang mendapatkan maupun yang tidak
mendapatkan pengobatan pencegahan harus diobservasi setiap bulan
selama 2 tahun  walaupun kasus indeksnya telah BTA negatif.
Anak yang berkontak
dengan Kasus Indeks TB RO
Alur investigasi
kontak pasien TB RO Gejala TB

Satu atau lebih gejala Tidak ada gejala

Pemeriksaan TCM

Mtb Mtb Sensitif Mtb


Resistan Rifampisin Negatif
Rifampisin (SR)
(RR)
Foto toraks, uji tuberkulin

TB (+) TB (-)

Pengobatan
Observasi
pencegahan
OAT RHZE,
Tatalaksana OAT lini
konfirmasi ulang
TB RO Anak pertama setelah 2 bulan Setiap 1 bln LVX dan E 6 – 9 bl
TB
Ibu hamil dengan
Tuberkulosis aktif

TB PADA KEADAAN KHUSUS partus

Bayi baru perinata


lahir

Evaluasi
Gejaklinis l
Bergejala Tanpa gejala

Sugestif kongenital Gejala


TB lainnya

Terapi OAT Pemeriksaan penunjang:


  Uji tuberkulin, rontgen
Pemeriksaan toraks, pemeriksaan
penunjang untuk mikrobiologis (bilas
Konfirmasi lambung)
PP INH 6 bulan
diagnosis Evaluasi klinis tiap
bulan*)
Mendukun Tidak
Terapi OAT
g TB Mendukung TB
Tes Tuberkulin
 

Positif
Negatif

Tidak perlu BCG Imunisasi BCG

Evaluasi Gejala Sampai Umur 2 Tahun


PENEMUAN Pasien TB anak
KASUS DM
PADA PASIEN Tidak menunjukkan respon klinis yang
TB ANAK DI baik setelah 2 bulan terapi yang
FKTP adekuat

Gejala klasik DM

< 4 gejala 4 gejala klasik (+) *)


klasik (-)
Pemeriksaan GDS
Pemeriksaan urin rutin
kapiler atau vena

GDS < 200 mg/dl GDS ≥ 200 mg/dl Reduksi ( + ) Reduksi ( - )

*) dapat dilakukan
pemeriksaan GDS Rujuk ke FKRTL untuk
dan/atau urin reduksi diagnosis dan Tatalaksana TB-
DM anak
PENEMUAN KASUS
Penyandang DM anak
TB ANAK PADA
PENYANDANG DM
Gejala terduga TB + Riwayat
DI FKTP kontak TB dewasa aktif

Gejala TB (+) Gejala TB (+) Gejala TB (-) Gejala TB (-)


Riwayat kontak TB Riwayat kontak TB Riwayat kontak TB Riwayat kontak TB
dewasa aktif (+) dewasa aktif (-) dewasa aktif (+) dewasa aktif (-)

Diagnosis dengan uji tuberkulin, foto toraks,


dan/atau bakteriologis

Rujuk ke FKRTL untuk


tatalaksana TB-DM anak
TB-HIV
Pemilihan ARV, pemantauan pengobatan dan pemberian
pengobatan pencegahan dengan kotrimoksasol mengacu pada buku
Pedoman Penerapan Terapi HIV pada Anak (Kemenkes RI, 2014)

Pemberian PP INH pada anak terinfeksi HIV

1. Jika berkontak dengan pasien TB aktif dewasa dan terbukti tidak sakit TB 
mendapat PP INH 10 mg/kgBB selama minimal 6 bulan.

2. Jika berusia lebih dari 12 bulan, tidak mempunyai gejala TB dan tidak berkontak
dengan pasien TB diberikan PP INH 10 mg/kgBB selama 6 bulan .
Kebijakan TB-HIV (dalam Permenkes 21 Thn. 2013)

 Penawaran Tes HIV pada seluruh


pasien TB tanpa memandang faktor
risiko HIV (Pasal 22, 23, 24:
Pemeriksaan Diagnosis HIV)

 Pemberian ARV pada pasien ko-


infeksi TB-HIV tanpa melihat nilai
CD4 (Pasal 34 : Pengobatan dan
Perawatan)
Alur Diagnosis TB Pada
ODHA Untuk Faskes
Yang Sulit Menjangkau
Layanan Tes Cepat TB
PP INH PADA ODHA
PP INH pada ODHA bertujuan untuk
mencegah TB aktif pada ODHA

PP INH diberikan pada ODHA yg


tidak terbukti TB

INH : 300 mg/hari ; B6 25 mg/hari


sebanyak 180 dosis atau 7 bulan
Diagnosis DM di tegakkan sesuai Tabel 1:
• Untuk menegakkan diagnosis dibutuhkan nilai yang berasal dari dua
pemeriksaan yang berbeda waktu.
• Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM

Pemeriksaan Spesimen Bukan DM Belum Pasti DM DM


Kadar Glukosa darah Plasma Vena < 100 100-199 ≥200
sewaktu (mg/dl) Darah Kapiler < 90 90-199 ≥200
Kadar glukosa darah Plasma Vena <100 100 - 125 ≥ 126
puasa (mg/dl) Darah Kapiler < 90 90 – 99 ≥ 100

Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Type 2 di Indonesia


3. Bila diagnosis TBDM sudah ditegakkan maka penyandang TBDM di rujuk
ke FKRTL untuk mendapatkan penatalaksanaan lebih lanjut
Gula darah puasa  tidak ada asupan makanan minimal 8 jam
PENGOBATAN DM PADA PASIEN TB

Kendali gula darah pada pasien DM dengan TB:


 Interaksi antara OAT dan OHO dapat mempengaruhi kadar kedua obat
dalam darah  efek terapetik sub optimal
 Kendali gula darah yang optimal akan meningkatkan outcome
pengobatan TB (menghindari non konversi, kegagalan, kematian).
 Kepatuhan pasien berkurang jika harus menelan obat dalam jumlah
banyak

Terapi INSULIN menjadi pilihan


PENGOBATAN DM PADA PASIEN TB

Di FKTP, pasien dapat dirujuk untuk memulai terapi insulin.


Bila tidak memungkinkan  gunakan OHO.
Fasilitas Pasien yang telah mendapatkan pengobatan satu macam OHO atau kombinasi 2
Kesehatan OHO yang tersedia di FKTP dan pada pemantauan di 3 bulan pertama kadar gula
Tingkat Primer darah tidak terkontrol  rujuk ke FKRTL.

Kendali gula darah pada pasien TB dengan DM di FKRTL merujuk pada:


 PNPK DM,
 Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes melitus tipe 2 di
indonesia tahun 2015, dan Fasilitas Kesehatan
 PNPK TB Rujukan Tingkat
Lanjut
RUJUK DAN RUJUK BALIK

 Pemeriksaan jika tidak tersedia (foto toraks, Xpert MTB/RIF, biakan


dan uji kepekaan TB, glukosa darah vena, TTGO, HbA1c)
 Tatalaksana penyulit atau komplikasi

Fasilitas
Kesehatan Tingkat Tatalaksana lanjutan setelah diagnosis ditegakkan atau Fasilitas Kesehatan
Primer setelah penyulit/komplikasi teratasi atas pertimbangan Rujukan Tingkat
dokter Lanjut
Algoritme penapisan dan diagnosis TB pada penyandang DM dewasa
Penyandang Diabetes

Gejala TB + foto toraks*)

Gejala TB (+) Gejala TB (+) Gejala TB (-) Gejala TB (-)


foto toraks (+) foto toraks (-) foto toraks (+) foto toraks (-)

Tanyakan ulang gejala


Diagnosis sesuai PNPK TB TB pada setiap
kunjungan berikutnya.
Foto toraks diulang atas
indikasi
Tatalaksana TB-DM

*)
Jika fasilitas foto toraks tidak tersedia, rujuk pasien ke FKRTL atau lab radiologi jejaring
Penggunaan Tes Cepat Molekuler
dengan Xpert MTB/RIF di Indonesia

Sebagai alat diagnosis cepat untuk terduga:


• TB Resistan Obat
• TB pada ODHA
• TB pada anak
• TB dgn hasil BTA negatif setelah pemeriksaan mikroskopis
• TB ekstraparu
• TB dengan komorbiditas  DM
• TB di rutan/lapas
• TB kasus baru
HATUR NUHUN
PPM
HATUR NUHUN

Anda mungkin juga menyukai