Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH KABUPATEN RAJA AMPAT

DINAS KESEHATAN
UPT RSUD KABUPATEN RAJA AMPAT
Jalan Jend. Basuki Rahmat, Kel. Warmasen, Distrik Waisai Kota, Raja Ampat, Papua Barat Daya 98481
Tlp. (0951) 3173358, Pos-el rsudr04@gmail.com

PROGRAM KERJA TIM TB DOTS


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT

1
PROGRAM KERJA TIM TB DOTS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN RAJA AMPAT

PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) telah menginfeksi hamper sepertiga penduduk dunia, dan masih
merupakan salah satu penyebab kematian utama, dengan insidens yang terus
meningkat sejak awal tahun1980. World Health Organization (WHO) melaporkan
bahwa pada tahun 2009 insidens penyakit TB sebesar 9,4juta (kisaran 8,9-9,9 juta).
Dengan prevalens sebesar 14 juta (kisaran 12-16 juta) serata angka kematian
1,3juta (kisaran 1,2-1,5 juta). Indonesia saat ini menduduki peringkat kelima di dunia
dalam hal jumlah penderita. Insidensnya sebesar 528.063 kasus, prevalens 565.614
kasus, kasus baru dengan BTA (+) sebanyak 236.029, sedangkan angka kematian
sebesar 91.369.
Penyebabutama meningkatnya masalah tuberculosis antara lain adalah:
 Komitmen politik khususnya pendanaan yang tidak memadai
 Organisasi pelayanan tuberculosis yang belummemadai (kurangnya akses
kepelayanan, OAT ketersediaannya tidak selalu terjamin masalah pengawas
menelanobat (PMO), pencatatan dan pelaporan yang belum standar.
 Pandemi HIV dan masalah MDR TB.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka pada tahun 1993, WHO mencanangkan
tuberculosis sebagai kedaruratan dunia (global emergency) dan bersama IUATLD
sekaligus merekomendasikan strategi penanggulangan tuberculosis yang dikenal
sebagai DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) karena telah terbukti
sebagai strategi penanggulangan yang efektif.
Pada pelaksanaannya digunakan International Standard for Tuberkulosis Care
(ISTC) yang dikembangkan oleh hamper semua organisasi profesi international
termasuk organisasi professional di Indonesia. Beberapa hal yang perlu dipahami
dalam ISTC adalah:
 Standar tersebut dibuat dan untuk digunakan oleh semua profesi yang
terliabat dalam penanggulangan tuberculosis di semua tempat.
 Standar tersebut digunakan untuk menatalaksana semua pasien TB,
termasuk didalamnya TB paru BTA (+) dan BTA (-), MDR TB, TB/HIV, TB
ekstraparu, dan TB anak.

2
 Semua profesi yang menatalaksana TB harus memahami fungsi kesehatan
masyarakat dengan tingkat tanggung jawab yang tinggi.

Global Plan untuk tahun 2006-2015 WHO merekomendasikan 6 elemen kunci


Strategi Stop Tuberkulosis yang terdiridari:

1. Meningkatkan dan memperluas Ekspansi DOTS yang berkualitas


- Komitmen politik
- Penemuan kasus menggunakanEkspansi DOTS yang berkualitas
- Pengobatan standard dengan supervisi dan bakteriologi
- Pengobatan standard dengan supervise dan dukungan pasien
- Sistem distribusi OAT yang efektif
- Sistem monitoring danevaluasi
2. Memperhatikan masalah TB/HIVdan MDR-TB
3. Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan
4. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan
5. Memberdayakan pasien tuberculosis dan masyarakat
6. Memberdayakan dan meningkatkan penelitian

Di Indonesia Strategi DOTS telah diterapkan secaraluas di puskesmas sejak 1997


dan sejak tahun 2000 secara bertahap strategi ini dikembangkan untuk diterapkan di
seluruh unit pelayanan kesehatan termasuk dokter praktek swasta dan rumah sakit
baik pemerintah maupun swasta.

LATAR BELAKANG

Rumah sakit mempunyai potensi yang besar dalam kemampuan


penemuan pasien TB (case finding), namun mempunyai keterbatasan dalam
menjaga keteraturan pengobatan (case holding). Hal ini berakibat pemantauan
terhadap hasil kesembuhan di RS kurang bias dilakukan dengan seksama
sehingga memberikan kesan bahwa angka putus berobat di Rumah Sakit
menjadi cukup besar. Keadaan tersebut berisiko menciptakan masalah yang
lebih besar yaitu munculnya kasus TB dengan resisten ganda terhadap OAT (TB
RO).
3
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan DOTS di rumah
sakit adalah dengan mengembangkan rujukan kerja yang kuat yaitu Jejaring
internal. Jejaring internal adalah jejaring yang dibangun antara jajaran Direksi
Rumah Sakit dengan semua unit terkait dalam penanggulangan TB dengan
strategi DOTS. Dengan tujuan semua pasien TB mendapatkan akses pelayanan
DOTS yang berkualitas mulai dari penemuan, diagnosis, follow up sampai akhir
pengobatan, menjamin kelangsungan dan keteraturan pengobatan pasien TB
sehingga mengurangi jumlah pasien TB yang putus berobat.

Agar kegiatan jejaring internal optimal, diperlukan pertemuan/kordinasi


jejaring internal secara berkala. Untuk monitoring dan evaluasi efektivitas
pelaksanaan jejaring internal.

Jejaring internal dilaksanakan secara rutin setiap tiga bulan sekali,


untuk mengevaluasi program kerja yang telah disusun oleh tim TB
DOTS.

4
TUJUAN
1. Umum
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat mampu melaksanakan
pelayanan paripurna dan menyeluruh terhadap penderita Tuberkulosis
berdasarkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short Course)
2. Khusus
 Tercapainya Proporsi jumlah pasien TB Paru BTA (+) yang tercatat di
Unit DOTS Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat
dibandingakan dengan seluruh pasien TB Paru BTA (+) yang berobat
di rumah sakit diatas 60%.
 Tercapainya kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat di atas 85%
 Tercapainya angka default yaitu jumlah pasien TB BTA (+) yang
default di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat dalam
satu triwulan dibandingkan terhadap jumlahpasin TB BTA (+) terhadap
jumlah pasien TB dalam triwulan yang sama dibawah 5%.
 Tercapainya angka keberhasilan rujukan yaitu presentase pasien TB
yang dirujuk dan sampai di UPK rujukan diantara seluruh pasien yang
dirujuk sebesar 100%.

5
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Kegiatan pokok program TB-DOTS RSUD Kabupaten Raja Ampat Provinsi
Papua Barat adalah memberikan pelayanan Tuberkulosis kepada masyarakat
secara menyeluruh untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian penderita
Tuberkulosis di Kabupaten Raja Ampat.
Rincian Kegiatan :
1. Jejaring internal tim TB dengan unit terkait di RSUD Kabupaten Raja Ampat.
2. Pengembangan SDM tim TB-DOTS .
3. Pemeriksaan BTA Sputum sebagai sarana penegakan diagnosis
Tuberkulosis.
4. Ketersediaan OAT kategori 1 yang memadai .
5. Kolaborasitim TB-DOTS dengantimHIV
6. Konseling dan testing pada pasien Tuberkulosis terutama yang beresiko
tinggi HIV .
7. Laporan rutin tiap triwulan.
8. Perawatan dan pengobatan pada pasien Tuberkulosis di instalasi rawat inap
dan instalasi rawat jalan
9. Menerima rujukan pasien Tuberkulosis dari fasyankes tingkat 1
10. Merujuk balik pasien Tuberkulosis ke fasyankes tingkat 1.
11. Rujukan ke rumah sakit rujukan untuk kasus pasien Tuberkulosis RO.
12. Penyuluhan kepada pasien, PMO, dan pengunjung pasien melalui PKRS .
13. Melakukan jejaring eksternal dengan puskesmas, BKPM, dan fasyankes
lain.

Cara Melaksanakan Kegiatan


Cara pelaksanaan kegiatan TB-DOTS RSUD Kabupaten Raja Ampat
adalah sebagai berikut :

1. Seluruh Tim TB-DOTS dan unit terkait di undang untuk menghadiri rapat
jejaring internal tiap 3 bulan

2. Mengadakan dan mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar atau IHT dan


baik di internal Rumah Sakit maupun di ekternal Rumah sakit untuk
meningkatkan kemampuan tim tb –dots sesuai dengan bidangnya

6
masing-masing.
3. Berkoordinasi dengan bagian laboratorium untuk pemeriksaan bta sps
sebagai sarana penegakan diagnosis tuberculosis
4. Berkoordinasi dengan farmasi untuk pengadaan obat OAT kategori 1
yang memadai
5. Melakukan kolaburasi dengan tim hiv apabila ditemukan pasien
tuberculosis yang berisiko tinggi HIV
6. Melakukan screening HIV pada pasien Tuberculosis
7. Melakukan pencatatan dan pelaporan tiap trimester dan dilaporkan ke
dinas kesehatan Kabupaten Raja Ampat setiap tiga bulan secara SITT
8. Melaksanakan perawatan dan pengobatan pasien tuberculosis baik di
instalasi rawat jalan ataupun di instalasi rawat inap
9. Menerima rujukan pasien tuberculosis dari fasyankes tingkat 1
(puskesmas atau dokter keluarga) terutama pasien tuberculosis dengan
komplikasi

10. Melakukan rujukan balik ke fasyankes tingkat 1(puskesmas atau dokter


keluarga) terutama bagi pasien tuberculosis tanpa komplikasi dan sudah
dalam kondisi stabil atau pasien tuberkulosis yang meminta pindah
pengobatan ke fasyankes yang terdekat dengan tempat tinggal pasien,
serta pasien tuberculosis yang mendapatkan pengobatan tuberculosis
kategori 2.
11. Melakukan penyuluhan kepada pasien, pengunjung, dan pendamping
menelan obat bagi pasien tuberculosis melalui PKRS
12. Melakukan jejaring external dengan puskesmas, BKPM, dan fasyankes
lain untuk keberhasilan program TB-DOTS

SASARAN

Sasaran kegiatan program TB DOTS RSUD Kabupaten Raja Ampat adalah sebagai
berikut :

1. Direktur RSUD Kabupaten Raja Ampat.

2. Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Kepala Bidang Keperawatan

7
3. Kepala Seksi Pelayanan Medik dan Kepala Seksi Pengawasan Pelayanan
Medik

4. Kepala Seksi Keperawatan dan Kepala Seksi Pendidikan dan Penelitian

5. Kepala Instalasi Rawat Jalan dan Para Kepala Ruangan

6. Dokter Spesialis dan Dokter Umum

6. Tenaga Keperawatan, Bidan,Farmasi, Gizi, Analis, Radiologi

7. Tim TB DOTS

8. Tim HIV

9. Sim RS

10. Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS

11. Rekam Medis dan PKRS

12. Pasien, Pengunjung pasien, keluarga pasien, Pengawas Menelan Obat.

13. Dinas Kesehatan Kabupaten Raja Ampat

14. Fasyankes tingkat 1 (puskesmas dan dokter keluarga) dan BKPM

8
NO Aktvitas SASARAN Anggaran Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1. Pertemuan 1. Komite medik Rp100.000/ pertemuan
2. Bentuk kegiatan berupa
TB
konferensi klinik yang
dapat dilakukan berkala

2. On Job 1. Perawat poli maupun Rp1.000.000/ kegiatan


ruangan
Training
2. Petugas administrasi poli
RR TB maupun ruangan

3. Sosialisasi 1. Perawat ruangan dan poli Rp200.000/pertemuan


2. Bentuk kegiatan:
PPI TB
- Workshop 1 hari
3. Penanggung Jawab Tim
PPI dan DOTS
4. Penyuluhan 1. PMO dan Pasien TB Rp100.000/
2. Bentuk kegiatan penyuluhan
TB pertemuan

5. Team 1. Tim DOTS Rp1.000.000/


Builiding pertemuan
TIM DOTS

9
V. PENUTUP

Program kerja tim-DOTS Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat
tahun 2022 - 2023 dibuat untuk dijadikan acuan bagi pelaksanaan kegiatan
penanggulangan dan penatalaksanaan pasien Tuberkulosis di rumah sakit.
Semoga dapat direalisasikan dalam kegiatan nyata.

Waisai, 02 Oktober 2023

DIREKTUR RSUD
KABUPATEN RAJA AMPAT

MEIDI L. MASPAITELLA, S.Gz


PENATA. III/C
NIP. 198201262006052001

10

Anda mungkin juga menyukai