Anda di halaman 1dari 18

PEDOMAN INTERNAL PROGRAM TBC

UPT PUSKESMAS BAGO

NOMOR : PI/021/UKM2/2023

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PROBOLINGGO


UPT PUSKESMAS BAGO
Jl. Raya Besuk No. 176 Desa Bago Kec. Besuk
Kabupaten Probolinggo
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan
pemeriksaan. Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang
dilandasi oleh pengetahuan dan ketrampilan untuk melakukan intervensi
pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin
bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang
rasional. Pengobatan rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang
sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian,
tersedia setiap saat dan harga terjangkau.

B. Tujuan
Tujuan pengobatan adalah mengupayakan kesembuhan dan pemulihan
pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat ditanggung
jawabkan.
Panduan ini digunakan untuk memberikan panduan kepada petugas
pelayanan pemeriksaan tentang cara pemberian layanan pelayanan
pemeriksaan TBC, melalui proses anamnese, proses kajian, penentuan
diagnosis hingga terapi yang akan dilakukan pada pelayanan pemeriksaan
TBC.

C. Sasaran
Sasaran panduan ini adalah petugas UPT Puskesmas yang memberi
layanan pada pelayanan pemeriksaan TBC, baik seorang dokter maupun
perawat terlatih yang telah mendapatkan pendelegasian wewenang dari
dokter.

D. Ruang Lingkup Pedoman


Ruang lingkup pedoman pelayanan pemeriksaan TBC di UPT
Puskesmas Bago ini adalah :
Kegiatan dalam gedung :
 Melakukan anamnesa, pemeriksaan dan tata laksana penderita
 Melakukan pencatatan rekan medik pasien
 Pengobatan medik dasar di UPT Puskesmas sesuai pedoman
 Penyuluhan tentang penyakit TBCC dan pola hidup sehat
 Konseling TBC
 Deteksi dini penyakit TBC
 Menerima rujukan dan melakukan rujukan kasus spesialistik
 Menerbitkan surat keterangan sakit yang ditandatangani oleh dokter
 Pengambilan obat dan pemantauan PMO
 Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan
Kegiatan luar gedung :
 Penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit TBC
 Melakukan pencarian kasus penderita secara aktif (pelacakan kasus,
kunjungan rumah, dan pelacakan kontak)
 Melakukan pelacakan kasus mangkir pengobatan TBC
 Melakukan koordinasilintas sektor dan tokoh masyarakat dalam
rangka pencegahan dan pengendalian penyakit menular.
Lingkup berlakunya pedoman pelayanan pemeriksaan TBC ini adalah
pelayanan di dalam gedung dan jaringan UPT Puskesmas Bago yang
meliputi Pustu, Ponkesdes, dan Polindes. Pelaksanaan pelayanan
pengobatan di jaringan UPT Puskesmas Bago didasarkan pada standart
prosedur yang berlaku serta pendelegasian wewenang oleh dokter kepada
petugas yang terlatih.

E. Batasan Operasional
a. Batasan operasional program pelayanan TBC di puskesmas
adalah :
1) Penemuan kasus TBC dan di obati adalah skrining TBC untuk
menemukan kasus TBC dan dilakukan pengobatan sesuai
standart, baik kasus rujukan dari rumah sakit ataupun hasil
pemeriksaan di puskesmas.
2) Pelayanan terduga TBC sesuai standart.
3) Keberhasilan pengobatan TBC (success rate) baik pengobatan
lengkap maupun sembuh.
Cara Perhitungan/rumus :
jumlah pengobatanlengkap/ sembuh
x100%
jumlah pasien yang diobati
b. Indikator dan Target
TARGET
NO INDIKATOR KINERJA
PKP/SPM

1. Kasus TBC yang ditemukan dan diobati 90 %

Persentase Pelayanan orang terduga TBC


2. mendapatkan pelayanan TBC sesuai standar 100 %
(Standar Pelayanan Minimal ke 11)
Angka Keberhasilan pengobatan kasus TBC
3. ≥ 90%
(Success Rate/SR)

F. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2016 tentang
Penanggulangan Tuberkulosis
3. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020
4. Surat Edaran Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan Nomor HK. 02.02/III.1/936/2021 tentang
Perubahan Alur Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis di Indonesia.
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2021 Tentang
Penanggulangan Tuberculosis.Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberculosis;
6. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala UPT Puskesmas Bago Nomor :
400.7/59/SK/426.102.20/2023 Tentang Tatalaksana Penanggulangan
Tuberculosis UPT Puskesmas Bago
BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Seorang koordinator program TBC yang profesional memiliki ciri :
1. Fisik, mental, dan spiritual optimal
2. Berpengetahuan luas
3. Memelihara dan menjaga reputasi profesi
4. Memberikan pelayanan yang terbaik
Kompetensi seorang koordinator program TBC di Puskesmas yaitu
memiliki kemampuan dalam :
1. Perencanaan dalam upaya penemuan kasus TBC
2. Perluasan jejaring kemitraan dan jejaring koalisi
3. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
4. Pemantauan dan pengawasan pasien dalam kepatuhan minum
OAT
Petugas Pelayanan Pemeriksaan khusus TBC UPT Puskesmas Bago
terdiri dari :
1. Perawat (DIII Keperatan) sebagai penanggung jawab ruang
pemeriksaan khusus TBC di UPT Puskesmas Bagi yang
merangkap sebagai koordinator program TBC sekaligus petugas
pencatatan dan pelaporan kegiatan program TBC.
2. Dokter umum
3. Analis kesehatan (DIII Analis Kesehatan) sebagai koordinator
pemeriksaan di laboratorium.
4. Farmasi (DIII Farmasi) sebagai koordinator pelayanan
kefarmasian.

B. Distribusi Ketenagaan
Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan
program TBC mulai dari Kepala puskesmas, penanggung jawab UKP,
penanggung jawab UKM, dan seluruh karyawan. Sebagai koordinator
dalam penyelenggaraan kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas
adalah koordinator program TBC. Pengaturan dan penjadwalan tenaga
puskesmas dalam upaya pelayanan perogram TBC dikoordinir oleh
Petugas TBC sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan.
C. Jadwal Kegiatan
Penyelenggaraan pelayanan pemeriksaan TBC dilakukan setiap hari Kamis sesuai jam kerja. Sebelum jam pelayanan, petugas
harus mempersiapkan sarana dan prasarana. mulai dari jam pelayanan hingga setelah pelayanan, petugas harus melakukan pencatatan
kegiatan serta pengelolaan peralatan yang telah dipakai selama pelayanan.

Jadwal pelaksanaan kegiatan Program TBC disepakati dan disusun bersama dengan lintas program dan lintas sektor terkait dengan rincian
sebagai berikut :
JADWAL
NO KEGIATAN Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agustus Sep Okt Nov Des
1. Investigasi Kontak (Gerakan 1 : 20) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2. Pendampingan Pemantauan Minum Obat (PMO) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

3. Pengiriman Spesimen TBC √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4. Pelaksanaan Gerakan Pengendalian Penyakit


√ √
Prioritas TB (Refreshing Kader)
5. Pemberian TPT (Terapi Pencegahan TBC) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

6. Pelayanan Poli DOTS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


7. Pencatatan dan pelaporan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
BAB III
STANDART FASILITAS

D. Fasilitas dan Kelengkapan


Pada pelayanan pemeriksaan TBC, kelengkapan fasilitas di UPT Puskesmas
Bago sebagai berikut :
1. Ruangan :
a. Luas ruang pelayanan pemeriksaan TBC UPT Puskesmas Bago
adalah 36 M²
b. Telah memiliki fasilitas air mengalir
c. Mempunyai cross ventilation
d. Kamar tepisah dan udara dibuang ke area tidak ada orang lalu
lalang.
e. Meja Kerja 1 unit
f. Kursi Kerja 1 unit
g. Lemari Arsip 1 unit
h. Laptop 1 unit
i. Printer 1 unit
2. Pencatatan dan Pelaporan
a. Buku register TBC : Sesuai Kebutuhan
b. Formulir dan Surat Keterangan lain : Sesuai Kebutuhan
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Tata laksana pasien pelayanan pemeriksaan TBC merupakan suatu
proses atau rangkaian kegiatan yang langsung diberikan kepada pasien
pada tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses,
berpedoman pada standart, dilandasi etika, dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab.
Proses tersebut meliputi tahap :
 Pengkajian
 Diagnosa
 Perencanaan
 Pelaksanaan / pengobatan
 Evaluasi
Proses tersebut sebagai salah satu pendekatan utama dalam proses
pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah.
1. Tujuan
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan seseorang yang berkunjung
ke UPT Puskesmas , apakah keadaan seseorang tersebut sehat atau
sedang sakit.
2. Standart Asuhan
Standart I : Pengkajian
Standart II : Diagnosa
Standart III : Pengobatan
Standart IV : Pendokumentasian

B. Langkah Kegiatan
a. Standart I (Pengkajian)
Pengkajian memerlukan data yang lengkap tentang keadaan untuk
menentukan kebutuhan pengobatan. Komponen pengkajian meliputi :
1. Keluhan pasien (anamnesa)
Berisi keluhan utama maupun keluhan penyerta yang sering
disampaikan oleh pasien maupun keluarga pasien. Penelusuran
riwayat penyakit yang diderita saat ini, penyakit lainnya yang
merupakan faktor resiko, riwayat keluarga, riwayat sosial dan
riwayat alergi menjadi informasi lainnya pada bagian ini. Pada
beberapa penyakit, bagian ini memuat informasi spesifik yang harus
diperoleh dokter dari pasien atau keluarga pasien untuk
menguatkan diagnosis penyakit.
Wawancara terhadap pasien atau keluarga meliputi :
 Identifikasi Data
 Mengidentifikasi data seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan,
status perkawinan (biasanya sudah ditanyakan oleh
petugas pendaftaran)
 Sumber riwayat medis, biasanya pasien, tetapi dapat juga
anggota keluarga, surat rujukan, atau rekam medis.
 Keluhan utama
Satu atau lebih gejala atau kekhawatiran yang menyebabkan
pasien pergi berobat.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Memperjelas keluhan utama, menguraikan bagaimana setiap
gejala itu terjadi. Gejala utama harus diterangkan secara jelas
dengan menyebutkan lokasi, kualitas, kuantitas, atau intensitas,
waktu termasuk awitan, durasi, dan frekuensi, situasi ketika
gejala tersebut timbul, faktor yang memperberat atau
meringankan gejala, dan manifestasi yang menyertainya.
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Daftar penyakit yang dialami pada waktu kanak-kanak
 Daftar penyakit pada usia dewasa beserta tanggal
kejadiannya, setidaknya meliputi empat kategori, medis,
pembedahan, obstetri ginekologi (wanita), dan psikiatri.
 Meliputi praktek pemeliharaan kesehatan seperti imunisasi,
tes skrening, masalah gaya hidup, dan keamanan dirumah.
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Membuat diagram mengenai usia dan kesehatan, atau usia
dan penyebab kematian saudara sekandung, orang tua, dan
kakek atau nenek.
 Catatan tentang ada atau tidaknya penyakit spesifik dalam
keluarga, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan
lain-lain.
 Lamanya Sakit
Lamanya dia menderita sakit sekarang. Jika sakit yang
sekarang dikeluhkan merupakan kekambuhan, maka
ditanyakan ditanyakan juga lamanya sakit mulai terjangkit.
 Pengobatan Yang Sudah Dilakukan
Daftar obat-obatan yang sudah digunakan selama ini.
 Riwayat Alergi Obat
Riwayat terjadinya alergi terhadap obat-obatan yang pernah
dikonsumsi selama ini. Ini merupakan catatan buat petugas
kesehatan sehingga tidak memberikan obat dari golongan obat
yang sama.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan vital sign meliputi :
 Pengukuran tekanan darah
 Pengukuran suhu tubuh
 Pengukuran nadi
 Pengukuran pernafasan
3. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi).
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan tubuh untuk
menentukan adanya kelainan dari suatu sistem atau organ bagian
tubuh.
b. Standart II (Diagnosa)
Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat ditegakkan
dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang
untuk memastikan diagnosis. Diagnosis TBC ditegakkan berdasarkan
terdapat paling sedikit satu specimen konfirmasi M. Tuberculosis atau
sesuai dengan gambaran histologi TBC atau bukti klinis dan radiologis
sesuai TBC. Selain itu bagian ini juga memuat klasifikasi penyakit,
diagnosis banding dan komplikasi penyakit.
c. Standart III (Pengobatan)
Bagian ini berisi sistematika rencana penatalaksanaan berorientasi
pada pasien yang terbagi atas dua bagian yaitu : penatalaksanaan non
farmakologi dan farmakologi. Selain itu bagian ini juga berisi edukasi
dan konseling terhadap pasien dan keluarga, aspek komunitas lainnya
serta kapan dokter perlu merujuk pasien (kriteria rujukan).
Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah satu kriteria
sebagai berikut :
1. Time : jika perjalanan penyakit dapat digolongkan
kepada kondisi kronis atau melewati golden
time standart

2. Usia (age) : jika usia pasien dalam kategori yang


dikhawatirkan meningkatkan resiko komplikasi
serta resiko kondisi penyakit lebih berat
3. Complication : jika komplikasi yang ditemui dapat memperberat
kondisi pasien
4. Comorbidity : jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain
yang memperberat kondisi pasien.
Selain empat kriteria di atas, kondisi fasilitas pelayanan juga dapat
menjadi dasar bagi dokter untuk melakukan rujukan demi menjamin
keberlangsungan penatalaksanaan dengan persetujuan pasien.
Terapi yang diberikan sesuai dengan diagnosis dan hasil
pemeriksaan penunjang. Pemberian terapi meliputi :
1. Pemberian terapi suportif, seperti meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Pemberian terapi farmakologis, berupa :
 Terapi symtomatis
 Terapi kausatif :
 Semua pasien (termasuk mereka yang terinfeksi HIV) yang
belum pernah diobati harus diberi paduan obat yang
disepakati secara internasional menggunakan yang
bioavailabilitasnya telah diketahui. Fase inisial seharusnya
terdiri atas isoniazid, rifamfisin, pirazinamid, dan etambutol.
Fase lanjutan seharusnya terdiri atas isoniazid dan rifamfisin
yang diberikan selama 4 bulan. Dosis obat anti TBC yang
digunakan harus sesuai dengan rekomendasi internasional.
Kombinasi dosis tetap yang terdiri atas kombinasi 2 obat
(isoniasid), 3 obat (isoniazid, rifamfisin, dan pirazinamid) dan
4 obat (isoniazid, rifamfisin, pirazinamid, dan etambutol)
sangat direkomendasikan.
 WHO merekomendasikan paduan standart untuk TBC paru
kasus baru adalah 2RHZE/4RH.
 Paduan alternative 2RHZE/4R3H3 harus disertai
pengawasan ketat secara langsung untuk setiap dosis obat.
 Paduan obat standart TBC resisten obat ganda di Indonesia
adalah minimal 6 bulan fase intensif dengan paduan obat
pirazinamid, etambutol, kanamisin, levofloksasin, etionamid,
sikloserin dan dilanjutkan 18 bulan fase lanjutan dengan
paduan obat pirazinamid, etambutol, levofloksasin, etionamid,
sikloserin (6Z-(E)-Kn-Lfx-Eto-Cs/18Z-(E)-Lfx-Eto-Cs).
Etambutol dan pirazinamid dapat diberikan namun tidak
termasuk obat paduan standart, bila telah terbukti resisten
maka etambutol tidak diberikan.
 Pengobatan TBC dengan DM prinsipnya sama dengan TBC
tanpa DM dengan syarat kadar gula darah terkontrol. Apabila
kadar gula darah tidak terkontrol maka lama pengobatan
dapat dilanjutkan sampai dengan 9 bulan.
 Pengobatan TBC dengan HIV dan belum pernah diobati
harus diberikan panduan obat lini pertama. Fase awal 2 bulan
INH, RIF, dan EMB, fase lanjutan 4 bulan INH, dan RIF atau
6 bulan INH dan etambutol. Pemberian INH dan etambutol
selama 6 bulan untuk fase lanjutan tidak direkomendasikan
untuk pasien TBC dengan HIV karena mudah terjadi
kegagalan atau kambuh.
 Pengobatan TBC pada ibu hamil dan menyusui :
 Isoniasid direkomendasikan untuk TBC pada kehamilan
meskipun terdapat peningkatan resiko hepatotoksisitas.
 Etambutol direkomendasikan untuk TBC pada kehamilan.
 Pirazinamid sampai saat ini belum terdapat laporan efek
samping penggunaan obat, apabila pirazinamid tidak
digunakan maka paduan obat 9 bulan isoniazid, rifamfisin
dan etambutol.
 Rifamfisin dapat menyebabkan perdarahan yang
berhubungan dengan hipoproteinemia pada bayi apabila
dikonsumsi pada trimester ketiga kehamilan.
 Streptomisin untuk kategori kehamilan belum tersedia jadi
tidak direkomendasikan untuk pengobatan TBC pada
wanita hamil.
 Pengobatan TBC dengan Penyakit Ginjal Kronik, pengobatan
yang dianjurkan adalah 2 bulan isoniazid, rifamfisin,
etambutol, dan pirazinamid dilanjutkan dengan 4 bulan
isoniazid dengan rifamfisin. Isoniazid dan rifamfisin
dieliminasi melalui sekresi bilier sehingga tidak diperlukan
penyesuaian dosis. Selama menerima isoniazid pasien
dengan gangguan ginjal harus diberikan bersama dengan
piridoksin untuk mencegah neuropati perifer.
 Pengobatan TBC dengan kelainan hati, pirazinamid tidak
boleh diberikan. Panduan obat yang dianjurkan WHO ialah
2RHES/6RH atau 2HES/10HE.
 Pengobatan TBC ekstra paru, paduan obat selama 6-9 bulan
(2 bulan INH, RIF,PZA dan EMB diikuti dengan 4-7 bulan INH
dan RIF). Pengecualian rekomendasi 6-9 bulan untuk TBC
ekstra paru pada system saraf pusat yaitu selama 9-12 bulan.
 Terapi TBC pada anak menggunakan panduan INH,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol pada fase inisial 2
bulan pertama kemudian diikuti oleh rifampisin dan INH pada
4 bulan fase lanjutan.
3. Konseling dan edukasi
Konseling dan Edukasi melibatkan kerja sama lintas program yaitu :
Gizi dan Kesling.
d. Standart IV (Pendokumentasian)
Catatan pemeriksaan, pengobatan rawat jalan ditulis di rekam
medis sehingga dapat digunakan sebagai bahan bukti informasi,
tindakan dan laporan.
Penulisan catatan rekam medis dilakukan sesegera mungkin
sebelum data hilang dari ingatan. Jika ditulis dengan tangan, sebuah
rekam medis yang baik selalu dianggap sah secara hukum.
1. Urutan rekam medis
Urutannya harus konsisten dan jelas sehingga orang yang
membacanya di kemudian hari dapat dengan mudah menemukan
informasi tertentu yang diperlukan.
2. Tingkat kerincian
Kerincian dalam rekam medis harus memiliki kaitan dengan subjek
atau permasalahannya tetapi jangan sampai berlebihan.
BAB V
LOGISTIK

A. Manajemen Logistik

Petugas penanggung jawab ruang pelayanan pemeriksaan TBC wajib


memastikan logistic peralatan dan bahan habis pakai terpenuhi dengan cara
melakukan perencanaan kebutuhan, melakukan pengecekan secara berkala
dan segera membuat permintaan kebutuhan logistic yang diperlukan.

B. Jenis-Jenis Logistik
1. Alat tulis
2. Buku pencatatan laporan
3. Transport petugas dan kader TBC
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Program pelayanan pemeriksaan TBC harus memperhatikan


keselamatan dengan cara melakukan identifikasi terhadap potensi yang
mungkin terjadi yaitu :
 Kesalahan diagnosis
 Kesalahan identifikasi pasien / salah orang
 Kesalahan pemberian terapi
 Kesalahan pemberian resep
 Monitoring pengobatan yang kurang baik
 Limbah medis berceceran
 Paparan dengan cairan tubuh pasien
 Tidak menggunakan alat pelindung diri
 Menggunakan peralatan tidak steril
Untuk mencegah terhadap potensi yang mungkin terjadi seperti yang
telah disebutkan diatas maka dilakukan :
1. Pelaksanaan prosedur identifikasi dan kesesuaian dengan identitas
pasien
2. Umpan balik dari unit pelayanan tentang kesesuaian identifikasi
pasien dengan rekam medis
3. Monitoring secara berkala oleh tim manajemen mutu UPT
Puskesmas Bago
Adapun untuk penanganan / tindak lanjut identifikasi, temuan audit
internal, pe;aporan dan keluhan atau pengaduan dibahas dan ditindak lanjuti
oleh tim manajemen mutu dalam rapat tinjauan manajemen. Dan hasil rapat
dilakukan umpan balik kepada penanggung jawab ruang pelayanan
pemeriksaan TBC.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Keselamatan Kerja
Puskesmas merupakan tempat kerja yang mempunyai resiko kesehatan
maupun penyakit akibat kecelakaan kerja. Oleh karena itu petuga puskesmas
tersebut mempunyai resiko tinggi karena sering kontak dengan agent penyakit
menular.

B. Tujuan Keselamatan Kerja


1) Meningkatnya kemampuan tenaga puskesmas memecahkan masalah
sekehatan kerja diwilayah kerja puskesmas. Teridentifikasinya
permasalahan kesehatan kerja dilingkungan Puskesmas
2) Teridentifikasi potensi masyarakat diwilayah kerja puskesmas kawasan
3) Terlaksananya pelayanan kesehatan kerja yang berkualitas.
4) Terselenggaranya kemitraan dengan para pengandil dalam pelayanan
5) Terselenggaranya koordinasi lintas program dan lintas sektor

C. Strategi Keselamatan Kerja


1) Melindungi petugas dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul
dari pekerjaan dan lingkungan kerja.
2) Membantu petugas menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.
3) Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial
4) Pakai APD pada tindakan tertentu
5) Senantiasa melaksanakan pelayanan sesuai dengan SOP

D. Pengelolaan Kesehatan Petugas


Pelaksanaan pelayanan UKM di UPT Puskesmas Bago diselenggarakan
dengan senantiasa memperhatikan keselamatan kerja tenaga kesehatan.

E. Pencatatan dan Pelaporan


Semua kejadian yang berkaitan dengan keselamatan kerja dicatat dan
dilaporkan kepada pimpinan
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Pengendalian Mutu Upaya Program TBC


Pengendalian mutu dilaksanakan dengan cara menentukan Indikator mutu yang
ditetapkan berdasarkan standart kinerja/ standart pelayanan minimal yang meliputi
indikator penyelenggaraan upaya puskesmas.
Perencanaan disusun dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan sasaran,
hak dan kewajiban sasaran, serta upaya untuk mencapai sasaran kinerja yang
ditetapkan.

B. Tujuan Pengendalian Mutu Program TBC


1) Terwujudnya pelayanan berkualitas
2) Untuk meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan di
puskesmas
3) Untuk meningkatkan cakupan pelayanan

C. Jenis Kegiatan Pengendalin Mutu Program TBC


1) Melaksanakan kegiatan sesuai rencana kerja tahunan program TBC
2) Pelaksanaan kegiatan berdasarkan SOP
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor
terkait dalam pelaksanaan program TBC dengan tetap memperhatikan prinsip
proses pembelajaran dan manfaat.
Keberhasilan kegiatan program TBC tergantung pada komitmen yang kuat
dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dan
peran serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai