Anda di halaman 1dari 134

KEBIJAKAN KEGIATAN PENCEGAHAN

Subdit Hepatitis & Penyakit ISP


Direktorat Pencegahan dan
DAN PENGENDALIAN
Pengendalian Penyakit Menular
Langsung
Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit
Kemenkes RI
HEPATITIS DAN PENYAKIT
Brebes,
INFEKSI SALURAN PENCERNAAN
25 OKTOBER 2019

1
2
Apa Itu Hepatitis ?
HEPATITIS

hepar- -itis
hati radang

Hepatitis artinya
peradangan hati
Dimana Letak
Hati ?
Organ tubuh terbesar
dalam tubuh
Berat sekitar 1.2 – 1.5
Kg
Letak : Perut Sebelah
kanan Atas
Dilindungi Tulang Iga
Apa Fungsi Hati?
• Mengeluarkan bahan
berbahaya/sampah dari tubuh
• Memerangi infeksi
• Membantu pencernaan
• Menyimpan vitamin dan mineral
• Menyimpan energi
• Dll ( > 500 fungsi )
fokus

Virus Hepatitis
Perlemakan
Obat-obatan HEPATITIS

Virus lain:
(Dengue, Herpes) Parasit:
(Malaria, Ameba)
Alkoholik

Virus Hepatitis merupakan penyebab terbanyak


Tanpa
Deteksi…

SILENT KILLER
1 dari 4 pengidap akan meninggal
karena kanker atau gagal hati
7
Hepatitis Kronik Mengalami Progresi
Sampai Pada Kematian

Struktur & Fungsi Hati Makin Memburuk


HEPATITIS B
Prevalensi Hepatitis B Kronik
Di Dunia

Hepatitis B :
 2 miliar terinfeksi
 1 juta kematian/tahun
 300-400 juta Karier kronik
 100x lebih infeksius
daripada hiv Centers for Disease Control and Prevention. CDC
Health Information for International Travel 2010
10
1 dari 10 penduduk Indonesia mengidap
Hepatitis B

Sebagian besar tidak menyadari sampai timbul komplikasi


(terlambat)
Riskesdas 2013:
Prevalensi
Hepatitis B 7,1% atau
sekitar 18 juta
penduduk terinfeksi
Hepatitis B
Cara Penularan
Hepatitis B

Vertikal

Horizontal
Secara Vertikal
(95% )

Dari ibu pengidap


virus Hepatitis B
ke bayi yang
dikandung atau
dilahirkan
SECARA HORIZONTAL PADA POPULASI BERISIKO (3-5%)

Pasien bedah
umum/tindakan gigi Petugas Kes Mahasiswa Kesehatan WPS

Napza Suntik Waria LSL/Gay WBP

Keluarga penderita
Hepatitis Penderita IMS ODHA Hemodialisis
BEBAN BARU BAGI NEGARA AKIBAT HEPATITIS B /TAHUN

 Setiap tahun terdapat 5,3 juta bumil, HBsAg reaktif pada


bumil rata – rata 3% maka setiap tahun terdapat
sebanyak 150.000 orang yang 95% potensial mengalami
Hepatitis B kronis
 Biaya pengobaan sirosis 1 M transplantasi hati 4-5 M.
 30% bayi yang tertular pada 30 tahun kedepan akan
menjadi sirosis  biaya yg dibutuhkan 45.000 x 1 M =
45 T
URGENT  PEMUTUSAN PENULARAN DARI IBU KE BAYI

 DETEKSI DINI HEPATITIS B PADA IBU HAMIL


1. 5,3 juta Bumil diperiksa status Hepatitis B
(RDT @ Rp. 10 rb + biaya pemeriksaan
@Rp.20 rb)  106 M
2. Perlindungan spesifik pada bayi dari ibu
reaktif (HBIG) sekitar 3% = 150 rb x @ Rp.
1,3 jt = Rp.195 M
3. Vaksinasi HB0, HB1, HB2, HB3 sudah
dianggarkan melalui Imunisasi
 Efisiensi jangka panjang :
Rp.38,2T – (Rp.106M + Rp.195M)
=Rp.37,9 T/tahun
TARGET GLOBAL PENGENDALIAN
HEPATITIS
Eliminasi Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke
anak (PPIA/EMTCT Hepatitis) tahun 2022
 Permenkes No.52 Tahun 2017
Eliminasi Hepatitis B dan C tahun 2030
 Pencapaian SDGs Goal 3, target 3.3 TH.2030: “...berakhirnya
epidemi AIDS, Tuberkulosis, Malaria dan penyakit tropis
terabaikan dan memerangi Hepatitis, serta penyakit yang
ditularkan melalui air dan penyakit menular lainnya”.
UPAYA PENGENDALIAN HEPATITIS

• Pemberdayaan
Meningkatnya
masyarakat PENGENDALIAN HEPATITIS Surveilans
• Keterlibatan
lintas sektor epidemiologi

Meningkatkan Upaya Meningkatkan Deteksi Meningkatkan Akses


promotif dan preventif dini & Mutu Fasyankes

Meningkatkan Jumlah, Jenis, Meningkatkan Kemandirian, Akses &


Kualitas, dan Pemerataan Tenaga Mutu Sediaan Farmasi (Obat, Vaksin,
Kesehatan Biosimilar) & Alkes

MONITORING DAN EVALUASI


INDIKATOR KEGIATAN HEPATITIS 2015 - 2019
NO INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 2018 2019

ELIMINASI PENULARAN HEPATITIS B DARI IBU KE ANAK TAHUN


2020, ELIMINASI HEPATITIS C PADA TAHUN 2030
1 % Kab/kota yang melakukan 3 10 20 40 80 90
sosialisasi dan atau advokasi ttg
hepatitis.

2 Jumlah Propinsi yang melakukan 7 14 21 28 34 34


kegiatan surveilans Sentinel Hepatitis
pada populasi berisiko

3 % Kab/kota yang melakukan deteksi 3 10 20 30 60 80


dini hep B pada bumil

4 % Kab/kota yang melakukan deteksi NA 10 20 30 60 80


dini hep B dan C pada populasi
beresiko

5 % orang yang terdeteksi dg HBsAg NA 2,5 5 10 20 30


positif yang mendapatkan akses
perawatan/upaya lanjutan

6 % Orang Dengan Hep C NA 5 10 20 40 60


mendapatkan akses
perawatan/layanan lanjutan
ROADMAP
ELIMINASI HEPATITIS
2019
2030
80% Kab/Kota
( 411 Kab/Kota) Eliminasi
melakukan Hepatitis
DDHBC B dan C
2022
Eliminasi Penularan HIV, Sifilis dan Hep B dari Ibu ke Anak
(PPIA)
Permenkes No.52 Th.2017
2018
60% Kab/Kota =
2017 308 Kab/kota
Kab/kota yang melaksanakan
30%Kab/kota (154 melakukan
Kab/Kota)
DDHBC DDHB pada > 90% Bumil
melakukan DDHBC

Target Sasaran PPIA


5,3 Jt Bumil Dideteksi
DATA PENYAKIT HEPATITIS B TAHUN 2017-2018
18,000

15,174
16,077

16,000
13,645

14,000
10,669

12,000
9,851

9,796

10,000

8,000
5,697
4,760

6,000
4,268

3,685
3,336

3,086

4,000
2,444
2,445

2,331

1,946

1,933

1,897

1,895
1,584
1,554

1,513

1,449
1,405

1,397
1,356
1,325

1,098

1,041
2,000
982

946
830

768
752

725

706

614
573

545

516

452

381

364
362

329
327

305

242
232

228

209

186
147

134
116

117
99

96

86

85
73

69

59
49
45
12
-
ur ah rta ta
n at rta ra l i ra en ta
n ra
t eh bi ur ta
n au ra
t ur ra
t ah ng au ah ra ar
a ng ku ua ra ra
t lu ra
t
i m ng ka la ar ka ta Ba ta t la a Ac m i m la Ri a i m a ng pu
i
ng gg
a
Ut u
al
u p Ut
a a
gk
u a
T e a e B a U i U an Se
B Ja T Se
B T B e .R Te li t Pa B iB
wa
T J S a y ra es B er
a
an
n a ra T a m p en u Be M n ua n es
Ja wa KI e si aw og a te
aw a n at t er
a
an
ta ar ga si L Ke a n iT al
uk a an
ta p Be w
Ja D w J Y m l nt m an at g g
n g
aw
e nt e s gk Pa l a
la DI Su Su im
a Su il m m lim en Te ul
a
aw M n lim Su
Su l Ka Su Ka T a S l im l
.B
a
Ka
Ka sa s a Su
Nu Nu K
Ke
p

Jumlah Kasus 2017 Jumlah Kasus 2018


Source: Data BPJS per provinsi tahun 2017 dan 2018

Diagnosa primer dan sekunder, KODE ICD X B180, B181


Penanggulangan Hepatitis di Indonesia
Vaksin Hepatitis B (HB0,HB1,HB2,HB3) Hepatitis B Imunoglobulin (HBIG)

• Imunisasi aktif • Imunisasi pasif


• Perlindungan membutuhkan waktu, bertahan dalam • Perlindungan LANGSUNG, durasi proteksi lebih
waktu yang lama* singkat*
• Efektif dan cepat melindungi terhadap paparan virus
Cakupan Imunisasi HB0 (%) Hepatitis B secara vertikal dan horizontal
Tahun HB HB HB HB3 (%)
<24 JAM 1-7 HARI <7 HARI Tot
2016 Belum dipisah 87,5   93,3 Tahun Bumil DDHB Reaktif HBIG
2017 32,4 57,7   92,6 93,5 2016 184.000 2,46% 2.227
2018 2017 585.430 2,21% 6.802
(per 31 01 50,0 35,4 84,6 85,5
2019) 2018 1.643.204 1,88% 16.816

Vaksinasi Hepatitis B dapat melindungi 75% , kombinasi HBIG dengan vaksin dapat melindungi
dari Hepatitis B hingga 95%
VAKSINASI HB3 tahun 2018 MENURUN (85,5%) dari tahun 2017 (93,5%), HB0 <24 JAM MENINGKAT tahun
2018 (50%) dari tahun 2017 (32,4%), namun ini MASIH RENDAH 23
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
(PP NO.2 TAHUN 2018, TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL, PASAL 6, SPM KESEHATAN)

NO PERNYATAAN STANDAR NO PERNYATAAN STANDAR

1 Setiap ibu hamil mendapatkan 7 Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas
mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar.
pelayanan antenatal sesuai standar.
2 Setiap ibu bersalin mendapatkan 8 Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan
pelayanan persalinan sesuai standar. kesehatan sesuai standar.

3 Setiap bayi baru lahir mendapatkan 9 Setiap penderita Diabetes Melitus mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar. pelayanan kesehatan sesuai standar.

4 Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan


sesuai standar. 10 Setiap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
5 Setiap anak pada usia pendidikan dasar
mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar. 11 Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB
sesuai standar.

12
6 Setiap warga negara Indonesia usia 15 s.d. 59 Setiap orang berisiko terinfeksi HIV
tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai
standar. mendapatkan pemeriksaan HIV
sesuai standar.
24
Respon Kementerian Kesehatan
• Prevalensi Hepatitis
B (Riskesdas 2013):
7,1%
• Prevalensi Hepatitis
C (Riskesdas 2013):
1,0%
• Penyakit hati
merupakan
penyebab kematian
ke-7 di Indonesia
25
Respon Kementerian Kesehatan

Deteksi Dini
Hepatitis B pada
ibu hamil
ditingkatkan
95% penularan Hepatitis B secara vertikal yaitu
dari ibu kepada bayinya
TATA LAKSANA HEPATITIS B PADA
BAYI, DEWASA DAN IBU HAMIL
Pencegahan Penularan
INCREMENTAL APPROACH Hepatitis B dari Ibu ke Bayi
FOR PMTCT OF HBV Pentingnya Deteksi
Dini pada Ibu
Tenofovir
for
infected
Hamil
women
with high
viral load

HBIg

Testing for women, linkage to care, and


follow-up of infants

Birth dose to reduce mother to child transmission

At least 3 doses hepatitis B vaccine to reduce incidence


APA ITU HEPATITIS
B ??

Hepatitis B adalah penyakit Penularan Hepatitis B Daerah


menular dalam bentuk Endemis Terutama: DARI
peradangan hati yang IBU HAMIL KE BAYI
disebabkan oleh virus
Hepatitis B.
TATALAKSANA HEPATITIS B PADA BUMIL
DAN BAYI
TT LAKSANA HEP
HBsAg

Bagi bumil yang


BAYI USIA 9-12 BLN
Vit K, HB0, HBIg belum
menunjukkan
Tes Hep B gejala klinis ,
sebaiknya
HBsAg BAYI LAHIR Bagi bayi dirujuk untuk
dari ibu tata laksana
hep B kasus
Bayi yang lahir hepatitisnya
LAB dari : setelah
• Ibu Reaktif Hep melahirkan ke
B RS Rujukan yang
T8 : tes LAB telah mampu
POLI KIA • Ibu Non Reaktif
termasuk Tata Laksana
Hep B Hep

ANC terpadu

30
TATA LAKSANA PADA BAYI DARI
IBU HBSAG REAKTIF
SELANJUTNYA

•Imunisasi • Bila HBsAg


•Bayi yang
Non Reaktif ,
sesuai lahir dari
ibu anak tidak
dengan tertular Hep
program Hepatitis B,
pada usia 9 B dari Ibu
imunisasi – 12 bulan • Hasil Reaktif
nasional, dilakukan Rujuk ke
yaitu usia pemeriksaan Rumah Sakit
2 bulan, 3 HBsAg mampu
bulan, dan dengan Tatalaksana
metode Hep
4 bulan. RDT di
• Ibu dengan Hepatitis B,
bayi yang dilahirkannya
dapat diberikan air susu
ibu (ASI) ekslusif.
• Perlu upaya
ASI pencegahan perlukaan
pada puting payudara
ibu dengan Hepatitis B.
IMUNO PROFILAKSIS HEPATITIS B PADA BAYI BARU LAHIR

HBSAG positif
TATALAKSANA UNTUK IBU HAMIL DENGAN
HBsAg REAKTIF

• Ibu hamil dengan hasil HBsAg reaktif, rujuk


ke Rumah Sakit yang mampu tatalaksana Hepatitis

• Di RS, dilakukan penetapan status penyakit Hepatitis B bumil. Bila


tidak didapatkan masalah klinis dan/atau indikasi terapi berkaitan
dengan Hepatitis B, maka Ibu hamil dapat melanjutkan ANC dan
persalinan di FKTP

• Ibu hamil Hepatitis B, dengan atau tanpa pengobatan antivirus tetap


dapat melakukan ANC dan persalinan di FKTP. Persalinan di RS
rujukan hanya ditetapkan atas indikasi obstetrik atau indikasi klinis lain
yang memerlukan pengawasan klinis yang tidak dapat dilakukan di
FTKP.
TATALAKSANA UNTUK DEWASA DENGAN
HBsAg REAKTIF

• Deteksi dini Hepatitis pada populasi


berisiko

• Bila HBsAg Reaktif, beri penjelasan TL dan rencana


rujuk ke RS untuk layanan lanjutan kasus hepatitis B

• HBsAg Non Reaktif  dianjurkan untuk


dilakukan imunisasi dan edukasi PHBS
TATALAKSANA PASKA PAJANAN
PADA KASUS HEPATITIS B
Alur Pelayanan Eliminasi Penularan HIV, Sifilis dan
Hepatitis B dari Ibu ke Anak di Pkm - Pemeriksaan T8
Ibu Hamil
(Semua Form yg dipakai: lengkap termasuk:
Umur - Kohort Ibu, Buku KIA HIV, Sifilis , Hepatitis
Kehamilan) - Form 3E1 - Pemberian hasil lab
 > 90% - Form permintaan Lab ke bumil
Diisi oleh bidan - Form hasil lab

Menunggu
Pemeriksaan Hasil Tes
Bumil Poli KIA
Pendaftaran Admin Puskesmas
R. Lab
3 4 4
1 2

6 5
Pengelola Program HIV,
Form 3E2 diinput oleh
Sifilis, Hepatitis
Pengelola Program P2 Pkm
Dinkes Kab/Kota
Ruang Data Pemberitahuan Hasil :
• Reaktif : Konseling postest termasuk KB paska
bersalin
• dan tatalaksana HIV/Sifilis. Bagi yang Hep B

Bumil
9 8. Staf Lab
Rujuk ke RS tata laksana Hep, utk kehamilan di
Pkm
• Non Reaktif : Konseling posttest, Edukasi PHBS
10 7 dan saran imunisasi Hep B mandiri

Lap yg dikirim perbulan:


- Form TIPK HIV Bumil
- Form Sifilis –IMS
- Form Hep.03.Bumil_Pkm
To : PP Dinkes Kab 41
Pulang
HEPATITIS C
Worldwide HCV infection
• 2007: 150 million people
• 2016: 115 million people
Highest: Asia Pacific and Africa

WHO. Guidelines for the screening care and treatment of persons with chronic
hepatitis C infection. Updated version, April 2016
Apa Gejala Hepatitis C ?

Banyak orang tidak memiliki gejala


& tidak tahu mereka terinfeksi VHC

CDC. Hepatitis C FAQs for the Public. Available at http://www.cdc.gov/hepatitis/C/cFAQ.htm. Accessed on


Distribusi Kasus Hepatitis C
berdasarkan Propinsi

PPHI. Konsensus Tatalaksana Hepatitis


C 2017
Proporsi (%) Faktor Risiko
Kasus Hepatitis C positif
(Data Surveilans Ditjen P2PL 2007-2012)

1. Pengguna Narkoba Suntik (27,52%)


2. Hemodialisa ( 15,16%)
3. Keluarga Pengidap Hepatitis C (13,83%)
4. Kontak Darah dengan Penderita Hepatitis C (9,93%)
5. Pasca Operasi ( 8,54%)
6. Hubungan Seks tidak aman ( 7,51%)
7. Tranfusi Darah (6,84%)
8. Tato/Tindik ( 5,89%)
9. Tenaga Kesehatan (4,42%)
10. Transplantasi Organ (0,37%)
Perkembangan Terapi
Hepatitis C
Terapi Hepatitis C Ideal

SVR
Tinggi Oral

Mudah
dijangkau IFN free

Efek
Durasi
samping
minimal singkat
PENGENDALIAN VIRUS HEPATITIS C
Pengendalian Virus Hepatitis C di Indonesia selain pengendalian faktor risiko
penyakit, pengobatan Hepatitis C Virus juga mengalami transisi dengan
teregistrasinya obat Direct Acting Antivirus (DAA), dimana obat ini
menjanjikan tingkat kesembuhan yang tinggi (97%) dibandingkan obat
sebelumnya dengan menggunakan Pegylated Interferon.
DAA Pegylated interferon
1. Tingkat kesembuhan tinggi 1. Rata-rata tingkat kesembuhan
(97%) sekitar 50-60%
2. Waktu pengobatan singkat 2. Waktu pengobatan berkisar 48
(12-24 minggu) minggu
3. Obat oral 3. Melalui injeksi
4. Efek samping ringan 4. Efek samping sering kali berat
(mengakibatkan putus obat)
5. Harga lebih murah
5. Satu paket pengobatan bekisar
6. Menjadi rekomendasi para 120-150 juta
ahli spesialis Hepatologi
6. Mulai ditinggalkan
19 Des 2018 Anung untuk percepatan program Hepatitis 50
Alur Layanan Hepatitis C
MyHep
Sofosbuvir
Pasien 400 mg
isi : 28 tablet
Konsumsi:
1 kaps perhari

Tes Anti HCV


(RDT) REBETOL
Ribavirin 200 mg
isi : 40 kapsul
Konsumsi:
5-6 kaps perhari
Negatif Positif pagi&sore

OLYSIO
Simeprevir 150
mg
Pemeriksaan isi : 28 kapsul
lain + Tes VL HCV Konsumsi:
1 kaps perhari

Tidak Daklinza
Terdeteksi Tes VL utk Tes VL utk
Terdeteksi menentukan menentukan Daclatasvir
Pengobatan kesembuhan 30/60 mg
isi : 28 tablet
Konsumsi:
3 – 6 bln terapi 3 bln 1-2 kaps
Pengobatan minum obat Pasca terapi
perhari
Hep C
Proporsi (%) faktor risiko kasus hepatitis C (+) di semua unit
pengumpul data berdasarkan pengakuan penderita

Direktorat Jenderal P2PL 2007-2012


DATA PENYAKIT HEPATITIS C TAHUN 2017-2018
6,000
5,213
5,164

5,000

4,000

3,000
2,338
2,395
2,117

2,018

2,000
1,364

1,170
1,018

958

1,000
688

492
431

367

334
332

287

249
247
188

182

162
146
124
123

112
109

96

95

95

93
79

69
56

53

31

30
30
27

20

18

18
17

17
17

12

12
7

6
6

6
6

6
4
3

3
3

2
2
1

1
-
ta ur h t ra li n an ta ra au an h t t ur an ng au ra at h bi t g a h lu ra u t ur lo ra
ar ga ra Ba ar ce ra ra ar ga ra un pu ga uk ra
Ti
m
Ba
ta te lat ta Ri lat A a a
Ti
m lat pu Ri ga n m a lit ku ta al a
Ti
m ta ta
k e n U
Ba
n e k U e B B e . g B
Te Ja iB Pa e n g U B on U
Ja a T a a iS gy
a
es
i S n a n S m p
en a es Be T n u M a a or n
I w a w er es a ta er ta n La Ke iT ar si a n Be uk pu ar ta
DK Ja w Ja at Y o w er an at an ta s g e
la
w
gk ta al a g G
an
Ja w
DI
la at m an e ng aw an P g
Su
m la Su m lim Su lim aw Te ul Su Ba
n M en lim
S u
Su Ka Ka lim l a S lim T
Ka
Ka Su us p. Ka us
a
N Ke N

Jumlah Kasus 2017 Jumlah Kasus 2018

Source: Data BPJS per provinsi tahun 2017 dan 2018

Diagnosa primer dan sekunder, KODE ICD X B182


UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN
1. Memasukkan DAA (Sofosbuvir, Simeprevir, Ribavirin) ke dalam
Formularium Nasional
2. Proses agar Layanan Pengobatan Hepatitis C termasuk
pemeriksaan diagnostik dan evaluasi terapi dapat diakses
melalui BPJS
3. Peningkatan Kapasitas Dokter Sp.PD dari 34 provinsi (APBN)
4. Penetapan Provinsi dan RS Layanan Hep C  Kepmenkes RI
No.HK.01.07/Menkes/528/2017 ttg Penunjukan RS Pelaksana Layanan
Hepatitis C berdasarkan :
a. Data Estimasi jumlah penasun terbesar Subdit HIV AIDS :
(1) Jawa Timur (5.067)
(2) DKI Jakarta (4.585)
(3) Jawa Barat ( 4.532)
(4) Sumatera Utara (1.471)
(5) Sulawesi Selatan (1.464)
(6) Jawa Tengah (1.453)
UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN ...(2)
(b) Komitmen dari Dinas Kesehatan Provinsi dalam Program P2
Hepatitis : mempertimbangkan ketersediaan KGEH atau
dr.SpPD terlatih  menunjuk RS Layanan Hep C

(c) Peningkatan Kapasitas Tim RS Layanan Hepatitis C termasuk


Pencatatan dan Pelaporan  Dukungan CHAI, PKNI

(d) Ketersediaan Alat TCM dan Peningkatan Kapasitas Petugas


Laboratorium  Termasuk TCM dengan dukungan CHAI

5. Ketersediaan dan Pendistribusian Obat Hepatitis C DAA :


- Pengusulan Pengadaan DAA berdasarkan Rekomendasi
PPHI dan DAA yang sudah memiliki NIE BPOM
- Donasi Obat Daclatasvir
KEBIJAKAN
PROGRAM PISP

Subdit Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan

Direktorat P2PML
Ditjen P2P
KEBIJAKAN PROGRAM PISP
MEMPRIORITASKAN MENINGKATKAN
PENCAPAIAN
SASARAN/KOMITMEN 01 ADVOKASI, SOSIALISASI,
DAN PENGEMBANGAN
GLOBAL, REGIONAL, KAPASITAS
NASIONAL DAN LOKAL 08 02 MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MANAJEMEN
MENGUTAMAKAN DAN PROFESIONALISME
PROMOTIF DAN PENGELOLAAN
PREVENTIF
07 03 MENINGKATKAN
AKSESIBILITAS DAN
MENINGKATKAN
JEJARING KERJA, KUALITAS
KEMITRAAN DAN
KERJA SAMA MENINGKATKAN JANGKAUAN
PELAYANAN PADA KELOMPOK
06 04 MASYARAKAT BERISIKO TINGGI,
MENGUTAMAKAN DAERAH TERTINGGAL,
KEGIATAN BERBASIS
MASYARAKAT
05 TERPENCIL, PERBATASAN DAN
KEPULAUAN SERTA
BERMASALAH KESEHATAN 57
STRATEGI PROGRAM PISP
MENGEMBANGKAN JEJARING MENGGERAKKAN PEMBERDAYAAN
KEMITRAAN SECARA MULTI DISIPLIN MASYARAKAT, SWASTA DAN
LINTAS PROGRAM DAN LINTAS MASYARAKAT MADANI DALAM
SEKTOR DI SEMUA JENJANG BAIK
PEMERINTAH MAUPUN SWASTA
08 01 PENGENDALIAN PISP MELALUI
KERJASAMA LOKAL, NASIONAL,
REGIONAL DAN GLOBAL
MENINGKATKAN MANAJEMEN
KEGIATAN SECARA AKUNTABEL,
TRANSPARAN DAN BERDAYA GUNA
07 02
MENGGERAKKAN, MENDORONG DAN
MEMBERDAYAKAN DAN MEMFASILITASI
DALAM PENGEMBANGAN POTENSI
DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
MENINGKATKAN PENGAMATAN PISP UNTUK HIDUP SEHAT (PHBS) SEHINGGA
DISELURUH FASILITAS PELAYANAN TERHINDAR DARI PISP
KESEHATAN, KAJIAN DAN RISET
OPERASIONAL SEBAGAI BASIS DALAM 06 03 MENGUTAMAKAN UPAYA PROMOTIF
PENGEMBANGAN DAN EVALUASI DAN PREVENTIF DALAM
KEGIATAN PENGENDALIAN PENGENDALIAN PISP

MENINGKATKAN AKSES MASYARAKAT


TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN 05 04 MENINGKATKAN KEGIATAN DETEKSI
YG BERKUALITAS MELALUI DINI YG EFEKTIF DAN EFISIEN
PENINGKATAN SUMBER DAYA TERUTAMA BAGI MASYARAKAT YG
MANUSIA DAN PENGUATAN INSTITUSI BERISIKO
SERTA STANDARISASI PELAYANAN 58
HEPATITIS A
HEPATITIS A
Hepatitis A adalah penyakit hati akibat virus hepatitis A
01 yang dapat menyebabkan kesakitan ringan sampai berat.

Hepatitis A menyebar secara fekal-oral ketika seseorang


02 mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja
orang yang terinfeksi virus hepatitis A.
Timbulnya penyakit ini berhubungan erat dengan sanitasi yang
03
buruk dan rendahnya higiene personal, seperti cuci tangan.
Seperti umumnya penyakit akibat virus, penderita hepatitis
04 A sebagian besar mengalami penyembuhan sendiri (self
limiting diseases), dengan kematian sangat kecil 0.1-0.3 %.

05 Hepatitis A sering timbul baik secara sporadis maupun sebagai suatu


epidemi dalam periode waktu satu sampai dua bulan. Epidemi yang
terjadi akibat kontaminasi pada air dan makanan dapat
mengakibatkan ledakan kasus, dan menimbulkan kerugian ekonomi
yang tidak sedikit
Gambaran
Epidemiologi
DISTRIBUSI PENYAKIT HEPATITIS A TINGKAT GLOBAL
Gambaran
Epidemiologi
Hepatitis A Secara Global, gejala
ditemukan juga di infeksi hepatitis A
afrika, asia, amerika terjadi pada 1,5 juta
selatan orang setiap tahunnya.

Hepatitis A lebih Pada tahun 2010 hepatitis


sering terjadi pada A akut menyebabkan
negara dengan sistim 102.000 kematian hal ini
hygiene dan sanitasi sedikit meningkat
yang jelek dibanding tahun 1999
sekitar 99.000 kematian
TRANSMISI
1. Melalui feko-oral
a. Kontak langsung (orang ke orang)
b. Kontak melalui air, makanan, susu
yang tercemar
c. Di negara maju “Foodborne
outbreaks”
2. Rute parenteral
a. Terjadi selama stadium viremia
b. Jarang (penetrasi kulit melalui jarum
suntik yang terkontaminasi darah
atau produk darah)
3. Transmisi seksual
a. Homoseksual
b. Kontak Oral – anal
Penularan Hepatitis A

http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/hepa_ez/. Accessed June 21, 2011


FAKTOR
LINGKUNGA
N sepanjang tahun
1. Dapat terjadi

2. Biasanya terjadi saat


curah hujan tinggi
3. Sanitasi yang
jelek
BESARAN MASALAH TIFOID
DISTRIBUSI PENYAKIT TIFOID TINGKAT GLOBAL
Faktor Risiko Demam Tifoid
Definisi

Demam Tifoid adalah penyakit sistemik yang


ditandai dengan demam dan nyeri perut yang
diakibatkan oleh penyebaran kuman
Salmonella typhi dan Samonella paratyphi
Gambaran Epidemiologi
Jamestown Virginia,
USA 1607-1624
6000 kematian 17 juta kasus
Afrika Selatan akhir 600.000
abad XIX kematian
13000 kematian
Gambaran
Epidemiologi
Merupakan Riskesdas 2007
Penyakit Endemis 1,60% (Dengan Gejala) ;
0,79% (Di diagnosa Nakes)

Angka Kesakitan RR Surveilans 2017


500/100.000 penduduk dan 1. Jumlah kasus Tifus perut klinis
angka kematian 0,6-5% 144.980 kasus
(Kepmenkes No.364 Tahun 2. Insiden Rate kasus Tifus perut
2006) klinis 59,21/100.000 penduduk
3. Insiden Rate kasus Tifus perut
kultur 2,15/100.000 penduduk
Potret Sanitasi di Indonesia

Belum Mendapat
Layanan
Pengelolaan
Sampah
76,6%

MCK yang tidak Jamban tidak sanitair


berfungsi 20,9%
49,5%

Tidak melakukan CTPS pada 5 waktu


Tidak menggunakan penting
air bersih terlindungi 81,5%
42,5%
Sumber Data : Hasil Kajian Environmental Health Risk Assesment (EHRA) Tahun
2012-2013
AGENT
1. Salmonella typhi, Salmonella
paratyphi A, Salmonella paratyphi B,
dan Salmonella paratyphi C
2. Bakteri gram negatif
3. Panjang 4 mikron
4. Bakteri ini sangat rapuh, mati oleh
karena pengeringan, disinfeksi
klorin, atau panas.
RESERVOIR

01 02 03

Manusia (tifoid Sumber infeksi: Karier lewat


1. Pasien demam tifoid basil dikeluarkan dari
& paratifoid), tubuh melalui feses & urin ± 1 bulan, feses lebih
hewan muntahan & nanah dari abses.
umum
2. Karier, ada 3 macam:
peliharaan • masa penyembuhan (convalescent carrier) daripada karier
(basil + dalam feses sd 6 bulan setelah serangan
(jarang). demam tifoid) lewat urin
• faecal carrier - karier kronis (basil + pada feses
secara intermitten sd minimal 1 tahun)
(dalam jangka
• urinary carrier – karier kronis (basil + pada urin) pendek).
RESERVOIR

04 05

Karier kronis lebih sering dijumpai Karier kronis lewat urin


pada: (urinary carrier) berkaitan
1. Pada wanita daripada pria. dengan infeksi Schistosoma
2. Pada usia pertengahan (usia 30- haematobium
an)
3. Ada abnormalitas dari empedu
(batu empedu dan infeksi
MASA INKUBASI
1. Bervariasi tergantung ukuran dosis infektif.
2. 3 hari – 1 bulan; rata-rata 8 – 14 hari.
PERIODE
PENULARAN

Selama basil Orang yang


terdapat dalam terinfeksi
ekskreta paratifoid sedikit
(biasanya minggu menjadi karier
pertama – masa Pada orang yang sakit permanen pada
penyembuhan). demam tifoid tidak saluran empedu
diobati:
1. ± 10% basil + selama 3
bulan setelah gejala
muncul.
2. 2 – 5% : karier permanen
CARA Basil Salmonella
PENULARAN
FAKTOR YANG BERPERAN DALAM
PENULARAN
07 01
Higiene perorangan yang rendah,

07 01
Serta belum membudayanya contohnya budaya cuci tangan
program imunisasi tifoid yang tidak terbiasa, missal pada
anak-anak, penjamah dan penyaji
makanan serta pengasuh anak

02
Higiene makanan dan minuman
yang rendah, merupakan factor

06 02 paling berperan. Misalnya

06
Pasien atau karier tifoid
pencucian menggunakan air yang
yang tidak diobati secara
terkontaminasi, sayuran yang
sempurna
dipupuk dengan tinja manusia,
makanan tercemar debu, sampah,
dihinggapi lalat, air minum yang
tidak dimasak dll.

05 05 03
03
Jamban keluarga tidak Sanitasi lingkungan yang kumuh,
memenuhi syarat dimana pengelolaan air limbah,
kotoran dan sampah yang tidak
diperlakukan sesuai syarat-syarat

04 kesehatan

Air bersih untuk warga yang tidak memadai


04
Gejala Klinis
Setelah Masa inkubasi = 10-14 hari
 Gejala klinis

Gejala Klinis bervariasi dari ringan, sedang sampai


berat dan dapat berakhir dengan kematian
Gejala Klinis
Minggu I
Obstipasi Atau
diare Mual muntah

Anoreksia Rasa tidak


enak diperut
Nyeri
kepala
Epistaksis

Demam
(meningkat perlahan2
terutama di sore hari) Batuk
Gejala Klinis
Minggu II Lidah
Hepato Meteorismus
berselaput
splenomegali (perut kembung)

Bradikardi
relatif Gangguan mental:
somnolen, stupor, koma,
Demam delirium atau psikosis

Gejala-gejala
Roseola
lebih jelas
(jarang ditemukan pada
orang indonesia)
PENATALAKSANAAN
ISTIRAHAT DAN DIET DAN
ANTIBIOTIKA
PERAWATAN PENUNJANG
1. Mencegah 1. Mengembalikan Menghentikan dan
komplikasi rasa nyaman mencegah
2. Mempercepat 2. Mengembalikan penyebaran kuman
kesembuhan kesehatan
ISTIRAHAT DAN
PERAWATAN
Menjaga
Tirah kebersihan
baring
= aktivitas
ditempat Posisi
cegah dekubitus dan
pneumonia ortostatik
KERENTANAN INDIVIDU
1 Dalam jumlah yang sangat besar, orang
1 yang terpapar bakteri usus dapat
menjadi sakit
2 Dosis paling kecil S. typhi dapat

2 menginfeksi pada orang-orang yang


imatur atau stres secara imunologis,
orang muda, orang tua dan anak
malnutrisi
3 3
9
Dosis yang diperlukan: 10 basil hidup
(95% kasus)
Salah satu kelompok bakteri
Penyakit demam tifoid fekal-oral yang menyebabkan
terdapat di seluruh penyakit yang kejadiannya
ditentukan oleh standart higiene
dunia

DISTRIBUSI

Masyarakat dengan Kejadiannya dapat


higiene yang baik maka digunakan sebagai
penyakit ini hampir indikator tingkat higiene
jarang terjadi masyarakat
Infeksi tifoid lebih sering terjadi Pola penyebaran penyakit fekal-
pada masyarakat dengan infeksi oral merupakan pola yang
usus yang sering terjadi secara umum terjadi pada suatu
teratur pada anak-anak. keluarga atau desa pada daerah
beriklim tropis

DISTRIBUSI

Di daerah industri, KLB Daerah endemis: demam


ditandai dengan adanya tifoid banyak terjadi pada
kontaminasi terhadap suplai
usia pre-sekolah dan 5-14
air oleh karier
tahun
KEJADIAN LUAR BIASA
1. Demam tifoid merupakan ciri kejadian penyakit
pada keluarga, masyarakat tertutup dan desa.
2. Organisma salmonella dapat menyesuaikan pada
lingkungan yang berubah.
3. Ada karier yang mengolah makanan dan orang
yang mengkonsumsi makanan tersebut rentan.
4. Dapat menyebabkan penyakit dalam jumlah yang
relatif sedikit & berasal pada air yang tampaknya
bersih.
SUMBER
INFEKSI
1. Manusia
2. Air yang terkontaminasi kotoran
manusia.
3. Sayuran yang diberi pupuk feses
manusia, tidak dicuci dan dimasak
sebelum makan.
4. Telur
5. Daging yang diawetkan dengan
cara tidak benar (media
pertumbuhan kuman)
6. Karier & karier kronis
TRANSMISI
1. Penularan secara fekal-oral.
2. Pada prosuk susu, basil masih
tetap hidup selama minimal 2
bulan
3. Pada air yang tampak bersih,
basil akan tetap hidup selama
minimal 4 minggu.
4. Transmisi dapat terjadi sampai
beribu-ribu mil dari sumber
infeksi.
SURVEILANS
1. Pada pengolah makanan yang
dikonsumsi oleh masyarakat, rutin
memeriksakan sampel fesesnya (harus
negatif S. typhi).
2. Pendaftaran dan surveilans terhadap
karier.
3. Pengamatan terhadap orang dengan
gangguan kandung empedu yang kronis.
4. Menjamin warganya agar
memeriksakan diri setelah kembali dari
daerah endemis tifus atau mencari
pengobatan bila mengalami demam
(warning sign) setelah kembali ke
rumah.
Kerugian Ekonomis

01 02 03 04
Biaya pengobatan Kasus rawat inap Kasus komplikasi Sebagian besar pasien
demam tifoid tidak mampu
pasien rawat jalan tanpa komplikasi sebesar Rp. melakukan aktivitas
untuk kasus demam sekitar Rp. 1.500.000 3.600.000 (US $250 normal selama 20-30 hari
tifoid ringan – 2.200.000 (US atau lebih) sehingga memerlukan
diperkirakan sekitar $100-150) bantuan dari orang lain
akibatnya aktivitas 1 atau
Rp. 700.000 – 2 orang anggota keluarga
2.200.00 (US $50- terganggu untuk
150) memenuhi kebutuhan
pasien tersebut
KEBIJAKAN
PENGENDALIAN DIARE

Subdit Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan

Direktorat P2PML
Ditjen P2P
Lombok Utara, NTB, 27 Juni 2019
Komitmen Nasional & Global Penanggulangan PISP
The WHO-
RPJMN UNICEF
INTER
SDGs GAPPD GOVERMENT
2015- Joint
2013
AL PANEL ON
2030 Statement CLIMATE
2019 CHANGE 2013
May32004
1 2 3 4
CEO- & Co Founder
•Meningkatnya • Target 3.3 Pada tahun 2030,
• Kebijakan • To end • Adaptasi
mengakhiri epidemi AIDS,
Status Kesehatan bersama dalam preventable Perubahan
tuberkulosis, malaria, dan CEO- & Co CEO- & Co Iklim
dan Gizi penyakit tropis yang terabaikan, hal pengobatan childhood
Founder
deaths Kesehatan
Founder
(APIK)
Masyarakat : dan memerangi hepatitis,
diare yaitu due to melalui program
penyakit bersumber air, serta
Angka kematian penyakit menular lainnya. pemberian pneumonia and pengendalian
bayi per 1.000 oralit dan Zinc diarrhoea by penyakit yang
• Target 3.2 Pada tahun 2030,
kelahiran hidup mengakhiri kematian bayi baru selama 10-14 2025. terdampak iklim
•Meningkatnya lahir dan balita yang dapat hari.
dicegah, dengan seluruh negara
Pengendalian berusaha menurunkan Angka
Penyakit Kematian Neonatal setidaknya
hingga 12 per 1000 Kelahiran
Menular dan Hidup (KH) dan Angka
Tidak Menular Kematian Balita 25 per 1000

94 94
PENYEBAB KEMATIAN PADA BAYI DAN BALITA
(Riskesdas 2007)
Bayi (29 hari – 11 bulan) Balita (1 – 4 tahun)

1,2

1,2

31,4% 25,2%
95
Penyebab Kematian Pada Penyebab Kematian Pada
Bayi Post Neo Natal Anak Balita 1 – 4 tahun

Sumber data kajian Masalah Kesehatan Berdasarkan Siklus Kehidupan 2011, di 15 Kab/Kota oleh 96
Litbangkes
97
1990 2017
01 Neonatal Disorders Stroke 01 +93,4%

02 Lower Respiratory Infect Ischemic Heart Disease 02 +113,9%

03 Diarrheal disease Diabetes 03 +157,1%

10 Peringkat 04 Tuberculosis Neonatal disorders 04 -52,5%

teratas DALY 05 Stroke Tuberculosis 05 -45,1%


Lost Tahun
1990 dan 2017 06 Road Injuries Cirrhosis 06 +17,3%
di Indonesia
07 Congenital defect Diarrheal disease 07 -63,4%

08 Ischemic Heart Disease Low Back Pain 08 +84,1%

09 Cirrhosis COPD 09 -76,8%

10 Measles Road injuries 10 -32,1%


Persentase Penyebab 1. Promotif dan
Kematian berdasar preventif (edukasi,
Faktor Risiko: skrining)
2. Pemberdayaan
1. Metabolik, masyarakat
2. Perilaku, (UKBM)
3. Lingkungan 3. Multisektoral

98
Sample Registration System
(SRS) Indonesia tahun 2014
525.000
Balita
meninggal
karena diare

10.000
Diantaranya
adalah bayi

99
Permenkes No. 39 Thn 2016
tentang Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
(PIS-PK)

•Penderita hipertensi berobat teratur


1 Keluarga mengikuti KB

Ibu bersalin di faskes


•Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan

Bayi mendapat imunisasi dasar


lengkap • Tidak ada anggota keluarga yang merokok

Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 •Keluarga mempunyai akses terhadap air bersih
bulan

•Keluarga mempunyai akses atau menggunakan


Pertumbuhan balita dipantau tiap
jamban sehat
bulan

Penderita TB Paru berobat sesuai •Sekeluarga menjadi anggota JKN/askes


standar

101
RISKESDAS 2018

102
PREVALENSI DIARE BERDASARKAN DIAGNOSIS
NAKES* DAN GEJALA MENURUT PROVINSI, 2013-2018

14.7
Persen

10.9
10.3 10.2 10.2 10.1
9.4 9.4 9.3 9.2 9.2 9.3
9.1 9.1
8.8 8.5 8.8 8.7 8.6 8.5 8.6
8.4 8.4 8.3 8.0 7.8 7.7
7.5 7.6
7.4 7.5 7.3 6.5
7.1 7.0 7.2 6.9
6.6 6.4 6.7 6.6 6.7 6.7
6.6 6.6 6.6
6.0 6.1
5.2 5.5 5.2 5.4 5.3 5.5 5.5
5.4 5.4
6.3 4.7 4.9 4.8
4.5 4.5 4.4 4.3
3.9 3.7 3.4 3.5

ng B lu ua r en se
l ut lo ar ar Y ng ar li IA ar ra ar au
I a ut B ku
l
se
l
ng ut g bi el pr
i
tl e NT u p ba t l e h a b b DI te b Ba S b ta b Ri DK l tr l NT u l se l tim tl e al n m b
gk Pa m an Su Ac u m nt al Ja Ja ul NE Pa al Ja Su Su al Ka Ka um M pu Ja Ba K e
Su n Su B S r o K S
DO
K M S Ka am
Be Go L
IN

2013 2018

*Tenaga kesehatan (nakes): Dokter spesialis, dokter umum, bidan, dan perawat
103
PREVALENSI DIARE PADA BALITA BERDASARKAN DIAGNOSIS
NAKES* DAN GEJALA MENURUT PROVINSI, 2013-2018

38.5

35.6
34.8 34.8
32.7

29.9 30.3
29.0
27.9 27.8

25.0
Persen

23.2
22.0
21.2
20.3
19.3 19.0
19.6
18.5 18.5 18.7

15.8 15.4 15.5 15.8


15.1
14.5 14.5 14.4 14.4 14.3 14.2 14.1
13.8
12.4 12.6 12.6 12.4 12.3 11.8 11.8
10.7 11.0 11.0 10.8
10.7 10.7 10.6
10.2 10.1 10.0 9.8 9.7 9.7 9.8
9.6 9.1
8.8 8.6 9.0 8.9 8.7 8.6
8.3 8.1
7.7 7.5
6.6
6.0

a ut ar r g r ar l I l l a r li ut bi ut el i
u NT
B e h
ba n l u en ba a lo ng SI
A ra se DK NT
T se tim a u k u se tim tr a Ba n g ng l DI
Y
al b pr
ap um Ac al
b
Ja lt e ku nt m nt ul
b te E lt a u l m Ja Ri lu a l
al ul ab pu lt e Su Ja
m
Ba Ke
P S K Su ng Ba Su ro S Ja N Ka S Su M
a K K S P
am Ka M
Be Go N DO L
I

2013 2018

*Tenaga kesehatan (nakes): Dokter spesialis, dokter umum, bidan, dan perawat 104
PROPORSI PENGGUNAAN ORALIT UNTUK PENANGANAN
DIARE PADA BALITA MENURUT PROVINSI, 2013-2018

59.3
58.9

52.4 52.3
51.4 51.5
48.9

45.6
44.5 43.7 43.7
43.0 43.3 42.5
41.7 42.2 41.6 42
40.5 40.5
39.1 39.1 39.6 39.8 40.1
37.7 37.9 37.9 37.8 38.4
37.0 36.7 37.1 37.4
36.1 35.7 36.5
35.1
Persen

34.2 34.8
33.3 33.3 33.6 33.8
33.6 33.3 33.4 33.0
31.7 32 32.5
31.4 30.7
29.9 29.6 29.1
28.1
24.6 25.9 26.6 26.7 26.7 26.4
25.2
23.1 23.6 23.8
23.1

l l r ut ar ut r i el Y ut I ar l bi r i
se se a ng e h ku l ng ng ba pr IA a lo b au l u
tim tr
a en ra DI al tim DK se n g
ba Ba
l
NT
B
NT
T ua
Ka
l u l ab te um ul
b
Ac al
u Su lt e lt e Ja Ke ES nt Ba Ri ku Ja ul nt lt a al al
b
um pu Ja
m p
S P Ja S S M Su Ka ON r o ng S Ba Ka M K K S m S u m Pa
D Go Be La
IN

2013 2018

105
Penggunaan Zn untuk penanganan diare pada Balita
menurut Provinsi, Riskesdas 2013 & 2018
45.4

40.2

34
33.1 33.4
32.3 32
31.4 31.2 31.4
30.9 30.9 31.1
29.3 29.3 29.4
28.7
27.6 27.9 28 28.1
27.3 27.5
26.1 26.3 26.3 25.8
25.6
25
23.7 23.3 23.1
22.5 22.7 23
22.7 22.8
22.1
21.5 21 20.8
20 19.9 19.5
18.7 18.3 19 18.5
18
16.7 16.9 16.6
16 16.2 15.8
15.6
14.6 14.7
13.9 13.9
12.6 12.4
11.6 11.6
10.6 10.6
9.9
8.9

3.5

au u at a h t ur t au at rta a li a bi ng ur at at an h u rta ng n a t ah n n o a
Ri uk r ar
a ar ga ra ra Ri r SIA ar Ba ar eh r r at ga ul te ar ra ta ta al pu
a l Ba Ut
t n a i m B a Ba E ka Ut Ut Ac Ja
m pu i m Ba Ba l n g k ka i tu n g B a ng l a l a nt a
an si si
U Te B T a ON ya m T e e en IJ
a
Be
l Ba en
g Te Se Se ro P
a u M e r a e a r a wa
pu wa D g uku
ta
n La tan tan a ra siS siT B K T a ra n a n o
l w at
e w w at
e Ja Pa Ja IN Yo al n an an gg we we D gk
a si gg nt
a te
r
nt
a G
e pu ula
m ula Ja m DI M im
a
m i m e n l a l a n e e n a a a
K S
Su S Su l li
Ka
l T Su Su Ba aw T li m um lim
Ka Ka sa Sul sa
K a S Ka
Nu Nu

2013 2018

106
PROPORSI PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA
PENDUDUK UMUR ≥10 TAHUN MENURUT PROVINSI, 2007-2018
%

2007 2013 2018

67.4
66.7
65.9 64.9
63.2 64.1
60.3
59.5 58.8 59.2 58.3 58.3
56.2 56.8
55.1 54.6 54.8 54.8 55.6 55.4
53.6 54.3 53.2
51.4 51.6 51.7 52.3
49.5 49.8 50.1 49.8 49.5
48.3 48.4 48.5 48.1
46.5 46.5 46.7 46.9 46.7 47
45.7
43.1
45.3 44.3
43 44.1
43.7
45.2 44.7
42.1 42.3
39.9 40.2 39.3
38.1 37.8 37.9 37.7 38.5
35.5 35.9 36.5
33.6 34.5
32.8
31.8 32.9 32.3 32.8
30.6 31.6 30.6
29.5 29 29.3 29
26.7 26.3 27.2
24.9 25.9 25.1
23.3 24 23.2 22.9
20.4
20 19.9 20.8 20.6
18.5 18.4 17.9
16 15.4 15.4
14.5 14.6 14.2

8.4

T ut ut r l a bi ar ar r ut l l Y I el ar i ra i
NT ua eh al ku ba a u lu se tr ng NT
B
ba en n g l ng IA se a lo se DI ng tim DK pr tim Ba
l
p Ac al
u m Ri gk
u
um Su
l tl e m
Pa
b
al
b
an
t
pu Su tl e NE
S
Su
l
nt Ka
l te Ja Ba
b
Ja
b e l
al
ta
Pa M S u u m n S Su
Ja K Su
m
Ka o Ja K Ka
M S Be
B am DO r K
L
IN Go

Catatan: cuci tangan dengan benar bila cuci tangan pake sabun sebelum menyiapkan makanan, setiap kali tangan kotor (memegang uang,
binatang dan berkebun), setelah buang air besar, setelah menceboki bayi/anak, setelah menggunakan pesitisikda/insektisida, sebelum menyusui
bayi dan sebelum makan
107
PROPORSI PERILAKU BENAR DALAM BUANG AIR BESAR
PADA PENDUDUK ≥10 TAHUN MENURUT PROVINSI, 2007-2018
%
98.9
98.6
96.7 97.6
94.1 95.1 94.2
93.7 92.5 93.4
92 90.9 91 91.1 91.1 91.1
89.1 89.3 89.3 90.2 89.3
88.2 88.3 88.4 88.5 88.8 87.8 88.9
86.1 86.2 86.9 87 87.3 87.3 86.6 87 86.2
85 85.8 85
83.6 83.5 83.3 83.2 83.2 84
82.1 82.5 82.6 82.7 82.6 82 82.7 82.7 82.6
80.3 81.1 81.1 80
78.9 79.3
76.5 77 77.5 77.4 77.5 77
75.8
75.1 75.5 76 76.2
74.1 73.2 73.1 73.3 72.9 72.9 73 73.3
72.7 71.8
69.9 71.1
69.8 68.7 68.1 68.2 67.4 68.3
65.7
63.2
61.6
59.9 60.1 59.3 59.5 59.7 59.2 60
57 57.4
55.8

a r l l ar ar T ut a bi ra ut g ar ar i l el li ut Y I
u ng ba ng se e h se NT ku a lo tim NT
B tr IA n g lu
al en en tim a u pr se Ba l DI DK
ap lt e m lt e Ka
l
Ac um ul
b
al
b
al
u nt Ja um ul NE
S
pu Ja
m
al
ta gk
u t an
t al Ja
b
Pa
b Ri K e
Su
l
Ba
b
Su
P Ka Su Su S S K o S S n M Ja K
M r DO am K
Be
B
Go IN
L

2007 2013 2018

108
Perilaku benar dalam buang air besar adalah buang air besar di jamban
PROPORSI CARA PENANGANAN TINJA BALITA DI
RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT TINGGAL 2018
100

90

80

70

60

50
40.6
40
34.6 34 33
30
20.6
19.7
20

10 5.7 6.4 0.7000000000000


1.9 1.9 1 02
0
Menggunakan jamban Dibuang ke jamban Ditanam ke tanah Dibuang sembarangan Dibersihkan di Lainnya
sembarang tempat

Perkotaan Perdesaan

109
SDKI 2017

110
Prevalensi
Diare
SDKI 2017
PROSENTA
SE
PENGOBAT
AN DIARE
SDKI 2017
Prevalensi Balita Sakit dan Penanganan SDKI 2017
Sumber Pelayanan Balita Diare SDKI 2017
% Kabupaten/kota yang
INDIKATOR % Kab/kota yang melakukan
melaksanakan advokasi dan / KEGIATAN kegiatan upaya pencegahan tifoid
atau sosialisasi pengendalian
diare, Tifoid dan Hep A & E
PISP pada kelompok usia paling beresiko

TAHUN
2015-2019
% Kab/kota yang
melaksanakan SKD
KLB
% Kab/kota yang mempunyai % Kab/kota yang melakukan
melakukan Layanan Rehidrasi kegiatan pengamatan Tifoid pada
Oral Aktif kelompok usia paling berisiko

115
Evaluasi Program PISP
01 02 03 04
PENCEGAHAN TATALAKSANA SURVEILANS MANAJEMEN
1. Perilaku masyarakat 1. Kurangnya 1. Pelaporan yang tidak 1. Program PISP tidak
2. Kurangnya dukungan pengetahuan dan tepat waktu menjadi prioritas di
tokoh masyarakat keterampilan petugas 2. Respon KLB daerah
3. Kurangnya di fasyankes dalam terlambat 2. Rotasi dan mutasi
pengetahuan dan tatalaksana PISP 3. Kurangnya 3. Update indikator
keterampilan petugas 2. Kurangnya diseminasi ketersediaan alat, 4. Kepatuhan dalam
informasi tentang
dalam pengendalian bahan dan reagen pencatatan dan
tatalaksana PISP bagi
PISP untuk pemeriksaan pelaporan
nakes di Fasyankes
4. Masih kurangnya 3. Kurangnya Bimtek lab 5. Kurangnya
sarana media KIE secara berjenjang 4. Kurangnya koordinasi LP/LS
5. Rendahnya komitmen 4. Perlu update NSPK pengetahuan nakes
pengendalian PISP 5. RDT terkait kegiatan
surveilans

116
Diarrhea is a threat to a child’s quality of life
Updating the DALYs for diarrheal disease

Height Fitness I.Q.

Growth shortfalls of up Fitness impairment Repeated episodes of


to 8.2 cm by age 7 years scores are substantially diarrhoea in the first 2
have been attributed to reduced 4–6 years years of life can lead to a
recurrent episodes of loss of IQ points and an
following recurrent
additional 12 months of
diarrhoea  during early episodes of diarrhoea schooling by age 9 years
childhood1 during early childhood2

Moore et al. Int J Epidemiol 2001; 30: 1457–64; Guerrant et al. Am J Trop Med Hyg 1999; 61: 707–13; Niehaus et al. Am J Trop Med Hyg 2002; 66: 590–3
MASALAH

Ketersediaan obat esensial (2010): Penggunaan zinc 26,1% (Riskesdas


Puskesmas 95% ; RSUD 51% 2018)
Dinas Kesehatan 30%
Ketersediaan Zinc
(Handito. A, 2016): 33,3%.
???? Zinc 10 hari 8,7% dan
Zinc 3 hari 56,6% (n=262)
(Handito. A, 2016)

Rata-rata durasi diare balita 3 hari Angka kejadian diare Balita


(Bahl et al, 2002; Strand et al, 2002; pada tahun 2003,
Polat et al, 2003; Patel et al, 2009) 2006, 2010, 2012
Relatif tidak berubah (1-1,3
episode)
PERKEMBANGAN TERAPI DIARE
Past Present Most
’70-’80 ’80-now Recent
ORT: ORS Duration,
New formula
Intravenous Limited IVbb volume &IV
“All” ORS
Feeding: Continue
Fasting during & Incidence
Zn Suplementation
increase after & severity
diarrhea
Continued feeding

Antibiotic ANTIMICROBA ANTIMICROBA Selective


Antidiarrhea
ANTIDIARHEA ANTIDIARRHEA

Patient-Physician Patient safety


+ Patient safety
Communication
5 Tatalaksana Diare
(Lintas Diare)
2 4
Obat zinc selama 10 Antibiotika atas
hari indikasi

1 3 4
Oralit osmolaritas ASI dan Makan Nasihat pada
rendah sesuai umur ibu/pengasuh
ORALIT Rendah Osmolaritas?

KANDUNGAN
KANDUNGAN ORALIT ORALIT
LAMA RENDAH
OSMOLARITAS
a.Natrium 90 MEq/L a.Natrium 75 mEq/L
b.Osmolaritas of 331 mmol/L b.Osmolaritas 245 mmol/L

Pengurangan kadar glukosa & garam perpendek durasi diare.


Pengurangan osmolaritas Oralit mengurangi kuantitas tinja.
Meningkatkan efektivitas pada anak dengan diare akut, non-kolera
Mekanisme Zinc
Sistem imun Humoral and cellular (1)

Proses penyerapan
intestinal dan/atau proses Antidiare dengan
Zinc transport sekretorik menghambat CI secretion (2)

Menghambat pertumbuhan (3)


Efek antimikroba
S. thyphi, S. parathypi A,
V. cholerae, Shigella flexneri,
Shigella sonnei

1. Cit. Rahman et al. 2005. Am J Clin Nutr


2. Hoque et al. 2005. Am J Physiol Gastrointest Liver Physiol
3. Surjawidjaja et al. 2004 Medical Principles and Practice
Latar Belakang Pemberian Zinc
Efektif atasi dehidrasi &
kurangi mortalitas

Diare Akut oralit


Tidak kurangi: volume,
durasi, & frekuensi diare

Malnutrisi (1)

Antibiotik tidak rasional


Petugas kesehatan ingin ? (2)
kan durasi diare

? Terapi lain yg tidak jelas


“menekan”
EBM nya (3)
Orang tua & Pasien
Tidak puas
ZINC
Zinc pada saluran pencernaan berperan
menjaga kestabilan mukosa usus melalui
stimulus regenerasi sel dan stabilisasi
membran sel. Pada diare akut dan diare
persisten, pemberian zinc memperbaiki
permeabilitas usus (Riyadi, 2007; Karuniawati,
Defisiensi zinc menyebabkan atrofi usus, 2010; Purnamasari, 2010).
meningkatkan toksin kolera dan lebih rentan
terkena toksin bakteri. Defisiensi zinc
menyebabkan gangguan imunitas, sehingga
meningkatkan risiko penyakit infeksi termasuk
diare.

Kebutuhan zinc tubuh akan meningkat saat


terjadi infeksi, untuk pembentukan fungsi
imun dan pembentukan sel baru (King, 2003;
Baqui et al, 2006).
PERJALANAN ZINC
TAHUN 2008
ZINC Menjadi obat program 04 SAMPAI TAHUN 2016
Dimulai Pengadaan ZINC dari SOSIALISASI DILAKSANAKAN
Dana APBN DI 33 PROVINSI

MASUK
03 • SK OBAT GENERIK,
• JAMKESMAS
• DOEN 2011
SEPTEMBER 2006
Rekomendasi para ahli (IDAI)
penggunaan ZINC dalam 02
tatalaksana Diare
Pembentukan ZINC TASK TAHUN 2007
FORCE
01 ZINC dimasukkan dalam
Tatalaksana Diare
KEGUNAAN TABLET ZINC

Mencegah terjadinya kembali


diare dalam 2-3 bulan berikutnya

Menurunkan keparahan diare

Dapat mengurangi lama


berlangsungnya diare
PENTING
1 dosis penuh selama 10 hari berturut-turut, walau diare
telah berhenti dapat memberikan perlindungan 2-3
bulan ke depan

PEMBERIAN 2
Zinc
meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan
ZINC menambah selera makan

PADA
DIARE Menurunkan secara bermakna angka kejadian
3 diare akut, disentri, diare persisten dan
pneumonia
DOSIS
TABLET
ZINC
Bayi umur < 6 bulan :
Setengah tablet zinc (10mg)
sekali sehari selama sepuluh
hari berturut-turut

Anak umur > 6 bulan : Satu


tablet zinc (20 mg) sekali
sehari selama sepuluh hari
berturut-turut
PRINSIP TATALAKSANA
MENCEGAH
1 DEHIDRASI
1 Mulai Dari RT Dengan Lebih Banyak
Minum

2 MENGATASI DEHIDRASI
2 Beri Cairan Rehidrasi Oral & I.V + Zinc 10 hari

MENGOBATI MASALAH
3 LAIN
3 Adanya Penyakit Penyerta  antibiotika secara
selektif
MENURUT
JENIS
1. Diare Akut
2. Diare Bermasalah
a. Diare berdarah, Kolera
b. Diare berkepanjamgan
c. Diare kronik/ Diare
persisten
d. Diare dan gizi buruk
e. Diare dg penyakit
penyerta
MENURUT
BANYAKNYA
KEHILANGAN
CAIRAN
1. Tanpa Dehidrasi
2. Dehidrasi ringan/sedang
3. Dehidrasi berat
PENGENDALIAN
PISP

132
LINDUNGI
KAMI DARI
HEPATITIS
PENYAKIT
INFEKSI
SALURAN
PENCERNAAN
TERIMA KASIH
SEHAT diawali dari
SAYA
www.kemkes.go.id/

https://id-id.facebook.com/KementerianKesehatanRI/

https://twitter.com/kemenkesri

Kementerian Kesehatan RI; Jl. HR. Rasuna Said


Blok X5 Kav. 4-9, Jakarta Selatan 12950; Telp:
(021) 52907416-9 Halo Kemenkes: (kode lokal) 1-
500567

Anda mungkin juga menyukai