Kebijakan Program
OUTLINE
KEBIJAKAN Pelayanan Hepatitis B dan C
pada Masa Pandemi Covid-19
HEPATITIS B
DAN C Capaian Program Hepatitis
7
REGULASI DAN INDIKATOR PROGRAM P2 HEPATITIS
B DAN C
HBIg HBIg diberikan kepada bayi lahir dari ibu reaktif HBsAg
Pemeriksaan pada ibu hamil, Semua ibu hamil harus melakukan ANC terpadu dan DDHB
ANC, dan pemantauan bayi
serta bayinya dilakukan pemantauan
Pemberian HB0 untuk mengurangi Pemberian HB0 <24 jam diberikan wajib
transmisi dari ibu ke bayi kepada semua bayi baru lahir
Pemberian Imunisasi Hepatitis B (3 Imunisasi wajib hepatitis B (3 dosis)
dosis) untuk mengurangi insiden diberikan kepada semua bayi
P2 Hepatitis B pada Populasi Berisiko Lainnya
Selain pada Bumil Pencegahan dan pengendalian hepatitis B diprioritaskan pada populasi paling berisiko
tertular dan menularkan yaitu Tenaga Kesehatan, seperti tercantum dalam RAN hep tahun 2020-2024 dan
pesan Menteri Kesehatan pada HHS ke 12 tahun 2021 yang lalu, yaitu :
1.Tingkatkan cakupan deteksi dini hepatitis B ibu hamil di seluruh kabupaten/kota dan pastikan bayi yang lahir terbebas dari
hepatitis B ;
2.Pastikan setiap bayi diimunisasi hepatitis B secara lengkap;
3.Tingkatkan deteksi dini hepatitis B dan C terutama di populasi berisiko dan lakukan secara terintegrasi ;
4.Percepat perluasan akses layanan Hepatitis C dengan menggunakan Direct Acting Antiviral secara merata di 34 provinsi ;
5.Tingkatkan upaya pencegahan dan pengendalian hepatitis melalui promotif dan preventif;
Orang dengan HIV (Skrining anti-HCV dilakukan pada semua pasien HIV, PNPK
Tatalaksana HIV 2019 dan SE Kolaborasi Program P2 Hepatitis C dan HIV, 2021)
12
PENGOBATAN HEPATITIS C DI INDONESIA
1 Meningkatkan kesadaran
masyarakat Ketersediaan data & 2
informasi
3 Ketersediaan logistik yang
bermutu & terjangkau Pelayanan kesehatan 4
berstandar
5 Pelayanan kesehatan yang
aman
Kerjasama LP/LS 6
Pemerataan pelayanan
7
Hepatitis
2.576.980
2.682.297
3.000.000 5,00
1.643.204
90 83,46
1.497.649
2.000.000
90 3,00
80
%reaktif HBsAg
69,65 80 2,46
70 1.500.000 2,21
2,20
1,88
Persentase (%)
60 1,82
1,68 1,70 2,00
60
50
585.430
1.000.000
40 33,66
184.000
1,00
30 500.000
46.944
45.108
32.974
30.965
25.431
12.946
17,12 30
4.526
20
725
10 5,84 - 0,00
10 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
0
5 (s/d
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 (s/d Sep)
Sep) Ibu hamil tes HBsAg Ibu hamil HBsAg reaktif %Reaktif HBsAg
Persentase (%)
Jumlah Ibu Hamil
4.000.000
Persentase (%)
Jumlah Bayi
15.000
80
20,00
3.000.000
60
15,00 10.000
2.000.000
1.497.649 10,00
40
1,70
5.000 3.342 3.279
1.000.000 20
5,00
25.431
- -
- 0,00
Estimasi jumlah Ibu hamil periksa Ibu hamil reaktif Bayi lahir Bayi lahir Bayi lahir Bayi 9-12 Bayi 9-12
ibu hamil HBsAg HBsAg dari ibu dapat HB0 dapat bulan tes bulan non
reaktif <24 jam HBIg <24 HBsAg reaktif
HBsAg jam HBsAg
264.201
266.755
234.064
241.793
238.845
258.474
240.155
255.216
226.244
2.500.000 300.000
217.654
198.918
2.035.635
173.881
250.000
162.557
2.000.000
139.761
138.164
200.000
100.068
1.500.000
98.786
150.000
77.425
1.000.000 100.000
500.000 50.000
34.496 25.422 -
- Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
Jan-Sep 2020 Jan-Sep 2021
2020 2021
Jumlah Ibu Hamil Tes HBsAg Jumlah Ibu Hamil Reaktif HBsAg
Persentase (%)
HCV+: 2,5 juta 67,17 80,00
64,18 35,8%
400.000 Saat ini baru
Jumlah
1210
2021
Tidak
diketahui;
Status Sirosis Tidak
Status Koinfeksi HIV
diketahui;
26; 0% 26; 0%
Sirosis; Koinfeksi
2675; 38% HIV; 1666;
24%
Non Monoinfeksi
sirosis; ; 5427; 76%
4418; 62%
Kelompok Umur
Tidak
diketahui; Jenis Kelamin 1.800 1.694
25; 0% 1.600
1.400
Perempua 1.200 1.051
n; 2032; 1.000
761 771
29% 800 633
Laki-laki; 600 475 427
5062; 71% 400 193
104 125 106
200 4
-
<12 12-18 19-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 >64
Penasun;
1.432 ; 21% 1295
Operasi; 818
167 ; 2% 436
105 94 82 42 20
LSL; 13 ; Lainnya;
0% 3.922 ; 57%
SOF + SOF + ELB + SOF + SOF + SOF + SOF + Lainnya SOF +
DAC DAC GRA SIM RBV DAC SIM + DAC
(60) (90) (60) + RBV (90) +
RBV RBV
Sebagian besar (57%) tercatat lainnya → perlu Rejimen SOF + DAC 60 mg : 4.097 (58,6%)
penggalian mendalam faktor risiko. Rejimen SOF + DAC 90 mg : 1.295 (18,5%)
1. Penasun (21%) Rejimen ELB+GRA : 818 (11,7%)
2. Hemodialisa (14%) Lainnya : 779 (11,2%)
3. Transfusi darah (6%), dll
Kementerian Kesehatan Repulik Indonesia Direktorat P2PML
24
Pemeriksaan anti HCV pada Populasi Berisiko
Tahun 2021 dibandingkan 2020 (Jan-Sep)
17.047
15.342
18.000
100.000
12.953
16.000
12.101
11.530
90.000
10.467
14.000
80.000
9.749
9.739
9.190
9.177
12.000
8.553
8.521
8.488
8.446
70.000
7.668
Jumlah tes
Jumlah tes
60.000 10.000
5.838
50.000 8.000
4.515
4.071
40.000 6.000
30.000 4.000
20.000 2.000
10.000
-
- Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
Jan-Sep 2020 Jan-Sep 2021
2020 2021
Jumlah tes anti HCV anti HCV positif
01 02
03 04
Terbatasnya Komitmen Minimnya Keterbatasan tenaga
informasi pemangku ketersediaan dokter spesialis yang
mengenai Hepatitis kepentingan data mengenai mampu memberikan
pada masyarakat belum merata pencegahan dan tatalaksana Hepatitis
umum / nakes dalam pencegahan pengendalian
Kronis
. dan pengendalian Hepatitis
Hepatitis
PENGEMBANGAN PROGRAM
P2 HEPATITIS
TAHUN 2020-2024
02
• Penguatan Data &
Surveilans Hepatitis 05 Pengembangan operational
study terkait Hepatitis B & C
• Pengembangan electronic
data
1. Upaya eliminasi hepatitis B dan C dilakukan pada seluruh populasi berisiko tinggi dengan prioritas
pada populasi paling berisiko tertular dan menularkan, yaitu P2 Hepatitis B pada ibu hamil-bayi dan
tenaga kesehatan, sedangkan P2 hepatitis C pada Penasun, WBP, ODHIV-ODHA dan pasien HD
2. Pencapaian program P2 hepatitis tahun 2021 masih rendah perlu inovasi dan komitmen tinggi
dalam mengejar ketertinggalan capaian ditengah pandemi COVID 19
3. Kolaborasi dan integrasi program hepatitis dengan program lainnya sangat diperlukan untuk
peningkatan capaian program
4. Peningkatan akses rujukan untuk tatalaksana hepatitis B dan C sebagai salah satu upaya percepatan
program
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2003, terdapat 17 juta kasus demam tifoid di seluruh
3 dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 kasus .
Pada tahun 2008, angka kesakitan tifoid di Indonesia dilaporkan sebesar 81,7 per 100.000 penduduk,
4 penderita terbanyak adalah pada kelompok usia 2-15 tahun.
Case Fatality Rate (CFR) diperkirakan 14%. Pada kasus yang tidak mendapatkan pengobatan, CFR dapat
5
meningkat hingga 20% .
6 Secara Global, gejala infeksi hepatitis A terjadi pada 1,4 juta orang setiap tahunnya. (WHO)
7 WHO memperkirakan bahwa hepatitis A menyebabkan sekitar 7134 kematian pada tahun 2016 (terhitung
0,5% dari kematian karena virus hepatitis)
8 Hepatitis A sering timbul baik secara sporadis maupun sebagai suatu epidemi dalam periode waktu satu
sampai dua bulan. Epidemi yang terjadi akibat kontaminasi pada air dan makanan dapat mengakibatkan
ledakan kasus, dan menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit
8 Di Indonesia berdasarkan diagnosis secara klinis pernah dilaporkan kejadian luar biasa HFMD, yaitu di
Batam sebanyak tujuh kasus (2000), RSCM satu kasus (2000), RS Pondok Indah lima kasus (2000), RS Siloam
tiga kasus (2000), Bojonegoro 14 kasus (2001), dan Surakarta 57 kasus (2001). Pada tahun 2016 di Banjarmasin
dilaporkan terdapat 18 kasus positif dengan serotipe EV 71.
2013 19,3%
2018 0,39%
CASE OF DIARRHEA
2017 - 2020
3000000 2.167.218 2.307.659 2.296.949
1.662.045
2000000
2.107.572 2.196.865 2.217.384
1000000 1.574.721
2017 2018 2019 2020
0
1 2 3 4
Tahun 1 - 4 Tahun L 1 - 4 Tahun P Tahun ≥6 bln - < 1 thn L ≥6 bln - < 1 thn P
Rincian Penyakit Menular Total Biaya Total Kunjungan ❖ Dari tabel menunjukkan
pemanfaatan JKN pada upaya
Infeksi saluran pernapasan 5.209.843.510.745 41.662.820 pengendalian penyakit menular
paling tinggi adalah untuk layanan
Diare 3.510.354.234.068 9.365.019 infeksi saluran pernapasan
Tuberkulosis 1.423.560.629.374 2.516.112 (39,9%), diare (26,9%) dan
Penyakit menular lainnya 1.213.885.734.448 3.851.750 tuberkulosis (10,9%)
❖ Pemanfaatan layanan imunisasi
Penyakit tropis 1.011.198.384.919 867.663 dari JKN masih rendah. Layanan
HIV & PMS 530.948.074.556 625.161 imunisasi mengacu pada
Hepatitis 96.097.447.257 176.357 Permenkes 12/2017 tentang
penyelenggaraan imunisasi dengan
Malaria 43.605.979.620 71.812 pola pembayaran kapitasi di FKTP
Imunisasi 2.548.388.274 39.011
Sumber: NHA,2019
* Estimasi NHA 2019
FAKTOR RISIKO PENYAKIT
MENULAR PISP & BERPOTENSI
KEJADIAN LUAR BIASA
✅ Prevalensi Diare
1 Balita : 12,3 %
2 Semua Umur : 8%
✅ Status Gizi
1 Gizi buruk : 3,9 %
2 Penampungan terbuka:11,2 %
SUBDIT HPISP
DIT P2PML
DEMAM TIFOID
HEPATITIS A DAN E
HFMD
3 Pencegahan PISP
5 Penanganan PISP
52
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
Indikator Utama Program PISP 2020 – 2024
Sasaran Program
Program/ (Outcome)/Sasaran
Target
Lokasi DO Cara Perhitungan
Kegiatan Kegiatan 2020 2021 2022 2023 2024
(Output)/Indikator
Persentase
Kab/Kota yang 80
% Puskesmasnya Jumlah kab/kota
Kegiatan melaksanakan yang melaksanakan
Persentase Kab/Kota
Pencegahan tatalaksana Diare tatalaksana Diare
yang 80%
dan 51 % 58 % 66 % 73 % 80 % sesuai standar sesuai standar dibagi
puskesmasnya
Pengendalia 34 Prov (262 (298 (340 (375 (411 bila: jumlah kab/kota
melaksanakan
n Penyakit Kab/Kota) Kab/Kota) Kab/Kota) Kab/Kota) Kab/Kota) cakupan yang ada di
tatalaksana diare
Menular pemberian Oralit Indonesia dikali 100
sesuai standar
Langsung dan Zinc 100% %
pada penderita
diare balita
53
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
Sub Indikator Program Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan 2020 – 2024
2019 Target (%)
Indikator
(%) 2020 2021 2022 2023 2024
Persentase Kabupaten/
Kota yang melaksanakan
advokasi dan / atau 46,7 50 55 60 65 70
sosialisasi pengendalian
PISP
Persentase Kab/Kota yang
mempunyai layanan
rehidrasi oral (LROA) aktif 52,14 57 62 67 72 77
KEGIATAN POKOK PENGENDALIAN PISP
HEP A DAN E DIARE TIFOID HFMD
a) Melakukan review dan memperkuat a) Melaksanakan dan a) Melaksanakan review dan a) Melaksanakan review dan
review
memperkuat aspek legal
aspek legal memperkuat aspek legal memperkuat aspek legal
b) Melaksanakan advokasi,
b) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi b) Melaksanakan advokasi, b) Melaksanakan advokasi, sosialisasi termasuk KIE
termasuk KIE sosialisasi termasuk KIE sosialisasi termasuk KIE c) Melaksanakan pencegahan
c) Melaksanakan deteksi dini Hepatitis A c) Melaksanakan Layanan Rehidrasi c) Melaksanakan pencegahan d) Melaksanakan kegiatan
dan E Oral Aktif (LROA) d) Melaksanakan kegiatan pemberian perlindungan
khusus
d) Melaksanakan kegiatan pemberian d) Melaksanakan SKD Diare pemberian perlindungan
e) Melaksanakan pengamatan
perlindungan khusus e) Melaksanakan Penanggulangan khusus HFMD
e) Melaksanakan pengobatan/ penanganan KLB Diare e) Melaksanakan pengamatan f) Melaksanakan Monitoring
Hepatitis A dan E f) Melaksanakan pengamatan Diare Tifoid dan Evaluasi
f) Melaksanakan SKD Hepatitis A dan E g) Pemantauan minum Zinc di f) Melaksanakan Monitoring
g) Melaksanakan Penanggulangan KLB lokus stunting dan Evaluasi
Hepatitis A dan E h) Suplementasi Zinc di lokasi
h) Melaksanakan pengamatan Hepatitis A bencana
dan E i) Melaksanakan Monitoring dan
i) Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi Evaluasi
SITUASI PROGRAM PENYAKIT INFEKSI SALURAN PENCERNAAN (DIARE)
INDONESIA TAHUN 2020 DAN 2021 (JANUARI – AGUSTUS)
CAPAIAN INDIKATOR 2020 DAN 2021
TARGET
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan
Lokasi 2020 2021
(Output)/Indikator
Target Capaian Target Capaian
Persentase Kab/Kota yang 80% puskesmasnya 44,2% 58% 44,7%
51 %
melaksanakan tatalaksana diare sesuai 34 Prov (227 (298 (230
(262 Kab/Kota)
standar Kab/Kota Kab/Kota) Kab/Kota)
CAKUPAN LAYANAN DIARE BALITA INDONESIA
2020 2021
Cakupan
Target Capaian Target Capaian
154.477 152.202
147.828 144.240
132.151 133.157 Terdapat penurunan
125.540 122.608 126.493 122.531 122.938
121.328 sebesar 55% penemuan
kasus diare balita di
Fasyankes Tahun 2020
dibanding 2019.
Penurunan paling banyak
yaitu pada bulan November
dan Desember hal ini
karena beberapa provinsi
belum mengirimkan laporan
148.874 130.945 107.346 65.658 57.868 57.243 54.822 41.768 37.502 15.225 9.543 298
Jumlah Penemuan Kasus Balita di Fasyankes Jumlah Penemuan Kasus Balita di Fasyankes
(2019) (2020)
INTERVENSI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI YANG DILAKUKAN OLEH
LINTAS PROGRAM DAN SEKTOR
Promosi kesehatan yang mencakup informasi gaya hidup sehat, penyakit dan cara
transmisinya, pengendalian faktor risikonya, serta pencegahan dan pengobatannya
Melakukan pengendalian faktor risiko yang meliputi peningkatan dan penyediaan fasilitas
air dan sanitasi, perumahan sehat, pengendalian pencemaran
Melakukan deteksi dini kasus dan perawatan cepat dan meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas komprehensif
2
Rendahnya kepatuhan pengelola program untuk mengirimkan
laporan bulanan secara kelengkapan dan ketepatan
FECAL ORAL
1. Masyarakat dengan higiene dan sanitasi yang masih buruk 1. PHBS (ASI, MP ASI, air bersih,
Intervensi
2. KLB Hep A CTPS, jamban, membuang
Imunisasi 1.Pemeriksaan
3. Diare penyebab kematian Bayi dan Balita (Profil Kesehatan perubahan perilaku tinja bayi dengan benar,
HEPATITIS A & E Indonesia 2019) melalui sosialisasi Imunisasi campak) Hepatitis A pada Antibodi HAV
4. Diare penyebab kematian Neonatal dan Balita (SRS 2014) 2. Penyehatan lingkungan
kelompok Risti 2.LROA
5. Setiap balita 3-4 kali/tahun terkena diare dan pembuatan (Stop BAB sembarangan,
CTPS, pengelolaan air 3.Penguatan
6. Faktor risiko berdasarkan RKD 2018 Media KIE baik minum dan makanan RT,
a) Cakupan oralit : 34,8% kapasitas petugas
cetak maupun Pengamanan sampah RT,
DIARE b) Cakupan Zinc : 26,1%
c) Prev Diare Balita : 12,3% elektronik dengan
Pengamanan limbah cair RT) 1. LROA kesehatan
3. Penyediaan air bersih 2. Imunisasi 4.Penguatan logistik
d) CTPS : 49,8% materi : 4. Pengelolaan sampah
e) Gizi Buruk : 3,9% 5. Sarana pembuangan limbah
Rotavirus PISP
f) Proporsi Penanganan Tinja Balita Secara Aman oleh 1.PHBS 6. Penguatan SKD KLB Diare
5.Pengobatan karier
TIFOID Rumah Tangga : 61,6%
g) Akses optimal air bersih : 46,5%
2.CTPS dan Hepatitis A
7. Kolaborasi LP dan LS dalam 1.Imunisasi Tifoid Tifoid
5. Stunting : 3.PENULARAN, pemeriksaan secara berkala
kualitas makanan dan air 2.Survey karier 6.Update pedoman
a) RKD 2018 : 30,8% 4.PENCEGAHAN tifoid pada
b) SSGBI 2019 : 27,67% 8. Kontrol Reservoir manajemen
9. Kontrol transmisi
6. Prevalensi Tifoid : 1,6% (RKD 2007)
10. Kontrol populasi yang
penjamah makanan program dan
HFMD 7. Karier dan resistensi antibiotik Tifoid
8. Beban pembiayaan baik bagi masyarakat maupun negara
rentan tatalaksana kasus
INDIKATOR PROGRAM
Persentase Kab/Kota yang 80 % Puskesmasnya melaksanakan tatalaksana Diare sesuai standar
www.kemkes.go.id/
https://id-id.facebook.com/KementerianKesehatanRI/
https://twitter.com/kemenkesri