Anda di halaman 1dari 64

Oleh:

dr. Regina Tiolina S, M.Epid


Koordinator Poksi Hepatitis dan PISP
Disampaikan pada:
“Pertemuan LP/LS P2 Hepatitis dan PISP”
8 November 2021
Epidemiologi

Kebijakan Program
OUTLINE
KEBIJAKAN Pelayanan Hepatitis B dan C
pada Masa Pandemi Covid-19
HEPATITIS B
DAN C Capaian Program Hepatitis

Tantangan dan Rencana


Pengembangan Program
EPIDEMIOLOGI
HEPATITIS
BEBAN PENYAKIT HEPATITIS B
 GLOBAL (2019)
◦ 296 juta terinfeksi hepatitis B kronik
◦ 1,5 juta kasus baru setiap tahun
◦ 820.000 kematian akibat sirosis dan hepatoma
 ASIA TENGGARA (2019)
 60 juta terinfeksi hepatitis B kronik
 260.000 infeksi baru
 180.000 kematian akibat hepatitis B
 INDONESIA (2013)
◦ HBsAg (+): 7,1%
◦ 18 juta penduduk terinfeksi Hepatitis B
◦ HBsAg (+) pada balita: 4,2%

 Vaksinasi telah menurunkan prevalensi Hepatitis B


 Masalah:
◦ Karier kronik: risiko sirosis, hepatoma
◦ Belum ada pengobatan efektif
Sumber: Global progress report on HIV, viral hepatitis, and STI, 2021
BEBAN PENYAKIT HEPATITIS C
 Global (2019)
◦ 58 juta orang terinfeksi hepatitis C kronik
◦ 1,5 juta infeksi baru
◦ 290.000 kematian akibat hepatitis C
 Asia Tenggara (2019)
◦ 10 juta orang terinfeksi hepatitis C kronik
◦ 230.000 infeksi baru
◦ 38.000 kematian akibat hepatitis C
 Indonesia (2013)
◦ Anti HCV (+): 1,01%
◦ 2,5 juta penduduk terinfeksi hepatitis C
 Pengobatan menggunakan DAA → mencapai
kesembuhan >95%
 Masalah:
◦ Karier kronik: risiko sirosis, hepatoma
◦ Belum ada vaksin
◦ Penemuan kasus pada kelompok berisiko
Sumber: Global progress report on HIV, viral hepatitis, and STI, 2021 perlu ditingkatkan
KEBIJAKAN PROGRAM
HEPATITIS
TUJUAN UMUM DAN KHUSUS PROGRAAM P2
HEPATITIS B DAN C
TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS
Eliminasi Hepatitis B dan Menurunkan prevalensi
1 Hepatitis C. 01 Hepatitis B dan Hepatitis C
Eliminisi Hepatitis B: 2030
Menurunkan insiden
Eliminasi Hepatitis C: 2040
02 Hepatitis B terutama
pada anak usia 1-4 tahun
Menurunkan kematian
03 akibat Hepatitis C
Menurunkan kejadian infeksi
2 Hepatitis B dari ibu ke anak Meningkatkan kualitas
mulai tahun 2022 04 hidup penderita Hepatitis
B dan Hepatitis C

7
REGULASI DAN INDIKATOR PROGRAM P2 HEPATITIS
B DAN C

HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML


8
PEDOMAN PENGOBATAN DAN PENEMUAN
KASUS
PENCEGAHAN PENULARAN
HEPATITIS B DARI IBU KE ANAK
Tenofovir: dimulai di
beberapa provinsi
(mikroeliminasi
Pemberian Tenofovir pada Ibu hamil reaktif HBsAg dirujuk
bumil dengan VL tinggi
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut

HBIg HBIg diberikan kepada bayi lahir dari ibu reaktif HBsAg

Pemeriksaan pada ibu hamil, Semua ibu hamil harus melakukan ANC terpadu dan DDHB
ANC, dan pemantauan bayi
serta bayinya dilakukan pemantauan

Pemberian HB0 untuk mengurangi Pemberian HB0 <24 jam diberikan wajib
transmisi dari ibu ke bayi kepada semua bayi baru lahir
Pemberian Imunisasi Hepatitis B (3 Imunisasi wajib hepatitis B (3 dosis)
dosis) untuk mengurangi insiden diberikan kepada semua bayi
P2 Hepatitis B pada Populasi Berisiko Lainnya

Selain pada Bumil Pencegahan dan pengendalian hepatitis B diprioritaskan pada populasi paling berisiko
tertular dan menularkan yaitu Tenaga Kesehatan, seperti tercantum dalam RAN hep tahun 2020-2024 dan
pesan Menteri Kesehatan pada HHS ke 12 tahun 2021 yang lalu, yaitu :

1.Tingkatkan cakupan deteksi dini hepatitis B ibu hamil di seluruh kabupaten/kota dan pastikan bayi yang lahir terbebas dari
hepatitis B ;
2.Pastikan setiap bayi diimunisasi hepatitis B secara lengkap;
3.Tingkatkan deteksi dini hepatitis B dan C terutama di populasi berisiko dan lakukan secara terintegrasi ;
4.Percepat perluasan akses layanan Hepatitis C dengan menggunakan Direct Acting Antiviral secara merata di 34 provinsi ;
5.Tingkatkan upaya pencegahan dan pengendalian hepatitis melalui promotif dan preventif;

6.Tingkatkan perlindungan tenaga kesehatan terutama yang berisiko terpapar


hepatitis B melalui deteksi dini dan pemberian imunisasi Hepatitis B dewasa.
SASARAN PRIORITAS PENEMUAN KASUS
HEPATITIS C
Penasun (dan eks penasun)

Orang dengan HIV (Skrining anti-HCV dilakukan pada semua pasien HIV, PNPK
Tatalaksana HIV 2019 dan SE Kolaborasi Program P2 Hepatitis C dan HIV, 2021)

Pasien Hemodialisa (HD)

Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)

12
PENGOBATAN HEPATITIS C DI INDONESIA

Sebelum 2017 Sesudah 2017

Menggunakan DAA → Simeprevir,


Sofosbufir, Ribavirin, Daclastavir,
Elba-Grazo
Menggunakan Pegylated
Interferon
Kesembuhan >95%
Durasi 12-24 minggu
Murah
Kesembuhan 50-60%
Durasi 48 minggu
Mahal
ISU STRATEGIS

1 Meningkatkan kesadaran
masyarakat Ketersediaan data & 2
informasi
3 Ketersediaan logistik yang
bermutu & terjangkau Pelayanan kesehatan 4
berstandar
5 Pelayanan kesehatan yang
aman
Kerjasama LP/LS 6
Pemerataan pelayanan
7
Hepatitis

HEPATITIS & PISP


14
PELAYANAN HEPATITIS B DI
MASA PANDEMI COVID-19
Panduan Kegiatan Pelayanan Klinis Hepatitis B dan
Hepatitis C di Era AKB
Pelayanan Klinis Secara Umum :
Pelayanan memenuhi Pasien Hep B dan Hep C yang dalam
1 protokol kesehatan era AKB 4 pengobatan melanjutkan terapi
sampai selesai

Kegiatan penapisan Hepatitis C


Monitoring pengobatan Hepatitis C
2 untuk pasien HIV sesuai dengan
jadwal pasien kontrol 5 secara laboratorium tetap dilakukan
sesuai jadwal monitoring
laboratorium
Fasyankes memperhatikan pasien Hepatitis B
Inisiasi pengobatan pasien baru
3 Hepatitis B dan Hepatitis C
dilakukan dokter spesialis PJ
6 dan Hepatitis C yang memiliki sirosis, koinfeksi
dengan HIV, serta komorbid lainnya sebaiknya
dilayani terlebih dahulu untuk mengurangi
sesuai praktek kenormalan baru risiko pajanan terhadap COVID-19.
di RS
CAPAIAN PROGRAM
HEPATITIS
Capaian Deteksi Dini Hepatitis B (DDHB) pada Ibu Hamil
Tahun 2015-2021

2.576.980

2.682.297
3.000.000 5,00

Persentase Kab/Kota DDHBC


Tahun 2015-2019 2.500.000
4,00
100
89,11 91,44

1.643.204
90 83,46

1.497.649
2.000.000
90 3,00
80

Jumlah Ibu Hamil


85

%reaktif HBsAg
69,65 80 2,46
70 1.500.000 2,21
2,20
1,88
Persentase (%)

60 1,82
1,68 1,70 2,00
60
50

585.430
1.000.000

40 33,66

184.000
1,00
30 500.000

46.944

45.108
32.974

30.965

25.431
12.946
17,12 30

4.526
20

725
10 5,84 - 0,00
10 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
0
5 (s/d
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 (s/d Sep)
Sep) Ibu hamil tes HBsAg Ibu hamil HBsAg reaktif %Reaktif HBsAg

Target (%) Capaian (%)


Data per 30 Okt 2021
Kaskade Deteksi Dini Hepatitis B (DDHB) pada Ibu Hamil
Tahun 2021 (Agustus)

Ibu Hamil Bayi Lahir dari Ibu Reaktif HBsAg


25.000 Harus 140
6.000.000 35,00 127 divalidasi
30,64
20.456 120
4.887.405 30,00
5.000.000 20.000
94,37 98,11
16.120 100
25,00
15.213

Persentase (%)
Jumlah Ibu Hamil

4.000.000

Persentase (%)

Jumlah Bayi
15.000
80
20,00
3.000.000
60
15,00 10.000

2.000.000
1.497.649 10,00
40

1,70
5.000 3.342 3.279
1.000.000 20
5,00

25.431
- -
- 0,00
Estimasi jumlah Ibu hamil periksa Ibu hamil reaktif Bayi lahir Bayi lahir Bayi lahir Bayi 9-12 Bayi 9-12
ibu hamil HBsAg HBsAg dari ibu dapat HB0 dapat bulan tes bulan non
reaktif <24 jam HBIg <24 HBsAg reaktif
HBsAg jam HBsAg

Data per 30 Okt 2021


Pemeriksaan DDHB pada Ibu Hamil
Tahun 2021 dibandingkan 2020 (Jan-Sep)

264.201

266.755

234.064
241.793

238.845

258.474

240.155

255.216
226.244
2.500.000 300.000

217.654

198.918
2.035.635

173.881
250.000

162.557
2.000.000

139.761

138.164
200.000

Jumlah Ibu hamil


1.497.326
Jumlah ibu hamil

100.068
1.500.000

98.786
150.000

77.425
1.000.000 100.000

500.000 50.000

34.496 25.422 -
- Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
Jan-Sep 2020 Jan-Sep 2021
2020 2021
Jumlah Ibu Hamil Tes HBsAg Jumlah Ibu Hamil Reaktif HBsAg

Peningkatan paling banyak tahun 2021


Ibu hamil tes HBsAg tahun dibanding 2020 yaitu bulan April sebesar 42%
2021 dibanding 2020 turun Penurunan paling banyak tahun 2021
26,4% dibanding 2020 yaitu bulan September sebesar
Data per 30 Okt 2021
70%
700.000 120,00
604.619 Kaskade Pengobatan Hepatitis C:
96,13
600.000 100,00- Persentase reaktif anti-HCV: 4,2%
84,06
500.000 Estimasi anti - Persentase gap pemeriksaan HCV RNA :

Persentase (%)
HCV+: 2,5 juta 67,17 80,00
64,18 35,8%
400.000 Saat ini baru
Jumlah

ditemukan 1% 51,72 60,00 -


300.000
46,42 Persentase HCV RNA terdeteksi : 51,7%
40,00 - Persentase gap mulai pengobatan :
200.000
4,22 15,9%
100.000 20,00
25.513 16.374 8.469 7.119 4782 2220 2134 - Persentase gap pengobatan lengkap :
- 0,00 32,8%
- Persentase gap tes SVR12 : 53,6%
- Persentase sembuh : 96,1%

JUMLAH PASIEN MULAI PENGOBATAN HEPATITIS C TAHUN 2017-2021 (Agst)

1210

2021

Data per 25 Okt 2021


21
Status Sirosis dan Koinfeksi HIV Pengobatan Hepatitis C
Tahun 2017-2021

Tidak
diketahui;
Status Sirosis Tidak
Status Koinfeksi HIV
diketahui;
26; 0% 26; 0%

Sirosis; Koinfeksi
2675; 38% HIV; 1666;
24%
Non Monoinfeksi
sirosis; ; 5427; 76%
4418; 62%

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML


22
Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Pengobatan Hepatitis C
Tahun 2017-2021

Kelompok Umur
Tidak
diketahui; Jenis Kelamin 1.800 1.694
25; 0% 1.600
1.400
Perempua 1.200 1.051
n; 2032; 1.000
761 771
29% 800 633
Laki-laki; 600 475 427
5062; 71% 400 193
104 125 106
200 4
-
<12 12-18 19-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 >64

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML


23
Faktor Risiko dan Rejimen Pengobatan Hepatitis C
Tahun 2017-2021
Transfusi Waria;
Darah; 5 ; 0% Faktor Risiko Hemodialis Rejimen Pengobatan DAA
394 ; 6% WPS; 8 ; a; 945 ; 4097
0% 14%

Penasun;
1.432 ; 21% 1295
Operasi; 818
167 ; 2% 436
105 94 82 42 20
LSL; 13 ; Lainnya;
0% 3.922 ; 57%
SOF + SOF + ELB + SOF + SOF + SOF + SOF + Lainnya SOF +
DAC DAC GRA SIM RBV DAC SIM + DAC
(60) (90) (60) + RBV (90) +
RBV RBV
Sebagian besar (57%) tercatat lainnya → perlu Rejimen SOF + DAC 60 mg : 4.097 (58,6%)
penggalian mendalam faktor risiko. Rejimen SOF + DAC 90 mg : 1.295 (18,5%)
1. Penasun (21%) Rejimen ELB+GRA : 818 (11,7%)
2. Hemodialisa (14%) Lainnya : 779 (11,2%)
3. Transfusi darah (6%), dll
Kementerian Kesehatan Repulik Indonesia Direktorat P2PML
24
Pemeriksaan anti HCV pada Populasi Berisiko
Tahun 2021 dibandingkan 2020 (Jan-Sep)

17.047

15.342
18.000
100.000

12.953
16.000

12.101

11.530
90.000

10.467
14.000
80.000

9.749
9.739

9.190
9.177
12.000

8.553
8.521

8.488
8.446
70.000

7.668
Jumlah tes
Jumlah tes

60.000 10.000

5.838
50.000 8.000

4.515

4.071
40.000 6.000
30.000 4.000
20.000 2.000
10.000
-
- Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
Jan-Sep 2020 Jan-Sep 2021
2020 2021
Jumlah tes anti HCV anti HCV positif

Peningkatan terbesar tes anti HCV 2021


Tes anti-HCV tahun 2021 dibanding 2020 yaitu bulan Mei 139%
dibanding 2020 turun Penurunan terbanyak tahun 2021
0,9% dibanding 2020 yaitu bulan Januari
Data per 25 Okt 2021
66%
TANTANGAN DAN RENCANA
PENGEMBANGAN PROGRAM
TANTANGAN PROGRAM

01 02
03 04
Terbatasnya Komitmen Minimnya Keterbatasan tenaga
informasi pemangku ketersediaan dokter spesialis yang
mengenai Hepatitis kepentingan data mengenai mampu memberikan
pada masyarakat belum merata pencegahan dan tatalaksana Hepatitis
umum / nakes dalam pencegahan pengendalian
Kronis
. dan pengendalian Hepatitis
Hepatitis
PENGEMBANGAN PROGRAM
P2 HEPATITIS
TAHUN 2020-2024

01 Penyebaran Informasi melalui Media Sosial,


Penguatan Kepedulian Masyarakat dan
04 Perluasan jejaring layanan
Hepatitis B & C di FKTP dan
Advokasi Para Pemangku Kepentingan FKRTL

02
• Penguatan Data &
Surveilans Hepatitis 05 Pengembangan operational
study terkait Hepatitis B & C
• Pengembangan electronic
data

03 Penguatan Kapasitas Nakes


melalui webinar dan platform
06
Pemutakhiran kebjiakan dan
strategi P2 Hepatitis berbasis
data dan perkembangan ilmu
online pengetahuan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML


28
Upaya Percepatan
Program
Deteksi Dini Hepatitis B minimal 90% Ibu
Hamil diperiksa terintegrasi dengan HIV dan
Sifilis (Triple Eliminasi)

Deteksi Dini Hepatitis C pada populasi


berisiko (penasun, ODHA, WBP, pasien
hemodialisa)

Peningkatan Layanan Hepatitis C ke


beberapa provinsi → 34 provinsi

Penguatan Sistem Pencatatan dan


Pelaporan (SIHEPI)
KESIMPULAN KEBIJAKAN P2 HEPATITIS

1. Upaya eliminasi hepatitis B dan C dilakukan pada seluruh populasi berisiko tinggi dengan prioritas
pada populasi paling berisiko tertular dan menularkan, yaitu P2 Hepatitis B pada ibu hamil-bayi dan
tenaga kesehatan, sedangkan P2 hepatitis C pada Penasun, WBP, ODHIV-ODHA dan pasien HD

2. Pencapaian program P2 hepatitis tahun 2021 masih rendah perlu inovasi dan komitmen tinggi
dalam mengejar ketertinggalan capaian ditengah pandemi COVID 19

3. Kolaborasi dan integrasi program hepatitis dengan program lainnya sangat diperlukan untuk
peningkatan capaian program

4. Peningkatan akses rujukan untuk tatalaksana hepatitis B dan C sebagai salah satu upaya percepatan
program

5. Peningkatan pencatatan dan pelaporan P2 hepatitis dengan penguatan SIHEPI


KEBIJAKAN
PROGRAM P2
PENYAKIT INFEKSI
SALURAN
PENCERNAAN
dr. Regina Tiolina Sidjabat, M.Epid
Koordinator Poksi HPISP
Epidemiolog Kesehatan Ahli Madya
Direktorat P2PML
Ditjen P2P
November 2021
Komitmen Nasional & Global Penanggulangan PISP

The WHO- INTER


RPJMN RENSTRA GOVERMENTAL
UNICEF GAPPD
2020 - KEMENKES SDGs Joint PANEL ON
2024
RI
2030 Statement 2013 CLIMATE
2020-2024 CHANGE 2013
May 2004
1 2 3 4 5 6
CEO- & Co Founder
Terpenuhinya Meningkatnya • Kebijakan Adaptasi
Target 3.3 Pada tahun To end
layanan dasar : Pengendalian Perubahan Iklim
2030, mengakhiri epidemi bersama CEO-preventable
& Co Founder CEO- & Co Founder
Penyakit Menular AIDS, tuberkulosis, malaria,
dalam hal Kesehatan
• Menurunnya dan penyakit tropis yang childhood
dan Tidak Menular : (APIK) melalui
prevalensi stunting terabaikan, dan memerangi pengobatan deaths due to
balita hingga 14% % Kab/Kota yang hepatitis, penyakit diare yaitu program
pneumonia and
80% bersumber air, serta pemberian pengendalian
• Meningkatnya penyakit menular lainnya. diarrhoea by
Status Kesehatan Puskesmasnya oralit dan Zinc 2025. penyakit yang
dan Gizi melaksanakan • Target 3.2 Pada tahun selama 10-14 terdampak iklim
Masyarakat : Angka tatalaksana diare 2030, mengakhiri kematian hari.
kematian bayi per balita sesuai bayi baru lahir dan balita
1.000 kelahiran standar yang dapat dicegah,
hidup dengan seluruh negara
berusaha menurunkan
• Meningkatnya Angka Kematian Neonatal
Pengendalian setidaknya hingga 12 per
Penyakit Menular 1000 Kelahiran Hidup (KH)
32
dan Tidak Menular dan Angka Kematian Balita
25 per 1000
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
GAMBARAN EPIDEMIOLOGI PISP
1 Diare penyebab angka kesakitan dan kematian pada balita

2 Diare salah satu faktor determinan dari stunting

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2003, terdapat 17 juta kasus demam tifoid di seluruh
3 dunia dengan angka kematian mencapai 600.000 kasus .

Pada tahun 2008, angka kesakitan tifoid di Indonesia dilaporkan sebesar 81,7 per 100.000 penduduk,
4 penderita terbanyak adalah pada kelompok usia 2-15 tahun.

Case Fatality Rate (CFR) diperkirakan 14%. Pada kasus yang tidak mendapatkan pengobatan, CFR dapat
5
meningkat hingga 20% .

6 Secara Global, gejala infeksi hepatitis A terjadi pada 1,4 juta orang setiap tahunnya. (WHO)

7 WHO memperkirakan bahwa hepatitis A menyebabkan sekitar 7134 kematian pada tahun 2016 (terhitung
0,5% dari kematian karena virus hepatitis)

8 Hepatitis A sering timbul baik secara sporadis maupun sebagai suatu epidemi dalam periode waktu satu
sampai dua bulan. Epidemi yang terjadi akibat kontaminasi pada air dan makanan dapat mengakibatkan
ledakan kasus, dan menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit

8 Di Indonesia berdasarkan diagnosis secara klinis pernah dilaporkan kejadian luar biasa HFMD, yaitu di
Batam sebanyak tujuh kasus (2000), RSCM satu kasus (2000), RS Pondok Indah lima kasus (2000), RS Siloam
tiga kasus (2000), Bojonegoro 14 kasus (2001), dan Surakarta 57 kasus (2001). Pada tahun 2016 di Banjarmasin
dilaporkan terdapat 18 kasus positif dengan serotipe EV 71.

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


BEBAN PENYAKIT
DIARE DAN HEPATITIS A
BASIC HEALTH HEPATITIS A
RESEARCH
2007 0,6%

2013 19,3%

2018 0,39%

CASE OF DIARRHEA
2017 - 2020
3000000 2.167.218 2.307.659 2.296.949
1.662.045
2000000
2.107.572 2.196.865 2.217.384
1000000 1.574.721
2017 2018 2019 2020
0
1 2 3 4

Tahun Jumlah L Jumlah P

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


BEBAN PENYAKIT DIARE 2017 - 2020

CASE OF DIARRHEA Kasus Diare 0 - < 6 bulan


2017 - 2020 100000
3000000 80000 83.928
2.167.218 2.307.659 2.296.949 75.250 70.122
65.019
1.662.045 60000 62.836
59.566
2000000
2.196.865 2.217.384 40000 45.617
42.970
2.107.572
1000000 1.574.721
2017 2018 2019 2020 20000 2017 2018 2019 2020
0 0
1 2 3 4 1 2 3 4

Tahun Jumlah L Jumlah P Tahun 0 -<6 BLN L 0 -<6 BLN P

Kasus Diare 1 - 4 Tahun Kasus Diare ≥6 bln - < 1 thn


700000 250000
600000 591.911 601.463
565.206 200000 199.064 200.322
500000 503.249 526.299 526.917 183.805 184.035 186.814
167.897
400000 421.312 150000
373.769 132.465
121.037
300000 100000
200000
50000
100000 2017 2018 2019 2020 2017 2018 2019 2020
0 0
1 2 3 4 1 2 3 4

Tahun 1 - 4 Tahun L 1 - 4 Tahun P Tahun ≥6 bln - < 1 thn L ≥6 bln - < 1 thn P

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


Potret Belanja Kesehatan pada Pengendalian Penyakit Menular

Imunisasi (1,17T ; 30,8%)


Total Belanja Penyakit Menular sebesar Rp. 19,5 T 0,2%
3,5% • Porsi belanja
(4,0% dari belanja Kesehatan) Surveilans & Pengendalian
Penyakit (950M ; 25,0%) kesehatan
9,6% Deteksi Dini (756,2M ; 19,9%) terbesar pada
Kemenkes, Kemenkes 11,0%
30,8% Belanja Modal (418M ;11,0%)
PPM di
Kemenkes
3.8 T
3,8 T Pembinaan Faskes (364,8M ; adalah untuk
Pemda 2.7 19,9% 9,6%) imunisasi
KIE (133M ; 3,5%) sebesar 1,17 T
T
25,0% dari total 3,8 T
Pemantauan status kesehatan
(7,6M ;0,2%) • Porsi belanja
K/L Lainnya, 17.1 M kesehatan
Infeksi Saluran Pernapasan terbesar pada
(5,2T; 39,9%) PPM di JKN
Diare (3,5T ; 26,9%)
adalah pada
JKN 13.0 T 26,9% Tuberculosis (1,4T ; 10,9%) infeksi saluran
pernapasan
Penyakit Menular Lainnya sebesar 5,2 T
JKN 39,9% (1,2T ; 9,3%)
Penyakit Tropis (1,0T ; dari total 13,0 T
10,9%
13,0 T 7,8%)
HIV/AIDS & PMS (530,9M ;
9,3% 4,1%)
Hepatitis (96,0M ; 0,7%)
7,8%
JKN K/L Lainnya Pemda Kemenkes 0,02% Malaria (43,6M ; 0,3%)
Sumber: NHA,2019
0,3% 0,7% 4,1% * Estimasi NHA 2019
Potret Belanja Kesehatan pada Pengendalian Penyakit Menular dari JKN

Rincian Penyakit Menular Total Biaya Total Kunjungan ❖ Dari tabel menunjukkan
pemanfaatan JKN pada upaya
Infeksi saluran pernapasan 5.209.843.510.745 41.662.820 pengendalian penyakit menular
paling tinggi adalah untuk layanan
Diare 3.510.354.234.068 9.365.019 infeksi saluran pernapasan
Tuberkulosis 1.423.560.629.374 2.516.112 (39,9%), diare (26,9%) dan
Penyakit menular lainnya 1.213.885.734.448 3.851.750 tuberkulosis (10,9%)
❖ Pemanfaatan layanan imunisasi
Penyakit tropis 1.011.198.384.919 867.663 dari JKN masih rendah. Layanan
HIV & PMS 530.948.074.556 625.161 imunisasi mengacu pada
Hepatitis 96.097.447.257 176.357 Permenkes 12/2017 tentang
penyelenggaraan imunisasi dengan
Malaria 43.605.979.620 71.812 pola pembayaran kapitasi di FKTP
Imunisasi 2.548.388.274 39.011

Sumber: NHA,2019
* Estimasi NHA 2019
FAKTOR RISIKO PENYAKIT
MENULAR PISP & BERPOTENSI
KEJADIAN LUAR BIASA
✅ Prevalensi Diare
1 Balita : 12,3 %

2 Semua Umur : 8%

3 < 1 tahun : 9,0 %

✅ Perilaku buang air besar


1 Perilaku Benar Buang Air
Besar di jamban
: 88,2 %
2 Perilaku Tidak Benar Buang
Air Besar
: 11,8 % RISET KESEHATAN DASAR 2018
FAKTOR RISIKO PENYAKIT
MENULAR PISP & BERPOTENSI
KEJADIAN LUAR BIASA

✅ Sarana Air Bersih


Pemakaian air lebih kecil dari 5
1 liter/orang/hari, menunjukkan akses
sangat kurang : 0,5 %

Pemakaian air antara 5-19,9


2 liter/orang/hari, menunjukkan akses
kurang : 1,8 %

Pemakaian air antara 20-49,9


3 liter/orang/hari, menunjukkan akses
dasar : 12,0 %

Pemakaian air antara 50-99,9


4 liter/orang/hari, menunjukkan akses
menengah :39,3 %

Pemakaian air lebih besar atau sama


5 dengan 100 liter/orang/hari, RISET KESEHATAN DASAR 2018
menunjukkan akses optimal : 46,5 %
FAKTOR RISIKO PENYAKIT
MENULAR PISP & BERPOTENSI
KEJADIAN LUAR BIASA
✅ Jamban
(Penanganan tinja Balita)
1 Aman : 61,6 %

2 Tidak Aman : 38,4 %

✅ Status Gizi
1 Gizi buruk : 3,9 %

2 Gizi kurang :13,8 %

3 Gizi baik : 79,2 %

4 Gizi lebih : 3,1 % RISET KESEHATAN DASAR 2018

RISET KESEHATAN DASAR 2018


✅ Cuci tangan dengan benar : 49,8
FAKTOR RISIKO PENYAKIT
MENULAR PISP & BERPOTENSI
KEJADIAN LUAR BIASA
✅ Tempat Pembuangan Air Limbah
Utama dari Kamar Mandi/Tempat
Cuci di Rumah

1 Penampungan tertutup: 18,8 %

2 Penampungan terbuka:11,2 %

3 Tanpa penampungan (di


tanah): 18,9 %

4 Langsung ke got/kali/sungai: RISET KESEHATAN DASAR 2018


51,0 %
FAKTOR RISIKO PENYAKIT MENULAR
PISP & BERPOTENSI KEJADIAN LUAR
BIASA
✅ ASI EKSKLUSIF
Praktik pemberian ASI menurut umur (bulan)

SDKI 2012 : 42% RISET KESEHATAN DASAR 2018


SDKI 2007
SDKI 2017 : 52%.
Sumber Pelayanan Balita Diare SDKI 2017

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


TELAAH EFEKTIVITAS BEBERAPA INTERVENSI YANG TERBUKTI BERPERAN DIDALAM
PENURUNAN STUNTING DAN INDIKATOR DETERMINANNYA
UPAYA PERCEPATAN
PENURUNAN

1. PMT untuk mengatasi 7. Suplementasi zink. 1. Air Bersih,Sanitasi.


KEK pd bumil 8. Fortifikasi zat besi ke dalam 2. Fortifikasi-Ketahanan Pangan.
2. TTD untuk anemia bumil makanan. 3. Akses kepada Layanan Kesehatan dan
3. Konsumsi Garam 9. Obat Cacing
KB.
Beriodium 10. Vitamin A
11. Tata Laksana Gizi Buruk
4. JKN, Jampersal, Jamsos lain
4. ASI Ekslusif 5. Pendidikan Pola AsuhOrtu.
12. Penanggulangan Malaria
5. Pemberian ASI sampai 6. PAUDHI-SDIDTK
13. Pencegahan dan Pengobatan
usia 2 tahun didampingi 7. Pendidikan Gizi Masyarakat.
diare
dengan MP ASI adekuat
14. Cuci tangan dengan benar 8. Edukasi Kesehatan Seksual dan
6. Imunisasi
Reproduksi, serta Gizi pada Remaja.
9. Program Padat Karya Tunai

KONVERGENSI MULTI SEKTORPERENCANAAN, PENGANGGARAN, PENGGERAKAN -


PELAKSANAAN, PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN 7
KLB HEPATITIS A TAHUN 2019 (N = 3421)
Kab. Deli Serdang
Kab. Banjar Kab. Minahasa

Muara Enim & Ogan Ilir Bangkalan

DKI Jakarta, Kota Tangsel


& Kota Tangerang Kab. Cilacap Kab. Jember

Depok, Bogor & Kota Bandung


Kab. Pacitan & Kab. Trenggalek

SUBDIT HPISP
DIT P2PML

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


PRIORITAS
P2 PISP
2020 - 2024
DIARE

DEMAM TIFOID

HEPATITIS A DAN E

HFMD

DLL (sesuai situasi yang berkembang)

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


KEBIJAKAN P2 PISP
Mengutamakan promotif dan preventif
1 tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif

2 Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat

Meningkatkan jejaring kerja, kemitraan dan


3 kerja sama

4 Penguatan peran pemerintah daerah

5 Pendekatan berjenjang dan

Dukungan ketersediaan infrastruktur


6 kesehatan yang memadai dengan kendali
mutu

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


TUJUAN KEGIATAN
P2 PISP
1. Menurunkan angka kejadian
penularan PISP
2. Menurunkan angka kesakitan dan
kematian PISP
3. Pencegahan dan pengendalian
stunting

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


STRATEGI P2 PISP

1 Advokasi dan sosialisasi PISP

2 Surveilans / pengamatan PISP

3 Pencegahan PISP

4 Deteksi dini PISP

5 Penanganan PISP

6 Tata kelola logistik PISP

7 Jejaring dan kemitraan

8 Penguatan SDM P2 PISP


Bimbingan teknis, monitoring
9 dan evaluasi

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


Indikator Utama Program PISP 2020 – 2024
Indikator Utama
Definisi Operasional Cara Perhitungan Sumber Data
Indikator Outcome
Persentase Persentase Kab/Kota yang 80 Jumlah kab/kota yang Laporan rutin
Kab/Kota yang 80 % % Puskesmasnya melaksanakan Dinkes Prov
Puskesmasnya melaksanakan tatalaksana tatalaksana Diare
melaksanakan Diare sesuai standar bila: sesuai standar dibagi
tatalaksana Diare cakupan pemberian Oralit dan jumlah kab/kota yang
sesuai standar Zinc 100% pada penderita ada di Indonesia
diare balita dikali 100 %

52
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
Indikator Utama Program PISP 2020 – 2024
Sasaran Program
Program/ (Outcome)/Sasaran
Target
Lokasi DO Cara Perhitungan
Kegiatan Kegiatan 2020 2021 2022 2023 2024
(Output)/Indikator
Persentase
Kab/Kota yang 80
% Puskesmasnya Jumlah kab/kota
Kegiatan melaksanakan yang melaksanakan
Persentase Kab/Kota
Pencegahan tatalaksana Diare tatalaksana Diare
yang 80%
dan 51 % 58 % 66 % 73 % 80 % sesuai standar sesuai standar dibagi
puskesmasnya
Pengendalia 34 Prov (262 (298 (340 (375 (411 bila: jumlah kab/kota
melaksanakan
n Penyakit Kab/Kota) Kab/Kota) Kab/Kota) Kab/Kota) Kab/Kota) cakupan yang ada di
tatalaksana diare
Menular pemberian Oralit Indonesia dikali 100
sesuai standar
Langsung dan Zinc 100% %
pada penderita
diare balita

53
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
Sub Indikator Program Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan 2020 – 2024
2019 Target (%)
Indikator
(%) 2020 2021 2022 2023 2024
Persentase Kabupaten/
Kota yang melaksanakan
advokasi dan / atau 46,7 50 55 60 65 70
sosialisasi pengendalian
PISP
Persentase Kab/Kota yang
mempunyai layanan
rehidrasi oral (LROA) aktif 52,14 57 62 67 72 77
KEGIATAN POKOK PENGENDALIAN PISP
HEP A DAN E DIARE TIFOID HFMD
a) Melakukan review dan memperkuat a) Melaksanakan dan a) Melaksanakan review dan a) Melaksanakan review dan
review
memperkuat aspek legal
aspek legal memperkuat aspek legal memperkuat aspek legal
b) Melaksanakan advokasi,
b) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi b) Melaksanakan advokasi, b) Melaksanakan advokasi, sosialisasi termasuk KIE
termasuk KIE sosialisasi termasuk KIE sosialisasi termasuk KIE c) Melaksanakan pencegahan
c) Melaksanakan deteksi dini Hepatitis A c) Melaksanakan Layanan Rehidrasi c) Melaksanakan pencegahan d) Melaksanakan kegiatan
dan E Oral Aktif (LROA) d) Melaksanakan kegiatan pemberian perlindungan
khusus
d) Melaksanakan kegiatan pemberian d) Melaksanakan SKD Diare pemberian perlindungan
e) Melaksanakan pengamatan
perlindungan khusus e) Melaksanakan Penanggulangan khusus HFMD
e) Melaksanakan pengobatan/ penanganan KLB Diare e) Melaksanakan pengamatan f) Melaksanakan Monitoring
Hepatitis A dan E f) Melaksanakan pengamatan Diare Tifoid dan Evaluasi
f) Melaksanakan SKD Hepatitis A dan E g) Pemantauan minum Zinc di f) Melaksanakan Monitoring
g) Melaksanakan Penanggulangan KLB lokus stunting dan Evaluasi
Hepatitis A dan E h) Suplementasi Zinc di lokasi
h) Melaksanakan pengamatan Hepatitis A bencana
dan E i) Melaksanakan Monitoring dan
i) Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi Evaluasi
SITUASI PROGRAM PENYAKIT INFEKSI SALURAN PENCERNAAN (DIARE)
INDONESIA TAHUN 2020 DAN 2021 (JANUARI – AGUSTUS)
CAPAIAN INDIKATOR 2020 DAN 2021
TARGET
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan
Lokasi 2020 2021
(Output)/Indikator
Target Capaian Target Capaian
Persentase Kab/Kota yang 80% puskesmasnya 44,2% 58% 44,7%
51 %
melaksanakan tatalaksana diare sesuai 34 Prov (227 (298 (230
(262 Kab/Kota)
standar Kab/Kota Kab/Kota) Kab/Kota)
CAKUPAN LAYANAN DIARE BALITA INDONESIA
2020 2021
Cakupan
Target Capaian Target Capaian

Layanan Diare Balita 3.953.716 1.140.503 (28,8%) 3.690.984 400.184 (10,84%)

Oralit balita 100 % 90,8% 100% 96,5%


Zinc balita 100 % 89,5% 100% 93,8%
Kematian Semua Umur 287 204
Kematian Balita 88 75
Sumber : Laporan Rutin Dinkes Provinsi
Jumlah Penemuan Kasus Diare perbulan
di Indonesia Tahun 2019 dan Tahun 2020

154.477 152.202
147.828 144.240
132.151 133.157 Terdapat penurunan
125.540 122.608 126.493 122.531 122.938
121.328 sebesar 55% penemuan
kasus diare balita di
Fasyankes Tahun 2020
dibanding 2019.
Penurunan paling banyak
yaitu pada bulan November
dan Desember hal ini
karena beberapa provinsi
belum mengirimkan laporan

148.874 130.945 107.346 65.658 57.868 57.243 54.822 41.768 37.502 15.225 9.543 298

Jumlah Penemuan Kasus Balita di Fasyankes Jumlah Penemuan Kasus Balita di Fasyankes
(2019) (2020)
INTERVENSI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI YANG DILAKUKAN OLEH
LINTAS PROGRAM DAN SEKTOR

Promosi kesehatan yang mencakup informasi gaya hidup sehat, penyakit dan cara
transmisinya, pengendalian faktor risikonya, serta pencegahan dan pengobatannya

INTRODUKSI VAKSINASI ROTAVIRUS (mulai 2022) DAN HEPATITIS A (skema out-of-pocket)

Melakukan pengendalian faktor risiko yang meliputi peningkatan dan penyediaan fasilitas
air dan sanitasi, perumahan sehat, pengendalian pencemaran

Melakukan deteksi dini kasus dan perawatan cepat dan meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas komprehensif

Melakukan kegiatan surveilans termasuk pengawasan laboratorium dan kewaspadaan dini


dan penanggulangan kejadian luar biasa
TANTANGAN
Frekuensi pergantian pengelola program PISP yang sering
1 sehingga kapasitas pengelola program PISP tidak maksimal
dalam melaksanakan program.

2
Rendahnya kepatuhan pengelola program untuk mengirimkan
laporan bulanan secara kelengkapan dan ketepatan

Tidak teralokasikan kegiatan layanan rehidrasi oral aktif (LROA),

3 kegiatan surveilans tifoid dan upaya pencegahan demam tifoid


pada kelompok anak sekolah dalam anggaran APBN pusat dan
dana dekonsentrasi serta APBD sehingga capaian indikator tidak
maksimal.

Kurangnya dukungan serta kesadaran pemerintah daerah dan


4 masyarakat terhadap penyakit infeksi saluran pencernaan
terutama diare baik dalam pelaksanaan tata laksana diare,
surveilans KLB, pelatihan petugas kesehatan, logistik (oralit dan
zinc) dan alokasi anggaran untuk kegiatan-kegiatan pendukung.

Tidak optimalnya kegiatan program dikarenakan banyak


5 kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan dikarenakan hampir
seluruh sumber daya direalokasi untuk penanggulangan pandemi
COVID 19.

6 Karena pandemi COVID 19, kasus diare yang mengakses layanan


di fasyankes berkurang.
Analisa
Penyebab
Keberhasilan/Kegagalan
1. Tenaga. Hampir semua level baik di propinsi hingga kabupaten/kota termasuk
puskesmas mengalami masalah ketenagaan. Kurangnya jumlah SDM, kualifikasi
pendidikan yang belum sesuai, perpindahan yang begitu cepat, beban kerja yang
tinggi merupakan masalah yang hampir ditemukan disemua tingkatan.
2. Pengetahuan dan ketrampilan. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit serta
tatalaksana kasus diare serta ketrampilan yang dimiliki oleh petugas dalam
penegakan diagnosa.
3. Anggaran. Permasalahan anggaran terutama berkaitan dengan efisiensi dana di
saat kegiatan sedang berjalan sehingga berpengaruh terhadap kelancaran
pelaksanaan program. Selain itu program diare juga tidak menjadi prioritas
dalam pembangunan kesehatan di daerah sehingga berpengaruh terhadap
alokasi anggaran yang di alokasikan.
4. Data. Ketepatan dan kelengkapan laporan dari provinsi masih rendah. Begitu
juga dengan validasi dan akurasi dari data tersebut. Data yang ada belum
dilakukan analisis, baik tingkat propinsi maupun kabupaten (baru bersifat
pengumpulan data). Data terkait balita, baik angka kesakitan maupun kematin
masih terkotak-kotak di masing-masing program, dengan kata lain tidak ada
integrasi data antar program.
5. Force Majeure. Tahun 2020 dunia termasuk di Indonesia mengalami pandemi
Covid 19. Hammpir seluruh sumber daya kesehatan terfokus kepada
penanganan Covid 19 sehingga berdampak besar terhadap capaian program-
program kesehatan termasuk program diare.
REKOMENDASI
PENGUATAN PROGRAM
1. Peningkatan kapasitas Pengelola program dalam
tatalaksana termasuk dalam pencatatan dan
pelaporan.
2. Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam
tatalaksana diare.
3. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan,
keterjangkauan dan pemerataan obat diare yang
dibutuhkan masyarakat
4. Pemanfaatan teknologi informasi untuk penguatan
kapasitas, bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi
program pada masa pandemi ini
5. Optimalisasi sumber daya yang ada dalam rangka
percepatan pencapaian target
6. Perbaikan kualitas data dan kapasitas petugas catpor
7. Optimalisasi integrasi lintas program
8. Integrasi data angka kesakitan dan kematian balita
lintas program
9. Optimalisasi kemitraan dengan LSM, akademisi, mitra
dalam dan luar negeri, ahli, UN serta lintas program.
PENYAKIT INFEKSI SALURAN PENCERNAAN (PISP)
SPESIFIK DETEKSI DINI &
BESARAN MASALAH PROMOTIF PREVENTIF PROTECTION TATALAKSANA

FECAL ORAL
1. Masyarakat dengan higiene dan sanitasi yang masih buruk 1. PHBS (ASI, MP ASI, air bersih,
Intervensi
2. KLB Hep A CTPS, jamban, membuang
Imunisasi 1.Pemeriksaan
3. Diare penyebab kematian Bayi dan Balita (Profil Kesehatan perubahan perilaku tinja bayi dengan benar,
HEPATITIS A & E Indonesia 2019) melalui sosialisasi Imunisasi campak) Hepatitis A pada Antibodi HAV
4. Diare penyebab kematian Neonatal dan Balita (SRS 2014) 2. Penyehatan lingkungan
kelompok Risti 2.LROA
5. Setiap balita 3-4 kali/tahun terkena diare dan pembuatan (Stop BAB sembarangan,
CTPS, pengelolaan air 3.Penguatan
6. Faktor risiko berdasarkan RKD 2018 Media KIE baik minum dan makanan RT,
a) Cakupan oralit : 34,8% kapasitas petugas
cetak maupun Pengamanan sampah RT,
DIARE b) Cakupan Zinc : 26,1%
c) Prev Diare Balita : 12,3% elektronik dengan
Pengamanan limbah cair RT) 1. LROA kesehatan
3. Penyediaan air bersih 2. Imunisasi 4.Penguatan logistik
d) CTPS : 49,8% materi : 4. Pengelolaan sampah
e) Gizi Buruk : 3,9% 5. Sarana pembuangan limbah
Rotavirus PISP
f) Proporsi Penanganan Tinja Balita Secara Aman oleh 1.PHBS 6. Penguatan SKD KLB Diare
5.Pengobatan karier
TIFOID Rumah Tangga : 61,6%
g) Akses optimal air bersih : 46,5%
2.CTPS dan Hepatitis A
7. Kolaborasi LP dan LS dalam 1.Imunisasi Tifoid Tifoid
5. Stunting : 3.PENULARAN, pemeriksaan secara berkala
kualitas makanan dan air 2.Survey karier 6.Update pedoman
a) RKD 2018 : 30,8% 4.PENCEGAHAN tifoid pada
b) SSGBI 2019 : 27,67% 8. Kontrol Reservoir manajemen
9. Kontrol transmisi
6. Prevalensi Tifoid : 1,6% (RKD 2007)
10. Kontrol populasi yang
penjamah makanan program dan
HFMD 7. Karier dan resistensi antibiotik Tifoid
8. Beban pembiayaan baik bagi masyarakat maupun negara
rentan tatalaksana kasus

INDIKATOR PROGRAM
Persentase Kab/Kota yang 80 % Puskesmasnya melaksanakan tatalaksana Diare sesuai standar

Menurunnya angka kejadian penularan PISP


Menurunnya angka kesakitan dan kematian PISP
Pencegahan dan pengendalian stunting
6
11/9/2021
2
HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML
LINDUNGI KAMI
DARI PENYAKIT
INFEKSI SALURAN
PENCERNAAN

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


TERIMA KASIH

www.kemkes.go.id/

https://id-id.facebook.com/KementerianKesehatanRI/

https://twitter.com/kemenkesri

Kementerian Kesehatan RI; Jl. HR. Rasuna


Said Blok X5 Kav. 4-9, Jakarta Selatan
12950; Telp: (021) 52907416-9 Halo
Kemenkes: (kode lokal) 1-500567

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML

Anda mungkin juga menyukai