Anda di halaman 1dari 64

Oleh:

dr.
Regi
na
Tioli
Epidemiologi

Kebijakan Program
OUTLINE
KEBIJAKAN Pelayanan Hepatitis B dan C
pada Masa Pandemi Covid-19
HEPATITIS B
DAN C Capaian Program Hepatitis

Tantangan dan Rencana


Pengembangan Program
EPIDEMIOLOGI
HEPATITIS
BEBANPENYAKITHEPATITIS B
 GLOBAL (2019)
◦ 296 juta terinfeksi hepatitis B kronik
◦ 1,5 juta kasus baru setiap tahun
◦ 820.000 kematian akibat sirosis dan hepatoma
 ASIA TENGGARA (2019)
 60 juta terinfeksi hepatitis B kronik
 260.000 infeksi baru
 180.000 kematian akibat hepatitis B
 INDONESIA (2013)
◦ HBsAg (+): 7,1%
◦ 18 juta penduduk terinfeksi Hepatitis B
◦ HBsAg (+) pada balita: 4,2%

 Vaksinasi telah menurunkan prevalensi Hepatitis B


 Masalah:
◦ Karier kronik: risiko sirosis, hepatoma
◦ Belum ada pengobatan efektif
Sumber: Global progress report on HIV, viral hepatitis, and STI, 2021
BEBANPENYAKITHEPATITIS C
 Global (2019)
◦ 58 juta orang terinfeksi hepatitis C kronik
◦ 1,5 juta infeksi baru
◦ 290.000 kematian akibat hepatitis C
 Asia Tenggara (2019)
◦ 10 juta orang terinfeksi hepatitis C kronik
◦ 230.000 infeksi baru
◦ 38.000 kematian akibat hepatitis C
 Indonesia (2013)
◦ Anti HCV (+): 1,01%
◦ 2,5 juta penduduk terinfeksi hepatitis C
 Pengobatan menggunakan DAA  mencapai
kesembuhan >95%
 Masalah:
◦ Karier kronik: risiko sirosis, hepatoma
◦ Belum ada vaksin
◦ Penemuan kasus pada kelompok berisiko
Sumber: Global progress report on HIV, viral hepatitis, and STI, 2021 perlu ditingkatkan
KEBIJAKAN PROGRAM
HEPATITIS
TUJUANUMUMDANKHUSUS PROGRAAMP2
HEPATITIS BDA C
TUJUAN UMUM N TUJUAN KHUSUS
Eliminasi Hepatitis B dan Menurunkan prevalensi
1 Hepatitis C.
01 Hepatitis B dan Hepatitis C
Eliminisi Hepatitis B: 2030
Menurunkan insiden
Eliminasi Hepatitis C: 2040
02 Hepatitis B terutama
pada anak usia 1-4 tahun
Menurunkan kematian
03 akibat Hepatitis C
Menurunkan kejadian infeksi
2 Hepatitis B dari ibu ke anak Meningkatkan kualitas
mulai tahun 2022 04 hidup penderita Hepatitis
B dan Hepatitis C

7
REGULASIDA INDIKATORPROGRAM P2 HEPATITIS
N BDA C
N

HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML


8
PEDOMANPENGOBATANDANPENEMUAN
KASUS
PENCEGAHANPENULARAN
HEPATITIS BDARIIBUKE
Tenofovir: dimulai di ANAK
beberapa provinsi
(mikroeliminasi
Pe Ibu hamil reaktif HBsAg dirujuk
m
b untuk mendapatkan
e penanganan lebih lanjut
r
i HBIg HBIg diberikan kepada bayi lahir dari ibu reaktif HBsAg
a
n
Pemeriksaan pada ibu hamil, Semua ibu hamil harus melakukan ANC terpadu dan DDHB
ANC,
T dan pemantauan bayi
e serta bayinya dilakukan pemantauan
n
o
Pemberian HB0 untuk mengurangi Pemberian HB0 <24 jam diberikan wajib
f
transmisi
o dari ibu ke bayi kepada semua bayi baru lahir
v
i Pemberian Imunisasi Imunisasi wajib hepatitis B (3 dosis)
r
Hepatitis B (3 dosis) untuk diberikan kepada semua bayi
p
a mengurangi insiden
P2 Hepatitis B pada Populasi Berisiko Lainnya

Selain pada Bumil Pencegahan dan pengendalian hepatitis B diprioritaskan pada populasi paling berisiko
tertular dan menularkan yaitu Tenaga Kesehatan, seperti tercantum dalam RAN hep tahun 2020-2024 dan
pesan Menteri Kesehatan pada HHS ke 12 tahun 2021 yang lalu, yaitu :

1.Tingkatkan cakupan deteksi dini hepatitis B ibu hamil di seluruh kabupaten/kota dan pastikan bayi yang lahir terbebas dari
hepatitis B ;
2.Pastikan setiap bayi diimunisasi hepatitis B secara lengkap;
3.Tingkatkan deteksi dini hepatitis B dan C terutama di populasi berisiko dan lakukan secara terintegrasi ;
4.Percepat perluasan akses layanan Hepatitis C dengan menggunakan Direct Acting Antiviral secara merata di 34 provinsi ;
5.Tingkatkan upaya pencegahan dan pengendalian hepatitis melalui promotif dan preventif;

6.Tingkatkan perlindungan tenaga kesehatan terutama yang berisiko terpapar


hepatitis B melalui deteksi dini dan pemberian imunisasi Hepatitis B dewasa.
SASARANPRIORITASPENEMUAN KASUS
HEPATITIS C
Penasun (dan eks penasun)

Orang dengan HIV (Skrining anti-HCV dilakukan pada semua pasien HIV, PNPK
Tatalaksana HIV 2019 dan SE Kolaborasi Program P2 Hepatitis C dan HIV, 2021 )

Pasien Hemodialisa (HD)

Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)

12
PENGOBATAN HEPATITIS CDI INDONESIA

Sebelum 2017 Sesudah 2017

Menggunakan DAA  Simeprevir,


Sofosbufir, Ribavirin, Daclastavir,
Elba-Grazo
Menggunakan Pegylated
Interferon
Kesembuhan >95%
Durasi 12-24
minggu
Kesembuhan 50-60% Murah
Durasi 48 minggu
Mahal
ISUSTRATEGIS

1 Meningkatkan kesadaran
masyarakat Ketersediaan data & 2
informasi
3 Ketersediaan logistik yang
bermutu & terjangkau Pelayanan kesehatan 4
berstandar
5 Pelayanan kesehatan yang
aman
Kerjasama LP/LS 6
Pemerataan pelayanan
7
Hepatitis

HEPATITIS & PISP


14
PELAYANAN HEPATITIS B DI
MASA PANDEMI COVID-19
Panduan Kegiatan Pelayanan Klinis Hepatitis B dan
Hepatitis C di Era AKB
Pelayanan Klinis Secara Umum : Pasien Hep B dan Hep C yang dalam
Pelayanan memenuhi

1 protokol kesehatan era AKB


sampai selesai
4 pengobatan melanjutkan terapi

Kegiatan penapisan Hepatitis C Monitoring pengobatan Hepatitis C


2 untuk pasien HIV sesuai dengan
jadwal pasien kontrol
5secara laboratorium tetap dilakukan
sesuai jadwal monitoring
laboratorium
Fasyankes memperhatikan pasien Hepatitis B
Inisiasi pengobatan pasien baru

3 Hepatitis B dan Hepatitis C


dilakukan dokter spesialis PJ 6 dan Hepatitis C yang memiliki sirosis, koinfeksi
dengan HIV, serta komorbid lainnya sebaiknya
dilayani terlebih dahulu untuk mengurangi
sesuai praktek kenormalan baru risiko pajanan terhadap COVID-19.
di RS
CAPAIAN PROGRAM
HEPATITIS
Capaian Deteksi Dini Hepatitis B (DDHB) pada Ibu Hamil
Tahun 2015-2021

2.576.980

2.682.297
3.000.000 5,00

Persentase Kab/Kota DDHBC


Tahun 2015-2019 2.500.000
4,00
100
89,11 91,44

1.643.204
90 83,46 2.000.000

1.497.649
90 3,00
80

Jumlah Ibu Hamil


85

%reaktif HBsAg
69,65 2,46
70
80
1.500.000 2,20 2,21
60 1, 88
Persentase (%)

1, 82 2,00
1, 68 1,70
60
50 1.000.000

585.430
40 33,66
1,00

184.000
30 500.000

46.944

45.108
17,12 30

32.974

30.965

25.431
12.946
4.526
20

725
10
5,84 - 0,00
10 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
0
5 (s/d
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 (s/d Sep)
Sep) Ibu hamil tes HBsAg Ibu hamil HBsAg reaktif %Re
aktif
Target (%) Capaian (%) HBsA
g 30 Okt 2021
Data per
Kaskade Deteksi Dini Hepatitis B (DDHB) pada Ibu Hamil
Tahun 2021 (Agustus)

Ibu Hamil Bayi Lahir dari Ibu Reaktif HBsAg


25.000 Harus 140
6.000.000 35,00 127
divalidasi
30,64
20.456 120
4.887.405 30,00
5.000.000 20.000
94,37 98,11
25,00 16.120 100
4.000.000
15.213
Jumlah Ibu Hamil

Persentase (%)
Persentase (%)
15.000

Jumlah Bayi
80
20,00
3.000.000
60
15,00 10.000

2.000.000
1.497.649 10,00
40

1,70
5.000 3.342 3.279
1.000.000 20
5,00
25.431
- -
- 0,00
Estimasi jumlah Ibu hamil periksa Ibu hamil reaktif Bayi lahir Bayi lahir Bayi lahir Bayi 9-12 Bayi 9-12
ibu hamil HBsAg HBsAg dari ibu dapat HB0 dapat bulan tes bulan non
reaktif <24 jam HBIg HBsAg reaktif
HBsAg <24 HBsAg
jam

Data per 30 Okt 2021


Pemeriksaan DDHB pada Ibu Hamil
Tahun 2021 dibandingkan 2020
(Jan-Sep)

258.474

240.155

255.216
238.845
2.500.000

264.201

266.755
300.000

234.064
241.793
226.244
217.654

198.918
2.035.635
250.000

173.881
2.000.000

162.557
139.761

138.164
200.000

Jumlah Ibu hamil


1.497.326
Jumlah ibu hamil

100.068
1.500.000

98.786
150.000

77.425
1.000.000
100.000

500.000 50.000

34.496 25.422 -
- Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
Jan-Sep 2020 Jan-Sep 2021
2020 2021
Jumlah Ibu Hamil Tes HBsAg Jumlah Ibu Hamil Reaktif HBsAg

Peningkatan paling banyak tahun 2021


Ibu hamil tes HBsAg tahun dibanding 2020 yaitu bulan April
2021 dibanding 2020
sebesar 42%
turun
Penurunan paling banyak tahun 2021
26,4% Data per 30 Okt 2021
dibanding 2020 yaitu bulan September
sebesar
700.000
604.619
120,00
Kaskade Pengobatan Hepatitis C:
96,13
100,00- Persentase reaktif anti-HCV: 4,2%
600.000
84,06
500.000 Estimasi anti
H CV+: 2,5 juta
- Persentase gap pemeriksaan HCV RNA :

Persentase (%)
64,18 80,00
400.000 67,17
Saat ini baru 35,8%
Jumlah

51,72
300.000
ditemukan 1% 46,42 60,00
- Persentase HCV RNA terdeteksi : 51,7%
40,00 - Persentase gap mulai pengobatan :
200.000
15,9%
20,00
100.000
4,22 - Persentase gap pengobatan lengkap :
- 25.513 16.374 8.469 7.119 4782 2220 2134 0,00 32,8%
- Persentase gap tes SVR12 : 53,6%
- Persentase sembuh : 96,1%

JUMLAH PASIEN MULAI PENGOBATAN HEPATITIS C TAHUN 2017-2021 (Agst)

1210

2021

Data per 25 Okt 2021


21
Status Sirosis dan Koinfeksi HIV Pengobatan Hepatitis C
Tahun 2017-2021

Tidak
diketa
Status Sirosis Tidak
Status Koinfeksi HIV
diketa
hui; hui;
26; 0% 26; 0%

Sirosis; Koinfeksi
2675; HIV;
38% 1666;
Non 24% Monoinfeksi
sirosis; ; 5427; 76%
4418;
62%

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML


22
Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Pengobatan Hepatitis C
Tahun 2017-2021

Kelompok Umur
Tidak
diketa Jenis Kelamin 1.800
1.694
hui; 1.600
25; 0% 1.400
Perempua 1.200 1.051
n; 2032; 1.000
761 771
29% 800 633
Laki-laki; 600 475 427
5062; 71% 400 193
104 125 106
200 4
-
<12 12-18 19-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 >64

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML


23
Faktor Risiko dan Rejimen Pengobatan Hepatitis C
Tahun 2017-2021
Transfusi Waria;
Darah; 5 ; 0% Faktor Risiko Hemodialis Rejimen Pengobatan DAA
394 ; 6% WPS; 8 ; a; 945 ; 4097
0% 14%

Penasun;
1.432 ; 1295
Operasi; 818
21% 436
167 ; 2%
105 94 82 42 20
LSL; 13 ; Lainnya;
3.922 ;
0% SOF + SOF + ELB + SOF + SOF + SOF + SOF + Lainnya SOF +
57%
DAC DAC GRA SIM RBV DAC SIM + DAC
(60) (90) (60) + RBV (90) +
RBV RBV
Sebagian besar (57%) tercatat lainnya  perlu Rejimen SOF + DAC 60 mg : 4.097 (58,6%)
penggalian mendalam faktor risiko. Rejimen SOF + DAC 90 mg : 1.295 (18,5%)
1. Penasun (21%) Rejimen ELB+GRA : 818 (11,7%)
2. Hemodialisa (14%) Lainnya : 779 (11,2%)
3. Transfusi darah (6%), dll
Kementerian Kesehatan Repulik Indonesia Direktorat P2PML
24
Pemeriksaan anti HCV pada Populasi Berisiko
Tahun 2021 dibandingkan 2020 (Jan-Sep)

17.047

15.342
18.000
100.000

12.953
16.000

12.101
90.000
14.000
80.000

9.739
9.177

9.749
70.000 12.000

8.446

10.467
Jumlah tes

7.668
10.000
Jumlah tes

60.000

9.190
5.838

8.553
8.521

8.488
50.000 8.000

4.515

4.071
40.000 6.000
30.000 4.000
20.000 2.000
10.000
-
-
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
Jan-Sep 2020 Jan-Sep 2021
2020 2021
Jumlah tes anti HCV anti HCV positif

Peningkatan terbesar tes anti HCV 2021


Tes anti-HCV tahun 2021 dibanding 2020 yaitu bulan Mei 139%
dibanding 2020 turun Penurunan terbanyak tahun 2021
0,9% dibanding 2020 yaitu bulan Januari
Data per 25 Okt 2021 66%
TANTANGAN DAN RENCANA
PENGEMBANGAN PROGRAM
TANTANGAN PROGRAM

01 02
03 04
Terbatasnya Komitmen Minimnya Keterbata
informasi pemangku san
ketersediaan
mengenai Hepatitis kepentingan tenaga
data mengenai
pada masyarakat belum merata dokter
pencegahan dan spesialis
umum / nakes dalam yang
pengendalian
. pencegahan
Hepatitis mampu
dan memberik
pengendalian an
Hepatitis tatalaksan
a
Hepatitis
PENGEMBANGAN PROGRAM
P2 HEPATITIS
TAHUN 2020-2024

01 Pen ebaran Informasi melalui Media Sosial,


Pen uatan Kepedulian Masyarakat da
04 P
epatitis B & C di FKTP dan
Advokasi Para Pemangku Kepentingan FKRTL

02 Surveilans Hepatitis 05 P
study terkait Hepatitis B & C
• Pengembangan electronic
data

03 Penguatan Kapasitas Nakes


melalui webinar dan platform
06 strategi P2 Hepatitis berbasis
data dan perkembangan ilmu
online pengetahuan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML


28
Upaya Percepatan
Program
Deteksi Dini
Hepatitis B
minimal 90% Ibu
Hamil diperiksa
Deteksi Dini Hepatitis C pada populasi
terintegrasi
berisikoHIV
dengan (penasun,
dan ODHA, WBP, pasien
hemodialisa)
Sifilis (Triple
Eliminasi)
Peningkatan Layanan Hepatitis C ke
beberapa provinsi  34 provinsi

Penguatan Sistem Pencatatan dan


Pelaporan (SIHEPI)
KESIMPULAN KEBIJAKAN P2 HEPATITIS

1. Upaya eliminasi hepatitis B dan C dilakukan pada seluruh populasi berisiko tinggi dengan prioritas
pada populasi paling berisiko tertular dan menularkan, yaitu P2 Hepatitis B pada ibu hamil-bayi dan
tenaga kesehatan, sedangkan P2 hepatitis C pada Penasun, WBP, ODHIV-ODHA dan pasien HD

2. Pencapaian program P2 hepatitis tahun 2021 masih rendah perlu inovasi dan komitmen tinggi
dalam mengejar ketertinggalan capaian ditengah pandemi COVID 19

3. Kolaborasi dan integrasi program hepatitis dengan program lainnya sangat diperlukan untuk
peningkatan capaian program

4. Peningkatan akses rujukan untuk tatalaksana hepatitis B dan C sebagai salah satu upaya percepatan
program

5. Peningkatan pencatatan dan pelaporan P2 hepatitis dengan penguatan SIHEPI


KEBIJAKAN
PROGRAM P2
PE NYAKIT INFEKSI
SALURAN
PE
NCERNAAN
dr. Regin a Tiolin a Sidja bat , M.Epid
Koordinat or Pok si HPISP
Ep idemiol og Kesehatan Ahli Madya
Dire ktor at P2PML
Ditj e n P2P
r
Novembe 2021
Komitmen Nasional & Global Penanggulangan PISP

RENSTRA The INTER


RPJM WHO-
N KEMENK SDGs GAPP GOVERMEN
TAL
UNICEF
ES D
2020 -
RI 2030 Joint PANEL ON

2024 Statemen 2013 CLIMATE


2020-2024 CHANGE
3 t 5 2013
1 2 May 2004
• Target 3.3 Pada tahun
4 To end 6
Terpenuhinya Meningkat 2030, mengakhiri epidemi
layanan dasar nya preventable Adaptasi
AIDS, tuberkulosis, malaria, Kebijakan
•: Menurunnya Pengendali dan penyakit tropis yang childhood Perubahan
prevalensi bersama
an terabaikan, dan memerangi deaths due to Iklim
stunting
% Kab/Kota yang
Penyakit hepatitis, penyakit dalam hal
balita hingga 14% pneumonia and Kesehatan
Menular
80% bersumber air, serta pengobatan
• Meningkatnya penyakit menular lainnya. diarrhoea by (APIK) melalui
Status Kesehatan dan Tidak
Puskesmasnya diare yaitu
Menular : 2025. program
dan Gizi melaksanakan • Target 3.2 Pada tahun pemberian
tatalaksana diare pengendalian
Masyarakat : 2030, mengakhiri kematian oralit dan
Angka kematian balita sesuai bayi baru lahir dan balita Zinc penyakit yang
bayi per standar yang dapat dicegah,
selama 10-14 terdampak
dengan seluruh negara iklim
1.000 hari.
berusaha menurunkan
kelahiran hidup Angka Kematian Neonatal
• Meningkatnya
Pengendalian setidaknya hingga 12 per
Penyakit Menular 1000 Kelahiran Hidup
32
(KH)
dan Tidak dan Angka Kematian Balita
Menular 25 per 1000
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT
GAMBARANEPIDEMIOLOGIPISP
1 Diare penyebab angka kesakitan dan kematia n pada balit a

2 Diare salah satu faktor de term ina n dari stunt ing

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2003, terdapat 17 juta kasus demam tifoid di seluruh
3 dunia dengan angka kemat ia n me nca pa i 600.000 kasus .

Pada tahun 2008, angka kesakitan tifoid di Indonesia dilaporkan sebesar 81,7 per 100.000 penduduk,
4 penderita terbanyak a da la h pada kelompok usia 2-15 tahun.

5 Case Fatality Rate (CFR) diperkirakan 14%. Pada kasus yang tidak mendapatkan pengobatan, CFR dapa t
meningkat hingga 20% .

6 Se cara Global, gejala infeksi hepatitis A t erjadi pada 1,4 juta orang setia p tahunnya. (WHO)

7 WHO memperkirakan bahwa hepa tit is A menyebabkan sekitar 7134 kema tia n pada tahun 2016 (t erhitung
0,5% dari kematian karena virus hepatitis)

8 Hepatitis A sering timbul baik secara sporadis maupun seba ga i su atu epidemi da la m periode waktu sat u
sampai dua bulan. Epidemi yang terjadi akibat kontaminasi pada air dan makanan dapat mengakibatkan
ledakan kasus, dan menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit

8 Di Indonesia berdasarkan diagnosis secara klinis pernah dilaporkan kejadian luar biasa HFMD, yaitu di Batam
sebanyak tujuh kasus (2000), RSCM satu kasus (2000), RS Pondok Indah lima kasus (2000), RS Siloam
tiga kasus (2000), Bojonegoro 14 kasus (2001), dan Surakarta 57 kasus (2001). Pada tahun 2016 di Banjarmasin
dilaporkan terdapat 18 kasus positif dengan serotipe EV 71.
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
BEBAN PENYAKIT
DIARE DAN HEPATITIS A
BASIC HEALTH HEPATITIS A
RESEARCH
2007 0,6%

2013 19,3%

2018 0,39%

CASE OF DIARRHEA
2017 - 2020
3000000 2.167.218 2.307.659 2.296.949
1.662.045
2000000
2.107.572 2.196.865 2.217.384
1000000 1.527042.07
2017 2018 2019
0 21
1 2 3 4

Tahun Jumlah L Jumlah P

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


BEBAN PENYAKIT DIARE 2017 - 2020

CASE OF DIARRHEA Kasus Diare 0 - < 6 bulan


2017 - 2020 100000
80000 83.928
3000000 2.307.659 2.296.949 75.250
2.167.218 70.122
60000 65.019 6529.85
1.662.045
2000000
2.217.384 366
2.107.572 2.196.865 40000
1000000 1.574.721 425.967107
20000 2017 2018 2019 2020
2017 2018 2019 2020
0 0
1 2 3 4 1 2 3 4

Tahun Jumlah L Jumlah P Tahun 0 -<6 BLN L 0 -<6 BLN P

Kasus Diare 1 - 4 Tahun Kasus Diare ≥6 bln - < 1 thn


700000 250000
600000 591.911 601.463
565.206 200000 199.064 200.322
500000 503.249 526.299 526.917 183.805 184.035 186.814
167.897
400000 421.312 150000
373.769
300000 1322
100000
200000 1.
50000
100000 2017 2018 2019 2020 2017 2018 2019 2020
0 0
1 2 3 4 1 2 3 4

Tahun 1 - 4 Tahun L 1 - 4 Tahun P Tahun ≥6 bln - < 1 thn L ≥6 bln - < 1 thn P

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT


Potret Belanja Kesehatan pada Pengendalian Penyakit Menular

Imunisasi (1,17T ; 30,8%)


Total Belanja Penyakit Menular sebesar Rp. 19,5 T 0,2%
3,5% • Porsi belanja
(4,0% dari belanja Kesehatan) Surveilans & Pengendalian
Penyakit (950M ; 25,0%) kesehatan
9,6% Deteksi Dini (756,2M ; 19,9%) terbesar pada
Kemenkes, PPM di
Kemenkes 11,0%
30,8% Belanja Modal (418M ;11,0%)
Kemenkes
3.8 T
3,8 T Pembinaan Faskes (364,8M ; adalah untuk
Pemda 2.7 9,6%) imunisasi
19,9%
KIE (133M ; 3,5%) sebesar 1,17 T
T
25,0% dari total 3,8 T
Pemantauan status kesehatan
(7,6M ;0,2%) • Porsi belanja
K
kesehatan
/ Infeksi Saluran Pernapasan terbesar pada
L (5,2T; 39,9%) PPM di JKN
Diare (3,5T ; 26,9%)
adalah pada
L 26,9% Tuberculosis (1,4T ; 10,9%) infeksi saluran
a pernapasan
i Penyakit Menular Lainnya sebesar 5,2 T
n 39,9% (1,2T ; 9,3%)
Penyakit Tropis (1,0T ; dari total 13,0 T
n 10,9%
7,8%)
y HIV/AIDS & PMS (530,9M ;
a 9,3% 4,1%)
Hepatitis (96,0M ; 0,7%)
, 7,8%
0,02% Malaria (43,6M ; 0,3%)
Sumber: NHA,2019
1 0,3% 0,7% 4,1% * Estimasi NHA 2019
7
.
Potret Belanja Kesehatan pada Pengendalian Penyakit Menular dari JKN

Rincian Penyakit Menular Total Biaya Total Kunjungan ❖ Dari tabel menunjukkan
pemanfaatan JKN pada upaya
Infeksi saluran pernapasan 5.209.843.510.74 41.662.820 pengendalian penyakit menular
paling tinggi adalah untuk layanan
Diare 5
3.510.354.234.06 9.365.019 infeksi saluran pernapasan
Tuberkulosis 8
1.423.560.629.37 2.516.112 (39,9%), diare (26,9%) dan
Penyakit menular lainnya 4
1.213.885.734.44 3.851.750 tub rkulosis (10,9%)
e manfaatan layanan imunisasi
Penyakit tropis 8
1.011.198.384.91 867.663 ❖ Pe JKN masih rendah. Layanan
HIV & PMS 9 530.948.074.556 625.161 darinisasi mengacu pada
Hepatitis 96.097.447.257 176.357 imumenkes 12/2017 tentang
Per yelenggaraan imunisasi
Malaria 43.605.979.620 71.812 pendengan pembayaran kapitasi
Imunisasi 2.548.388.274 39.011 poladi FKTP

Sumber: NHA,2019
* Estimasi NHA 2019
FAKTORRISIKOPENYAKIT
MENULAR PISP& BERPOTENSI
KEJADIAN LUAR BIASA

✅ Prevalensi Diare

1 Balita : 12,3 %

2 Semua Umur : 8%

3 < 1 tahun : 9,0 %

✅ Perilaku buang air


besar
1 Perilaku Benar Buang Air
Besar di jamban
: 88,2 %
2 Perilaku Tidak Benar Buang
Air Besar
: 11,8 % RISET KESEHATAN DASAR 2018
FAKTORRISIKOPENYAKIT
MENULAR PISP& BERPOTENSI
KEJADIAN LUAR BIASA

✅ Sarana Air
Bersih
1
Pemakaian air lebih kecil dari 5
liter/orang/hari, menunjukkan akses
sangat kurang : 0,5 %

Pemakaian air antara 5-19,9


2 liter/orang/hari, menunjukkan akses
kurang : 1,8 %

Pemakaian air antara 20-49,9


3 liter/orang/hari, menunjukkan akses
dasar : 12,0 %

Pemakaian air antara 50-99,9


4 liter/orang/hari, menunjukkan akses
menengah :39,3 %

Pemakaian air lebih besar atau sama


5 dengan 100 liter/orang/hari, RISET KESEHATAN DASAR 2018
menunjukkan akses optimal : 46,5 %
FAKTORRISIKOPENYAKIT
MENULAR PISP& BERPOTENSI
KEJADIAN LUAR BIASA
✅ Jamban
(Penanganan tinja Balita)
1 Aman : 61,6 %

2 Tidak Aman : 38,4 %

✅ Status
Gizi Gizi buruk : 3,9 %
1

2 Gizi kurang :13,8 %

3 Gizi baik : 79,2 %

4 Gizi lebih : 3,1 %


RISET KESEHATAN DASAR 2018
✅ Cuci tangan dengan benar :
FAKTORRISIKOPENYAKIT
MENULAR PISP& BERPOTENSI
KEJADIAN LUAR BIASA
✅ Tempat Pembuangan Air
Limbah Utama dari Kamar
Mandi/Tempat Cuci di Rumah

1 Penampungan tertutup: 18,8 %

2 Penampungan terbuka:11,2 %

3 Tanpa penampungan (di


tanah): 18,9 %

4 Langsung ke got/kali/sungai: RISET KESEHATAN DASAR 2018


51,0 %
FAKTORRISIKOPENYAKITMENULAR
PISP& BERPOTENSI KEJADIAN LUAR
BIASA
✅ ASI
EKSKLUSIF
Praktik pemberian ASImenurut umur (bulan)

SDKI 2012 : 42%


SDKI 2007
SDKI 2017 : 52%.
Sumber Pelayanan Balita Diare SDKI 2017
Tabel 10.11 Sumber saran atau pengobatan pada anak
dlare
P e r s e n ta s e b a lit a d ia r e d a la m 2 m in g g u s e b e lu m sur v e i
m e n u ru t s a ra n a ta u p e n g o b a t a n d a r i s u m b e r te rte n tu ; d i a n ta ra
a
b taal iut ar ads ei l ni tgaas n k e
g se ej ah laa t a nIS tPe A
r t e ndtau l,a mI n d 2o n e
ms in
i ag g2u0 1 7s e b e l u m s u r v e i
y a n g b e r o b a t k e f a s il i t a s a ta u te n a g a k e s e h a ta n , persentase
s a r a n a t a u p e n g o b a t a n y a n g d i p e r o l e h d a r i s u m b e rP teer rst e e nn tt au s, e d a
a nn a k y a n g b e r o b a t m e n u r u t tiap jenis sumber pelayanan:
d i a n t a r a b a l i t a d i a r e y a n g d i b e r i O r a l it , p e r s e n t a s e y a n g d ib a v v a D i a n t a r a a n a k d ia r e y a n g d ib a v v a D i a n t a r a b a l i t a d ia r e
S
k eu m t e bn ea rg a Di antara anak diare k e r a s ili t a s a t a u t e n a g a k e s e h a t a n y a n g d i b e r i O r a li t 1

U K B M 1, 6 2 ,0 2 ,6
Poskesdes/Poli ndes 1, 2 1, 5 2 ,2
Posyandu 0 ,4 0 ,4 0 ,4

Sektor pemerintah 2 7 ,3 3 4 ,0 4 3 ,9
Ru mah sakit pemeri ntah 2 ,0 2 ,5 3 ,2
Klinik pemerintah 0 ,2 0 ,2 0 ,2
Puskesmas 17 ,3 2 1, 5 3 0 ,7
Pusling 0 ,9 1, 1 1, 5
Bidan desa 4 ,7 5 ,2 6 ,0
Sektor swasta Rumah 4 5 ,9 5 7 ,1 5 4 ,1
sakit svvasta Kli ni 2 ,3 2 ,9 3 ,8
k svvasta 3 ,0 3 ,7 3 ,4
Praktik dokter umum 4 ,1 5 ,1 5 ,4
Praktik dokter 6 ,4 7 ,9 8 ,8
spesialis anak 19 , 8 2 4 ,6 2 4 ,3
Praktik bidan 2 ,4 3 ,0 2 ,7
Praktik peravvat 11 , 8 14 ,7 11 , 0
Apoteklt:oko obat 0 ,1 0 ,1 0 ,1
Lainnya
Lalnnya 8 ,8 11 , 0 6 ,4
VVarung/toko 7 ,3 9 ,1 5 ,1
Dukun/paraji 1, 5 1, 8 1, 2
Lainnya 5 ,0 6 ,2 2 ,4
Jumlah anak 2 .3 2 8 1. 8 7 3
840
Oralit = Garam rehidrasi oral
1 C a i r a n d a r i p a k e t O r a l i t a t a u c a ir a n O r a l it p r a - p a k e t .

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML



l a b e l 2 1 _ ln c: e r v , e , n s . i G i . z i S p o s i f i lc:: P e , - c : , e , p - a t a n , P e n.c o g a h a ni S n . r .-,.-
c-.tr a g

*
ln t , e , r r v e n s , P r • c0o. .
K e - l a m p c . . k
l ll"lo'll@i rv- e.--.si P. - - 1e > r 1t a s 11:a s S i a s L J a 1 K c:»n d i s i
S . a s a r a n
l , e . r t ,e n t : u

K a l c,.r n , p , o k S a.s a r a n 1 0 0 0 H P K
:1U ,UT.U.t4t W4)ll.J1lllil
lb "LJ h a m i l P ,e.m b e - r i- a n m a lka n,,a n
OOC
JS1\.K,.. l,.1t1·�t,o\ t a m b a h a n b & g ii i b u lkals.; i� m
h .am i l P e m ,e,r i k s . a P ,e.n c : , e , g a h a . - .
c:l . a . r i k e - le > m p o k m i :sk i n . . / a n. H IV
K.11....r .mn g E n . e irg i K r <:>.-..i k l k . eh a m i l a n
( K l E K )
SIIU pll,e,m,e,nrta s.i tabl,e,c:
t a. m bah d a. .- al h

I b .._. m , e , n y u s u i Pr-.:>mc,si cl an ke>n salin� S..u p l,e,rri,e,n it.a.Si P e n c : , e , s:::J a h


cla n a n a k 0 - m e r a y . . u s u i k a p s 't..JII v it a m i n .A. a ..-.
2 3 Pr,o,mc,si c:I a . n , lc,o,n Supll,e,l"Y"l,e,.-..1:.a.s.i ke-c::.a c: i . n i , g a n
b....lan
s,e l i n g p e m b e r i a -n tal:>11..Jria
m a i k . . a . , , b a y ii c l a n a 1n1- ' k ,( lrn.ur,ii:s..asi

P"'""1 B A . ) S ..u p ll, e , m , e , n 1t-a:s . i


z i r1 c :
Ta·ta laksa na gizi
bcuiroulk: ._...,..11:l.J k. pe-n,g ob a.ta
Pembe-ri.ar1o malka..n.a n d i a r e -
n t a m b a h . a n p, e . r n u I i l'V'la..-..aje-me.-.
t e r p a . d ._. b a l i t a
ha n bagi anak k:......r.. ...:s
s . a lc:i t:
P �m a n t a 'l.Jla n cla n ( I V " I T B S )
Kelompok Sasaran U spi ar ,o,.
L am icn, . sn iy a
pert:11....1mb11Uhan.

Remaja putri Suplementasi tablet


dan wanita usia tambah darah
subur

Anak 24-59 • Ta t a l a k s a n a g i z i b u r u k Suplementasi Pencegahan

STRATEGI NASIONAL bu Ian Pemberian makanan kapsul vitamin A kecacingan


tambahan pemulihan Suplementasi
PERCEPATAN bagi anak kurus taburia
PENCEGAHAN ANAK Pemantauan dan Suplementasi zinc
promosi
KERDIL (STUNTING) pertumbuhan
untuk pengobatan
PERIODE 2018 • diare
2024 Manajemen
terpadu balita sakit
(MTBS)
TELAAH EFEKTIVITAS BEBERAPA INTERVENSI YANG TERBUKTI
BERPERAN DIDALAM
PENURUNAN STUNTING DAN INDIKATOR
DETERMINANNYA
UPAYA PERCEPATAN
PENURUNAN

1. PMT untuk mengatasi 7. Suplementasi zink. 1. Air Bersih,Sanitasi.


KEK pd bumil 8. Fortifikasi zat besi ke dalam 2. Fortifikasi-Ketahanan Pangan.
2. TTD untuk anemia bumil makanan. 3. Akses kepada Layanan Kesehatan dan
3. Konsumsi Garam 9. Obat Cacing
KB.
Beriodium 10. Vitamin A
11. Tata Laksana Gizi Buruk 4. JKN,Jampersal, Jamsos
4. ASI Ekslusif 5. lain Pendidikan PolaAsuh
12. Penanggulangan Malaria
5. Pemberian ASI sampai 6. Ortu. PAUDHI-SDIDTK
13. Pencegahan dan Pengobatan
usia 2 tahun didampingi 7. Pendidikan Gizi Masyarakat. Edukasi
diare
dengan MP ASI adekuat 8. Kesehatan Seksual dan Reproduksi,
14. Cuci tangan dengan benar
6. Imunisasi
serta Gizi pada Remaja. Program
9. Padat Karya Tunai

KONVERGENSI MULTI SEKTORPERENCANAAN, PENGANGGARAN,PENGGERAKAN -


PELAKSANAAN,PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN 7
KLB HEPATITIS A TAHUN 2019 (N =
3421)
Kab. Deli Serdang
Kab. Banjar Kab. Minahasa

Muara Enim & Ogan Ilir Bangkalan

DKI Jakarta, Kota Tangsel


& Kota Tangerang Kab. Cilacap Kab. Jember

Depok, Bogor & Kota Bandung


Kab. Pacitan & Kab. Trenggalek

SUBDIT HPISP
DIT P2PML

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


PRIORITAS
P2 PISP
2020 - 2024
DIARE

DEMAM TIFOID

H E PAT I T I S A DA N E

HFMD

DLL ( s e s u a i s i t u a s i ya n g b e r ke m b a n g )

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


KEBIJAKAN P2 PISP
Mengutamakan promotif dan preventif
1 tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif

2 Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat

Meningkatkan jejaring kerja, kemitraan dan


3 kerja sama

4 Penguatan peran pemerintah daerah

5 Pendekatan berjenjang dan

Dukungan ketersediaan infrastruktur


6 kesehatan yang memadai dengan kendali
mutu

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


TUJUAN KEGIATAN
P2 PISP
1. Menurunkan angka kejadian
penularan PISP
2. Menurunkan angka kesakitan dan
kematian PISP
3. Pencegahan dan pengendalian
stunting

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


STRATEGI P2 PISP

1 Advokasi dan sosialisasi PISP

2 Surveilans / pengamatan PISP

3 Pencegahan PISP

4 Deteksi dini PISP

5 Penanganan PISP

6 Tata kelola logistik PISP

7 Jejaring dan kemitraan

8 Penguatan SDM P2 PISP


Bimbingan teknis, monitoring
9 dan evaluasi

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


Indikator Utama Program PISP 2020 – 2024
Indikator Utama
Definisi Operasional Cara Perhitungan Sumber Data
Indikator Outcome
Persentase Persentase Kab/Kota yang 80 Jumlah kab/kota yang Laporan rutin
Kab/Kota yang 80 % % Puskesmasnya melaksanakan Dinkes Prov
Puskesmasnya melaksanakan tatalaksana tatalaksana Diare
melaksanakan Diare sesuai standar bila: sesuai standar dibagi
tatalaksana Diare cakupan pemberian Oralit dan jumlah kab/kota yang
sesuai standar Zinc 100% pada penderita ada di Indonesia
diare balita dikali 100 %

52
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT
Indikator Utama Program PISP 2020 – 2024
Sasaran Program
Program/ (Outcome)/Sasaran
Target
Lokasi DO Cara Perhitungan
Kegiatan Kegiatan
2020 2021 2022 2023 2024
(Output)/Indikator
Persentase
Kab/Kota yang 80
% Puskesmasnya Jumlah kab/kota
Kegiatan melaksanakan yang melaksanakan
Persentase Kab/Kota
Pencegahan tatalaksana Diare tatalaksana Diare
yang 80%
dan 51 % 58 % 66 % 73 % 80 % sesuai standar sesuai standar
puskesmasnya
Pengendalia 34 Prov (262 (298 (340 (375 (411 bila: dibagi
jumlah kab/kota
melaksanakan
n Penyakit Kab/Kota) Kab/Kota) Kab/ Kab/ Kab/Kota) cakupan
tatalaksana diare
Menular Kota) Kota) yang ada
pemberian Oralit Indonesia di 100
dikali
sesuai standar
Langsung dan Zinc 100%
pada penderita %
diare balita

53
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT
Sub Indikator Program Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan 2020 – 2024
2019 Target (%)
Indikator
(%) 2020 2021 2022 2023 2024
Persentase Kabupaten/
Kota yang melaksanakan
advokasi dan / atau 46,7 50 55 60 65 70
sosialisasi pengendalian
PISP
Persentase Kab/Kota yang
mempunyai layanan
rehidrasi oral (LROA) aktif 52,14 57 62 67 72 77
KEGIATAN POKOK PENGENDALIAN PISP
HEP A DAN E DIARE TIFOID HFMD
a) Melakukan review dan memperkuat a) Melaksanakan review dan a) Melaksanakan review dan a) Melaksanakan review dan
memperkuat aspek legal
aspek legal memperkuat aspek legal memperkuat aspek legal
b) Melaksanakan advokasi,
b) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi b) Melaksanakan advokasi, b) Melaksanakan advokasi, sosialisasi termasuk KIE
termasuk KIE sosialisasi termasuk KIE sosialisasi termasuk KIE c) Melaksanakan pencegahan
c) Melaksanakan deteksi dini Hepatitis A c) Melaksanakan Layanan Rehidrasi c) Melaksanakan pencegahan d) Melaksanakan kegiatan
pemberian perlindungan
dan E Oral Aktif (LROA) d) Melaksanakan kegiatan
khusus
d) Melaksanakan kegiatan pemberian d) Melaksanakan SKD Diare pemberian perlindungan
e) Melaksanakan pengamatan
perlindungan khusus e) Melaksanakan Penanggulangan khusus HFMD
e) Melaksanakan pengobatan/ penanganan KLB Diare e) Melaksanakan pengamatan f) Melaksanakan Monitoring
Hepatitis A dan E f) Melaksanakan pengamatan Diare Tifoid dan Evaluasi

f) Melaksanakan SKD Hepatitis A dan E g) Pemantauan minum Zinc di f) Melaksanakan


g) Melaksanakan Penanggulangan KLB lokus stunting Monitoring

Hepatitis A dan E h) Suplementasi Zinc di lokasi dan Evaluasi


h) Melaksanakan pengamatan Hepatitis A bencana
dan E i) Melaksanakan Monitoring dan
i) Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi Evaluasi
SITUASI PROGRAM PENYAKIT INFEKSI SALURAN PENCERNAAN (DIARE)
INDONESIA TAHUN 2020 DAN 2021 (JANUARI – AGUSTUS)
CAPAIAN INDIKATOR 2020 DAN
2021
TARGET
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan
Lokasi 2020 2021
(Output)/Indikator
Target Capaian Target Capaian
Persentase Kab/Kota yang 80% puskesmasnya 44,2% 58% 44,7%
51 %
melaksanakan tatalaksana diare sesuai standar 34 Prov (227 (298 (230
(262
Kab/Kota Kab/Kota) Kab/Kota)
Kab/
CAKUPAN LAYANAN DIAREKota)
BALITA INDONESIA
2020 2021
Cakupan
Target Capaian Target Capaian

Layanan Diare Balita 3.953.716 1.140.503 (28,8%) 3.690.984 400.184 (10,84%)

Oralit balita 100 % 90,8% 100% 96,5%


Zinc balita 100 % 89,5% 100% 93,8%
Kematian Semua Umur 287 204
Kematian Balita 88 75
Sumber : Laporan Rutin Dinkes Provinsi
Jumlah Penemuan Kasus Diare perbulan
di Indonesia Tahun 2019 dan Tahun 2020

154.477 152.202
147.828 144.240
132.151 133.157 Terdapat penurunan
125.540 122.608 126.493 122.531 122.938
121.328 sebesar 55% penemuan
kasus diare balita di
Fasyankes Tahun 2020
dibanding 2019.
Penurunan paling banyak
yaitu pada bulan
November
dan Desember hal ini
karena beberapa provinsi
belum mengirimkan
148.874 130.945 107.346 65.658 57.868 57.243 54.822 41.768 37.502 15.225 9.543 298 laporan

Jumlah Penemuan Kasus Balita di Fasyankes Jumlah Penemuan Kasus Balita di Fasyankes
(2019) (2020)
INTERVENSI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI YANG DILAKUKAN OLEH
LINTAS PROGRAM DAN SEKTOR

Promosi kesehatan yang mencakup informasi gaya hidup sehat, penyakit dan cara
transmisinya, pengendalian faktor risikonya, serta pencegahan dan pengobatannya

INTRODUKSI VAKSINASI ROTAVIRUS (mulai 2022) DAN HEPATITIS A (skema out-of-pocket)

Melakukan pengendalian faktor risiko yang meliputi peningkatan dan penyediaan fasilitas
air dan sanitasi, perumahan sehat, pengendalian pencemaran

Melakukan deteksi dini kasus dan perawatan cepat dan meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas komprehensif

Melakukan kegiatan surveilans termasuk pengawasan laboratorium dan kewaspadaan dini


dan penanggulangan kejadian luar biasa
TANTANGAN
Frekuensi pergantian pengelola program PISP yang sering
1 sehingga kapasitas pengelola program PISP tidak maksimal
dalam melaksanakan program.

Rendahnya kepatuhan pengelola program untuk mengirimkan


2 laporan bulanan secara kelengkapan dan ketepatan

Tidak teralokasikan kegiatan layanan rehidrasi oral aktif (LROA),


kegia ta n surveilans tifoid dan upaya pencegahan dem am tifoid
3 p a d a kelompok anak sekolah dalam anggaran APBN p u sa t dan
dana dekonsentrasi serta APBD sehingga capaian indikator tidak
ma ksima l.

Kurangnya dukungan serta kesadaran pemerintah daerah dan

4 m asyarakat terhadap penyakit infeksi saluran pencerna a n


terutam a diare baik dala m pelaksanaan tata la ksana dia re,
surveilans KLB, pela tiha n petugas keseha ta n, logistik (ora lit dan
zinc) dan a lokasi anggaran untuk kegia ta n-kegia ta n
pendukung.

Tidak optimalnya kegiatan program dikarenakan banyak


5 keg ia ta n yang tidak d a p a t dila ksana kan dikarenakan ha mpir
seluruh sum ber daya dire a lokasi untuk penanggulangan pan demi
COVID 19.

6 Karena pandemi COVID 19, kasus diare yang mengakses layanan


di fasyankes berkurang.
Analisa
Penyebab
Keberhasilan/Kegagalan
1. Tenaga. Hampir semua level baik di propinsi hingga kabupaten/kota termasuk
puskesmas mengalami masalah ketenagaan. Kurangnya jumlah SDM, kualifikasi
pendidikan yang belum sesuai, perpindahan yang begitu cepat, beban kerja yang
tinggi merupakan masalah yang hampir ditemukan disemua tingkatan.
2. Pengetahuan dan ketrampilan. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit serta
tatalaksana kasus diare serta ketrampilan yang dimiliki oleh petugas dalam
penegakan diagnosa.
3. Anggaran. Permasalahan anggaran terutama berkaitan dengan efisiensi dana di
saat kegiatan sedang berjalan sehingga berpengaruh terhadap kelancaran
pelaksanaan program. Selain itu program diare juga tidak menjadi prioritas
dalam pembangunan kesehatan di daerah sehingga berpengaruh terhadap
alokasi anggaran yang di alokasikan.
4. Data. Ketepatan dan kelengkapan laporan dari provinsi masih rendah. Begitu
juga dengan validasi dan akurasi dari data tersebut. Data yang ada belum
dilakukan analisis, baik tingkat propinsi maupun kabupaten (baru bersifat
pengumpulan data). Data terkait balita, baik angka kesakitan maupun kematin
masih terkotak-kotak di masing-masing program, dengan kata lain tidak ada
integrasi data antar program.
5. Force Majeure. Tahun 2020 dunia termasuk di Indonesia mengalami pandemi
Covid 19. Hammpir seluruh sumber daya kesehatan terfokus
kepada
penanganan Covid 19 sehingga berdampak besar terhadap capaian program-
program kesehatan termasuk program diare.
REKOMENDASI
PENGUATAN PROGRAM
1. Peningkata kapasitas Pengelola program dalam
n termasuk dalam pencatatan dan
tatalaksana
2. pelaporan. kapasitas tenaga kesehatan dalam
Peningkata
tatalaksana diare.
3. n
Pemerintah bertanggung atas ketersediaan,
jawab
keterjangkauan dan pemerataan obat diare
yang
4. dibutuhkan masyarakat
Pemanfaatan teknologi informasi untuk
penguatan
5. kapasitas, bimbingan teknis, monitoring dan
evaluasi
6. program pada masa pandemi ini
7. Optimalisasi sumber daya yang ada dalam rangka
8. percepatan pencapaian target
Perbaikan kualitas data dan kapasitas petugas
catpor
9.
Optimalisasi integrasi lintas program
Integrasi data angka kesakitan dan kematian
balita
lintas program
PENYAK INFEK SALUR PENCERNAAN
IT SI AN (PISP)
BESARAN
MASALAH
PROMOTIF PREVENTI
F
SPESIFIK
PROTEC
TION
DETEKSI
DINI &
TATALAKSAN
FECAL ORAL A
1. Masyarakat dengan higiene dan sanitasi yang masih buruk Intervensi 1. PHBS (ASI, MP ASI, air
2. KLB Hep A bersih, CTPS, jamban,
Imunisasi 1.Pemeriksaan
3. Diare penyebab kematian Bayi dan Balita (Profil Kesehatan perubahan membuang tinja bayi dengan
HEPATITIS A & Indonesia 2019) perilaku
benar, Imunisasi campak)
Hepatitis A pada Antibodi HAV
2. Penyehatan lingkungan
E 4. Diare penyebab kematian Neonatal dan Balita (SRS 2014)
melalui sosialisasi (Stop BAB
kelompok Risti 2.LROA
5. Setiap balita 3-4 kali/tahun terkena diare CTPS, pengelolaan air minum 3.Penguatan
sembarangan,
6. Faktor risiko berdasarkan RKD dan pembuatan dan makanan RT,
2018 a) Cakupan oralit :
Media KIE baik Pengamanan sampah RT, kapasitas petugas
DIAR 34,8%
b) Cakupan Zinc : 26,1% cetak maupun
Pengamanan limbah cair
RT)
1. LROA kesehatan
2. 4.Penguatan logistik
E c) Prev Diare Balita : 12,3%
elektronik dengan
3. Penyediaan air bersih
4. Pengelolaan sampah Rotavirus
Imunisasi
d) CTPS : 49,8% PISP
e) Gizi Buruk : 3,9% materi : 5. Sarana pembuangan limbah
f) Proporsi Penanganan Tinja
6. Penguatan SKD KLB 5.Pengobatan
1.PHBS Diare dan Hepatitis A
Balita Secara Aman oleh 7. Kolaborasi LP dan LS 1.Imunisasi karier
Tifoid
Rumah Tangga : 61,6% 2.CTPS
TIFOI g) Akses optimal air bersih :
3.PENULARAN,
dalam pemeriksaan secara
berkala
kualitas makanan dan air
Tifoid 6.Update pedoman
46,5% 2.Survey
tifoid karier manajemen
D 5. Stunting : 4.PENCEGAHAN
8. Kontrol Reservoir
9. Kontrol transmisi pada
a) RKD 2018 : 30,8% 10. Kontrol populasi yang
program dan
b) SSGBI 2019 : 27,67% rentan penjamah tatalaksana kasus
6. Prevalensi Tifoid : 1,6% (RKD makanan
2007)
7. Karier dan resistensi antibiotik
HFM Tifoid
8. Beban pembiayaan baik bagi INDIKATOR
D masyarakat maupun negara
PROGRAM
Persentase Kab/Kota yang 80 % Puskesmasnya melaksanakan tatalaksana Diare sesuai standar

Menurunnya angka kejadian penularan PISP


Menurunnya angka kesakitan dan kematian PISP
Pencegahan dan pengendalian stunting 6
11/9/2021
2
HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML
LINDUNGI KAMI
DARI PENYAKIT
INFEKSI
SALURAN
PENCERNAAN

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT


TERIMA KASIH

www.kemkes.go.id/

https://id-id.facebook.com/KementerianKesehata nRI/

https://twitter.com/kemenkesri

Kementerian Kesehatan RI; Jl. HR. Rasuna


Said Blok X5 Kav. 4-9, Jakarta Selatan
12950; Telp: (021) 52907416-9 Halo
Kemenkes: (kode lokal) 1-500567

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT

Anda mungkin juga menyukai