Anda di halaman 1dari 98

KEBIJAKAN DAN SITUASI EPIDEMIOLOGI

HEPATITIS DAN PENYAKIT INFEKSI


SALURAN PENCERNAAN
DI INDONESIA

Disampaikan oleh:
drg. Antony Azarsyah, M.K.M
Kepala Seksi Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Ditjen P2P – Kementerian Kesehatan RI

Pelatihan SIHEPI
Medan, 15 September 2020 “GENERASI BEBAS
HEPATITIS”
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
2
1. EPIDEMIOLOGI
HEPATITIS
Virus hepatitis
Obat-obatan
Hepatitis
Penyebab
Hepar- -itis Hepatitis
hati radang Perlemakan Alkoholik

Virus lain
Hepatitis 
peradangan hati Parasit
PENULARAN HEPATITIS B, C, DAN D

Secara vertikal penularan


Hepatitis B dari ibu ke
anak (90-95%)
Aktivitas
PRIORITAS KEGIATAN Penggunaan
Ibu ke Anak Seksual B
DETEKSI DINI HEPATITIS Alat Pribadi
Tidak
PADA IBU Aman
HAMIL Bergantian

Penggunaan
Tenaga Tindik dan Jarum
Kesehatan Tato suntik tidak
steril
Hepatitis B
 Prevalensi global:
◦ 2 milyar telah terinfeksi
◦ 240 juta karier kronis  risiko sirosis, kanker hati
◦ Kematian 500.000 – 700.000 pertahun

 Indonesia
◦ HBsAg (+): 7,1% (Riskesdas, 2013)
◦ 18 juta penduduk terinfeksi Hepatitis B
◦ 50% berisiko menjadi kronis
◦ 900.000 menjadi sirosis dan kanker hati
Percentage chronic HBsAg carriers:

< 2% Low  Vaksinasi telah menurunkan prevalensi Hepatitis B


2–7% Intermediate
> 8% High
Margolis et al., Semin Liver Dis 1991
 Masalah:
◦ Karier kronik: risiko sirosis, hepatoma
◦ Belum ada pengobatan efektif
Hepatitis C
 Prevalensi global:
◦ 115 juta orang terinfeksi (2016)
◦ Tertinggi : Asia Pasifik dan Afrika

 Indonesia
◦ Anti HCV (+): 1,01% (Riskesdas, 2013)

 Pengobatan menggunakan DAA  mencapai


kesembuhan >95%

 Masalah:
◦ Karier kronik: risiko sirosis, hepatoma
◦ Belum ada vaksin
◦ Penemuan kasus pada kelompok berisiko perlu
WHO. Guidelines for the screening care and ditingkatkan
treatment of persons with chronic hepatitis C infection.
Updated version, April 2016
2. KEBIJAKAN
PROGRAM
Global Health Sector Strategy

1. Eliminasi Hepatitis B PPIA 


prevalensi Hepatitis B pada
anak sebesar 1% (2020) dan
sebesar 0,1% (2030)
2. Vaksinasi Hepatitis B (3
dosis)  sebesar 90% (2020
dan 2030)
3. PPIA melalui HB0<24 jam PERMENKES NO 53/2015 PERMENKES NO 52/2017
dan hal lain yang terkait
Tentang Penanggulangan tentang Eliminasi Penularan
(DDHB dan HBIg pada bayi Hepatitis B, HIV, Sifilis dari ibu
Hepatitis Virus secara
berisiko)  sebesar 50% ke anak PPIA pada tahun 2022
komprehensif melalui
(2020) dan 90%(2030)
pendekatan Promosi,
4. Eliminasi Hepatitis C 
Pencegahan, Deteksi Dini dan
orang terinfeksi Hepatitis C
Penatalaksanaan
diobati sebesar 80% (2030)
ELIMINASI HEPATITIS B DAN C TAHUN 2030
Pencegahan Penularan
Hepatitis B dari Ibu ke Anak PROGRAM
DI
INDONESIA
Pemberian Tenofovir Ibu hamil reaktif HBsAg dirujuk
pada bumil dengan VL
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut
tinggi

HBIg HBIg diberikan kepada bayi lahir dari ibu reaktif HBsAg

Pemeriksaan pada ibu Semua ibu hamil harus melakukan ANC terpadu dan DDHB serta
hamil, ANC, dan bayinya dilakukan pemantauan
pemantauan bayi

Pemberian HB0 untuk mengurangi Pemberian HB0 <24 jam diberikan wajib
transmisi dari ibu ke bayi kepada semua bayi baru lahir

Pemberian Imunisasi Hepatitis B (3 Imunisasi wajib hepatitis B (3 dosis)


dosis) untuk mengurangi insiden diberikan kepada semua bayi
TARGET INDIKATOR
PROGRAM HEPATITIS B DAN C
Indikator Renstra  Persentase Kab/Kota melaksanakan
Deteksi Dini Hepatitis B dan atau C pada populasi
ELIMINASI
berisiko HEPATITIS B
DAN C
100%
100%
95%
90%
85%
ELIMINASI PPIA
2022
1,68% 1,54% 1,39% 1,24% 1,09%

Indikator RPJMN Hepatitis B  Insidens Hepatitis B per 100.000 penduduk


Pengendalian Virus Hepatitis C
Di Indonesia
Sebelum 2017 Sesudah 2017

Menggunakan DAA  Simeprevir,


Sofosbufir, Ribavirin, Daclastavir,
Elba-Grazo
Menggunakan Pegylated
Interferon
Kesembuhan >95%
Durasi 12-24 minggu
Murah
Kesembuhan 50-60%
Durasi 48 minggu
Mahal
3. CAPAIAN
PROGRAM
Rumah Sakit
Kabupaten/Kota Pengobatan
Melaksanakan DDHB Direct Acting Antiviral
89.1%
85% 2024
69.7% 34 Provinsi
80%
73.2% 19 Provinsi
60% Target 2020
33.7%
Capaian 15 Provinsi 41 RS
17.1% 2019
30% 13 Provinsi
5.8% 37 RS
2018
10% 6 Provinsi
5% 35 RS
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2017
28 RS
Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan DDHB
Tahun 2020 Provinsi yang sudah tercapai 85%
Kabupaen/Kota Melaksanakan DDHB

Belum
tercapai,
44% Tercapai,
56%
Capaian Jumlah Ibu Hamil Periksa DDHB

2,576,980
Jumlah ibu hamil yang
Meningkat Ibu Hamil Diperiksa DDHB
diperiksa selalu
setiap tahun Ibu Hamil Reaktif HBsAg
1,643,204 meningkat setiap tahun

Rata-rata peningkatan
724,497 pemeriksaan ibu hamil
585,430
tahun 2015-2019 : 60%
184,000
32,974
725 4,526 12,946 30,965 46,944 13,740 Rata-rata % ibu hamil
reaktif HBsAg tahun
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015-2016:2%
(Triwulan
2)

Persentase Ibu Hamil Reaktif HBsAg Tahun 2020


Jumlah Pasien
Pengobatan DAA Pengobatan DAA berdasarkan
Faktor Risiko Tahun 2017-2020

5.361
2017 Penasun 50.9%

Hemodialisa 25.0%

Transfusi Darah 15.4%


2017 2020
Operasi 6.6%
STATUS
STATUS SIROSIS KOINFEKSI HIV LSL 0.8%

Sirosis 37,4% Koinfeksi 26,6% WPS 0.7%


Non Mono-
Sirosis 62,1% infeksi
72,9% Waria 0.6%
Tidak Tidak
Diketahui 0,5% Diketahui 0,5% 0.0% 20.0% 40.0% 60.0%
Upaya Percepatan
Program
Deteksi Dini Hepatitis B minimal 80%
Ibu Hamil diperiksa terintegrasi dengan
HIV dan Sifilis (Triple Eliminasi)

Deteksi Dini Hepatitis C pada


populasi berisiko (penasun,
pasien hemodialisa)

Peningkatan Layanan Hepatitis C


ke beberapa provinsi  34
provinsi
Penguatan Sistem Pencatatan dan
Pelaporan (SIHEPI)
4. ANALISA
DAMPAK COVID19
Pemeriksaan DDHB pada Ibu Hamil
417,570

1,231,206

240,695 Ibu Hamil Periksa


724,497 Ibu Hamil Periksa DDHB
DDHB
Ibu Hamil Reaktif
Ibu Hamil Reaktif HBsAg
HBsAg
66,232

23,276 13,740 7,286 5,112 1,342

Jan-Jun 2019 Jan-Jun 2020 Jan-Feb 2020 Mar-Apr 2020 Mei-Jun 2020

Tahun 2020
Ibu hamil periksa DDHB tahun
2020 dibanding 2019 turun Mar-Apr dibanding Jan-Feb turun 42%
41% Mei-Jun dibanding Mar-Apr turun 72%
5. TANTANGAN
PROGRAM
TANTANGAN PROGRAM
Terbatasnya informasi mengenai Hepatitis pada
masyarakat umum atau tenaga kesehatan

Komitmen pemangku kepentingan belum merata


dalam pencegahan dan pengendalian Hepatitis

Minimnya ketersediaan data mengenai


pencegahan dan pengendalian Hepatitis

Keterbatasan tenaga dokter spesialis yang mampu


memberikan tatalaksana Hepatitis Kronis
6. RENCANA
PENGEMBANGAN
PROGRAM
PENGEMBANGAN PROGRAM
Penyebaran Informasi melalui Media Sosial, Penguatan
Kepedulian Masyarakat dan Advokasi Para Pemangku
Kepentingan
Penguatan Data Untuk Mendukung
Pengembangan Program

Penguatan Kapasitas Petugas Kesehatan dalam


Tatalaksana Hepatitis B dan C melalui webinar dan
platform online

Prioritas Pengendalian Pada Upaya Pencegahan


Penularan Hep B dari Ibu ke Anak dan Penularan
Hep C secara horizontal
Penilaian Eliminasi Penularan dari Ibu ke
Anak HIV, Sifilis dan Hepatitis B

Pengembangan Provinsi Pengobatan Hepatitis C


dengan DAA
6
KEBIJAKAN DAN
STRATEGI PROGRAM
PENYAKIT INFEKSI SALURAN
PENCERNAAN
drg. Antony Azarsyah, M.K.M
Kasi Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan
Subdit Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan
Direktorat P2PML
Ditjen P2P

2020
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
Komitmen Nasional & Global Penanggulangan PISP
INTER
The WHO-
RPJMN RENSTRA GOVERMENT
UNICEF GAPPD
2020 - KEMENKES SDGs Joint
AL PANEL
ON CLIMATE
2024
RI
2030 Statement 2013 CHANGE
2020-2024 May 2004 2013
1 2 3 4 5 6
CEO- & Co Founder
Terpenuhinya Meningkatnya • Kebijakan Adaptasi
Target 3.3 Pada tahun To end
layanan dasar : Pengendalian Perubahan Iklim
2030, mengakhiri epidemi bersama CEO-preventable
& Co Founder CEO- & Co Founder
Penyakit Menular AIDS, tuberkulosis, malaria,
dalam hal Kesehatan
• Menurunnya dan penyakit tropis yang childhood
dan Tidak Menular : (APIK) melalui
prevalensi stunting terabaikan, dan memerangi pengobatan deaths due to
balita hingga 14% % Kab/Kota yang hepatitis, penyakit diare yaitu program
pneumonia and
80% bersumber air, serta pemberian pengendalian
• Meningkatnya penyakit menular lainnya. diarrhoea by
Status Kesehatan Puskesmasnya oralit dan Zinc 2025. penyakit yang
dan Gizi melaksanakan • Target 3.2 Pada tahun selama 10-14 terdampak iklim
Masyarakat : Angka tatalaksana diare 2030, mengakhiri kematian hari.
kematian bayi per balita sesuai bayi baru lahir dan balita
1.000 kelahiran standar yang dapat dicegah,
hidup dengan seluruh negara
berusaha menurunkan
• Meningkatnya Angka Kematian Neonatal
Pengendalian setidaknya hingga 12 per
Penyakit Menular 1000 Kelahiran Hidup (KH)
27
dan Tidak Menular dan Angka Kematian Balita
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML 25 per 1000
PENYEBAB KEMATIAN PADA BAYI DAN BALITA
(Riskesdas 2007)
Bayi (29 hari – 11 bulan) Balita (1 – 4 tahun)

1,2

1,2

31,4% 25,2%
28
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
Penyebab Kematian Pada Penyebab Kematian Pada
Bayi Post Neo Natal Anak Balita 1 – 4 tahun

Pneumonia Pneumonia

Sumber data kajian Masalah Kesehatan Berdasarkan Siklus Kehidupan 2011, di 15 Kab/Kota oleh Litbangkes
29
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
0,8 30
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
31
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
32
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
33
1990 2017
01 Neonatal Disorders Stroke 01 +93,4%

02 Lower Respiratory Infect Ischemic Heart Disease 02 +113,9%

03 Diarrheal disease Diabetes


03 +157,1%

10 Peringkat 04 Tuberculosis Neonatal disorders 04 -52,5%


teratas DALY
Lost Tahun 05 Stroke Tuberculosis 05 -45,1%

1990 dan 2017 06 Road Injuries Cirrhosis 06 +17,3%


di Indonesia
07 Congenital defect Diarrheal disease 07 -63,4%

08 Ischemic Heart Disease Low Back Pain


08 +84,1%

09 Cirrhosis COPD 09 -76,8%

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


10 Measles Road injuries 10 -32,1%
34
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
35
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
36
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
Global Burden of Disease Collaborative Network. Global Burden of Disease Study 2017 (GBD
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
2017) Results. Seattle, United States: Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), 2018.
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
39
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
40
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
PRIORITAS
P2 PISP
2020 - 2024
DIARE

DEMAM TIFOID

HEPATITIS A DAN E

HFMD

DLL (sesuai situasi yang berkem


ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
KEBIJAKAN P2
PISP
Mengutamakan promotif dan
1 preventif tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan
rehabilitatif
2 Partisipasi dan pemberdayaan
masyarakat

Meningkatkan jejaring kerja,


3 kemitraan dan kerja sama

4 Penguatan peran pemerintah


daerah

5 Pendekatan berjenjang dan

Dukungan ketersediaan
6 infrastruktur kesehatan yang
memadai dengan kendali mutu
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
TUJUAN
KEGIATAN P2
PISP
1. Menurunkan angka kejadian
penularan PISP
2. Menurunkan angka kesakitan dan
kematian PISP
3. Pencegahan dan pengendalian
stunting
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
STRATEGI P2 PISP

1 Advokasi dan sosialisasi


PISP
2 Surveilans /
pengamatan PISP
3 Pencegahan PISP

4 Deteksi dini PISP

5 Penanganan PISP

6 Tata kelola logistik


PISP
7 Jejaring dan kemitraan

8 Penguatan SDM P2 PISP

9 Bimbingan teknis,
monitoring dan
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
evaluasi
INDIKATOR
2020 - 2024
PROGRAM PISP

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


Logical Framework Assessment (LFA): PISP
INDIKATOR
Meningkatnya Status Kesehatan Ibu dan Anak
IMPACTS

INDIKATOR Persentase Kab/Kota yang 80 % Puskesmasnya melaksanakan tatalaksana


OUTCOMES Diare sesuai standar

INDIKATOR
OUTPUTS/ Cakupan pemberian Oralit dan Zinc di Puskesmas
KELUARAN

Terlaksananya advokasi/sosialisasi
INDIKATOR Terlaksananya Layanan Rehidrasi Oral Aktif
INPUTS / Terlaksananya SKD dan Respon KLB
MASUKAN Terlaksananya pengamatan diare
Tenaga kesehatan terlatih Lintas Diare

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


Indikator Utama Program PISP 2020 – 2024

Indikator Utama Definisi Operasional Cara Perhitungan Sumber Data


Indikator Outcome
Persentase Persentase Kab/Kota yang 80 Jumlah kab/kota Laporan rutin
Kab/Kota yang 80 % Puskesmasnya melaksanakan yang melaksanakan Dinkes Prov
% Puskesmasnya tatalaksana Diare sesuai tatalaksana Diare
melaksanakan standar bila: sesuai standar dibagi
tatalaksana Diare cakupan pemberian Oralit dan jumlah kab/kota yang
sesuai standar Zinc 100% pada penderita ada di Indonesia
diare balita dikali 100 %

48
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
Indikator Utama Program PISP 2020 – 2024 (Pusat)
Sasaran Program Target
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi DO Cara Perhitungan
Kegiatan 2020 2021 2022 2023 2024
(Output)/Indikator
Persentase Kab/Kota
yang 80 % Puskesmasnya
Jumlah kab/kota yang
Kegiatan melaksanakan
Persentase Kab/Kota yang melaksanakan tatalaksana
Pencegahan dan tatalaksana Diare sesuai
80% puskesmasnya 51 % 58 % 66 % 73 % 80 % Diare sesuai standar dibagi
Pengendalian 34 Prov standar bila:
melaksanakan tatalaksana (262 Kab/Kota) (298 Kab/Kota) (298 Kab/Kota) (298 Kab/Kota) (298 Kab/Kota) jumlah kab/kota yang ada
Penyakit Menular cakupan pemberian Oralit
diare sesuai standar di Indonesia dikali 100 %
Langsung dan Zinc 100% pada
penderita diare balita

Indikator Utama Program PISP 2020 – 2024 (Provinsi)


Sasaran Program Target
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi DO Cara Perhitungan
Kegiatan 2020 2021 2022 2023 2024
(Output)/Indikator
Persentase Kab/Kota
yang 80 % Puskesmasnya
Jumlah kab/kota yang
Kegiatan melaksanakan
Persentase Kab/Kota yang melaksanakan tatalaksana
Pencegahan dan tatalaksana Diare sesuai
80% puskesmasnya Diare sesuai standar dibagi
Pengendalian Kab/Kota 51 % 58 % 66 % 73 % 80 % standar bila:
melaksanakan tatalaksana jumlah kab/kota yang ada
Penyakit Menular cakupan pemberian Oralit
diare sesuai standar di Provinsi dikali 100 %
Langsung dan Zinc 100% pada
penderita diare balita

49
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
Indikator Utama Program PISP 2020 – 2024 (Kab/Kota)
Sasaran Program Target
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi DO Cara Perhitungan
Kegiatan 2020 2021 2022 2023 2024
(Output)/Indikator
80 % Puskesmasnya
melaksanakan Jumlah Puskesmas yang
Kegiatan
tatalaksana Diare sesuai melaksanakan tatalaksana
Pencegahan dan 80% Puskesmasnya
standar bila: Diare sesuai standar dibagi
Pengendalian melaksanakan tatalaksana Puskesmas 80 % 80 % 80 % 80 % 80 %
cakupan pemberian Oralit jumlah Puskesmas yang ada
Penyakit Menular diare sesuai standar
dan Zinc 100% pada di Kab/Kota dikali 100 %
Langsung
penderita diare balita

Indikator Utama Program PISP 2020 – 2024 (Puskesmas)


Sasaran Program Target
Program/
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi DO Cara Perhitungan
Kegiatan 2020 2021 2022 2023 2024
(Output)/Indikator
100 % Balita Diare
Kegiatan ditatalaksana sesuai Jumlah Balita Diare yang
Pencegahan dan 100 % Puskesmas standar bila: dilayani sesuai standar
Pengendalian melaksanakan tatalaksana Layanan 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % cakupan pemberian Oralit dibagi Target Penemuan
Penyakit Menular diare sesuai standar dan Zinc 100% pada Balita Diare dikali 100 %
Langsung penderita diare balita

50
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
Sub Indikator Program PISP 2020 – 2024
Sasaran Program Target
Program/ (Outcome)/Sasaran
Lokasi 2019 DO Cara Perhitungan
Kegiatan Kegiatan 2020 2021 2022 2023 2024
(Output)/Indikator
Sosialisasi dan atau
advokasi dilakukan pada
masyarakat dan atau
pemangku kepentingan
dan atau petugas
kesehatan.
Suatu kab/kota
melakukan sosialisasi
apabila kab/kota paling
tidak dalam 1 tahun
melakukan kegiatan : Jumlah kab/kota
Sosialisasi dan atau yang melaksanakan
Kegiatan advokasi PISP ke
Pencegahan % Kabupaten/kota masyarakat dan atau sosialisasi dan atau
dan yang melaksanakan pemangku kepentingan advokasi tentang
dan atau petugas
Pengendalia advokasi dan / atau 34 Prov 46,7% 50 % 55 % 60 % 65 % 70 % kesehatan
diare dan Tifoid
n Penyakit Sosialisasi dapat dibagi jumlah
sosialisasi
Menular
dilakukan dengan cara kab/kota yang ada
pengendalian PISP langsung dengan
di Indonesia dikali
Langsung melakukan penyuluhan
atau diseminasi atau 100 %
Dengan radio spot,
running text di TV, TV
spot, talk shw, leaflet,
poster, baliho/spanduk
dll media
Materi yang disampaikan
tentang diare, Tifoid dan
Hep A & E, cara
penularan, pencegahan,
tatalaksana yang dapat 51
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML dilakukan
Sub Indikator Program PISP 2020 – 2024

Program/
Sasaran Program Target
(Outcome)/Sasaran Kegiatan Lokasi 2019 DO Cara Perhitungan
Kegiatan 2020 2021 2022 2023 2024
(Output)/Indikator
LAYANAN REHIDRASI
ORAL adalah
merupakan salah satu
layanan yang ada di
puskesmas, pustu,
posyandu, poskesdes
yang memberikan: 1)
layanan rehidrasi oral
pada
masyarakat/balita
yang mengalami diare,
Kegiatan 2) memberikan
konseling rehidrasi, Jumlah kab/kota
Pencegahan % kab/kota yang 3)memberikan dengan LROA, dibagi
dan
mempunyai penyuluhan tg diare,
jumlah kab/kota yg
Pengendalian 34 Prov 52,14% 55 % 60 % 65 % 70 % 75 % upaya pencegahan dan
Penyakit layanan rehidrasi pertolongannya. ada di Indonesia,
Menular oral aktif LAYANAN REHIDRASI dikalikan 100%
ORAL AKTIF adalah
Langsung layanan rehidrasi oral
yang PALING TIDAK
memberikan layanan 2
layanan yaitu 1.
layanan rehidrasi oral
dan
2) atau 3).
KAB/KOTA LROA aktif, 52
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML apabila di kab/kota
Kasus Diare 2019 and 2020 di Fasyankes

Periode Balita SU Kematian


Balita
Smt 1 2019 370.429 1.088.664 57
Smt 1 2020 248.492 711.219 80
9,31
%

7,78
%
95,57
%

98,42
%
95,63
%

94,04
%
CAKUPAN PROGRAM DIARE
SEMESTER 1 2020
LAPORAN PROGRAM

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
PENCEGAHAN ANAK
STUNTING MELALUI
TATALAKSANA
ORALIT DAN ZINC
PADA BALITA DIARE

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


Stunting
ditandai dengan
Penyebab Multi
Dimensi

1. GAGAL TUMBUH – BALITA STUNTING


(TB/U)
Pendek (TB/U), Kurus
(BB/U)
MENGHAMBAT
2. GAGAL KEMBANG – Pembangunan
Gangguan Kognitif, dan Peluang
lambat menyerap Menjadi
pengetahuan, lemah NEGARA MAJU
di matematika; SIRKESNAS 2016
Stunting (pendek dan 33,6%
defisit kognitif) Riskesdas 2018
3. GANGGUAN 30,8 %
METABOLISME SSGB 2019
TUBUH – potensi 27,7 %
untuk terkena
Masalah Kesehatan
penyakit tidak menular (di atas ambang batas 20%)

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


Dampak Masalah Gizi pada
Kesehatan

Dampak KURANG GIZI pada awal kehidupan terhadap


kualitas SDM
Kekurangan gizi tidak saja membuat Berat Lahir Rendah, kecil,
1. Gagal tumbuh
stunting, tetapi juga menghambat pendek, kurus
kecerdasan, memicu penyakit, dan
menurunkan produktivitas

Hambatan
Berpengaruh pada
2. perkembangan
perkembangan otak dan
kognitif &
keberhasilan pendidikan
motorik

Meningkatkan risiko penyakit


Perkembang Perkembangan Gangguan
tidak menular (diabetes,
an Otak Anak Otak Anak 3. metabolik pada
obesitas, stroke, penyakit
Sehat usia dewasa
Stunting jantung)
Source:
• Kakietek, Jakub, Julia Dayton Eberwein, Dylan Walters, and Meera Shekar. 2017. Unleashing Gains in Economic
Productivity with Investments in Nutrition. Washington, DC: World Bank Group
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML • www.GlobalNutritionSeries.org
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
UPAYA PERCEPATAN
PENURUNAN

1. PMT untuk mengatasi 7. Suplementasi zink. 1. Air Bersih,Sanitasi.


KEK pd bumil 8. Fortifikasi zat besi ke dalam 2. Fortifikasi-Ketahanan Pangan.
2. TTD untuk anemia bumil makanan. 3. Akses kepada Layanan Kesehatan dan
3. Konsumsi Garam 9. Obat Cacing
KB.
Beriodium 10. Vitamin A
11. Tata Laksana Gizi Buruk
4. JKN, Jampersal, Jamsos lain
4. ASI Ekslusif 5. Pendidikan Pola AsuhOrtu.
12. Penanggulangan Malaria
5. Pemberian ASI sampai 6. PAUDHI-SDIDTK
13. Pencegahan dan Pengobatan
usia 2 tahun didampingi 7. Pendidikan Gizi Masyarakat.
diare
dengan MP ASI adekuat
14. Cuci tangan dengan benar 8. Edukasi Kesehatan Seksual dan
6. Imunisasi
Reproduksi, serta Gizi pada Remaja.
9. Program Padat Karya Tunai

KONVERGENSI MULTI SEKTORPERENCANAAN, PENGANGGARAN, PENGGERAKAN -


PELAKSANAAN, PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
7
TARGET
INDIKATOR UTAMA
DALAM INTERVENSI PENURUNAN
STUNTING TERINTEGRASI
1. Prevalensi stunting pada anak baduta dan
balita
2. Persentase bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
3. Prevalensi kekurangan gizi (underweight)
pada anak balita
4. Prevalensi wasting (kurus) anak balita
5. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan
yang mendapat ASI eksklusif
6. Prevalensi anemia pada ibu hamil dan remaja
putri
7. Prevalensi kecacingan pada anak balita
8. Prevalensi diare pada anak
baduta dan balita
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
MASALAH HYGIENE DAN SANITASI
Air minum layak
01 Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum layak pada SDKI
2012 sama dengan SDKI 2017 yaitu 75%. Demikian juga dengan persentase rumah
tangga yang mengelola air sebelum diminum sebesar 70%

Jamban sehat
02
Persentase rumah tangga yang memiliki kakus sendiri meningkat dari 67 persen pada
SDKI 2012 menjadi 80 persen pada SDKI 2017

03 Prevalensi
Sekitar 14% balita menderita diare data SDKI 2017 dan 12,3 % data Riskesdas 2018

Pengolahan tinja
04 Pembuangan tinja anak secara aman menurun dari 71% di 2007 menjadi 65% di 2012
dan turun kembali menjadi 49% di 2017 (SDKI 2017)

Fasilitas sanitasi
05 Rumah tangga yang mempunyai akses terhadap improved fasilitas sanitasi 58.9%
(Riskesdas 2013).

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


Faktor Risiko Stunting

Danaei G, Andrews KG, Sudfeld CR, Fink G, Mccoy DC, Peet E, et al. Risk Factors for Childhood Stunting in 137 Developing Countries: A Comparative Risk Assessment Analysis at
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML Global, Regional, and Country Levels. PLoS Med. 2016;13(11).
Perjalanan Penyakit Diare

Malabsorbsi

Diar Kerusakan
Kurangnya asupan
mukosa dan
e vili usus nutrisi

Maldigesti
Tidak
•Kronik
ditangani
•Berulang
dg baik

Malnutrisi
Rodriguez L, Cervantes E, Ortiz R. Malnutrition and
Gastrointestinal and Respiratory Infections in Children: A Public
Health Problem. Int J Res Public Health. 2011;8:1174–205.
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
Keadaan Malnutrisi

Perubahan
struktur vili dan
mukosa

Malnutris Rentan terjadi


i infeksi (diare)

Gangguan fungsi
daya tahan
tubuh
Rodriguez L, Cervantes E, Ortiz R. Malnutrition and Gastrointestinal and Respiratory Infections in Children: A
Public Health Problem. Int J Res Public Health. 2011;8:1174–205.
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
Diarrhea is a threat to a child’s quality of
life
Updating the DALYs for diarrheal disease
Moore et al. Int J Epidemiol 2001; 30: 1457–64; Guerrant et al. Am J Trop Med Hyg 1999; 61: 707–13; Niehaus et al. Am J Trop Med Hyg 2002; 66: 590–3

Height Fitness IQ
Growth shortfalls of up to 8.2 cm by Fitness impairment scores are Repeated episodes of diarrhoea in the
age 7 years have been attributed to substantially reduced 4–6 years first 2 years of life can lead to a loss
recurrent episodes of diarrhoea during following recurrent episodes of of IQ points and an additional 12
early childhood1 diarrhoea during early childhood2 months of schooling by age 9 years

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


DEMAM TIFOID
TYPHOID FEVER
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
DEFINISI
Demam tifoid (tifoid)
merupakan salah satu penyakit
infeksi akut pada saluran
pencernaan (usus halus) yang
dikenal juga dengan enteric
fever dan tifus abdominalis

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


GAMBARAN
EPIDEMIOLOGI
1. Masalah Global dan masih merupakan
endemis tinggi di Indonesia
2. jumlah kasus sebanyak 22 juta/ tahun di dunia
dan menyebabkan 216.000-600.000
kematian.
3. Asia : anak usia 5-15 insidens dengan biakan
darah positif 180-194/100.000 anak,
4. Asia Selatan : usia 5-15 tahun sebesar 400-
500/100.000 penduduk,
5. Asia Tenggara : 100-200/100.000 penduduk
6. Di Indonesia 350-810 kasus/100.000
populasi/tahun
7. Case fatality rate 2.8-16%
8. 3 % of all mortality (50.000 death/year)

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


ASPEK PENCEGAHAN
PENGENDALIAN
TIFOID
3 pilar strategis dalam
pencegahan :
1. Mengobati secara sempurna
pasien dan karier tifoid
2. Mengatasi faktor2 yang
berperan dalam mata rantai
penularan
3. Perlindungan dini agar tidak
tertular
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
KEGIATAN
DALAM ASPEK PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN TIFOID

1. Pencegahan karier, relaps dan


resistensi tifoid
2. Perbaikan sanitasi lingkungan
3. Peningkatan hygiene makanan
dan minuman
4. Peningkatan hygiene perorangan
5. Pencegahan dengan imunisasi
6. Surveilans
7. Definisi kasus
8. Pencatatan dan pelaporan
9. Penanggulangan KLB
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
HEPATITIS A

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


HEPATITIS A DAN E

Sembuh/ Pembawa Virus


Pembawa Hep A/E
Promosi kesehatan tentang
sanitasi dan PHBS
Membuang
Penularan Kotoran
Sembarangan
Terinfeksi
Fecal Pembuangan tinja di jamban
Sakit Akut Oral Imunisasi
Penyediaanmandiri
air bersih
/ tidak
disediakan
program
Menyentuh
Makan tanpa Makanan/ Imunisasi Hepatitis A
CTPS Benda
KLB HEPATITIS A TAHUN 2019 (N = 3421)
Kab. Deli Serdang
Kab. Banjar Kab. Minahasa

Muara Enim & Ogan Ilir Bangkalan

DKI Jakarta, Kota Tangsel


& Kota Tangerang Kab. Cilacap Kab. Jember

Depok, Bogor & Kota Bandung


Kab. Pacitan & Kab. Trenggalek

SUBDIT HPISP
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
DIT P2PML
HEPATITIS A
Hepatitis A adalah penyakit hati akibat virus hepatitis A
0
yang dapat menyebabkan kesakitan ringan sampai berat.
1
0 Hepatitis A menyebar secara fekal-oral ketika seseorang
mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja
2 orang yang terinfeksi virus hepatitis A.
0 Timbulnya penyakit ini berhubungan erat dengan sanitasi yang
3 buruk dan rendahnya higiene personal, seperti cuci tangan.
0 Seperti umumnya penyakit akibat virus, penderita hepatitis A
4 sebagian besar mengalami penyembuhan sendiri (self limiting
diseases), dengan kematian sangat kecil 0.1-0.3 %.
0
Hepatitis A sering timbul baik secara sporadis maupun sebagai suatu
5 epidemi dalam periode waktu satu sampai dua bulan. Epidemi yang
terjadi akibat kontaminasi pada air dan makanan dapat
mengakibatkan ledakan kasus, dan menimbulkan kerugian ekonomi
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
yang tidak sedikit
Gambaran Epidemiologi

Hepatitis A Secara Global, gejala


ditemukan juga di infeksi hepatitis A
afrika, asia, amerika terjadi pada 1,4 juta
selatan orang setiap
tahunnya. (WHO)
Hepatitis A lebih WHO memperkirakan
sering terjadi pada bahwa hepatitis A
negara dengan sistim menyebabkan sekitar 7134
hygiene dan sanitasi kematian pada tahun 2016
yang jelek (terhitung 0,5% dari
kematian karena virus
hepatitis).
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
FAKTOR
LINGKUNGAN
1. Dapat terjadi
sepanjang tahun
2. Biasanya terjadi saat
curah hujan tinggi
3. Sanitasi yang
jelek

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


GEJALA KLINIS
Inkubasi Simtomatik (5%) Penyembuhan

Viremia HVA tinja Ikterik

Mual, muntah, sakit kepala

IgG Anti
HAV

Serum IgM Anti


SGOT/PT HAV

0-4 minggu 0 - 4 1-2 minggu


ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML minggu
KEJADIAN
LUARBIASA
ditetapkan apabila
terdapat dua kasus
klinis hepatitis A atau
lebih yang
berhubungan secara
epidemiologis

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


KRITERIA KASUS
KONFIRMASI
1. Ditemukannya antibodi IgM terhadap
virus hepatitis A (IgM anti-HAV) pada
serum sebagai pertanda yang
bersangkutan menderita penyakit akut
atau penderita ini baru saja sembuh.
IgM anti-HAV terdeteksi dalam waktu
5-10 hari setelah terpajan; dan/atau
2. Meningkatnya titer antibodi spesifik 4
kali atau lebih dalam pasangan serum,
antibodi dapat dideteksi dengan RIA
atau ELISA.

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


PENCEGAHAN
Penyebaran Hepatitis A dapat dikurangi dengan :
1 2 3 4
kecukupan Tersedianya pembuangan Vaksinasi
suplai air makanan yang sampah yang
minum yang aman dan benar di
aman sehat masyarakat

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


PENYAKIT INFEKSI SALURAN PENCERNAAN
SPESIFIK DETEKSI DINI &
BESARAN MASALAH PROMOTIF PREVENTIF PROTECTION TATALAKSANA

FECAL ORAL

1. PHBS (ASI, MP ASI, air


1.Masyarakat dengan higiene dan sanitasi bersih, CTPS, jamban,
yang masih buruk membuang tinja bayi
2.KLB Hep A dengan benar,
3.Diare penyebab kematian Bayi dan Balita Imunisasi campak)
2. Penyehatan Imunisasi 1.Pemeriksaan
HEPATITIS A & E (RKD 2007) Intervensi lingkungan (Stop BAB
4.Diare penyebab kematian Neonatal dan perubahan sembarangan, CTPS, Hepatitis A Antibodi HAV
Balita (SRS 2014) perilaku melalui pengelolaan air pada kelompok 2.LROA
5.Setiap balita 3-4 kali/tahun terkena diare sosialisasi dan minum dan makanan Risti 3.Penguatan
DIARE 6.Faktor risiko berdasarkan RKD 2018
a) Cakupan oralit : 34,8%
pembuatan
RT, Pengamanan
sampah RT,
kapasitas petugas
kesehatan
b) Cakupan Zinc : 26,1% Media KIE baik Pengamanan limbah 1. LROA 4.Penguatan logistik
cair RT)
c) Prev Diare Balita : 12,3% cetak maupun 3. Penyediaan air bersih 2. Imunisasi PISP
elektronik dengan Rotavirus
TIFOID d) CTPS : 49,8%
e) Gizi Buruk : 3,9% materi :
4. Pengelolaan sampah
5. Sarana pembuangan
5.Pengobatan karier
Tifoid
f) Proporsi Penanganan Tinja Balita Secara limbah
1.PHBS 6.Update pedoman
Aman oleh Rumah Tangga : 61,6% 2.CTPS
6. Penguatan SKD KLB 1.Imunisasi manajemen
Diare dan Hepatitis A
g) Akses optimal air bersih : 46,5% Tifoid program dan
HFMD 5.Stunting :
3.PENULARAN, 7. Kolaborasi LP dan LS
dalam pemeriksaan 2.Survey karier tatalaksana kasus
4.PENCEGAHAN
a) RKD 2018 : 30,8% secara berkala tifoid pada
b) SSGBI 2019 : 27,67% kualitas makanan dan
air penjamah
6.Prevalensi Tifoid : 1,6% (RKD 2007)
8. Kontrol Reservoir makanan
7.Karier dan resistensi antibiotik Tifoid 9. Kontrol transmisi
8.Beban pembiayaan baik bagi masyarakat 10.Kontrol populasi yang
maupun negara rentan
9
21/09/2020 6
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
LINDUNGI
KAMI DARI
PENYAKIT
INFEKSI
SALURAN
PENCERNAAN

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


TERIMA KASIH

www.kemkes.go.id/

https://id-id.facebook.com/KementerianKesehatanRI/

https://twitter.com/kemenkesri

Kementerian Kesehatan RI; Jl. HR. Rasuna


Said Blok X5 Kav. 4-9, Jakarta Selatan
12950; Telp: (021) 52907416-9 Halo
Kemenkes: (kode lokal) 1-500567
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML

Anda mungkin juga menyukai