Anda di halaman 1dari 94

PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT ISP

(DIARE DAN TIFOID) DAN HEPATITIS

DINAS KESEHATAN KAB SEMARANG TAHUN 2018


1
LATAR BELAKANG

• Diare, penyebab kematian terbanyak no 2 pada kematian bayi


dan balita (13,3 %) *Sumber data : Kajian Masalah Kesehatan
Berdasarkan Siklus Kehidupan 2011, di 15 Kab/Kota oleh
Litbangkes  berkontribusi thd pencapaian MDGs.
• Riskesdas 2007, prevalensi tifoid pd semua umur 1,6 %,
sedangkan pd umur 5–14 th sebesar 1,9% , peny.berdampak
pd angka kesakitan, absensi & produktifitas, mrpkan peny
endemis terutama pd anak usia sekolah & usia produktif
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PROGAM DIARE

3
Proporsi

DIARE SKRT 2001 :


Bayi : 9% (No.2)
Balita : 13% (No.2)
MERUPAKAN
Study mortalitas 2005 :
PENYEBAB UTAMA
Bayi : 9,1%
KEMATIAN PADA Balita : 15,3
BAYI DAN BALITA
RISKESDAS 2007
DI INDONESIA 29 hari – 11 bulan : 31,4% ( No .1)
1 – 4 tahun : 25,2% ( No. 1)
Semua umur : 13,2% ( No.4)

4
TUJUAN DAN SASARAN P2 DIARE
1. Tujuan
Menurunkan angka kematian dan kesakitan
diare bersama program dan sektor terkait
2. Sasaran
a. Semua umur
* Kesakitan 270/ 1.000 pddk (2015)
* CFR KLB: < 1%  (2015)
b. Balita
* Kesakitan 843/1.000 balita  (2015)
* Kematian : 0,61%  (2012)
* Episode : 1,2 x/th  (2012)
KEBIJAKAN
• Melaksanakan tatalaksana diare sesuai standar, baik di sarana
kesehatan maupun di rumah tangga / masyarakat.
• Melaksanakan SKD diare.
• Melaksanakan surveilans dan penanggulangan KLB diare
• Penyediaan logistik yang cukup.
• Mengembangkan pedoman penyakit diare
• Peningkatan SDM.
• Pencegahan diare dengan pengendalian faktor risiko.
• Mengembangkan jejaring lintas program dan lintas sektor.
• Meningkatan Monitoring dan Evaluasi

6
Meningkatkan pemberian cairan RT
TTL di RUMAH Teruskan pemberian ASI
TANGGA
Rujuk
ORALIT osmolaritas rendah
ZINC 10 hari
TTL di SARKES ASI dan MP ASI
(LINTAS DIARE)
ANTI BIOTIK SELEKTIF
NASIHAT

SKD dan
SKD PRE KLB
PENANGGULANGAN Penyelidikan dan Penanggulangan KLB
KLB TL Pasca KLB

PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO


PENCEGAHAN (LINGKUNGAN DAN PERILAKU)
IMUNISASI CAMPAK

Training
PENINGKATAN SDM Sosialisasi

Pengamatan hasil pelaksanaan P2 Diare


MONEF Umpan balik

7
PRINSIP TATALAKSANA
LINTAS DIARE

1. ORALIT
osmolaritas rendah
2. Obat ZINC selama
10 hari
3. ASI dan Makanan
sesuai umur
4. Antibiotika selektif
5. Nasihat pada
ibu/pengasuh
DEHIDRASI
GANGGUAN LAMA,BERAT
NUTRISI DAN EPISODE

PEMBERIAN ZINC
AIR &
MAKANAN
ELEKTROLIT
Keunggulan ORALIT osmolaritas rendah :
a.Mengurangi volume tinja hingga 25%
b. Mengurangi mual-muntah hingga 30%
c. Mengurangi pemberian cairan intravena hingga 33%

ORALIT ORALIT
(WHO/ (WHO/
UNICEF 1978) UNICEF 2004)

Na 90 mEq/l 75 mEq/l
K 20 mEq/l 20 mEq/l
HCO3 30 mEq/l 10 mEq/l
Cl 80 mEq/l 65 mEq/l
Glucose 111 mmol/l 75 mmol/l

osmolar 331 mmol/l 245 mmol/l


ZINC
Mengurangi durasi diare akut sebesar 25%
Mengurangi durasi diare persisten sebesar 29%
Mengurangi kegagalan terapi atau kematian akibat diare
persisiten sebesar 40%

Source: Zinc Investigators’ Collaborative Group.


Am J Clin Nutr 2000.
Zinc
• Diberikan selama 10-14 hari
– Meningkatkan ‘kinerja’ sistem imunitas
– Memperbaiki struktur dan fungsi saluran cerna
– Meningkatkan absorbsi cairan dan lektrolit dalam saluran cerna
• Fungsi:
– Mengurangi lama dan beratnya diare
– Mengembalikan nafsu makan
– Pertumbuhan dan pembelahan sel
– Antioksidan
– Perkembangan seksual
– Kekebalan seluler
– Memperbaiki indra ‘pengecap’
– Berperan meningkatkan sistem kekebalan tubuh
– Memperbaiki epitel saluran cerna selama diare
DOSIS ZINC dan cara pemberian

Umur < 6 bulan


10 mg (1/2 tablet) / hari
selama 10 hari.
Umur > 6 bulan
20 mg (1 tablet)/hari
selama 10 hari

Cara pemberian :
Tablet dilarutkan dalam
satu sendok air matang,
ASI atau oralit.
INDIKATOR PROGRAM
HEPATITIS DAN PENYAKIT ISP
INDIKATOR PROGRAM
P2 DIARE, HEPATITIS & ISP (Tifoid)

15
B. HEPATITIS
NO INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Desa/Kel yang melaksanakan kegiatan deteksi dini hepatitis B pada ibu hamil dan
kelompok beresiko sebesar 80% pada tahun 2019.
IKK : Meningkatnya Desa/kel. yang melaksanakan kegiatan deteksi dini
Hepatitis B & C sebesar 90% pada tahun 2019.
1 % Desa/kel yang melakukan 3 10 20 40 80 90
sosialisasi dan atau advokasi ttg
program hepatitis.
2 Jumlah Kab/Kota yang melakukan
kegiatan surveilans Sentinel
Hepatitis pada populasi beresiko
3 % Desa/kel yang melakukan 3 10 20 40 80 90
deteksi dini hep B pada bumil
4 % Desa/kel yang melakukan NA 10 20 40 80 90
deteksi dini hep B dan C pada
populasi beresiko
Lanjutan
HEPATITIS
NO INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 2018 2019

5 % tenaga kesehatan yang NA 20 40 60 80 100


mendaptkan vaksinasi hepatitis B
6 % orang yang terdeteksi dg NA 2,5 5 10 20 30
HBsAg positif yang mendapatkan
akses perawatan/upaya lanjutan
7 % Orang Dengan Hep C NA 5 10 20 40 60
mendapatkan akses
perawatan/layanan lanjutan
8 % Desa/kel yang mampu NA 10 20 40 80 90
melaksanakan SKD KLB hepatitis
A&E
B. INDIKATOR KEGIATAN ISP
NO INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 2018 2019

a. Menurunnya angka kematian balita akibat diare sebesar 50% dari kondisi saat ini
b. Menurunnya angka kesakitan demam tifoid pada anak sekolah sebesar 30% dari
kondisi saat ini

1 % Kab/kota yang melaksanakan NA 10 20 40 80 90


sosialisasi dan atau advokasi
tentang diare, Tifoid dan Hep A &
E
2 % Kab/kota yg melakukan NA 10 20 40 80 90
Layanan Rehidrasi Oral aktif
3 % Kab/kota yang melaksanakan NA 10 20 40 80 90
SKD KLB
4 % Kab/kota yang melakukan NA 2,5 5 10 20 30
kegiatan surveilans Tifoid pada
kelompok masyarakat paling
berisiko
5. % kelompok anak sekolah yang NA 2,5 5 10 20 30
melakukan upaya pencegahan
Indikator dan Target Kegiatan
Program Diare
No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan

1 % Kab/kota yang Sosialisasi dan atau advokasi dilakukan pada masyarakat dan atau Jumlah Puskesmas di
melaksanakan pemangku kepentingan dan atau petugas kesehatan. kab/kota yang
advokasi dan atau Suatu kab/kota melakukan sosialisasi apabila kab/kota paling tidak melaksanakan sosialisasi
sosialisasi dalam 1 tahun melakukan kegiatan : dan atau advokasi
pengendalian diare Sosialisasi dan atau advokasi tentang diare ke masyarakat dan tentang diare dibagi
atau pemangku kepentingan dan atau petugas kesehatan jumlah Puskesmas di
a. Sosialisasi dapat dilakukan dengan cara langsung dengan kab/kota yang ada dikali
melakukan penyuluhan atau diseminasi atau 100 %
b. Dengan radio spot, running text di TV, TV spot, talk shw, leaflet,
poster, baliho/spanduk dll media
c. Materi yang disampaikan tentang diare, cara penularan,
pencegahan, tatalaksana diare yang dapat dilakukan

2 % kab/kota yang LAYANAN REHIDRASI ORAL adalah merupakan salah satu layanan Jumlah Puskesmas di
mempunyai yang ada di puskesmas, pustu, posyandu, poskesdes yang kab/kota dengan LROA,
layanan rehidrasi memberikan: 1) layanan rehidrasi oral pada masyarakat/balita yang dibagi jumlah
oral aktif mengalami diare, 2) memberikan konseling rehidrasi, 3)memberikan Puskesmas di kab/kota
penyuluhan tg diare, upaya pencegahan dan pertolongannya. yg ada dikalikan 100%
LAYANAN REHIDRASI ORAL AKTIF adalah layanan rehidrasi oral
yang PALING TIDAK memberikan layanan 2 layanan yaitu 1. layanan
rehidrasi oral dan
2) atau 3)
KAB/KOTA LROA aktif, apabila di kab/kota tersebut paling tidak
terdapat 60% dari jumlah puskesmas + pustu + posyandu/poskesdes
melakukan LROA
LROA
LAYANAN REHIDRASI ORAL AKTIF

Pokok bahasan keempat


PENGERTIAN & TUJUAN
Layanan Rehidrasi Oral adalah salah satu layanan di fasyankes,
yang menyediakan
- layanan konseling rehidrasi diare
- tatalaksana diare
- upaya yang harus dilakukan dan harus diketahui apabila
terjadi diare
- pencegahan diare
- informasi lain terkait diare
kepada orang tua/pengasuh bayi/balita yang datang ke
fasyankes dan pembina masyarakat/kader dalam upaya
pencegahan dan tatalaksana diare di masyarakat
PENGERTIAN & TUJUAN

• Aktif yaitu AKTIF memberikan layanan kepada


orang tua/pengasuh balita yang berkunjung ke
fasyankes
PENGERTIAN & TUJUAN

• Tujuan Layanan Rehidrasi Oral Aktif :


– Menyediakan pusat informasi tentang diare dan
penatalaksanaannya
– Melakukan konseling rehidrasi
– Menyediakan layanan oralit dan zinc
– Melakukan pembinaan pada masyarakat untuk dapat
melakukan upaya pencegahan dan penatalaksanaan diare
pada kesempatan pertama
KEGIATAN LROA
1) Penyuluhan / Desiminasi informasi/ sosialisasi
tentang diare, cara pencegahan, pengendalian dini,
dan tatalaksanya
2) Konseling rehidrasi oral
3) Konseling pemberian oralit dan zinc
4) Penyediaan layanan oralit dan zinc
5) Melakukan pembinaan dan peningkatan kapasitas
masyarakat dalam hal diare upaya pencegahan dan
tatalaksananya
6) Pencatatan dan pelaporan
DO LROA

Layanan rehidrasi oral yg berada di fasyankes, yg


melakukan kegiatan tatalaksana diare dan atau
kegiatan lainnya sebagaimana tersebut diatas,
paling tidak pada 3 bulan terakhir dalam periode
pelaporan tahun berjalan, yang dibuktikan dengan
adanya DATA hasil pelaksanaan kegiatan
CARA PENGHITUNGAN CAPAIAN INDIKATOR

Jumlah LROA di Fasyankes pd wilayah puskes dlm 1 th


------------------------------------------------- x 100%
Jumlah LRO di Fasyankes pd wilayah Puskes dlm 1 th
LOGISTIK PENDUKUNG

• Paket aktifasi layanan rehidarsi oral:


– Persiapan
– LROA set (Media KIE, Oralit, Zinc, Air bersih, gelas,
sendok, tempat air matang, tempat duduk, TV,
wastafel, tisue, serbet, dll)
• Operasional:
– Dana untuk melakukan penyuluhan/pelatihan
– Dana bimtek
PROGRAM TIFOID

28
DISTRIBUSI PENYAKIT DEMAM TIFOID
• Tifoid merupakan penyakit endemis terutama pada
anak usia sekolah dan usia produktif. Menyebabkan
angka absensi yang tinggi & mengganggu produktivitas

• WHO tahun 2008, angka kejadian Tifoid :


- 2 – 4 thn : 148/100.000 pddk
- 5 - 15 thn : 180,3/100.000 pddk
- >16 thn : 51,2/100.000 pddk

• Upaya pencegahan, dan pemantauan diperlukan untuk


menurunkan kesakitan Tifoid.

30
Riskesdas 2007,
Prevalensi Tifoid

UMUR 5-14 TAHUN

JENIS
KELAMIN LAKI-LAKI > PEREMPUAN

PERDESAAN >PERKOTAAN
TEMPAT

RAPAT KOORDINASI STBM 31


RANTAI PENULARAN TIFOID MELALUI
FECES/TINJA

KARIER

Kebijakan Prog PL 32
PENYEBAB PENULARAN TIFOID

HYGIENE DAN SANITASI


KARIER
BURUK

Hygiene/ perilaku
Karier

FECES/ Sanitasi Lingkungan TIFOID


URIN

Sanitasi Makanan
Salmonela

Akses Air Minum


Masalah

 Merupakan penyakit endemik


 Kesakitan 358 – 800 kasus
/100.000 pnddk/Tahun
 600.000 – 1.300.000 kasus
baru/tahun diperkirakan
200.000 kematian / thn

34
Diagnose klinis
TATALAKSANA
DIAGNOSIS Diagnose Etiologi

Diagnose Komplikasi

TATALAKSANA
S PENGOBATAN &
PERAWATAN
T
R Pencegahan &
A PENCEGAHAN & Pengendalian Carier
T PENGENDALIAN

E Pengendalian F.aktor Risiko

G
I SURVEILANS

PENANGGULANGAN KLB

35
Tatalaksana

• Perawatan umum dan Nutrisi


Penderita dengan suspek thypoid
sebaiknya dirawat disarana kesehatan.
• Pemberian antimikroba dan makanan
rendah serat.
• Pengobatan dan perawatan komplikasi
• Perawatan mandiri dirumah.
PENGENDALIAN

SURVEILANS

PENCATATAN PELAPORAN

PENANGULANGAN KLB
TANTANGAN & KESIMPULAN

38
TANTANGAN

P2 Diare :
– masalah besar, lengah, tidak menjadi fokus
prioritas, kepedulian, komitmen, cenderung
dilupakan, ada infeksi lain yg dapat
memperberat keadaan, kondisi lingkungan yg
buruk, bencana alam.
– Pengetahuan, pedoman, tatalaksana dan obat
telah ditemukan dan mudah dilakukan untuk
mencegah terjadinya akibat yg lebih buruk
P2 Tifoid :
– P2 Tifoid : masalah besar, program blm
dikembangkan, bisa dicegah
KESIMPULAN

• Diare  penyakit yg dapat diatasi, penyumbang


terhadap angka kematian, perlu dirumuskan upaya
pengendalian secara terpadu, antar berbagai pihak yang
terkait.
• Tifoid  penyumbang terhadap tingginya angka absensi
pada anak sekolah dan kelompok usia produktif 
berpengaruh terhadap pembentukan generasi muda 
perlu perumusan upaya pengendalian
MEWUJUDKAN
GERAKAN MASYARAKAT HIDUPSEHAT

Peningkatan Peningkatan Peningkatan Penyediaan Peningkatan Peningkatan


Edukasi Kualitas Pencegahan Pangan Perilaku Aktivitas Fisik
Hidup Sehat Lingkungan dan Deteksi Sehat dan Hidup Sehat
Dini Penyakit Percepatan
Perbaikan
Gizi

DITJEN KESMAS untuk RAKERKESNAS 2017 78


43
PROGRAM HEPATITIS
DI KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2018
LATAR BELAKANG
STRUKTUR ORGANISASI KEMENKES
(Permenkes No.64 Th.2015)

DIREKTORAT
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT MENULAR LANGSUNG

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SUBDIREKTORAT
SUBDIREKTORAT SUBDIREKTORAT
SUBDIREKTORAT HEPATITIS DAN
SUBDIREKTORAT HIV AIDS DAN PENYAKIT TROPIS
INFEKSI SALURAN PENYAKIT INFEKSI
TUBERKULOSIS PENYAKIT INFEKSI MENULAR
PERNAPASAN AKUT SALURAN
MENULAR SEKSUAL LANGSUNG
PENCERNAAN

SEKSI
SEKSI
INFEKSI SALURAN SEKSI SEKSI SEKSI
TUBERKULOSIS
PERNAPASAN HIV AIDS HEPATITIS KUSTA
SENSITIF OBAT
ATAS

SEKSI SEKSI
SEKSI PENYAKIT PENYAKIT
SEKSI SEKSI
TUBERKULOSIS INFEKSI INFEKSI
PNEUMONIA FRAMBUSIA
RESISTENSI OBAT MENULAR SALURAN
SEKSUAL PENCERNAAN

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
fokus

Virus Hepatitis Perlemakan

Obat-obatan
HEPATITIS
HEPATITIS

Virus lain: Parasit:


Alkoholik (Dengue, Herpes)
(Malaria, Ameba)

Virus Hepatitis merupakan penyebab terbanyak Hepatitis


10 PENYEBAB KEMATIAN UTAMA (SEMUA UMUR)
Sample Registration System (SRS) Indonesia, 2014

No. PENYEBAB KEMATIAN %


1 Stroke (I60 - I69) 21.1
2 Penyakit Jantung Koroner (I20 – I25) 12.9
3 Diabetes mellitus dengan komplikasi (E10 – E14) 6.7
4 Tuberkulosis Paru (A15 – A16) 5.7
5 Hipertensi dengan komplikasi (I11 – I13) 5.3
6 Penyakit Paru Obstruksi Kronis (J40-J47) 4.9
7 Penyakit Hati (K70 – K76) 2.7
8 Kecelakaan lalu lintas (V01– V99) 2.6
9 Pneumonia (J12 – J18) 2.1
10 Diare dan penyakit infeksi saluran cerna lain (A09) 1.9

Penyakit Hati masuk urutan ke-7 penyebab kematian utama di Indonesia


Cara Penularan
Hepatitis B dan C

Vertikal

Horizontal
Hep B Secara Vertikal
(95% akan kronis)

Dari ibu pengidap


virus Hepatitis B
ke bayi yang
dikandung atau
dilahirkan
SECARA HORIZONTAL PADA POPULASI BERISIKO (3-5%)

Pasien bedah
umum/tindakan gigi Petugas Kes Mahasiswa Kesehatan WPS

Napza Suntik Waria LSL/Gay WBP

Keluarga penderita
Hepatitis Penderita IMS ODHA Hemodialisis
Tanpa Deteksi…

1 dari 4 pengidap akan meninggal karena kanker


atau gagal hati
PEMBIAYAAN JKN UNTUK PENYAKIT KATASTROPIK
Total biaya katastropik berbanding seluruh biaya pelkes
Tahun Beban
Katastropik 2014 2015 2016 s.d Sep 2017
Kasus Biaya Kasus Biaya Kasus Biaya Kasus Biaya
JANTUNG 3,467,509 4,416,544,443,349 5,870,180 6,690,227,653,741 6,528,804 7,485,237,075,116 7,088,099 6,518,513,670,871
KANKER 710,216 1,543,586,812,561 1,257,230 2,289,091,677,295 1,310,610 2,305,497,008,292 1,315,814 2,132,690,048,200
GAGAL GINJAL 1,112,961 1,503,536,319,705 1,964,717 2,442,955,279,432 2,127,424 2,592,395,852,865 1,110,222 1,303,256,878,943
STROKE 375,069 682,164,242,017 674,680 1,064,204,266,414 839,268 1,288,346,425,895 961,519 1,381,065,016,208
THALASSAEMIA 61,963 217,339,636,474 114,764 444,344,270,587 123,934 485,193,469,170 119,732 376,008,173,946
CIRRHOSIS HEPATIS 74,125 170,391,471,386 115,529 234,461,732,465 119,878 232,958,709,189 107,767 203,857,396,000
LEUKAEMIA 32,316 126,248,452,084 60,143 175,046,949,824 66,779 183,295,888,586 68,307 215,351,762,000
HAEMOPHILIA 14,366 46,805,751,956 26,891 97,488,497,154 34,315 119,640,908,663 30,327 165,275,715,300
Total 5,848,525 8,706,617,129,532 10,084,134 13,437,820,326,912 11,151,012 14,692,565,337,777 10,801,787 12,296,018,661,468
Jumlah Biaya Pelayanan
Kesehatan Penyakit Katastropik 20,42% 23,54 % 21,84% 19,68%
dari total biaya pelkes

Sumber : Data BOA (Branch Office


Application) Bulan Beban Januari
2014 – September 2017

54
PERKIRAAN BEBAN BARU BAGI NEGARA AKIBAT HEPATITIS B /TAHUN

• Setiap tahun terdapat 5,3 juta bumil, HBsAg reaktif pada


bumil rata – rata 3% maka setiap tahun terdapat sebanyak
150.000 orang yang 95% potensial mengalami Hepatitis B
kronis
• Biaya pengobaan sirosis 1 M transplantasi hati 4-5 M.
• Perkiraan 30% bayi yang tertular pada 30 tahun kedepan
akan menjadi sirosis  biaya yg dibutuhkan 45.000 x 1 M =
45 T
URGENT  PEMUTUSAN PENULARAN DARI IBU KE BAYI

• DETEKSI DINI HEPATITIS B PADA IBU HAMIL


1. 5,3 juta Bumil diperiksa status Hepatitis B
(RDT @ Rp. 10 rb + biaya pemeriksaan
@Rp.20 rb)  106 M
2. Perlindungan spesifik pada bayi dari ibu
reaktif sekitar 3% = 150 rb x @ Rp. 1,3 jt =
Rp.195 M
3. Vaksinasi HB0, HB1, HB2, HB3 sudah
dianggarkan melalui Imunisasi ( 6.8T)
• Efisiensi jangka panjang ( perkiraan )
Rp. 45 T – (biaya immmunisasi) +
(Rp.106M + Rp.195M)
=Rp.37,9 T/tahun
Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan Deteksi Dini Hepatitis B (DDHB)
Di Indonesia Tahun 2017

120.00
100.00
90.00

100.00
87.50
73.33
70.00

80.00
66.67
66.67
63.16
60.00
52.17

60.00
45.71
45.45
41.67
41.18
40.00

33.66
33.33
30.77
28.57
40.00

27.59
25.00
23.68
21.43
20.00
16.67
15.38
14.81
14.29
11.76
10.00
20.00

9.09
7.69
7.14
6.06
4.55
0.00

Persentase Kab/Kota Melaksanakan DDHB (%) Target Nasional (30%)


Persentase Ibu Hamil Periksa Deteksi Dini Hepatitis B (DDHB)
Di Indonesia Tahun 2017

70.00
59.89
58.12
56.24

60.00
51.31

50.00
42.65
41.73
40.04
36.62

40.00
32.32
32.15
30.20
29.76
29.54
24.91
24.34
23.95
30.00

23.20
22.77
22.26
21.75
19.15
17.25
16.35
20.00

13.13
13.04
12.68
11.94
11.94
11.32
9.77
7.01
10.00

3.42
2.58
1.40
0.00

Capaian Provinsi (%) Capaian Nasional (28,35%)


UPAYA YANG DILAKUKAN
UPAYA PENGENDALIAN HEPATITIS

• Pemberdayaan
Meningkatnya
masyarakat PENGENDALIAN HEPATITIS
• Keterlibatan lintas Surveilans
sektor epidemiologi

Meningkatkan Upaya Meningkatkan Deteksi dini


Meningkatkan Akses &
promotif dan preventif Mutu Fasyankes

Meningkatkan Kemandirian, Akses &


Meningkatkan Jumlah, Jenis, Kualitas,
Mutu Sediaan Farmasi (Obat, Vaksin,
dan Pemerataan Tenaga Kesehatan Reagen) & Alkes

MONITORING DAN EVALUASI


Perkembangan Upaya Pengendalian Hepatitis Di Indonesia
• Indonesia
Inisiator Promosi • Deteksi dini Hep B pd • DDHBC di 34 prop
Hepatitis Bumil dan Nakes di 20 • Pengamatan Hep B pd
Resolusi WHA
(Sos dan Kab/Kt (13 prop) balita di 5 prop
• Peringatan HHS • Vaksinasi Hep B nakes
Adv) • Pengamatan Hep B dan C
I di Ind berisiko
pada kelompok resti di 4
prop • Penyediaan obat Hep
C

2010 2012
2014 2016

2011 2013 2015

Hep masuk program di • Deteksi dini Hep B pd Bumil dan


Deteksi dini Hep B
Kelompok Berisiko Tinggi di 31
Subdit Diare & ISP, pd Bumil dan Nakes Kab/kota (24 Prop)
PPML di DKI • Pengamatan Hep B dan C pada
kelompok resti di 7 prop
• Terbitnya Permenkes no 53 thn 2015
ttg Pengendalian Hep Virus
UPAYA PENGENDALIAN HEPATITIS B & C
POPULASI Prev Hep B
SASARAN TARGET
Populasi Risti :
TARGET 2019
1.Bumil 1,3%-8% STRATEGIS PENGENDALIAN
1. Bumil 2. Nakes 1,6-5,3 % (IMPACT)
2. Nakes 3. Penasun 4,4 – 7,4% 1. Kab/kota melaks 1. Paling tidak
4.Waria/TG 4 - 6%
3. Penasun 5. LSL 6,7 -10,6% Advo & 80% kelompok
4. Pekerja seks 6. Pop umum: Sos90% Risti
5. LGBT >15 th 7,1%; 1-4 th 2. Kab/kota DDH B melakukan Tahun 2022 :
6. ODHA 4,2%; 5-9 th 7,1%;
& C pd pop DDH Eliminasi
1-14 th 6,8%
7. Pasien IMS berisiko 80% 2. 90% bayi baru transmisi HIV,
8.Hemodialisis, Sifilis dan
3. Prop lahir
Hemopili Hepatitis dari
melaksanakan mendapatkan
9. Warga Binaan ibu ke anak
Penjara (WBP) pengamatan Imun Hep B
10. dll 100% <24 jam
Prev Hep C 3. 80% orang
1.Pada Pop umum umur > 15
yang
Populasi Umum:
1. Orang im Hep th, prev Hep C 1,01% ditemukan Tahun 2030
B(-) 2. WPS 0,67 – 0,79% mendapatkan ELIMINASI
2. Kelg/kontak erat 3. Waria 1,6 – 3,6% layanan HEPATITIS B &
dg pengidap 4. Penasun 47 – 63% lanjutan C
Hepatitis 5. Waria 1,6 – 3,6%
6. LSL 0,67 – 1,6%

 95% bayi baru lahir HBO<24 jam; 95% bumil lakukan DDHB; 95% bayi yg lahir
dari bumil HBsAg pos diberikan HBIG
TARGET GLOBAL PENGENDALIAN HEPATITIS

 Eliminasi Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari


Ibu ke anak (PPIA/EMTCT Hepatitis) tahun 2022
 Eliminasi Hepatitis B dan C tahun 2030
 Pencapaian SDGs Goal 3, target 3.3 TH.2030:
“...berakhirnya epidemi AIDS, Tuberkulosis, Malaria dan
penyakit tropis terabaikan dan memerangi Hepatitis, serta
penyakit yang ditularkan melalui air dan penyakit menular
lainnya”.
INDIKATOR KEGIATAN HEPATITIS 2015 - 2019
NO INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 2018 2019

ELIMINASI PENULARAN HEPATITIS B DARI IBU KE ANAK TAHUN 2022,


ELIMINASI HEPATITIS C PADA TAHUN 2030
1 % Kab/kota yang melakukan 3 10 20 40 80 90
sosialisasi dan atau advokasi ttg
hepatitis.
2 Jumlah Propinsi yang melakukan 7 14 21 28 34 34
kegiatan surveilans Sentinel Hepatitis
pada populasi berisiko
3 % Kab/kota yang melakukan deteksi 3 10 20 30 60 90
dini hep B pada bumil

4 % Kab/kota yang melakukan deteksi NA 10 20 30 60 80


dini hep B dan C pada populasi
beresiko
5 % orang yang terdeteksi dg HBsAg NA 2,5 5 10 20 30
positif yang mendapatkan akses
perawatan/upaya lanjutan

6 % Orang Dengan Hep C NA 5 10 20 40 60


mendapatkan akses
perawatan/layanan lanjutan
Roadmap Pengendalian Hepatitis di Indonesia

2030
Eliminasi
2019 Hepatitis
90% Kab/Kota B dan C
melakukan DDHBC

2017 2022
30%Kab/kota Eliminasi Hep B (PPIA)
melakukan DDHBC
2018 Kab/kota yang melaksanakan
60% Kab/Kota DDHB pada > 90% Bumil
melakukan DDHBC
TARGET SASARAN
PPIA 5,3 JT BUMIL
DIDETEKSI
Roadmap Eliminasi Hepatitis B and C ( 2015-2030)
2005-2009 2010-2014 2015-2019 2020-2030

Universal
Coverage
Upaya Kuratif Elimination
Hepatitis
B and C
(2030)
Pendukung/penunjang

Populasi Risti 7. Pasien IMS 1. 80% kelompok Risti melakukan


1. Bumil 8.Hemodialisis Deteksi Dini
2. Nakes 9.Warga Binaan 2. 90% bayi baru lahir
3. Penasun 10.Kel. Dengan mendapatkan Imun Hep B <24
4.Pekerja seks pdrt jam
3. 80% orang yang ditemukan
5. LGBT 11.WBP
mendapat layanan lanjutan
6. ODHA
EMTCT  90% bayi baru lahir HBO<24 jam; 90% bumil lakukan DDHB; 90% bayi yg lahir dari
bumil HBsAg pos diberikan HBO dan HBIG
DETEKSI DINI HEPATITIS B
PADA IBU HAMIL
TAHUN 2017
∑ sasaran ibu
hamil di 173
kab/kota:
2.065.321

∑ bayi
∑ Ibu hamil mendapatkan
yang dideteksi HBIg <24 jam:
dini Hepatitis B: 6.103
585.664
(28,36%)

Subdit HPISP, Jan 2018


STRATEGI PPIA (HEPATITIS B)

DETEKSI
DINI IBU
HAMIL Bayi IBU Bayi
Ibu

HB0<24 jam Tatalaksana


sesuai HB 1,2,3
HBIG<24 jam
Indikasi KIE
Vit K Medis
HBsAg
(+)
Pencegahan transmisi vertikal
• Lakukan uji HBsAg pada semua ibu hamil dan dilanjutkan dengan
DNA VHB pada ibu dengan HBsAg (+)

Ibu • Ibu dengan HBsAg (+) dan DNA VHB > 106 IU/mL harus diberikan
antiviral pada trimester 3, untuk menurunkan muatan virus
• Bayi yang lahir tanpa diketahui status HBsAg ibunya, diberikan
vaksinansi dalam 12 jam pertama kehidupan setelah vit. K
• Bayi yang lahir dengan ibu HBsAg positif, diberikan vaksinasi Hep B
dan HBIg (0.5 mL) pada paha yang berbeda dalam 12 jam pertama
kehidupan
• Belum ada bukti untuk melarang pasien hepatitis B menyusui
bayinya

Bayi
1. Liaw YF, Kao JH, Piratvisuth T, Chan HLY, Chien RN, Liu CJ, et al. Asian-Pacific consensus
statement on the management of chronic hepatitis B: a 2012 update. Hepatol Int.
(2012). DOI 10.1007/s12072-012-9365-4.
2. Xu M, Cui Y, Wang L, Yang Z, Liang X, Li S, et al. Lamovudine in late pregnancy to prevent
perinatal transmission of hepatitis B virus infection: a multicenter, randomized, double- PERHIMPUNAN PENELITI HATI INDONESIA
blind, placebo-controlled study. J Vir Hepatol 2008;16(2):94-103.
PPHI INA-ASL
MENGAPA HEPATITIS B merupakan masalah

• Jumlah pengidap sangat banyak


• 80 % tanpa gejala (tidak disadari)
• Menular
• Berpotensi menjadi sirosis dan kanker hati
• Pengobatan sulit
• Dapat dicegah
PRIORITAS PROGRAM P2 HEPATITIS

• Melakukan upaya pemutusan penularan Hep B dan C


- Hep B fokus pada penularan dari ibu ke anak dan
pengendalian Faktor Risiko
- Hepatitis C fokus pemutusan penularan, tatalaksana & mencegah
relaps terutama pd kelompok risti

• Melakukan Screening Hepatitis B&C pada populasi berisiko :


o Pengguna Narkoba Suntik
o Hemodialisa
o Keluarga Pengidap Hepatitis C
o Kontak Darah dengan Penderita Hepatitis C
o Tranfusi Darah
o Tato/Tindik
o Tenaga Kesehatan, dll
RANGKUMAN PROGRAM
JENIS CARA CARA VAKSI OBAT LAMA PERALAT KEG KELOMP
PENY PENULAR PENCEGA N PENGOB AN UTAMA OK POP
AN HAN ATAN/BI PENDUK BERISIKO
AYA UNG
HEP A FECAL PHBS,CT + Sesuai Lab Peningka -TTU,
ORAL PS gejala yg untuk tan asrama,
HEP E
timbul pemeriks pengetah anak
aan uan; SKD sekolah
KLB

HEP B PARENTE Primer & IMM Interferon Long Life, Mesin DDH, Kelg
RAL sekunder HEP B Lamivudin tdk dpt ELISA, Upaya dekat org
(Aktif & Adefovir dinyataka Fibroscan pencegah terinfeksi
Pasip) Entecavir n , PCR. an, Surv , org dg
Telbivudin sembuh HIV; Org
Tenofovir dari pem dg
lab perilaku
seks
berisiko;
pasien
klinik IMS
RANGKUMAN PROGRAM
JENIS CARA CARA VAKSI OBAT LAMA PERALAT KEG KELOMP
PENY PENULAR PENCEGA N PENGOB AN UTAMA OK POP
AN HAN ATAN/BI PENDUK BERISIKO
AYA UNG
HEP C PARENTE Primer & Tidak -Pegylated 12 – 48 Mesin DDH, -
RAL sekunder ada Inter α minggu ELISA, Upaya Penasun;
-Ribavirin tgt dari Fibroscan pencegah pasien
- Obat baru genotype , an, Surv penerima
oral, tkt virusnya, PCR.mesi transfusi
kesembuha dapat n darah
n diatas sembuh. genotype secara
90%, SE rutin;
rendah, Kelg
harga di dekat org
US&Eropa terinfeksi,
84.000 org dg
USD; sdg HIV; Org
dilakukan dg
negosiasi perilaku
utk harga seks
murah berisiko;
RANGKUMAN PROGRAM

PENYAKI CARA CARA VAKSI OBAT LAMA PERALAT KEG KELOMP


T PENULAR PENCEGA N PENGOB AN UTAMA OK POP
AN HAN ATAN/BI PENDUK BERISIKO
AYA UNG
HIV PARENTE Primer & Tidak - ARV dg Long Life, CD4, PCR KT - Org
RAL sekunder ada subsidi dan tidak dengan
penuh dapat perilaku
pemerinta dinyataka seks
h n berisiko;
sembuh Penasun;
dari hasil Pasien
pem lab klinik
IMS.
HASIL PELAKSANAAN PISP
TAHUN 2019
P2 DIARE
Grafik Cakupan Penemuan Kasus Diare semua umur Puskesmas
Di Kab Semarang Januari / Desember 2018

180
166

160

136
140 131

120 114

100 94
90
86
84
81
Cakupan
80
66
62
59
60 54
49
45
41 42 41
39
40 34 35
31
27 28
22
18
20

-
10
20
30
40
50
60
70
80
90

-
Getasan

30
Jetak

14
Tengaran

45
Susukan

37
Kaliwungu

24

7
Suruh
Dadapayam

36
Pabelan

43
Semowo

19
Tuntang

21
Gedangan
Banyubiru 30

Jambu
19 17
Sumowono
88

Ambarawa
24

Duren
18

Bawen
14

Jimbaran
11

Bringin
Bancak
Bergas
23 24 24

Pringapus
12

Ungaran
56

Lerep
17
Di Kab Semarang Januari /d Desember 2018

Leyangan
22

Kalongan
Cakupan Penemuan Kasus Diare Balita Puskesmas

16
Cakupan Penderita Diare Balita diberi Oralit
Puskesmas Di Kab Semarang Januari /d Desember 2018

1,400

1,230

1,200

1,000

800

600 518

400
266 280

170
200
92 85 89 82 82 97 91 84
56 68 60 62 49 56 69
25 30 40 39 45 41

Leyangan
Ungaran
Jetak

Bancak
Pabelan
Kaliwungu

Banyubiru

Duren
Bawen

Lerep
Bergas
Pringapus
Dadapayam
Tengaran

Semowo
Susukan

Gedangan

Jambu

Ambarawa

Kalongan
Suruh

Tuntang

Sumowono

Jimbaran
Bringin
Getasan
P2 TYPHOID
GRAFIK JUMLAH KASUS TYPHOID LAB (+) PER GOL UMUR
PUSKESMAS DI KAB SEMARANG BLN JAN S/D DES 2018
P2 HEPATITIS
TARGET DAN CAPAIAN BUMIL DDHB PUSKESMAS
KABUPATEN SEMARANG BULAN JAN S/D DES 2018

2500

1998
2000

1500 1367 1393


1230 1226 1189 1167
1154 1125
1005 1063 1018 1050 999
1000 922 929 981 908
828 840 795 840 808 782 785
692 727
566 621
484 459
500 348 311 357 369
256 293 258
199 177 202
109 109 107 154 88 67 104
0 0 0 28
0

SASARAN CAPAIAN
GRAFIK CAKUPAN PENEMUAN KASUS HEPATITIS PADA BUMIL PUSKESMAS
DI KABUPATEN SEMARANG BLN JANUARI S/D DESEMBER TH 2018

90.00
83.61
79.0178.0277.90
80.00 76.5375.4575.36
72.7771.7871.70
71.1970.7070.3569.99
70.00 66.6766.4765.77

60.69
59.2258.84
60.00 57.73

50.76
■ % Cakupan
50.00 47.55 penemuan
43.39 hepatitis
40.24
40.00 bumil

30.00

20.00

8.51
10.00

0.00
Bringin
Duren

Gedangan

Jetak
Banyubiru

Pringapus
Kaliwungu

Lerep

Suruh
Tuntang

Bergas

Ambarawa

Semowo
Tengaran

Jambu
Bawen

Leyangan

Bancak
Susukan

Jimbaran

Ungaran

Sumowono
Pabelan

Dadapayam
Kalongan

Getasan
GRAFIK : HASIL LAB DDHB BUMIL PUSKESMAS KAB SEMARANG
BLN JANUARI S/D DESEMBER 2018

800
714
700
597
600 557
▀ NON REAKTIF
▀ REAKTIF
500 474
455

400 364 355


340
309
292
300 256 254

199 194
200 176
154
108 105 105 97
88
100 67

13 24 25
9 10 4 5 2 8 2 1 0 4 0 8 1 0 1 4 2 7 0 0 3 00 00 00
0
Duren

Ungaran
Jetak
Pringapus

Bringin

Banyubiru
Suruh

Kaliwungu

Gedangan

Tuntang
Semowo

Jambu

Lerep
Bergas
Bancak

Tengaran

Bawen
Ambarawa

Leyangan
Susukan

Sumowono

Pabelan

Jimbaran
Kalongan

Dadapayam
Getasan
PUSKESMAS DIBERI HBIG
Getasan 2
Jetak 1
Tengaran 4
Susukan 5
Kaliwungu 5
Suruh 1
Dadapayam 0
Pabelan 1
Semowo 1
Tuntang 3
Gedangan 2
Banyubiru 1
Jambu 6
Sumowono 3
Ambarawa 1
Duren 2
Bawen 2
Jimbaran 1
Bringin 1
Bancak 5
Bergas 8
Pringapus 9
Ungaran 3
Lerep 1
Leyangan 1
Kalongan 6
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai