Anda di halaman 1dari 16

ALIVIA FEBIANITA

1210211164

INFEKSI SSP
 Infeksi Sistem saraf pusat termasuk sejumlah
kondisi dan etiologi klinik: meningitis,
meningoencephalitis, enchepalitis, abses otak
Meningitis

 Infeksi yang melibatkan selaput mening otak


 Umur dan daya than tubuh mempengaruhi terjadinya
meningitis.Lebih banyak ditemukan pada laki laki,
nyata pada bayi.Meningitis Prulenta lebih sering
terjadi pada bayi dan anak anak karna sistem
kekebalan tubuh belum terbentuk sempurna.
 Meningitis terdiri dari Meningitis Purulenta (kuman
bakteri), Meningitis Serosa (jamur, virus, protozoa)
 Klasifikasi menurut penyebabnya (etiologinya) adalah
Infeksi viral
 Infeksi viral tergantung pada Jumlah virus dan
virulensinya, Daya tahan tubuh rendah dan adanya
kerusakan ginjal, paru, hepar, jantung
Meningitis Viral

 Adalah infeksi yg mengenai meninges dan cenderung


bersifat jinak yang disebabkan oleh virus dan
umumnya tidak berbahaya
 Umumnya dicirikan sebagai purulent(bernanah) atau
aseptik(bebas kontaminasi bakteri).
 Tanda umum pada pasien dewasa termasuk sakit
kepala, demam rendah >40C, malaise, mengantuk,
mual, muntah.Hanay demam dan iritabilita yang bisa
terlihat pada anak kecil
 Penyakit tersebut disebabkan oleh virus seperti
Measles, Mump, Herpes simpleks, Herpes Zoster.
 Peradangannya terjadi pada seluruh korteks cerebri
dan lapisan otak.
 Pemeriksaan Penunjang Meningitis
 1. Pungsi Lumbal
 Meningitis Serosa: Terdapat tekanan yg bervariasi,
cairan jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan
protein normal, kultur (-)
 Meningitis Purulenta: Tekanan meningkat, cairan keruh,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa
menurun, kultur (+) beberapa jenis bakteri.
2. Pemeriksaan Darah
- Meningitis Serosa dan Purulenta: Peningkatan leukosit
saja
3. Pemeriksaan Radiologis
- Meningitis Serosa: Foto dada, kepala bila mungkin
dilakukan CT Scan
- Meningitis Prulenta: Foto kepala (periksa mastoid,
sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada
 Penatalaksanaan Farmakologi
 Pengobatan dengan Acyclovir karna herpes
simpleks .Pada pasien dengan fungsi renal
normal, acyclovir diberikan 10 mg/kt tap 8
jam selama 2-3 minggu.
 Untuk herpes simpleks yg resisten terhadap
acyclovir diberikan perawatan alternatif
Foscarnet yg pemberiannya harus melihat
fungsi ginjalnya
Encephalitis
 Berupa Meningoensephalitis yang merupakan suatu proses
inflamasi otak yang lebih mengacu pada proses inflamasi
otak yang penyebab terseringnya karna virus.
 1. Virus RNA (rabies, rubella, parotitis)
 2. Virus DNA (Herpes, AIDS, varida)
 Penyakit ini terjadi pada 0,5 dari 100.000 penduduk,
umumnya pada anak anak usia 2 bulan sampai 2 tahun,
orang tua, dan individu yg mengalami gangguan sistem
imun.
 Tanda dan gejala: Infeksi ringan, infeksi berat, tanda tanda
yg bisa dilihat (muntah, menangis tiada henti, ubun ubun
mencembung)
 Secara umum gejala encephalitis dibagi menjadi 3 (trias):
Tanda infeksi (akut, subakut), kejang kejang, kesadaran
menurun.
Encephalitis Viral

 Penyebab paling sering dari kelompok


enterovirus: Virus Poliomyelitis, Coxsackie,
Echo.
 Encephalitis viral dibagi menjadi
 1. Encephalitis Primer
 2. Encephalitis Paramfeksiosa (akibat komplikasi
penyakit virus exp rubeola verisela, herpes zoster)
 54% menyerang anak anak, 31% disebabkan
karna virus herpes simpleks dan 17% disebabkan
karna virus ECHO
 Patogenesis encephalitis virus
 1. Primer
Infeksi virus langsung ke otak dan medula
spinalis.
 2. Sekunder
Virus pertama sekali terjadi ditempat lain
dari tubuh kemudian akan mencapai susunan
saraf pusat.
 Tanda dan Gejala
 1. Febris (umum)
 2. Peningkatan tekanan intrakranial
 3. Sakit kepala
 4. Muntah
 5. Kejang
 6. Kesadaran menurun
 Penjalaran infeksi kedalam otak melalui
 1. Otitis medis
 2. Mastoiditis
 3. Sinusitis
 4. Piemia yg berasal dari radang
 5. Abses didalam paru
 6. Osteomyielitis tengkorak
 7. Fraktur terbuka
 8. Tromboplebitis
 Pemeriksaan Penunjang
 1. Pungsi Lumbal
 Hasil pemeriksaan cairan cerebrospinal pada encephalitis virus
menunjukan cairan jernih, tekanannya tinggi, sel darah putih dan
protein banyak, kadar gula normal.
 2. Elektroensefalografi (EEG)
 Mengukur aktifitas gelombang elektrik yg diproduksi otak.Hasil
EEG abnormal kemungkinan adl encephalitis.
 3. CT Scan dan MRI
 Untuk memastikan timbulnya gejala bukan karna abses otak,
troke,kelainan struktural lain tapi dapat menunjukan adanya
pembengkakan pada otak.Jika diduga encephalitis, CT Scan atau
MRI dikerjakan sebelum pungsi lumbal unt mengetahui adanya
peningkatan intrakranial
 4. Pemeriksaan Darah
 Pemeriksaan Serologi dilakukan untuk mengukur kadar antibodi
terhadap virus.
 Terapi pada encephalitis bersifat simptomatis
(mengobati gejala)
 Pada kasus kasus yg ringan disarankan istirahat yg
cukup, makan makanan bergizi, banyak minum
supaya sistem imun tubuh kuat menghadapi infeksi
virus.
 Gunakan acetaminophen unt menghilangkan sakit
kepala dan demam, obat anti inflamasi
(kortikosteroid) unt mengurangi pembengkakan dan
peradangan, bila kejang diberikan obat anti kejang
(diazepam) 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV, menurunkan
panas dgn Antipiretika: Paracetamol
10mg/KgBB/dosis PO
Abses Otak

 Merupakan kumpulan pus yang bebas maupun


terenkapsulasi (terkumpul) yg biasanya muncul di
lobus temporal, serebelum, atau lobus frontal.
 Mempunyai ukuran bervariasi dan bisa muncul
sbg abses tunggal maupun multilokular
 Penyakit ini menyerang semua usia, paling sering
usia 10-35 tahun.
 Abses otak berasal dari nekrosis inflamatorik dan
edema setempat diikuti dgn enkapsulasi tebal
berisi kumpulan pus dan infiltrasi meningeal yg
berdekatan olh neutrofil, limfosit, sel plasma.
 Etiologi abses otak: Bakteremia, endokarditis
bakterial, trauma kranial, infeksi virus
imunodefisiensi manusia
 Tanda dan Gejala: tanda awal khas dari infeksi
bakteri yaitu sakit kepala, menggigil, demam,
mengantuk,otot melemah, sawan, parastesia,
leukosit bertambah banyak
 Pemeriksaan penunjang:
 1. CT Scan atau arteriografi membantu
menemukan lokasi abses
 2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal membantu
memastikan infeksi,
 3. Biopsi stereotaktis yg dipandu CT untuk
mengalirkan dan mengkulturkan abses
 4. Kultur dan sensitivitas drainase
mengidentifikasikan organisme penyebab abses
 5. Sinar X tengkorak dan scan radioisotop bisa
menunjukan abses
 Terapi dengan pengobatan pemberian antibiotik
resistan-penisilin (nafcillin) 2 minggu sblm
operasi unt mengurangi penyebaran infeksi

Anda mungkin juga menyukai